ABSTRAK
Kortikosteroid merupakan derivat hormon kortikosteroid yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Kortikosteroid hormonal dapat
digolong-kan menjadi glukokortikoid dan mineralokortikoid. Berdasarkan cara penggunaannya, kortikosteroid dapat dibagi dua,
yaitu kortikosteroid sistemik dan kortikosteroid topikal (KT). Untuk keberhasilan pengobatan dengan KT, beberapa faktor kunci
yang harus dipertimbangkan adalah diagnosis yang akurat, memilih obat yang benar, mengingat potensi, jenis sediaan,
frekuensi penggunaan obat, durasi pengobatan, efek samping, dan profil pasien yang tepat.
Kata kunci: Kortikosteroid, glukokortikoid, mineralokortikoid, potensi, topikal
ABSTRACT
Corticosteroids are derivatives of corticosteroid hormones produced by the adrenal glands. Corticosteroids can be classified into glucocorticoid
and mineralocorticoid. Based on its utility, corticosteroids can be divided into: systemic corticosteroids and topical corticosteroids (TC). For
successful treatment with TC, several key factors should be considered: accurate diagnosis, choose the right drug, potency, type of
preparation, frequency of use, duration of treatment, side effects, and proper patient profile. Reyshiani Johan. Proper Use of
Topical Corticosteroids.
Keywords: Corticosteroids, glucocorticoids, mineralocorticoids, potency, topical
penulisan resep KT
PENDAHULUAN
harus
rasional,
Kortikosteroid topikal (KT) merupakan salah satu obat yang sering terutama
bila
diresepkan dan di-gunakan untuk pasien dermatologi sejak pertama dikombinasikan/dica
kali diperkenalkan pada awal tahun 1950-an.1 Sayangnya, KT seringmpur dengan obat
kali digunakan secara tidak tepat baik oleh dokter, farmasi, toko obat,lain, serta selalu
ahli kecantikan ataupun pasien karena keampuhannya menghilangkan mempertimbangkan
gejala dan tanda berbagai penyakit kulit. Hal tersebut tidak jarang
efek samping yang
menimbulkan masalah efek samping.1,2 Efektivitas KT bergantung
mungkin terjadi.1- 4
pada potensi/ kekuatan, vehikulum, frekuensi pengolesan,
jumlah/banyaknya, dan lama pemakaian. Selain diagnosis yang tepat, Kortikosteroid
stadium penyakit, lokasi anatomi, dan faktor usia, kepatuhan pasien merupakan derivat
juga ikut mempengaruhi keberhasilan terapi. Secara farmakologik
hormon
kortikosteroid yang
dihasilkan
oleh
kelenjar
adrenal.
Hormon
ini
memainkan peran
penting
termasuk
mengontrol respons
inflamasi.5
Kortikosteroid
hormonal
dapat
digolongkan
menjadi
glukokortikoid dan
mineralokortikoid.
Golongan
glukokortikoid
adalah
kortikosteroid yang
efek
utamanya
terhadap
penyimpanan
glikogen
hepar
dan khasiat antiinfl
amasinya nyata.
Prototip golongan
ini adalah kortisol
dan kortison, yang
merupakan
glukokortikoid
alami.
Terdapat
juga glukokortikoid
sintetik, misalnya
prednisolon,
triamsinolon, dan
betametason.
Golongan
mineralokortikoid
adalah kortikosteroid
yang
mempunyai
aktivitas
utama
menahan garam dan
ter-hadap
keseimbangan
air
dan
elektrolit.
Umumnya golongan
ini tidak mempunyai
efek
antiinflamasi
yang
berarti,
sehingga
jarang
digunakan.
Pada
manusia, mineralokortikoid
yang
terpenting
adalah
aldos-teron.6
Berdasarkan
cara
penggunaannya,
kortikosteroid dapat
dibagi dua, yaitu
Alamat korespondensi
email:
reyshani_johan@yahoo.com
308
CONTINUING PROFESSIONAL
DEVELOPMENT
kortikosteroid topikal1
Vitiligo
Lupus erythematosus,
dermatomyositis, morphoea
Others
Common representative
VI
Mild corticosteroids
VII
IV
Least potent corticosteroids Mild
Alclometasone dipropionate
0.05% cream or onintment
Desonide 0.05% cream
Fluocinolone acetonide 0.01%
cream
Triamcinolone acetonide
0.025% cream
Hydrocortisone 1% or 2.5%
cream, 1% or 2.5% lotion, 1% or
2.5% ointment
Hydrocortisone acetate (1% or
2.5% cream, 1% or 2.5% lotion,
1% or 2.5% ointment)
Indications
Alopecia areata
Atopic dermatitis (resistant)
Discoid lupus
Hyperkeratotic eczema
Lichen planus
Lichen sclerosus (skin)
Lichen simplex chronicus
Nummular eczema
Psoriasis
Nummular eczema
Scabies (after scabicide)
Seborrheic dermatitis
Severe dermatitis
Severe intertrigo (short-term)
Statis dermatitis
Dermatitis (diaper)
Dermatitis (eyelids)
Dermatitis (face)
Intertigo
Perianal inflammation
Courtesy *Adapted from Ference JD, Last AR, Choosing topical corticosteroids, Am Fam Physician 2009;79:135140
Kekuatan
Potensi/kekuata
n adalah jumlah
obat
yang
dibutuhkan
untuk
menghasilkan
efek terapi1 yang
diinginkan.
Potensi/kekuata
n
KT
dapat
diukur dengan
menghitung
daya
vasokonstriksi.
Daya
vasokonstriksi di
kulit
orang
sehat
menjadi
dasar klasifikasi
potensi.
Efek
terapi KT pada
setiap
pasien
hasilnya
bervariasi.
Keberhasilan
terapi
tidak
permukaan
besar,
pada
wajah,
atau
pada
daerah
dengan
kulit
tipis dan untuk
anak-anak. KT
yang lebih kuat
sangat
berguna untuk
penyakit yang
parah
dan
untuk
kulit
yang
lebih
tebal di telapak
kaki
dan
telapak
tangan.
KT
potensi tinggi
dan
super
poten
tidak
boleh
digunakan
di
selangkangan,
wajah,
aksila
dan di bawah
oklusi,
kecuali
dalam
situasi
yang jarang dan
untuk
durasi
pendek.1,9
KT
disesuaikan
dengan
keadaan,
di
antaranya
lokasi
dermatosis.
Perhatikan
kenyamanan
vol. 42 no. 4, th. 2015
pasien
karena
dapat
mempengaruhi
kepatuhan.
Salep
bersifat
lengket
dan
berminyak,
kurang
309
dianjur
ada rasa
seperti
kan
tersengat.2,4,8 pembe
rian
KT
Untuk
poten
menghitung
tidak
jumlah
KTmelebi
yang
di-hi 45
resepkan,
gram
sebaiknya
per
menggunakan mingg
ukuran
fi u atau
ngertip
unitKT
yang
dibuatpotens
oleh Long dani
Finley.1 Satumenen
fi ngertip unitgah
setara dengantidak
0,5 gram krimmelebi
atau
salephi 100
gram
(Gambar
13,14
per
1).
mingg
Jumlah
Ukuran
u.1,9,10
Pasien
tersebut
berbeda padadermat
orang dewasaitis
dan
anakkronik,
(tabel 3 danmisaln
ya
4).
dermat
Pada dewasaitis
FTU required
2.5
Arm
Leg
Foot
29
Anatomic area
Face and neck
3-6 months
1/1
1-2 years
1.5/1.5
3-5 years
1.5/1.5
6-10 years
2/2
2.5/2.5
1/1
1.5/1.5
2/2
1.5/1.5
2/2
3/3
4/4
Anterior trunk
1/1
2/2
3/3
3.5/3.5
1.5/1.5
3/3
3.5/3.5
5/5
atopik, mungkinterkada
menggunakan ng
KT potensi kuatmereka
atau KT potensitakut
lebih
rendahefek
dalam
jumlahsampin
berlebihan ataug dan
mengoles
KTmengol
lebih sering ataueskan
hanya
memakai
seming
emolien.
gu
Sebaliknya,
kan
pada
pere
mpua
n
setar
a
deng
an
0,4
gram.
sekali,
sehing
ga
pemak
aian
KT di
bawah
standar
dan
tidak
efektif.
2 FTU = 1 g
FTU = Fingertip Pada
Unit / 1 FTU = 0.5 g laki-laki
of
cream
or
satu fi
ointment
ngertip
Gambar 1. Fingertip unit
Unit18
setara
dengan
0,5
gram,
sedang
Bayi
dan
anak
kirakira
1/4
atau
1/3
dikalkul
asi
mende
kati
jumlah
yang
seharu
snya
diresep
kan.1,2,4
,8
13,14
nya.1
5
Juml
ah
krim
atau
salep
yang
dibut
uhka
n per
hari
dapat
Conto
h: jika
seoran
g
perem
puan
dewas
a
mengo
leskan
kedua
lengan
dan
tangan
sekali
sehari,
dia
memb
utuhka
n 3,2
gram
per
harirata,
(diperlukan 8 fi pijat
ngertip unit xperlaha
0,4 gram = 3,2nlahan.
gram/hari)
atau
22,4Aplikas
gram
peri oklusi
minggu. Tubebaik
besar 50 gramdiguna
kira-kira dapatkan
digunakan
untuk
untuk
2lesi
minggu, tetapikering,
bila
hiperke
mengoleskann ratotik,
ya 2 kali seharidan
hanya cukuplikenifik
untuk
satuasi.
minggu.2
Lesi
sebaik
Aplikasi
nya
Pengolesan
KTdibersi
yang dianjurkanhkan
adalah 1-2 kalidengan
per
hariair dan
tergantung
sabun,
dermatosis
dankemudi
area
yangan oles
Pada
dioles.
terapi dermatitis
atopik,
dianjurkan
1-2
kali/hari.
lebih dari 2 kali
tidak
bahkan
dapat
mengurangi
(kedap
pasien.
Bila
menggunakan
sedang
Perlu
diingat
bahwa
makin
sering
dioleskan makin
mudah
terjadi
takifilaksis.
2,9,11
aplikasi
pengolesan
fiksasi
dengan
selotip
kepatuhan
agar
tidak
berges
er.
Biarka
n
tertutu
p
selama
2-8
jam,
oklusi
dianjur
KT,
kan
aplikasi
saat
sederhana
tipis me-
plastik
atau
bermakna,
oleskan
pembu
bebat
perbedaan
Teknik
dengan
air),
memberikan
sehari.
tutup
ngkus
Pengolesan
potensi
KT dan
salep
malam
hari
atau
menjel
ang
tidur.2,11
Lama
poten
Pemakaian
KTselama
jangka
panjang1
minggu
dapat
Pemakaian
menyebabkan
efek takifi laksis,
yaitu pe-nurunan
respons
efek
vasokonstriksi
(kulit
toleran
terhadap
efek
vasokonstriksi).2,9,
11
Takifilaksis
dapat terjadi 4
hari
setelah
pemakaian
KT
potensi sedangkuat 3 kali sehari
di wajah, leher,
tengkuk, intertriginosa, atau pada
pemakaian
secara oklusi.1,2,4
Efek
takifilaksis
menghilang
setelah
KT
dihentikan selama
4
hari.2,9
KT
golongan sangat
poten atau poten
sebaiknya
digunakan
tidak
lebih
dari
2
minggu. Bila digunakan jangka
panjang, turunkan
potensi perlahanlahan, turunkan
ke potensi yang
lebih
rendah
setelah
digunakan
1
minggu,
kemudian
hentikan.
Penghentian tibatiba potensi kuat
menyebabkan
rebound
symptoms
(dermatosis
menjadi
lebih
buruk).1,2,4,9 Cara
menghindari efek
rebound
dan
memperlambat
kekambuhan
penyakit
kulit
kronis
adalah
dengan
pemberian
intermiten. Pada
psoriasis
dapat
diberikan
KT
golongan sangat
31
CONTINUING
PROFESSIONAL
DEVELOPMENT
penuh lalu dihentikan
selama 1 minggu,
kemudian dilanjutkan
kembali sampai lesi
terkontrol. Cara lain
adalah
dengan
meng-oleskan
KT
selama
3
hari
berturut-turut dalam 1
minggu
atau
diberikan 2 kali dalam
1
minggu.
Pada
dermatitis
atopik
terapi
KT
dapat
diberikan selama 2
hari
berturut-turut
setiap
minggu.2,11
Pada pemakaian KT
golongan II dan VI,
dianjurkan
pemakaian 2 kali/hari
dan lama pemberian
2-4
minggu.
Bila
respons
adekuat
tidak tercapai dalam
4-7 hari, segera pilih
KT golongan lain.2,9,11
Pelembap
Dalam tatalaksana
dermatitis
atopik,
pe-makaian
KT
dianjurkan
bersama-sama
dengan
emolien
atau
pelembap
dengan
interval
beberapa menit di
antara peng-olesan
kedua
obat
tersebut. Sampai
Striae distensae
Cutaneous atrophy
Systemic
Hypothalamic-pituitary-adrenal axis suppression
Stellate pseudoscars
Cushing's disease
Telangiectasia
Purpura
Erythema
Perioral dermatitis
Rosacea
Acne
Rebound erythema
Steroid addiction
Topical steroid dependent face
*Adapted from Hengge et al
sekarang
masih
diperdeb
atkan
dan tidak
ada
panduan
pasti
mana
yang
lebih
dahulu
digunaka
n.
Secara
rasional
obat oles
topikal
lebih
efektif
bila
dipakai
setelah
pelemba
p.
Terdapat
anggapa
n bahwa
jika
dioleskan
setelah
pelemba
p,
KT
dapat
mengala
mi difusi
dan
menyeba
r ke area
yang
tidak
memerlu
kan KT.2,8
Kombin
asi
Pemakai
an
KT
Cataracts
Glaucoma
Decreased growth rate
Hyperglycemia
Hypertension
Hypocalcemia
Peripheral edema
38
EFEK SAMPING
wajah
setelah
peeling,
kulit
skrotum
tipis dan
merah,
vulvody
nia,
atrofi
perianal,
dan
dermatiti
s atopik
rekalsitr
16
ans.
Pemaka
ian KT
jangka
panjang
di wajah
dapat
menyeb
abkan
topical
Gambar
2.
Telangiekt
asi pada
wajah
akibat
pemakaia
n
KT19
corticoster
oidsinduces
rosacealike
dermatitis
(TCIRD)
atau
topical
steroiddependen
t face
(TSDF).1,
2,12
(Gambar
2-4)
Efek
Sampin
g
Sistemi
k
KT
berpotens
i kuat dan
sangat
kuat
dapat
diabsorbs
i
dan
menimbul
kan efek
sistemik,
di
antaranya
sindrom
Cushing,
supresi
kelenjar
hypothala
micpituitaryadrenal,
gangguan
metabolik
,
misalnya
hiperglike
mi,
gangguan
ginjal/elek
trolit,
contohny
a
hipertensi
, edema
hipokalse
bersifat
reversibel, Prevalens
membaik setelah obat i
dihentikan,
kecuali diperkirak
atrophic striae yang an
0,2lebih
sulit
diatasi 6%,
karena telah terjadi umumnya
kerusakan
sawar lebih
diperhati
Dermatitis
kan
kronik
respons
sulit
KT
diatasi,
kurang
karena
memuas
adanya
kan bila
fenomena
kulit.1,2,9
sering
terdapat
adiksi
disebabka
infeksi
terhadap
n oleh KT
yang
KT.1,2,9
non-fl
kontak
uorinated.
umumnya
Perlu
terjadi.
tidak
Perlu
terdiagn
dibedaka
osis.
n antara
mi.17
Pada
umumnya
efek
samping
tersebut
Reaksi
Hipersensitivitas
Dermatitis
akibat
jarang
maupun
Efek
sampi
ng,
baik
lokal
CD
K227
/
vol.
42
no.
4,
th.
201
5
31
1
KT
panja
pen
sistemik, lebihng,
gole
sering
san
terjadipoten
lesi
anak,
yan
padakuat,
pemakaian KTdan
jangka
luas
pada
pemakaian KT20
.1,2
Gamb
ar 3.
Kulit
atrofi
akibat
Gambar 4.
Dermatitis perioral
akibat pemakaian
KT21
kelopak
reaksi hipersensitif terhadap
mata,
reaksi hipersensitif terhadap
intertriginos
atau
bahan
pengawet;a, fl eksural,
pembuktian dapat denganskrotum,
uji tempel.1,2,9 Vehikulumdan
untuk
yang
berpotensiarea
yang
menyebabkan
alergi
diluas.
antaranya adalah propilen
glikol, sorbitan sesquoleate,Menggunak
lanolin,
paraben,an
potensi
yang
formaldehid,
danKT
sesuai
pewangi.2,9
untuk
MENGOPTIMALKAN mencapai
PENGGUNAAN
pengendalia
Memilih
KT
dann penyakit.
vehikulum yang tepatMakin kuat
sesuai
indikasipotensi,
dermatosis.
Mulailahmakin kuat
infl
dengan potensi ringan,daya
terutama untuk lesi diamasi, dan
antiprolifera
wajah,
si.
2.
Rathi
SK,
DSouza
P.
Rational and
ethical use of
topical
corticosteroid
s based on
safety
and
efficacy.
Indian
J
Dermatol.
2012; 57(4):
251-9.
Boediardja
SA.
Kortikosteroid
Waspad
a terhadap
efek
samping
dan segera
hentikan
bila terjadi.
Bila
tidak
ada
indikasi
hindari
menggunakan
preparat
kombinasi
KT dengan
antimikroba
dan
antijamur.
Menghin
dari
penggunaan
KT
untuk
ruam yang
tidak
terdiagnosis
karena akan
mengaburka
n diagnosis.
topikal:
Penggunaan
yang
dalam
tepat
pra
Uni
ktek
ver
der
in
sita
mat
olo
Ind
gi.
one
Jak
ul
sia.
arta
ta
201
3.
Dep
Hal.
arte
1-
me
14.
Kuli
kt
er
dan
Kel
3.
Hati-hati
2 KT
poten atau
1.
meresepkan
KT, terutama
untuk anak,
orang
tua,
wanita hamil
dan
menyusui.
1 Turunka
n potensi KT
atau kurangi
frekuensi
aplikasi
setelah hasil
yang
memuaskan
dicapai.
Turunkan
perlahanlahan
sampai
remisi
terkontrol
lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
lesi kronik
ditandai
hiperkeratos
is dan
likenifi kasi.
Pet
ers
on
JD,
Law
ren
ce
4.
5.
6.
Ference
JD,
Last
AR.
Choosing
topical
corticosteroids.
Am
Fam.
Physician 2009; 79(2): 13540.
Lewis
V.
Topical
corticosteroid, All NetDoctor
[Internet]. 2007 Mei. Available
from:
http://www.netdoctor.co.uk/ind
ex.html.
Goldfien
A.
Adenokortikosteroid
dan
antagonis adrenokortikal. In:
Katzung BG. ed. Farmakologi
dasar dan klinik. 4th ed..
Jakarta: EGC; 1998. p. 616-
32.
7.
p.
265
Jones
JB.
9Topical
65.
therapy. In:
Burns
T,
Breathnach
S, Cox N,Topical
Griffiths
C,
Ster
eds. Rooks
oids
textbook
of
Pot
dermatology.
enc
th
y
7
ed.
Ran
Australia:
king
Blackwell
tabl
Publ. 2004.
e
p. 516-23.
{hig
Oakley
A.
hes
t to
Topical
low
corticosteroid
est}
treatment for
.
skin
Ava
conditions. A
ilabl
review.
e
Specialist
fro
Dermatologis
m:
t and Clinical
http
Associate
://w
Professor,
ww.
Tristram
der
Clinic,
mn
Hamilton.
etn
z.or
Valencia IC,
g/tr
Kerdel
FA.
eat
Topical
me
nts/
corticosteroid
topi
s. In: Wolff K,
calGoldsmith
ster
oids
LA, Katz SI,
.ht
Gilchrest BA,
ml.
Paller
AS,
10.
8.
9.
Leffel
11.
DJ,
Habif
ITP.
Fitzpatricks
Clin
dermatology
ical
der
in
general
mat
th
medicine. 8
olo
gy.
ed.
New
A
York:
colo
McGraw-Hill
r
gui
Co Inc; 2012.
de
CDK
-227/
vol.
42
no.
4, th.
2015
eds.
312
to
di
a
g
n
o
si
s
a
n
d
th
er
a
p
y.
4t
h
e
d.
E
di
n
b
ur
g
h:
M
o
s
b
y;
1
9
9
6.
p.
2
34
0.
12.
Hengg
e
U
R
,
R
u
zi
c
k
a
T,
S
c
h
w
artz
RA,
Cor
k
MJ.
Adv
ers
e
effe
ct
of
topi
cal
gluc
oco
rtic
ost
eroi
ds.
J
Am
Aca
d
Der
mat
ol.
200
6;
54(
1):
5.
13.
Finlay
AY,
Ed
war
ds
PH,
Har
din
g
KG.
Fin
gert
ip
unit
in
der
mat
olo
gy.
Lan
cet.
198
9;
II:
155
.
14.
15.
16.
Hamzah
M.
Dermatoterapi. In: Djuanda A,
ed. Ilmu penyakit kulit dan
kelamin. 5th ed. Jakarta:
Fakultas
Kedokteran
Universitas Indonesia; 2007.
p. 342-52.
17.
Djuanda
A.
Pengobatan
dengan
dermatovenereologi.
Djuanda
A,
ed.
Ilmu
Jakarta:
Kedokteran
Fakultas
Universitas
18.
Fingertip
unit
measurement [image on the
internet]. 2013. Available from:
http://www.theskin.in/wpcontent/uploads/2013/04/ftu3.j
pg
19.
Actinic/solar damage,
telangiectasia [image on the
internet]. 2003. Available from:
www.dermquest.com/imagelibrary/image/5044bfcfc97267
166cd6170a.
20.
21.
Perioral
dermatitis
[image on the internet].
Available
from:
http://www.aocd.org/?
page=PerioralDermatitis