PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sindrom nefrotik (SN) merupakan kumpulan manifestasi klinis yang
hal
ini
berkaitan
dengan
timbulnya
hiperlipidemia,
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1. Identifikasi
Pasien
Nama
: M. Rifa
T.T.L / Usia
Jenis Kelamin
: Laki-laki
BB MRS
: 20 kg
Tinggi Badan
: 95 Cm
Alamat
Agama
: Islam
Rekam Medik
: 50.17.89
MRS
Ayah
Nama
: Tn. Munawar
Pendidikan
: SMA
Usia
: 34 tahun
Pekerjaan
: Wiraswasta
Penghasilan
: 1.500.000/Bulan
BB/TB
: 60 kg / 165 cm
Ibu
Nama
: Ny. Nurhasanah
Pendidikan
: SMP
Usia
: 23 tahun
Pekerjaan
Penghasilan
: Turut Suami
BB/TB
: 65 kg / 160 cm
2.2. Anamnesis
a. Keluhan Utama:
Pada hari Selasa tanggal 1 September 2015, pada saat kontrol ke poli
anak RSUD Palembang Bari untuk ketiga kalinya orang tua OS
mengeluh timbul sembab kembali pada kedua kelopak mata dan perut
OS secara mendadak 1 hari sebelum kontrol ke poli. Sesak napas (-).
Sembab timbul pada kedua kelopak mata lebih jelas terlihat di pagi hari
pada saat bangun tidur dan bengkak lebih terlihat di perut pada siang
hari tetapi bengkak di tangan dan kaki disangkal. BAK sedikit, berwarna
jernih, BAK berwarna cucian daging disangkal, demam disangkal, batuk
dan pilek disangkal. BAB cair disangkal. Badan dan mata berwarna
kuning disangkal.Dan OS kembali dirawat inap di bangsal kelas 3 anak
non-infeksi untuk terapi lebih lanjut.
f. Riwayat Imunisasi
Usia Pemberian
0 Bulan
1 Bulan
Jenis Imunisasi
Hb0
BCG
Polio 1
Ya/Tidak
Ya
Ya
Ya
4
Polio 2
Ya
DPT1-HB1
Ya
Polio 3
Ya
3 Bulan
DPT1-HB2
Ya
Polio 4
Ya
4 Bulan
DPT3-HB3
Ya
9 Bulan
Campak
Ya
Polio 5
Ya
18 Bulan
DPT 4
Ya
Kesan: OS mendapat imunisasi lengkap sampai usia18 bulan.
2 Bulan
g. Riwayat Gizi
ASI eksklusif
: 0- 3 bulan, frekuensi 6 kali sehari.
Tahap makan
:
Pada usia 6 bulan sudah mendapat bubur saring, frekuensi3x/hari (usia 6
bulan 9 bulan)
Pada usia9 bulan diberikan nasi tim, frekuensi 3x/hari (usia 9 bulan 11
bulan)
Pada usia 11 bulan mulai diberikan makanan dewasa, frekuensi 3x/hari
(11 bulan sampai sekarang). Berikut adalah rata-rata komposisi
= 816 kkal/100gram
Kandungan telurdadar = 93 kkal/1 butir
Konsumsi telur per hari = jumlah butir x kalori
= 1 x 93 kkal
= 93 kkal
Kandungan daging ayam = 302 kkal/1 porsi besar
Konsumsi daging ayam per hari = banyak yang dikonsumsi x
kalori
= 1 x 302 kkal
= 302 kkal
Jadi, total kalori/hari = 198 kkal + 816 kkal + 93 kkal + 302 kkal
= 1409 kkal/hari.
Jadi, total kalori yang dikonsumsi kebutuhan kalori perhari (RDA)
= 1409 kkal 1800 kkal = -391 kkal.
Kualitas: pemberian makanan sudah cukup bervariasi.
Kuantitas: kalori makanan yang dikonsumsi perhari sudah mendekati
jumlah kalori yang dibutuhkan.Kesan: riwayat gizi baik.
h.
No
.
1.
Riwayat Perkembangan
Riwayat Perkembangan (KPSP untuk Usia 36 Bulan)
Pemeriksaan
Aspek
Perkembangan
Gerak halus
Jawaban
Ya Tidak
2.
bantuan/petunjuk?
Dapatkah anak meletakkan 4 buah
Gerak halus
Gerak kasar
Gerak halus
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Gerak kasar
Sosialisasi &
Kemandirian
Gerak kasar
BBS : 19 Kg
Usia : 2Tahun 11 Bulan
Nilai growth chart : 2 SD s/d 3 SD
Kesan Gizi lebih (Overweight)
BB ideal : 14 kg
PBS : 95 Cm
Usia : 2Tahun 11 Bulan
Nilai growth chart : 0 SD s/d
2 SD
Kesan Normal
BBS : 19 Kg
PBS : 95 Cm
Usia : 2 Tahun 11 Bulan
Nilai growth chart: 2 SD s/d -3 SD
Kesan: Obesitas, tapi tidak dapat
dihitung karena edema
tidak
miskinapabila
pendapatan
perkapita
Rp.
150.000/bulan.
Jumlah keluarga
Jumlah penghasilan
Pendapatan perkapita
: 3 orang
: 1.500.000/bulan
: 1.500.000/3= 500.000
10
Kesan
: Tergolong tidak miskin
Di asuh oleh
: Ibunya sendiri
Lingkungan Rumah
: Perumahan
Rumah sendiri
Ukuran: 6 x 10 m
Jendela: 6 buah
Penerangan cukup: Lampu 14 watt/ruangan.
Kamar tidur: 1 buah
Kamar mandi: 1 buah (diluar rumah), MCK baik.
Dapur: 1 buah
Lantai: Keramik
Sumber air: Sumur (Untuk semua aktivitas)
Ukuran rumah ideal bagi keluarga yang berjumlah 3orang adalah
20 m2. Keadaanrumah cukup baik ditinjau dari ventilasi, pencahayaan,
serta perbandingan luas rumah dengan jumlah penghuni.
Kesan Rumah dan Lingkungan :baik.
2.3. Pemeriksaan Fisik
A. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum
Kesadaran
: Compos mentis
Nadi
Pernapasan
Suhu Axilla
: 36,8oC
Tekanan Darah
: 90/60 mmHg
: 19 kg
: 95 cm
Lingkar Perut
: 55 cm
Input
:520 cc
Urine Output
: 900 ml
Diuresis
: 1,97 cc
Balance
: -380 cc.
Tinggi potensi
genetik
165 cm+155 cm+13
(rumus)
8,5 cm
2
11
307 cm
8,5 cm=166,5 8,5 cm=158 cm175 cm
2
B. Pemeriksaan Spesifik
Kepala
: Normocephali, 50 cm.
Rambut
Kulit
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
Thorak
Paru
Inspeksi
ada yang tertinggal), sela iga melebar (-), retraksi (-), jumlah mamae 2
(+)
Palpasi
: Stemfremitus kanan = kiri, nyeri tekan sela iga (-)
Perkusi
:Sonor pada semua lapangan paru, nyeri ketok sela iga (-)
Auskultasi :Vesikuler (+/+) normal, ronkhi(-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi
:Iktus kordis tidak teraba, thrill (-)
Perkusi
:Jantung dalam batas normal
Auskultasi : HR 120 x/menit, reguler, BJ I-II (+) normal, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen
Inspeksi
:Cembung, venektasi (-), meteorismus (-)
Auskultasi :BU (+) meningkat
Palpasi
: Lemas, nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan lien tidak
teraba, turgor kulit kembali cepat
Perkusi
:Redup, Shifting Dullness (+), Undulasi (+)
Ekstremitas Atas
: Akral hangat (+), edema (-),CRT < 2
detik, pucat (-), pitting edema (-)
Ekstremitas Bawah
: Akral hangat (+), edema (-)
CRT < 2 detik, pucat (-),pitting edema (-)
Genitalia
C. Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan Motorik
Lengan
Kanan
- Gerakan
: Cukup
- Kekuatan : 5
- Tonus
:
Normal
- Refleks fisiologis
Biceps
:Positif
Triceps
: Positif
Brachioradialis:Positif
- Refleks patologis
Hoffman Tromner :Negatif
Kiri
Cukup
5
Normal
Tungkai
- Gerakan
Kiri
Cukup
Kanan
Cukup
Positif
Positif
Positif
Negatif
13
Kekuatan :
5
Tonus
:
Normal
Klonus
Paha
:
Tidak ada
Kaki
:
Tidak ada
- Refleks fisiologis
KPR
:
Positif
APR
:
Positif
- Refleks patologis
Babinsky :
Negatif
Chaddock :
Negatif
Oppenheim:
Negatif
Gordon
:
Negatif
Schaeffer :
Negatif
Rossolimo :
Negatif
Tropik :
Eutropi
5
Normal
Tidak ada
Tidak ada
Positif
Positif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Eutropi
Pemeriksaan Sensorik
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Pemeriksaan
Uji sentuhan
Uji rasa nyeri
Uji perasaan vibrasi
Uji posisi
Uji koordinasi
Ada
+
+
+
+
+
Tidak Ada
Kaku kuduk
Kernig
Lassergue
Brudzinsky
I
II
: Negatif
: Negatif
: Negatif
: Negatif
: Negatif
gr/dl
Furosemide IV 1-2 mg/kgBB setiap infus albumin telah masuk.
Non Medikamentosa
-
2.8. Prognosis
Quo ad vitam
: Bonam
Quo ad functionam
: Bonam
15
11
13
Septemb
Septemb
Septemb
Septemb
Septemb
Septemb
er 2015
er 2015
er 2015
er 2015
er 2015
Kolestero
er 2015
522
l total
Protein
3,5
total
Albumin
Globulin
Ureum
Creatinin
1,5
2,0
63
1,04
Nilai Normal
1,1
1,45
1,69
1,84
16
Urine
10
Nilai
September
September
September
Normal
Warna
Kejernihan
Berat jenis
pH
Nitrit
Protein
Glukosa
Keton
2015
Kuning
Jernih
1,015
6,5
+++
-
2015
Kuning
Keruh
1,015
6,5
+++
-
2015
Kuning
Jernih
1,015
6,5
+++
-
Kuning
Jernih
1003- 1030
4,5-8,0
-
Urobilinogen
Bilirubin
Eritrosit
Leukosit
Epitel
Kristal
Silinder
+
2-3
1-2
+
-
+
5-10
1-2
+
-
+
2-4
3-5
+
-
+
< 3/LPB
<5/LPB
17
2.10. Follow Up
Tanggal
3 September
2015
Keterangan
S: Bengkak pada kedua mata dan perut
O: Keadaan Umum: Tampak Sakit Sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Nadi
Pernapasan
Suhu Badan
: 36,7oC
Tekanan Darah
: 90/60 mmHg
BBS
: 18 kg
TBS
: 95 cm
LP
: 54 cm
Input
: 800 ml
Output
: 400 ml
Diuresis
Keadaan Spesifik
Kepala
Leher
Thorak
Pulmo
Cor
A: Sindrom Nefrotik
P: - Prednison 30 mg 3:2:2
4
september201
5
Nadi
Pernapasan
Suhu Badan
: 36,6oC
Tekanan Darah
: 100/70 mmHg
BBS
: 18 kg
TBS
: 95 cm
LP
: 54 cm
Input
: 500 ml
Output
: 750 ml
Diuresis
Keadaan Spesifik
Kepala
Leher
Thorak
Pulmo
(-/-)
Cor
A: Sindrom Nefrotik
P: - Prednison 30 mg 3:2:2
-
5 september
2015
Nadi
Pernapasan
Suhu Badan
: 36,9oC
Tekanan Darah
: 90/60 mmHg
BBS
: 18 kg
TBS
: 95 cm
LP
: 54 cm
Input
: 700 ml
Output
: 690 ml
Diuresis
Keadaan Spesifik
Kepala: Normocephali, mata cekung (-/-), sklera ikterik
(-/-),konjungtiva anemis (-/-), edema palpebra
(+/-)
20
Leher
Thorak
A: Sindrom Nefrotik
P: - Prednison 30 mg 3:2:2
-
7 September
2015
: Compos mentis
Nadi
Pernapasan
Suhu Badan
: 36,7oC
Tekanan Darah
: 90/60 mmHg
BBS
: 18 kg
TBS
: 95 cm
LP
: 54 cm
Input
: 500 ml
Output
: 580 ml
Diuresis
Keadaan Spesifik
Kepala
(-/-)
Leher
Thorak
Pulmo
Cor
A: Sindrom Nefrotik
P: - Prednison 30 mg 3:2:2
8
september201
5
: Compos mentis
Nadi
Pernapasan
Suhu Badan
: 36,7oC
Tekanan Darah
: 90/60 mmHg
BBS
: 19 kg
TBS
: 95 cm
LP
Input
Output
Diuresis
: 55 cm
: 350ml
: 475 ml
: 1,09 cc/24 jam
Keadaan Spesifik
22
Kepala
Leher
Thorak
Pulmo
Cor
A: Sindrom Nefrotik
P: - Prednison 30 mg 3:2:2
9 september
2015
: Compos mentis
Nadi
Pernapasan
Suhu Badan
: 36,5oC
Tekanan Darah
: 90/60 mmHg
BBS
: 19 kg
TBS
: 95 cm
LP
: 54 cm
Input
: 550ml
23
Output
: 650 ml
Diuresis
Keadaan Spesifik
Kepala
Leher
Thorak
Pulmo
Cor
A: Sindrom Nefrotik
P: - Prednison 30 mg 3:2:2
-
10 September
2015
: Compos mentis
Nadi
Pernapasan
Suhu Badan
: 36,6oC
Tekanan Darah
: 90/60 mmHg
BBS
: 19,5 kg
TBS
: 95 cm
24
LP
: 56 cm
Input
: 600ml
Output
: 550 ml
Diuresis
Keadaan Spesifik
Kepala
Leher
Thorak
Pulmo
Cor
A: Sindrom Nefrotik
P: - Prednison 30 mg 3:2:2
-
11
september201
5
: Compos mentis
Nadi
Pernapasan
Suhu Badan
: 36,9oC
Tekanan Darah
: 100/70 mmHg
25
BBS
: 19,5 kg
TBS
: 95 cm
LP
: 55 cm
Input
: 620ml
Output
: 500 ml
Diuresis
Keadaan Spesifik
Kepala
Leher
Thorak
Pulmo
Cor
A: Sindrom Nefrotik
P: - Prednison 30 mg 3:2:2
-
12 september
2015
: Compos mentis
Nadi
Pernapasan
Suhu Badan
: 36,8oC
Tekanan Darah
: 100/70 mmHg
BBS
: 19 kg
TBS
: 95 cm
LP
: 55 cm
Input
: 650ml
Output
: 480 ml
Diuresis
Keadaan Spesifik
Kepala
Leher
Thorak
Pulmo
Cor
A: Sindrom Nefrotik
P: - Prednison 30 mg 3:2:2
-
27
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Definisi Sindrom Nefrotik
Sindrom nefrotik (SN) merupakan kumpulan manifestasi klinis
yang ditandai dengan hilangnya protein urine secara masif (albuminuria),
diikuti
dengan
hipoproteinemia
(hipoalbuminemia)
dan
akhirnya
28
mengakibatkan
edema.Dan
hal
ini
berkaitan
dengan
timbulnya
pemakaian
steroid,
dan
dyscaria
darah
karena
obat
imunosupresif lain.
Sindrom nefrotik 15 kali lebih sering pada anak dibanding dewasa,
dan kebanyakan kasus nefrotik sindrom primer pada anak merupakan
penyakit lesi minimal.1,7Prevalensi penyakit lesi minimal berkurang secara
proprosional sesuai dengan umur onset terjadinya penyakit. Fokal
segmental glomerosclerosis (FSGS) merupakan sub kategori nefrotik
sindrom kedua tersering pada anak dan frekuensi kejadiannya cenderung
meningkat. Membrano proloferatif glomerulonephritis (MPGN) merupakan
sub kategori sindrom nefrotik yang biasanya terjadi pada anak yang lebih
29
besar dan adolescent. Kurang lebih 1 % dari sindrom nefrotik pada anak
dan adolescent dan kelainan ini dihubungkan dengan hepatitis dan penyakit
virus lain.7
3.3. Etiologi
Secara klinis sindrom nefrotik dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Sindrom nefrotik primer, faktor etiologinya tidak diketahui. Dikatakan
sindrom nefrotik primer oleh karena sindrom nefrotik ini secara primer
terjadi akibat kelainan pada glomerulus itu sendiri tanpa ada penyebab
lain. Golongan ini paling sering dijumpai pada anak. Termasuk dalam
sindrom nefrotik primer adalah sindrom nefrotik kongenital, yaitu salah
satu jenis sindrom nefrotik yang ditemukan sejak anak itu lahir atau usia di
bawah 1 tahun.
Kelainan histopatologik glomerulus pada sindrom nefrotik primer
dikelompokkan menurut rekomendasi dari ISKDC (International Study of
Kidney Disease in Children). Kelainan glomerulus ini sebagian besar
ditegakkan melalui pemeriksaan mikroskop cahaya, dan apabila
diperlukan, disempurnakan dengan pemeriksaan mikroskop elektron dan
imunofluoresensi.
Klasifikasi kelainan glomerulus pada sindrom nefrotik primer
1.
2.
3.
4.
SN
kedua
mekanisme
penghalang
tersebut
ikut
akibat
kehilangan
protein
melalui
urin.
Kelainan
Glomerulus
Albuminuria
Hipoalbuminemi
Volume plasma
32
Edema
33
Kelainan
Glomerulus
Retensi Na renal
primer
Volume plasma
Edema
Albuminuria Hipoalbuminemia
dan
intermediate
density
lipoprotein
dari
darah).
1. Tanda utama sindrom nefrotik adalah proteinuria yang masif yaitu > 40
mg/m2/jam atau > 50 mg/kg/24 jam; biasanya berkisar antara 1-10 gram
per hari. Pasien SNKM biasanya mengeluarkan protein yang lebih besar
dari pasien-pasien dengan tipe yang lain.5
2. Hipoalbuminemia merupakan tanda utama kedua. Kadar albumin serum
< 2.5 g/dL. 1,5
3. Hiperlipidemia merupakan gejala umum pada sindrom nefrotik, dan
umumnya, berkorelasi terbalik dengan kadar albumin serum. Kadar
kolesterol LDL dan VLDL meningkat, sedangkan kadar kolesterol HDL
menurun. Kadar lipid tetap tinggi sampai 1-3 bulan setelah remisi
sempurna dari proteinuria. 1,5
4. Hematuria mikroskopik kadang-kadang terlihat pada sindrom nefrotik,
namun tidak dapat dijadikan petanda untuk membedakan berbagai tipe
sindrom nefrotik.1,5
5. Fungsi ginjal tetap normal pada sebagian besar pasien pada saat awal
penyakit. Penurunan fungsi ginjal yang tercermin dari peningkatan
kreatinin serum biasanya terjadi pada sindrom nefrotik dari tipe
histologik yang bukan SNKM. 1,5
6. Tidak perlu dilakukan pencitraan secara rutin pada pasien sindrom
nefrotik. Pada pemeriksaan foto toraks, tidak jarang ditemukan adanya
efusi pleura dan hal tersebut berkorelasi secara langsung dengan derajat
sembab dan secara tidak langsung dengan kadar albumin serum. Sering
pula terlihat gambaran asites. USG ginjal sering terlihat normal
meskipun kadang-kadang dijumpai pembesaran ringan dari kedua ginjal
dengan ekogenisitas yang normal. 1,5
3.6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan antara lain :
1. Urinalisis dan bila perlu biakan urin
2. Protein urin kuantitatif, dapat berupa urin 24 jam atau rasio protein/
kreatinin pada urin pertama pagi hari
3. Pemeriksaan darah antara lain
- Darah tepi lengkap (hemoglobin, leukosit, hitung jenis, trombosit,
-
hematokrit, LED)
Kadar albumin dan kolesterol plasma
38
Usia > 6 tahun atau < 1 tahun, dengan manifestasu sindrom nefritis
C3 menurun secara peresisten
Sindrom Nefrotik dengan hematuri nyata, hipertensi, kadar kreatinin
dan ureum plasma meninggi, atau kadar komplemen serum
menurun
Sindrom Nefrotik resisten steroid
3.7. Penatalaksanaan
Pada kasus sindrom nefrotik yang diketahui untuk pertama kalinya,
sebaiknya penderita di rawat di rumah sakit dengan tujuan untuk
mempercepat pemeriksaan dan evaluasi pengaturan diet, penanggulangan
edema, memulai pengobatan steroid, dan edukasi bagi orang tua. Sebelum
pengobatan steroid dimulai, dilakukan uji Mantoux.Bila hasilnya positif
diberikan profilaksis INH bersama steroid, dan bila ditemukan tuberculosis
(OAT). Perawatan pada sindrom nefrotik relaps dilakukan bila disertai
edema anasarka yang berat atau disertai komplikasi muntah, infeksi berat,
gagal ginjal, atau syok. Tirah baring tidak perlu dipaksakan dan aktivitas
disesuaikan dengan kemampuan pasien.
Pemberian diet tinggi protein tidak diperlukan. Bahkan sekarang
dianggap kontra indikasi, karena akan menambah beban glomerolus untuk
mengeluarkan sisa metabolisme protein (hiperfiltasi) dan menyebabkan
terjadinya sklerosis glomerolus. Sehingga cukup diberikan diet protein
normal sesuai dengan RDA (Recommended Daily Allowances) yaitu
2gram/kgBB/hari. Diet rendah protein akan menyebabkan malnutrisi
39
energy protein (MEP) dan hambatan pertumbuhan anak. Diet rendah garam
(1-2gram/hari) hanya diperlukan jika anak menderita edema.
a. Pengobatan Inisial
Sesuai dengan anjuran ISKDC (International Study on Kidney Diseases
in Children) pengobatan inisial pada sindrom nefrotik dimulai dengan
pemberian prednisone dosis penuh (full dose) 60 mg/m2 LPB/hari
(maksimal 80mg/hari), dibagi dalam 3 dosis, untuk menginduksi remisi.
Dosis prednisone dihitung berdasarkan berat badan ideal (berat badan
terhadap tinggi badan).Prednisone dalam dosis penuh inisial diberikan
selama 4 minggu. Setelah pemberian steroid dalam 2 minggu pertama,
remisi telah terjadi pada 80% kasus, dan remisi mencapai 94% setelah
pengobatan steroid 4 minggu. Bila terjadi remisi pada 4 minggu
pertama, maka pemberian steroid dilanjutkan dengan 4 minggu kedua
dengan dosis 40mg/m2 LPB/hari (2/3 dosis awal) secara alternating
(selang sehari), 1 kali sehari setelah makan pagi. Bila setelah 4 minggu
pengobatan steroid dosis penuh, tidak terjadi remisi, pasien dinyatakan
sebagai resisten steroid.
b. Pengobatan Relaps
Meskipun pada pengobatan inisial terjadi remisi total pada 94% pasien,
tetapi pada sebagian besar akan mengalami relaps (60-70%) dan 50%
diantaranya mengalami relaps sering. Skema pengobatan relaps dapat
dilihat di gambar 2, yaitu diberikan prednisone dosis penuh sampai
remisi (maksimal 4 minggu) dilanjutkan dengan prednisone dosis
alternating selama 4 minggu. Pada sindrom nefrotik yang mengalami
proteinuria 2+ kembali tetapi tanpa edema, sebelum dimulai
pemberian prednisone, terlebih dahulu dicari pemicunya, biasanya
infeksi saluran napas atas. Bila ada infeksi, diberikan antibiotic 5-7 hari
dan bila setelah pemberian antibiotic kemudian proteinuria menghilang,
tidak perlu diberikan pengobatan relaps. Bila sejak awal ditemukan
proteinuria 2+ disertai edema, maka didiagnosis sebagai relaps, dan
diberi pengobatan relaps.
40
imunosupresif.Siklofosfamid
menunjukan
kemampuan
siklofosfamid
yaitu
bila
terjadi
kegagalan
memberikan
efek
nefrotoksik.
Siklosporin
dapat
yaitu
hipertrikosis,
hyperplasia
gusi,
gejala
selama 8 minggu.
f. Penderita rawat jalan
- Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menimbang berat badan,
mengukur tinggi badan, tekanan darah, dan pemeriksaan tanda-tanda
lainnya
43
memberikan
diuretik,
mg/kgBB/kali
Mengatasi renjatan yang diduga karena hipoalbuminemia (1,5g/dL)
berikan albumin atau plasma darah
3.8. Komplikasi
1. Infeksi
Infeksi merupakan komplikasi utama dari sindrom nefrotik,
komplikasi ini akibat dari meningkatnya kerentanan terhadap infeksi
bakteri selama kambuh. Peningkatan kerentanan terhadap infeksi
disebabkan oleh: 11
a. penurunan kadar imunoglobulin
6, 7
antiplasmin
hipoalbuminuria
mengakibatkan
aktivasi
trombosit
lewat
timbul
3.9. Prognosis
Prognosis sindrom nefrotik idiopatik pada umur muda dan anak
dan pada wanita lebih baik dari pasien umur lebih tua atau dewasa dan lakilaki.MCD mempunyai prognosis baik, dapat terjadi remisi spontan pada
pasien
anak-anak.
Hanya
sebagian
kecil
pasien
dengan
MCD
Pencegahan
makanan yang mengandung protein, seperti putih telur, tahu, tempe dan
ikan.
BAB IV
ANALISIS KASUS
Analisis Kasus
Pada kasus ini, pasien adalah
banyak dan nafsu makan berkurang.Demam, muntah, batuk, pilek, dan sesak
disangkal.Dan OS berobat ke puskesmas dan dirujuk ke RSUD Palembang Bari.
Sejak 2 bulan yang lalu, OS dirawat di bangsal kelas 3 anak noninfeksi dan dirawat 20 hari, dan dinyatakan sembuh dengan bengkak pada tubuh
mulai reda dan berat badan yang sudah kembali normal yaitu 17 kg. OS diizinkan
pulang dan harus kontrol sekali dalam 1 minggu.
Pada hari Selasa tanggal 1 September 2015, pada saat kontrol ke poli
anak RSUD Palembang Bari untuk ketiga kalinya orang tua OS mengeluh timbul
bengkak kembali pada kedua mata dan perut OS secara mendadak 1 hari sebelum
kontrol ke poli. Sesak napas (-).Bengkak timbul pada kedua kelopak mata lebih
jelas terlihat di pagi hari pada saat bangun tidur dan bengkak lebih terlihat di perut
pada siang hari tetapi bengkak di tangan dan kaki disangkal.BAK sedikit,
berwarna jernih, BAK berwarna cucian daging disangkal, demam disangkal, batuk
dan pilek disangkal.Dan OS kembali dirawat inap di bangsal kelas 3 anak noninfeksi untuk terapi lebih lanjut.
Keluhan utama berupa bengkak pada kelopak mata dan perut secara
mendadak.
Adanya oliguria.
ditegakkan
adalah
sindrom
nefrotik
(SN).
Tetapi,
untuk
lebih
50
sindrom nefrotik. Dan hal ini sesuai dengan definisi dari SN yaitu keadaan klinis
yang terdiri dari edema, hipoalbuminemia, hiperlipidemia (hiperkolesterolemia),
hipoproteinemia, dan proteinuria.
Penyebab utama terjadinya penyakit yang berulang pada kasus ini
kemungkinan terjadinya relaps sering dimana terjadinya peningkatan protein pada
urine >2+ dan terjadinya edema yang muncul ketika pemberian obat steroid pada
pengobatan inisial telah tuntas atau penurunan dosis dari obat tersebut.Dan juga
dapat terjadinya putus mengkonsumsi steroid.
SN pada kasus ini didiagnosa banding dengan GNA karena gejala klinis
yang ditimbulkan sama yakni berupa edema tanpa hipertensi. Sesuai dengan teori
di atas hipertensi lebih sering terjadi pada GNA. Namun pada literatur lain
dinyatakan bahwa hipertensi ringan sedang sering ditemukan pada SN dan
menjadi normotensi bersamaan dengan peningkatan diuresis. Hal ini berbeda
dengan hipertensi pada GNA, dimana sering terjadi hipertensi berat sehingga
memerlukan terapi anti hipertensi. Dan juga pada kasus ini tidak ditemukannya
hematuria yang merupakan suatu pemeriksaan laboratorium yang khas pada kasus
GNA.
Penatalaksanaan pada kasus ini terutama tertuju pada indikasi rawat inap
terlebih dahulu yaitu salah satunya adalah SN steroid relaps sering. Terapi yang
diberikan pada kasus ini ada secara non-medikamentosa seperti :
DAFTAR PUSTAKA
1. Agraharkar Mahendra, Nefrotik Syndrome. www.emedicine.comdiakses 25
Juli 2015).
2. Alatas H, Tambunan T, Trihono PP, Pardede SO : Sindrom Nefrotik, Buku
Ajar Nefrologi Anak. Edisi 2. Balai Penerbit FKUI, Jakarta 2004
3. Behram, Kleigman, Arvin. Nelson, Ilmu Kesehatan Anak. Ed 15. EGC
Jakarta 2000
4. Behrman. Nelson: Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta. EGC. 2000
5. DR. Partini Pudjiastuti Trihono, Dr. Sp.A(K), MM(Paed) Prof. Husein Alatas,
Dr. Sp.A(K) Prof. Taralan Tambunan, Dr. Sp.A(K) Sudung O Pardede, Dr.
Sp.A(K). 2012. KONSENSUS TATA LAKSANA SINDROM NEFROTIK
IDIOPATIK PADA ANAK Edisi kedua. Unit Kerja Koordinasi Nefrologi
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta. Hal. 15.
6. Eric
P.Cohen,
MD.
Nephrotic
Syndrome.
2009.
Travis,
M.D.
Nephrotic
Syndrome.
2005.
52
9. Staf Pengajar IKA FK UI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Vol.2.
Edited by Dr.Rusepno Hasan dan Dr.Husein Alatas. Infomedika. Jakarta.
2007.
10. Sukandar Enday. Sindrom Nefrotik. Dalam : Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.
Balai Penerbit FKUI . Jakarta : 1998 ; 282 305
11. Vincent
lannelli,
M.D.
Childhood
Nephrotic
Syndrom.
2005.
53