Anda di halaman 1dari 9

Alat-Alat Fisioterapi

Nama : Muhammad Raihan Azriel Saputra

NIM : 201106002

Prodi : D3 Fisioterapi
ULTRASOUND

Terapi Ultrasound sering digunakan dalam pengobatan musculoskeletal, cidera otot, dan
cidera akibat olahraga. Gelombang ultrasonik (gelombang suara frekuensi tinggi mulai dari
800.000Hz-3.000.000Hz) yang diproduksi dengan cara getaran mekanis dari transduser dari
mesin Ultrasound. Transduser ini kemudian bergerak di atas permukaan kulit di daerah
yangcedera. Ketika gelombang suara ini kontak dengan udara,menyebabkan pemborosan
gelombang, sehingga gel khusus Ultrasound diletakkan pada kulit untuk mamaksimalkan
kontak antara transduser dengan permukaan kulit.

Intensitas terapi
1. Intensitas rendah <0,3 W/cm²
2. intensitas sedang 0,3-1,2 W/cm²
3. intensitas kuat 1,2-3W/cm²
4. untuk efek terapeutik 0,7-3 MHZ
Frekuensi
1. untuk kasus pada kondisi subakut, waktu 3 menit, pengulangan 1x1hari, sehari 10x
2. Untuk kasus pada kondisi kronik, waktu 5-10 menit, pengulangan 1x1 hari atau 1x2 hari
Metode
1. Kontak langsung : paling banyak digunakan ; perlu adanya media coupling (Gel, water oil,
pasta analgetik, water). Syarat media coupling harus steril, tidak terlalu cair, tidak terlalu
mudah diserap tubuh, tidak menimbulkan flek /pekat.
2. Kontak tidak langsung : sub aqual (dalam air) hal ini dilakukan bila regio yang akan diterapi
areanya kecil dan tidak rata permukaannya (trigger finger, Rheumathoid Arthtritis jari-jari.
Teknik Aplikasi
1. Sebelum terapi : lakukan assesment, tes sensibilitas, lokalisasi daerah terapi, tentukan metode
(langsung/tidak langsung), beri penjelasan kepada pasien : “ bapak / ibu saya akan
memberikan terapi Ultrasound nanti rasanya seperti dipijat dan sedikit hangat gunanya untuk
memperbaiki jaringan yg rusak sehingga akan mengurangi nyeri” .
2. Persiapan alat : cek kabel dan alat.
3. Persiapan pasien
Penatalaksanaan
1. Berikan gel pada daerah yang akan diterapi
2. Ratakan gel dgn tranduser, nyalakan alat
3. Timer ditentukan dari = luas area dibagi dengan luas ERA
Intensitas ditentukan oleh aktifitas patologi :
1. aktivitas tinggi : dosis rendah (1-1,5 W/cm²)
2. aktivitas sedang : dosis sedang (1,5-2 W/cm²)
3. aktivitas rendah : dosis tinggi (2-3 W/cm²)
4. Intensitas/durasi : pada kondisi akut arus intermiten dan pada kondisi kronik arus continuous

Traksi

Tujuan dari traksi adalah untuk menangani dislokasim atau spasme otot dalam usaha untuk
memperbaiki deformitas dan mmpercepat penyembuhan. Ada dua tipe utama dari traksi :
traksi skeletal dan traksi kulit, dimana didalamnya terdapat sejumlah penanganan.
Prinsip Traksi adalah menarik tahanan yang diaplikasikan pada bagian tubuh, tungkai, pelvis
atau tulang belakang dan menarik tahanan yang diaplikasikan pada arah yang berlawanan
yang disebut dengan countertraksi. Tahanan dalam traksi didasari pada hokum ketiga
(Footner, 1992 and Dave, 1995). Traksi dapat dicapai melalui tangan sebagai traksi manual,
penggunaan talim splint, dan berat sebagaimana pada traksi kulit serta melalui pin, wire, dan
tongs yang dimasukkan kedalam tulang sebagai traksi skeletal (Taylor, 1987 and Osmond,
1999).Traksi dapat dilakukan melalui kulit atau tulang. Kulit hanya mampu menanggung
beban traksi sekitar 5 kg pada dewasa. Jika dibutuhkan lebih dari ini maka diperlukan traksi
melalui tulang. Traksi tulang sebaiknya dihindari pada anak-anak karena growth plate dapat
dengan mudah rusak akibat pin tulang.Indikasi traksi kulit diantaranya adalah untuk anak-
anak yang memerlukan reduksi tertutup, traksi sementara sebelum operasi, traksi yang
memerlukan beban 5 kg. Akibat traksi kulit yang kelebihan beban di antaranya adalah
nekrosis kulit, obstruksi vaskuler, oedem distal, serta peroneal nerve palsy pada traksi
tungkai.Indikasi traksi kulit diantaranya adalah untuk anak-anak yang memerlukan reduksi
tertutup, traksi sementara sebelum operasi, traksi yang memerlukan beban 5 kg. Akibat traksi
kulit yang kelebihan beban di antaranya adalah nekrosis kulit, obstruksi vaskuler, oedem
distal, serta peroneal nerve palsy pada traksi tungkai.Kontra indikasi dari pemberian traksi
lumbal menurut Dellito (1990) dikutip oleh Cameron (1999) adalah : (1) kondisi trauma akut
atau inflamasi (2) hipermobilitas atau instabilitas (3) hipertensi yang tidak terkontrol (4)
fraktur (5) osteoporosis (6) spondilosis (7) selama proses terapi keluhan nyeri bertambah
sehingga dalam pengaplikasian traksi lumbal terapis harus selalu melakukan monitoring.
Traksi tulang dilakukan pada dewasa yang memerlukan beban > 5 kg, terdapat kerusakan
kulit, atau untuk penggunaan jangka waktu lama. Kontratraksi diperlukan untuk melawan
gaya traksi, yaitu misalnya dengan memposisikan tungkai lebih tinggi pada traksi yang
dilakukan di tungkai.Teknik dalam aplikasi traksi ada dua cara yaitu statik dan intermiten.
Dalam penelitian ini prosedur penggunaan tehnik aplikasi traksi lumbal adalah sebagai
berikut :
1. Penentuan alat
Menggunakan traksi elektrik dengan perangkat semi computer digital.
2. Posisi pasien
Posisi yang umum adalah tidur terlantang dalam sedikit paha fleksi 85 derajat dan
eksorotasi 10-15 derajat serta lutut dalam keadaan fleksi 85-90 derajat (Thamrin, 1991
dikutp oleh Hartini, 2007)
3. Alat pengikat
Menggunakan alat pengikat punggung berupa sabuk (pelvic belt) yang diikatkan di
atas krista iliaka dan dihubungkan ke mesin traksi serta fiksasi pada tubuh bagian atas
untuk menghindari bagian atas untuk tertariknya tubuh ke bawah akibat tarikan
lumbal

SHORTWAVE DIATHERMY (SWD)

Tujuan Pemberian SWD


Memperlancar peredaran darah, mengurangi rasa sakit, mengurangi spasme otot, membantu
meningkatkan kelenturan jaringan lunak, mempercepat penyembuhan radang.
Penempatan/susunan elektroda
1. Kontraplanar ; paling baik, penentrasi panas kejaringan lebih dalam, dipermukaan
berlawanan dengan bagian terapi.
2. Koplanar : elektroda berdampingan disisi sama dgn jarak elektroda adequat,
pemanasan superficial, jarak antara ke2 elektroda >> lebar drpd elektroda
3. Cross fire treatment ; ½ terapi diberikan dgn elektroda 1 posisi, ½ terapi diberikan
elektroda posisi lain, pemanasan jaringan dlm seperti untuk organ pelvis
4. Monoplanar : elektroda aktif diatas satu lesi, bila yang dituju local & dangkal
Indikasi SWD
Kondisi peradangan dan kondisi sehabis trauma (trauma pd musculoskeletal), adanya keluhan
nyeri pd sistem musculoskeletal (kodisi ketegangan, pemendekan, perlengketan otot jaringan
lunak), persiapan suatu latihan/senam (untuk gangguan pada sistem peredarah darah)
Kontraindikasi SWD
Keganasan, kehamilan, kecendrungan terjadinya pendarahan, gangguan sensibilitas, adanya
logam di dalam tubuh, lokasi yang terserang penyakit pembuluh darah arteri.
Teknik aplikasi SWD
Pre pemanasan alat 5-10 menit, jarak antara elektroda dengan pasien 5-10 cm/1 jengkal,
durasi 15-30 menit, intensitas sesuai dengan aktualitas patologi, posisikan pasien senyaman
mungkin, terbebas dari pakaian dan logam, tes sensibilitas, pasang elektroda, pasien tidak
boleh bergerak, intensitas dipertahankan sesuai dgn toleransi pasien.

MICROWAVE DIATHERMY (MWD)

Suatu aplikasi terapeutik dengan menggunakan gelombang mikro dlm bentuk radiasi
elektromagnetik yg akan dikonversi dalam bentuk dengan frekuansi 2456 MHz dan 915 MHz
dengan panjang gelombang 12,25 arus yang dipakai adalah arus rumah 50 HZ, penentrasi
hanya 3 cm, salah satu modalitas fisioterapi yang bermanfaat untuk mengurangi nyeri,
MWD cocok untuk jaringan superfical dan struktur artikuler yang dekat dengan permukaaan
kulit. Salah satu tujuan utama dari terapi MWD adalah untuk memanaskan jaringan otot
sehingga akan memberi efek relaksasi pada otot dan meningkatkan aliran darah
intramuskuler.
Tujuan
1. Membantu meningkatkan sirkulasi limpatik dan sirkulasi darah lokal.
2. Membantu relaksasi otot dan meningkatkan elastisitas jaringan ikat yang letak
kedalamannya kurang lebih 3 cm.
3. Membantu meningkatkan proses perbaikan jaringan secara fisiologis.
4. Membantu mengurangi rasa nyeri pada otot dan sendi.
Indikasi MWD
Selektif pemanasan otot (jaringan kolagen), spasme otot (efektif untuk sendi Inter Phalangeal,
Metacarpal Phalangeal dan pergelangan tangan, Rheumathoid Arthritis dan Osteoarthrosis),
kelainan saraf perifer (neuralgia neuritis)
Kontraindikasi MWD
Adanya logam, gangguan pembuluh darah, pakaian yang menyerap keringat, jaringan yang
banyak cairan, gangguan sensibilitas, neuropathi (timbul gangguan sensibilitas dan diabetes
melitus), infeksi akut, transqualizer (alat pada pasien dengan gangguan kesadaran), sesudah
rontgen (konsentrasi EM berkelebihan), kehamilan, saat menstruasi.
Efek fisiologis yang ditimbulkan dari pemberian MWD
Terjadinya perubahan panas ; yang sifatnya lokal jaringan yang meningkatkan metabolisme
jaringan lokal, meningkatkan vasomotion sehingga timbul homeostatik lokal yang akhirnya
menimbulkan vasodilatasi. Perubahan panas secara general yang menaikkan temperatur pada
daerah lokal.
Teknik aplikasi MWD:
 Persiapan alat, tes alat, pre pemanasan 5-10 menit, jarak <10cm dari kulit
 persiapan pasien : bebaskan dari pakaian dan logam, posisikan pasien senyaman
mungkin, tes sensibilitas, jarak 5-10 cm, durasi 20-30 menit. alat 2456MHz, frekuensi
terapi 3-5 x/minggu, intensitas 50-100 watt (toleransi pasien), dosis intensitas
ditentukan oleh aktualitas patologi (aktualitas rendah : thermal, aktualitas sedang :
subthermal, aktualitas tinggi : a thermal)
Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS)

Tujuan pemberian TENS


Memeilhara fisiologis otot dan mencegah atrofi otot, re-edukasi fungsi otot, modulasi
nyeri tingkat sensorik, spinal dan supraspinal, menambah Range Of Motion
(ROM)/mengulur tendon, memperlancar peredaran darah dan memperlancar resorbsi
oedema
Frekuensi Pulsa
1. Frekuensi pulsa dapat berkisar 1 – 200 pulsa detik.
2. Frekuensi pulsa tinggi > 100 pulsa/detik menimbulkan respon kontraksi tetanik dan
sensibilitas getaran sehingga otot cepat lelah
3. Arus listrik frekuensi rendah cenderung bersifat iritatif terhadap jaringan kulit
sehingga dirasakan nyeri apabila intensitas tinggi. Arus listrik frekuensi menengah
bersifat lebih konduktif untuk stimulasi elektris karena tidak menimbulkan tahanan
kulit atau tidak bersifat iritatif dan mempunyai penetrasi yang lebih dalam.
Penempatan Elektroda
1. Di sekitar lokasi nyeri : Cara ini paling mudah dan paling sering digunakan, sebab
metode ini dapat langsung diterapkan pada daerah nyeri tanpa memperhatikan
karakter dan letak yang paling optimal dalam hubungannya dengan jaringan penyebab
nyeri
2. Dermatome :Penempatan pada area dermatome yang terlibat, Penempatan pada lokasi
spesifik dalam area dermatome, Penempatan pada dua tempat yaitu di anterior dan di
posterior dari suatu area dermatome tertentu
3. Area trigger point dan motor point
Indikasi TENS
Kondisi LMNL(Lower Motor Neuron Lesion) baru yang masih disertai keluhan nyeri,
kondisi sehabis trauma/operasi urat saraf yang konduktifitasnya belum membaik, kondisi
LMNL kronik yg sdh terjadi partial/total dan enervated muscle, kondisi pasca operasi tendon
transverse, kondisi keluhan nyeri pada otot, sebagai irritation/awal dari suatu latihan, kondisi
peradangan sendi (Osteoarthrosis, Rheumathoid Arthritis dan Tennis elbow), kondisi
pembengkakan setempat yang belum 10 hari
Kontra Indikasi TENS
Sehabis operasi tendon transverse sebelum 3 minggu, adanya ruptur tendon/otot sebelum
terjadi penyambungan, kondisi peradangan akut/penderita dlm keadaan panas
Prosedur TENS
 Tingkat analgesia-sensoris : frekuensi 50-150 Hz, durasi pulsa <200 (60-100)
mikrodetik • Tingkat analgesia untuk rasa nyeri : frekuensi 150 Hz, durasi pulsa >150
mikrodetik
 Persipan pasien (kulit harus bersih dan bebas dari lemak, lotion, krim dll), periksa
sensasi kulit, lepaskan semua metal di area terapi, jangan menstimulasi pada area
dekat/langsung di atas fraktur yg baru/non-union, diatas jaringan parut baru, kulit
baru.

Anda mungkin juga menyukai