Anda di halaman 1dari 12

PROFESSIONALCONTINUINGDEVELOPMENTPROFESSIONAL CONTINUINGDEVELOPMENTMEDICAL

Akreditasi PP IAI2 SKP

Penggunaan Kortikosteroid Topikal


yang Tepat
Reyshiani Johan
Dokter Umum di Poliklinik Kulit dan Kelamin RS Dustira, Cimahi,
Jawa Barat, Indonesia

ABSTRAK
Kortikosteroid merupakan derivat hormon kortikosteroid yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Kortikosteroid hormonal dapat
digolong-kan menjadi glukokortikoid dan mineralokortikoid. Berdasarkan cara penggunaannya, kortikosteroid dapat dibagi dua,
yaitu kortikosteroid sistemik dan kortikosteroid topikal (KT). Untuk keberhasilan pengobatan dengan KT, beberapa faktor kunci
yang harus dipertimbangkan adalah diagnosis yang akurat, memilih obat yang benar, mengingat potensi, jenis sediaan,
frekuensi penggunaan obat, durasi pengobatan, efek samping, dan profil pasien yang tepat.
Kata kunci: Kortikosteroid, glukokortikoid, mineralokortikoid, potensi, topikal

ABSTRACT
Corticosteroids are derivatives of corticosteroid hormones produced by the adrenal glands. Corticosteroids can be classified into glucocorticoid
and mineralocorticoid. Based on its utility, corticosteroids can be divided into: systemic corticosteroids and topical corticosteroids (TC). For
successful treatment with TC, several key factors should be considered: accurate diagnosis, choose the right drug, potency, type of
preparation, frequency of use, duration of treatment, side effects, and proper patient profile. Reyshiani Johan. Proper Use of

Topical Corticosteroids.
Keywords: Corticosteroids, glucocorticoids, mineralocorticoids, potency, topical

penulisan resep KT

PENDAHULUAN

harus

rasional,

Kortikosteroid topikal (KT) merupakan salah satu obat yang sering terutama
bila
diresepkan dan di-gunakan untuk pasien dermatologi sejak pertama dikombinasikan/dica

kali diperkenalkan pada awal tahun 1950-an.1 Sayangnya, KT seringmpur dengan obat
kali digunakan secara tidak tepat baik oleh dokter, farmasi, toko obat,lain, serta selalu
ahli kecantikan ataupun pasien karena keampuhannya menghilangkan mempertimbangkan
gejala dan tanda berbagai penyakit kulit. Hal tersebut tidak jarang
efek samping yang
menimbulkan masalah efek samping.1,2 Efektivitas KT bergantung
mungkin terjadi.1- 4
pada potensi/ kekuatan, vehikulum, frekuensi pengolesan,
jumlah/banyaknya, dan lama pemakaian. Selain diagnosis yang tepat, Kortikosteroid
stadium penyakit, lokasi anatomi, dan faktor usia, kepatuhan pasien merupakan derivat
juga ikut mempengaruhi keberhasilan terapi. Secara farmakologik
hormon

kortikosteroid yang
dihasilkan
oleh
kelenjar
adrenal.
Hormon
ini
memainkan peran
penting
termasuk
mengontrol respons
inflamasi.5
Kortikosteroid
hormonal
dapat
digolongkan

menjadi
glukokortikoid dan
mineralokortikoid.
Golongan
glukokortikoid
adalah
kortikosteroid yang
efek
utamanya
terhadap
penyimpanan
glikogen
hepar
dan khasiat antiinfl
amasinya nyata.
Prototip golongan
ini adalah kortisol
dan kortison, yang
merupakan
glukokortikoid
alami.
Terdapat
juga glukokortikoid
sintetik, misalnya
prednisolon,
triamsinolon, dan

betametason.
Golongan
mineralokortikoid
adalah kortikosteroid
yang
mempunyai
aktivitas
utama
menahan garam dan
ter-hadap
keseimbangan
air
dan
elektrolit.
Umumnya golongan
ini tidak mempunyai
efek
antiinflamasi
yang
berarti,
sehingga
jarang
digunakan.
Pada
manusia, mineralokortikoid
yang
terpenting
adalah
aldos-teron.6
Berdasarkan
cara
penggunaannya,
kortikosteroid dapat
dibagi dua, yaitu

kortikosteroid sistemik dan kortikosteroid topikal. 6,7 Berikut ini akan


banyak dibahas panduan penggunaan KT yang tepat, efektif, dan
aman dalam praktik sehari-hari.

MEMILIH KORTIKOSTEROID TOPIKAL

Untuk keberhasilan pengobatan dengan KT, beberapa faktor


kunci yang harus di-pertimbangkan adalah diagnosis yang

Alamat korespondensi

email:

reyshani_johan@yahoo.com

308

CDK-227/ vol. 42 no. 4, th. 2015

CONTINUING PROFESSIONAL
DEVELOPMENT

Tabel 1. Penyakit kulit yang responsif terhadap


Tabel 2. Klasifikasi potensi kortikosteroid topikal 4

kortikosteroid topikal1

Topical steroid class


Group
Dermatitis

Steroid responsive dermatoses


Atopic dermatitis, lichen simplex
chronicus, prurigo, seborrhoeic
dermatitis, nummular eczema,
cumulative insult dermatitis, allergic
contact dermatitis, pompholyx

Papulosquamous Psoriasis, lichen planus


Pigmentary

Vitiligo

Vesiculo-bullous Bullous pemphigoid, pemphigus


foliaceus, cicatricial pemphigoid
Auto-immune

Lupus erythematosus,
dermatomyositis, morphoea

Others

Lichen sclerosis et atrophicus,


alopecia areata, keloid, pyoderma
gangrenosum, insect bite reactions,
early stage of cutaneous T-cell
lymphoma, polymorphic eruption
of pregnancy

akurat, memilih obat yang benar,


mengingat potensi, jenis sediaan,
frekuensi penggunaan obat, durasi
pengobatan, efek samping, dan
profil pasien yang tepat.8,9
Indikasi
KT
mempunyai
kemampuan
menekan
inflamasi/peradangan
dengan
cara
meng-hambat
fosfolipase A dan menekan IL-1.
Sebagai
obat
imunosupresan,
kortikosteroid dapat menghambat
kemotaksis neutrofil, menurunkan
jumlah
sel
Langerhans
dan
menekan pengeluaran sitokin,
menekan reaksi alergi-imunologi,
serta
menekan
proliferasi/antimitotik.
KT
juga
menyebab-kan vasokonstriksi dan
efek ini sejalan dengan daya
antiinflamasi.2,8,9
Beberapa jenis penyakit kulit yang
responsif terhadap kortikosteroid
dapat dilihat di tabel 1.

Topical steroid class

Common representative

American calssification Brithis classification


topical steroids
I
I
Clobetasol propionate 0.05%
Superpotent corticosteroids Very potent
cream or ointment
Halobetasol propionate 0.05%
cream or ointment
Betamethasone dipropionate
0.05% ointment
Betamethasone dipropionate
0.05% cream
II
II
Flucinonide 0.05% ointment
Potent corticosteroids
Potent
Halcinonide 0.1% cream
Mometasone furoate 0.1%
ointment
Betamethasone dipropionate
0.05% lotion
III
Fluticasone propionate 0.005%
Upper mid-strength
ointment
corticosteroids
Triamcinolone acetonide 0.1%
ointment
Halometasone 0.05% cream
IV
Flucinolone acetonide 0.025%
Mid-strength corticosteroids
ointment
Mometasone furoate 0.1%
cream or lotion
V
III
Betamethasone valerate 0.1%
Lower mid-strength
Moderate
cream
corticosteroids
Flucinolone acetonide 0.025%
cream
Fluticasone propionate 0.05%
cream
Hydrocortisone butyrate 0.1%
cream

VI
Mild corticosteroids

VII
IV
Least potent corticosteroids Mild

Alclometasone dipropionate
0.05% cream or onintment
Desonide 0.05% cream
Fluocinolone acetonide 0.01%
cream
Triamcinolone acetonide
0.025% cream
Hydrocortisone 1% or 2.5%
cream, 1% or 2.5% lotion, 1% or
2.5% ointment
Hydrocortisone acetate (1% or
2.5% cream, 1% or 2.5% lotion,
1% or 2.5% ointment)

Indications
Alopecia areata
Atopic dermatitis (resistant)
Discoid lupus
Hyperkeratotic eczema
Lichen planus
Lichen sclerosus (skin)
Lichen simplex chronicus
Nummular eczema
Psoriasis

Severe hand eczema


Asteatotic eczema
Atopic dermatitis
Lichen sclerosus (vulva)

Nummular eczema
Scabies (after scabicide)
Seborrheic dermatitis
Severe dermatitis
Severe intertrigo (short-term)
Statis dermatitis
Dermatitis (diaper)
Dermatitis (eyelids)
Dermatitis (face)
Intertigo
Perianal inflammation

Courtesy *Adapted from Ference JD, Last AR, Choosing topical corticosteroids, Am Fam Physician 2009;79:135140

Kekuatan
Potensi/kekuata
n adalah jumlah
obat
yang
dibutuhkan
untuk
menghasilkan
efek terapi1 yang
diinginkan.
Potensi/kekuata
n
KT
dapat
diukur dengan
menghitung
daya
vasokonstriksi.
Daya
vasokonstriksi di
kulit
orang
sehat
menjadi
dasar klasifikasi
potensi.
Efek
terapi KT pada
setiap
pasien
hasilnya
bervariasi.
Keberhasilan
terapi
tidak

hanya bergantung pada kekuatan


KT, tetapi juga dipengaruhi oleh
frekuensi dan jumlah obat yangsama.
Setiap
diaplikasikan,
jangka
waktunama
dagang
pemberian
terapi,
dan
lokasitertentu menganatomi. Terdapat perbe-daan hasilgunakan
pengobatan KT walaupun formulavehikulum yang
generiknya sama atau di satu kelas
berbeda. Bentuk
yang
lotion,
krim,
salep, ataupun
gel memberikan
hasil
berbeda.
Konsentrasi
formula
juga
akan
mempengaruhi
potensi
KT.2,8,9
Sebagai aturan
umum,
KT
potensi rendah
adalah
agen
paling
aman
untuk
penggunaan
jangka panjang,
pada
area

permukaan
besar,
pada
wajah,
atau
pada
daerah
dengan
kulit
tipis dan untuk
anak-anak. KT
yang lebih kuat
sangat
berguna untuk
penyakit yang
parah
dan
untuk
kulit
yang
lebih
tebal di telapak
kaki
dan
telapak
tangan.
KT
potensi tinggi
dan
super
poten
tidak
boleh
digunakan
di
selangkangan,
wajah,
aksila
dan di bawah

oklusi,
kecuali
dalam
situasi
yang jarang dan
untuk
durasi
pendek.1,9
KT

diklasifi kasi-kan menjadi tujuhkelompok sesuai


kelas menurut sistem Amerikadengan
dengan kelas I merupakan superpotensinya.1
poten dan kelas VII menunjukkan
potensi
yang
paling
rendah.Bentuk Sediaan
Menurut
formularium
nasional
Inggris, KT dibagi menjadi empatPemilihan
bentuk sediaan
CDK-227/

disesuaikan
dengan
keadaan,
di
antaranya
lokasi
dermatosis.
Perhatikan
kenyamanan
vol. 42 no. 4, th. 2015

pasien
karena
dapat
mempengaruhi
kepatuhan.
Salep
bersifat
lengket
dan
berminyak,
kurang

309

CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT


nonoklusif
dan
cepat
kering. Lotion
nyaman
bagi
pasien.
dan gel paling
Salep
lebih
nyaman
sedikit
digunakan
pada
lesi
berminyak
hiperkeratotik yang kering
dan
oklusif
dan tebal. Salep lebih
dari
semua
meningkatkan
potensi
sediaan KT.1
dibandingkan
dengan
Konsistensi
kemasan krim, karena
lotion
lebih
salep
bersifat
lebih
ringan,
2,8
oklusif.
Salep
tidak
mudah
dianjurkan pada daerah
diaplikasikan
intertriginosa dan pada
dan nyaman
daerah berambut karena
dipakai
di
dapat
menimbulkan
daerah
maserasi dan folikulitis.1,9
berambut,
Krim
lebih
disukai
misalnya kulit
terutama jika digunakan
kepala.
pada bagian tubuh yang
Vehikulum
terbuka,
karena
tidak
beralkohol
tampak berkilat setelah
(tingtura)
dioleskan. Selain nyaman,
dapat
mekrim tidak iritatif, juga
ngeringkan
dapat digunakan pada lesi
lesi eksudatif,
sedikit basah atau lembap
tetapi
dan
di
daerah
terkadang
intertriginosa.2,8 Krim lebih
baik untuk efeknya yang

dianjur
ada rasa
seperti
kan
tersengat.2,4,8 pembe
rian
KT
Untuk
poten
menghitung
tidak
jumlah
KTmelebi
yang
di-hi 45
resepkan,
gram
sebaiknya
per
menggunakan mingg
ukuran
fi u atau
ngertip
unitKT
yang
dibuatpotens
oleh Long dani
Finley.1 Satumenen
fi ngertip unitgah
setara dengantidak
0,5 gram krimmelebi
atau
salephi 100
gram
(Gambar
13,14
per
1).
mingg

Jumlah

Ukuran
u.1,9,10
Pasien
tersebut
berbeda padadermat
orang dewasaitis
dan
anakkronik,
(tabel 3 danmisaln
ya
4).
dermat
Pada dewasaitis

Tabel 3. Pedoman FTU untuk


dewasa14
Guidlines for adults
Anatomic area
Face and neck

FTU required
2.5

Amount needed for twice daily regimen in g


2.5

Anterior and posterior trunk

Arm

Hand (both sides)

Leg

Foot

*Adapted from Long and Finaly

29

Tabel 4. Pedoman FTU untuk anak-anak15


Guidlines for children
FTU required

Anatomic area
Face and neck

Amount needed for twice daily regimen in g

3-6 months
1/1

1-2 years
1.5/1.5

3-5 years
1.5/1.5

6-10 years
2/2
2.5/2.5

Arm and hand

1/1

1.5/1.5

2/2

Leg and foot

1.5/1.5

2/2

3/3

4/4

Anterior trunk

1/1

2/2

3/3

3.5/3.5

1.5/1.5

3/3

3.5/3.5

5/5

Posterior trunk and Buttocks


*Adapted from Long CC, Mills SM,
Finally AY, BR J Dermatol
1998:138:293-6

atopik, mungkinterkada
menggunakan ng
KT potensi kuatmereka
atau KT potensitakut
lebih
rendahefek
dalam
jumlahsampin
berlebihan ataug dan
mengoles
KTmengol
lebih sering ataueskan
hanya
memakai
seming
emolien.
gu
Sebaliknya,

kan
pada
pere
mpua
n
setar
a
deng
an
0,4
gram.

sekali,
sehing
ga
pemak
aian
KT di
bawah
standar
dan
tidak
efektif.
2 FTU = 1 g
FTU = Fingertip Pada
Unit / 1 FTU = 0.5 g laki-laki
of
cream
or
satu fi
ointment
ngertip
Gambar 1. Fingertip unit
Unit18
setara
dengan
0,5
gram,
sedang

Bayi
dan
anak
kirakira
1/4
atau
1/3

dikalkul
asi
mende
kati
jumlah
yang
seharu
snya
diresep
kan.1,2,4
,8

13,14

nya.1
5

Juml
ah
krim
atau
salep
yang
dibut
uhka
n per
hari
dapat

Conto
h: jika
seoran
g
perem
puan
dewas
a
mengo
leskan
kedua
lengan
dan
tangan
sekali
sehari,
dia
memb
utuhka
n 3,2
gram

per
harirata,
(diperlukan 8 fi pijat
ngertip unit xperlaha
0,4 gram = 3,2nlahan.
gram/hari)
atau
22,4Aplikas
gram
peri oklusi
minggu. Tubebaik
besar 50 gramdiguna
kira-kira dapatkan
digunakan
untuk
untuk
2lesi
minggu, tetapikering,
bila
hiperke
mengoleskann ratotik,
ya 2 kali seharidan
hanya cukuplikenifik
untuk
satuasi.
minggu.2

Lesi
sebaik

Aplikasi

nya

Pengolesan

KTdibersi

yang dianjurkanhkan
adalah 1-2 kalidengan
per

hariair dan

tergantung

sabun,

dermatosis

dankemudi

area

yangan oles
Pada

dioles.

terapi dermatitis
atopik,
dianjurkan

1-2

kali/hari.
lebih dari 2 kali
tidak

bahkan

dapat

mengurangi

(kedap

pasien.

Bila

menggunakan
sedang

atau kuat, cukup


dioleskan 1 kali
2,4,8,9

Perlu

diingat

bahwa

makin

sering

dioleskan makin
mudah

terjadi

takifilaksis.

2,9,11

aplikasi

pengolesan

fiksasi
dengan
selotip

kepatuhan

agar
tidak
berges
er.
Biarka
n
tertutu
p
selama
2-8
jam,
oklusi
dianjur

KT,

kan

aplikasi

saat

sederhana
tipis me-

plastik

atau

bermakna,

oleskan

pembu

bebat

perbedaan

Teknik

dengan

air),

memberikan

sehari.

tutup

ngkus

Pengolesan

potensi

KT dan

salep

malam
hari
atau
menjel
ang
tidur.2,11

Lama

poten
Pemakaian
KTselama
jangka
panjang1
minggu
dapat

Pemakaian

menyebabkan
efek takifi laksis,
yaitu pe-nurunan
respons
efek
vasokonstriksi
(kulit
toleran
terhadap
efek
vasokonstriksi).2,9,
11

Takifilaksis
dapat terjadi 4
hari
setelah
pemakaian
KT
potensi sedangkuat 3 kali sehari
di wajah, leher,
tengkuk, intertriginosa, atau pada
pemakaian
secara oklusi.1,2,4
Efek
takifilaksis
menghilang
setelah
KT
dihentikan selama
4
hari.2,9
KT
golongan sangat
poten atau poten
sebaiknya
digunakan
tidak
lebih
dari
2
minggu. Bila digunakan jangka
panjang, turunkan
potensi perlahanlahan, turunkan
ke potensi yang
lebih
rendah
setelah
digunakan
1
minggu,
kemudian
hentikan.
Penghentian tibatiba potensi kuat
menyebabkan
rebound
symptoms
(dermatosis
menjadi
lebih
buruk).1,2,4,9 Cara
menghindari efek
rebound
dan
memperlambat
kekambuhan
penyakit
kulit
kronis
adalah
dengan
pemberian
intermiten. Pada
psoriasis
dapat
diberikan
KT
golongan sangat

31

CDK vol. 42 no. 4, th. 2015


-227/

CONTINUING
PROFESSIONAL
DEVELOPMENT
penuh lalu dihentikan
selama 1 minggu,
kemudian dilanjutkan
kembali sampai lesi
terkontrol. Cara lain
adalah
dengan
meng-oleskan
KT
selama
3
hari
berturut-turut dalam 1
minggu
atau
diberikan 2 kali dalam
1
minggu.
Pada
dermatitis
atopik
terapi
KT
dapat
diberikan selama 2
hari
berturut-turut
setiap
minggu.2,11
Pada pemakaian KT
golongan II dan VI,
dianjurkan
pemakaian 2 kali/hari
dan lama pemberian
2-4
minggu.
Bila
respons
adekuat
tidak tercapai dalam
4-7 hari, segera pilih
KT golongan lain.2,9,11

Pelembap
Dalam tatalaksana
dermatitis
atopik,
pe-makaian
KT
dianjurkan
bersama-sama
dengan
emolien
atau
pelembap
dengan
interval
beberapa menit di
antara peng-olesan
kedua
obat
tersebut. Sampai

Tabel 5. Efek samping kortikosteroid yang sering


terjadi12

Topical corticosteroids (adverse effects)


Cutaneous
Milia

Striae distensae
Cutaneous atrophy

Systemic
Hypothalamic-pituitary-adrenal axis suppression

Masking fungal infection (tinea


incognito), worsening of herpes,
demodex, scabies, candidiasis

Stellate pseudoscars

Cushing's disease

Telangiectasia

Femoral head osteonecrosis

Purpura
Erythema
Perioral dermatitis
Rosacea
Acne
Rebound erythema
Steroid addiction
Topical steroid dependent face
*Adapted from Hengge et al

sekarang
masih
diperdeb
atkan
dan tidak
ada
panduan
pasti
mana
yang
lebih
dahulu
digunaka
n.
Secara
rasional
obat oles
topikal
lebih
efektif
bila
dipakai
setelah
pelemba
p.
Terdapat
anggapa
n bahwa
jika
dioleskan
setelah
pelemba
p,
KT
dapat
mengala
mi difusi
dan
menyeba
r ke area
yang
tidak
memerlu
kan KT.2,8

Kombin
asi
Pemakai
an
KT

Cataracts
Glaucoma
Decreased growth rate
Hyperglycemia
Hypertension
Hypocalcemia
Peripheral edema

Granuloma gluteale infantum


Hypertrichosis
Photosensitisation
Hypopigmentation
Hyperpigmentation
Contact dermatitis
Tachyphylaxis

38

kombinasi (campuran Efek


KT
dengan Sampin
antimikroba
atau g Lokal
antijamur dalam 1Pemakaia
KT
kemasan) dibolehkann
dengan alasan ter-jangka
tentu
dan
hanyapanjang
digunakan
dalamatau
waktu singkat, yaitu 1-potensi
2 minggu. Efek yangkuat
diinginkan
adalahmengindu
mengatasi infl amasiksi atrofi
terlebih
dahulu,kulit,
kemudian dihentikanstriae,
dan
dilanjutkantelangiekt
dengan
obatasi,
antijamur. Kombinasipurpura,
KT
denganhipopigme
antimikroba di-berikanntasi,
dalam
1
minggu,akneiformi
kemudian dilanjutkans,
dengan kortikosteroiddermatitis
saja. Akan tetapi,perioral,
terdapat
anggapanhipertrikos
dan
bahwa
pemberianis,
moonface
preparat
kombinasi
KT
dengan(Tabel
1,2,4,8,9
antimikroba
atau5).
antijamur berdampakPada
pemakaia
menyuburkan
tumbuhnya mikroban KT tidak
dan
jamur.2,8,11terkontrol
Kemasan kombinasidan
yang sering dijumpaijarang
adalah KT dengandilaporkan
antijamur
sepertiadalah
adiksi KT.
clioquinol,
chloroquinaldol 1-3%,Beberapa
dan
nistatin.contoh
Sedangkan, denganadiksi KT,
antimikroba
adalahyaitu lesi
neomisin, natamisin,eritemato
di
garamisin, dan asamsa
fusidat 2%.2,8

EFEK SAMPING

wajah
setelah
peeling,
kulit
skrotum
tipis dan

merah,
vulvody
nia,
atrofi
perianal,
dan
dermatiti
s atopik
rekalsitr
16

ans.
Pemaka
ian KT
jangka
panjang
di wajah
dapat
menyeb
abkan
topical

Gambar
2.
Telangiekt
asi pada
wajah
akibat
pemakaia
n

KT19

corticoster
oidsinduces
rosacealike
dermatitis
(TCIRD)
atau
topical
steroiddependen
t face

(TSDF).1,
2,12

(Gambar
2-4)
Efek
Sampin
g
Sistemi
k
KT
berpotens
i kuat dan
sangat
kuat
dapat
diabsorbs
i
dan
menimbul
kan efek
sistemik,
di
antaranya
sindrom
Cushing,
supresi
kelenjar
hypothala
micpituitaryadrenal,
gangguan
metabolik
,
misalnya
hiperglike
mi,

gangguan
ginjal/elek
trolit,
contohny
a
hipertensi
, edema
hipokalse

bersifat
reversibel, Prevalens
membaik setelah obat i
dihentikan,
kecuali diperkirak
atrophic striae yang an
0,2lebih
sulit
diatasi 6%,
karena telah terjadi umumnya
kerusakan
sawar lebih

diperhati

Dermatitis

kan

kronik

respons

sulit

KT

diatasi,

kurang

karena

memuas

adanya

kan bila

fenomena

kulit.1,2,9

sering

terdapat

adiksi

disebabka

infeksi

terhadap

n oleh KT

yang

KT.1,2,9

non-fl
kontak
uorinated.
umumnya
Perlu
terjadi.

tidak

Perlu

terdiagn

dibedaka

osis.

n antara

mi.17
Pada
umumnya
efek
samping
tersebut

Reaksi
Hipersensitivitas
Dermatitis
akibat
jarang
maupun

Efek
sampi
ng,
baik
lokal

CD
K227
/
vol.
42
no.
4,
th.
201
5

31
1

KT

panja

pen

sistemik, lebihng,

gole

sering

san

terjadipoten

pada bayi dansi

lesi

anak,

yan

padakuat,

pemakaian KTdan

jangka

luas

pada

pemakaian KT20

.1,2

Gamb
ar 3.
Kulit
atrofi
akibat

Gambar 4.
Dermatitis perioral
akibat pemakaian
KT21

CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT


sangat
poten
dengan
teknik
oklusi lebih
bermanfaa
t pada

kelopak
reaksi hipersensitif terhadap
mata,
reaksi hipersensitif terhadap
intertriginos
atau
bahan
pengawet;a, fl eksural,
pembuktian dapat denganskrotum,
uji tempel.1,2,9 Vehikulumdan
untuk
yang
berpotensiarea
yang
menyebabkan
alergi
diluas.
antaranya adalah propilen
glikol, sorbitan sesquoleate,Menggunak
lanolin,
paraben,an
potensi
yang
formaldehid,
danKT
sesuai
pewangi.2,9
untuk
MENGOPTIMALKAN mencapai
PENGGUNAAN
pengendalia

Memilih
KT
dann penyakit.
vehikulum yang tepatMakin kuat
sesuai
indikasipotensi,
dermatosis.
Mulailahmakin kuat
infl
dengan potensi ringan,daya
terutama untuk lesi diamasi, dan
antiprolifera
wajah,
si.

2.

Rathi
SK,
DSouza
P.
Rational and
ethical use of
topical
corticosteroid
s based on
safety
and
efficacy.
Indian
J
Dermatol.
2012; 57(4):
251-9.
Boediardja
SA.
Kortikosteroid

Waspad
a terhadap
efek
samping
dan segera
hentikan
bila terjadi.

Bila
tidak
ada
indikasi
hindari
menggunakan
preparat
kombinasi
KT dengan
antimikroba
dan
antijamur.

Menghin
dari
penggunaan
KT
untuk
ruam yang
tidak
terdiagnosis
karena akan
mengaburka
n diagnosis.

topikal:
Penggunaan
yang
dalam

tepat

pra

Uni

ktek

ver

der

in

sita

mat

olo

Ind

gi.

one

Jak

ul

sia.

arta

ta

201

3.

Dep

Hal.

arte

1-

me

14.

Kuli

kt

er

dan

Kel

3.

Hati-hati

2 KT
poten atau
1.

meresepkan
KT, terutama
untuk anak,
orang
tua,
wanita hamil
dan
menyusui.

1 Turunka
n potensi KT
atau kurangi
frekuensi
aplikasi
setelah hasil
yang
memuaskan
dicapai.
Turunkan
perlahanlahan
sampai
remisi
terkontrol
lengkap.

DAFTAR PUSTAKA

lesi kronik
ditandai
hiperkeratos
is dan
likenifi kasi.

Pet
ers
on
JD,
Law
ren
ce

S, Chan MD. Management


guide for stopic dermatitis.
Dermatology Nursing 2006;
18(6): 531-42.

4.

5.

6.

Ference
JD,
Last
AR.
Choosing
topical
corticosteroids.
Am
Fam.
Physician 2009; 79(2): 13540.
Lewis
V.
Topical
corticosteroid, All NetDoctor
[Internet]. 2007 Mei. Available
from:
http://www.netdoctor.co.uk/ind
ex.html.
Goldfien
A.
Adenokortikosteroid
dan
antagonis adrenokortikal. In:
Katzung BG. ed. Farmakologi
dasar dan klinik. 4th ed..
Jakarta: EGC; 1998. p. 616-

32.

7.

p.
265

Jones
JB.
9Topical
65.
therapy. In:
Burns
T,
Breathnach
S, Cox N,Topical
Griffiths
C,
Ster
eds. Rooks
oids
textbook
of
Pot
dermatology.
enc
th
y
7
ed.
Ran
Australia:
king
Blackwell
tabl
Publ. 2004.
e
p. 516-23.
{hig
Oakley
A.
hes
t to
Topical
low
corticosteroid
est}
treatment for
.
skin
Ava
conditions. A
ilabl
review.
e
Specialist
fro
Dermatologis
m:
t and Clinical
http
Associate
://w
Professor,
ww.
Tristram
der
Clinic,
mn
Hamilton.
etn
z.or
Valencia IC,
g/tr
Kerdel
FA.
eat
Topical
me
nts/
corticosteroid
topi
s. In: Wolff K,
calGoldsmith
ster
oids
LA, Katz SI,
.ht
Gilchrest BA,
ml.
Paller
AS,

10.

8.

9.

Leffel

11.

DJ,
Habif
ITP.
Fitzpatricks
Clin
dermatology
ical
der
in
general
mat
th
medicine. 8
olo
gy.
ed.
New
A
York:
colo
McGraw-Hill
r
gui
Co Inc; 2012.
de
CDK
-227/
vol.
42
no.
4, th.
2015
eds.

312

to
di
a
g
n
o
si
s
a
n
d
th
er
a
p
y.
4t
h

e
d.
E
di
n
b
ur
g
h:
M
o
s
b
y;
1
9
9
6.
p.
2
34
0.

12.
Hengg
e
U
R
,
R
u
zi
c
k
a
T,
S
c
h
w

artz
RA,
Cor
k
MJ.
Adv
ers
e
effe
ct
of
topi
cal
gluc
oco
rtic
ost
eroi
ds.
J
Am
Aca
d
Der
mat
ol.
200
6;
54(
1):
5.

13.
Finlay
AY,
Ed
war
ds
PH,
Har
din
g
KG.
Fin
gert
ip
unit
in
der
mat
olo
gy.
Lan
cet.
198
9;
II:
155
.

14.

Long CC, Finlay AY.


The fingertip unit: A new
practical measure. Clin Exper
Dermatol. 1991; 16: 444-6.

15.

Long CC, Mills CM,


Finlay AY. A practical guide to
topical therapy in children. Br
J Dermatol. 1998: 138: 293-6.

16.

Hamzah
M.
Dermatoterapi. In: Djuanda A,
ed. Ilmu penyakit kulit dan
kelamin. 5th ed. Jakarta:
Fakultas
Kedokteran
Universitas Indonesia; 2007.
p. 342-52.

17.

Djuanda

A.

Pengobatan

dengan

kortikosteroid sistemik dalam


bidang
In:

dermatovenereologi.

Djuanda

A,

ed.

Ilmu

penyakit kulit dan kelamin. 5th


ed.

Jakarta:

Kedokteran

Fakultas
Universitas

Indonesia; 2007. p. 339-41.

18.

Fingertip
unit
measurement [image on the
internet]. 2013. Available from:
http://www.theskin.in/wpcontent/uploads/2013/04/ftu3.j
pg

19.

Actinic/solar damage,
telangiectasia [image on the
internet]. 2003. Available from:
www.dermquest.com/imagelibrary/image/5044bfcfc97267
166cd6170a.

20.

Striae atrophica [image


on
the
internet].
2011.
Available
from:
http://www.huidziekten.nl/zakb
oek/dermatosen/stxt/StriaeAtr
ophica.htm

21.

Perioral
dermatitis
[image on the internet].
Available
from:
http://www.aocd.org/?
page=PerioralDermatitis

Anda mungkin juga menyukai