PENYAKIT HEPATITIS B
Disusun oleh :
Silvia Farhanidiah
131611133072
Semester I
FAKULTAS KEPERAWATAN
2016
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat limpahan rahmat, hidayah, dan karuniaNya skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik dan tepat waktu. Salam serta salawat semoga selalu tercurah pada
Makalah yang berjudul "Penyakit Hapatitis B" ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Bahasa Indonesia sebagai ganti Ujian Akhir Semester Ganjil
bantuan yang telah diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung selama
penyusunan tugas akhir ini hingga selesai. Secara khusus penulis menyampaikan
semangat, motivasi, dukungan moril dan materil, serta doa yang tak pernah
ii
5. Semua pihak yang telah membantu dan berbagi ilmu dalam penyelesaian
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini belum sempurna. Untuk itu saran dan
Terakhir penulis berharap, semoga tugas akhir ini dapat memberikan hal yang
bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca dan khususnya bagi penulis
juga.
Penulis
iii
ABSTRAK
global utama dan jenis yang paling serius dari virus hepatitis. Di seluruh dunia, dua
miliar orang diperkirakan telah terinfeksi dengan virus Hepatitis B (HBV), dan
lebih dari 350 juta memiliki infeksi hati kronis (jangka panjang).
virus hepatitis B (HBV). Infeksi dari HBV dapat menyebabkan peradangan hati
akut atau kronis yang dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Hapatitis
penularan secara vertikal maupun horizontal. Penularan Vertikal terjadi dari ibu
yang mengidap Hepatitis B kepada bayi yang dilahirkan yaitu pada saat persalinan
atau segera setalah persalinan. Secara horizontal, dapat terjadi akibat penggunaan
alat suntik yang terkontaminasi, tindik telinga, tusuk jarum, transfusi darah,
perkongsian pisau cukur dan sikat gigi serta melakukan hubungan seksual dengan
penderita Hepatitis B.
iv
ABSTRACT
people have been infected with the hepatitis B virus (HBV). And more
B Virus (HBV). Infection from HBV can cause acute or chronic liver
occurs from mothers who suffered from Hepatitis B to babies who born
v
DAFTAR ISI
vi
BAB I
PENDAHULUAN
penduduk Indonesia yang juga besar, jumlah penduduk yang besar ini membawa
konsekuensi yang besar pula. Penduduk dengan golongan sosial, ekonomi dan
golongan sosial, ekonomi dan pendidikan tinggi memiliki masalah kesehatan terkait
gaya hidup dan pola makan. Tak mengherankan jika saat ini penyakit hepatitis
hepatitis B, ada sebuah asumsi bahwa 1 dari 20 orang di Jakarta menderita hepatitis
B. Demikian pula dengan hepatitis C yang merupakan satu dari 10 besar penyebab
kematian di Dunia. Angka kasus hepatitis C berkisar 0,5% hingga 4% dari jumlah
penduduk. Jika jumlah pendudik Indonesia saat ini adalah 220 juta maka angka
asumsi penderita hepatitis C menjadi 1,1 hingga 8,8 juta penderita. Jumlah ini dapat
terdiagnosis oleh dokter. Carrier atau pembawa virus hepatitis B dan C berpotensi
1
1.2 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut
tanggapan kekebalan yang diberikan oleh tubuh terhadap virus hepatitis B pasca
periode akut. Kemungkinan pertama, jika tanggapan kekebalan tubuh adekuat maka
akan terjadi pembersihan virus, pasien sembuh. Kedua, jika tanggapan kekebalan
tubuh lemah maka pasien tersebut akan menjadi carrier inaktif. Ke tiga, jika
tanggapan tubuh bersifat intermediate (antara dua hal di atas) maka penyakit terus
terhadap virus hepatitis B (HBV), akan terjadi 4 stadium siklus HBV, yaitu fase
replikasi (stadium 1 dan 2) dan fase integratif (stadium 3 dan 4). Pada fase replikasi,
serum akan meningkat, sedangkan kadar anti-HBs dan anti HBe masih negatif. Pada
3
DNA, HBeAg dan ALT/AST menjadi negatif/normal, sedangkan antibodi terhadap
antigen yaitu : anti HBs dan anti HBe menjadi positif (serokonversi). Keadaan
demikian banyak ditemukan pada penderita hepatitis B yang terinfeksi pada usia
dewasa di mana sekitar 95-97% infeksi hepatitis B akut akan sembuh karena
imunitas imatur serta 30% anak usia kurang dari 6 tahun masuk ke kemungkinan
ke dua dan ke tiga; akan gagal memberikan tanggapan imun yang adekuat sehingga
terjadi infeksi hepatitis B persisten, dapat bersifat carrier inaktif atau menjadi
hepatitis B kronis
merupakan penyakit nekroinflamasi kronis hati yang disebabkan oleh infeksi virus
hepatitis B persisten. Hepatitis B kronis ditandai dengan HBsAg positif (> 6 bulan)
nekroinflamasi kronis hati. Carrier HBsAg inaktif diartikan sebagai infeksi HBV
4
persisten hati tanpa nekroinflamasi. Sedangkan hepatitis B kronis eksaserbasi
adalah keadaan klinis yang ditandai dengan peningkatan intermiten ALT>10 kali
dianjurkan untuk diagnosis dan evaluasi infeksi hepatitis B kronis adalah : HBsAg,
B. Titer HBsAg yang masih positif lebih dari 6 bulan menunjukkan infeksi hepatitis
kronis. Munculnya antibodi terhadap HBsAg (anti HBs) menunjukkan imunitas dan
adanya replikasi aktif virus di dalam hepatosit. Titer HBeAg berkorelasi dengan
kadar HBV DNA. Namun tidak adanya HBeAg (negatif) bukan berarti tidak adanya
replikasi virus, keadaan ini dapat dijumpai pada penderita terinfeksi HBV yang
mengalami mutasi (precore atau core mutant). Penelitian menunjukkan bahwa pada
seseorang HBeAg negatif ternyata memiliki HBV DNA >105 copies/ml. Pasien
hepatitis kronis B dengan HBeAg negatif yang banyak terjadi di Asia dan
Mediteranea umumnya mempunyai kadar HBV DNA lebih rendah (berkisar 104-
108copies/ml) dibandingkan dengan tipe HBeAg positif. Pada jenis ini meskipun
HBeAg negatif, remisi dan prognosis relatif jelek, sehingga perlu diterapi.
dan keadaan carrier HBsAg inaktif. Yang membedakan keduanya adalah titer HBV
5
hepatitis kronis B sendiri dibedakan berdasarkan HBeAg, yaitu hepatitis B kronis
persoalan berkaitan dengan pemeriksaan kadar HBV DNA. Pertama, metode yang
digunakan untuk mengukur kadar HBV DNA. Saat ini ada beberapa jenis
hybridization dan PCR. Dalam penelitian, umumnya titer HBV DNA diukur
kadar HBV DNA fluktuatif. Ke tiga, penentuan ambang batas kadar HBV DNA
yang mencerminkan tingkat progresifitas penyakit hati. Salah satu kepentingan lain
penentuan kadar HBV DNA adalah untuk membedakan antara carrier hepatitis
lebih menunjukkan carrier hepatitis inaktif. Saat ini telah disepakati bahwa kadar
sebagai prediksi gambaran histologi. Pasien dengan kadar ALT yang meningkat
normal. Pasien dengan kadar ALT normal memiliki respon serologi yang kurang
baik pada terapi antiviral. Oleh sebab itu pasien dengan kadar ALT normal
6
dipertimbangkan untuk tidak diterapi, kecuali bila hasil pemeriksaan histologi
anti viral. Ukuran spesimen biopsi yang representatif adalah 1-3 cm (ukuran
panjang) dan 1,2-2 mm (ukuran diameter) baik menggunakan jarum Menghini atau
Tru-cut. Salah satu metode penilaian biopsi yang sering digunakan adalah dengan
Pada setiap pasien dengan infeksi HBV perlu dilakukan evaluasi awal. Pada
pasien dengan HBeAg positif dan HBV DNA > 105copies/ml dan kadar ALT
normal yang belum mendapatkan terapi antiviral perlu dilakukan pemeriksaan ALT
berkala dan skrining terhadap risiko KHS, jika perlu dilakukan biopsi hati.
Sedangkan bagi pasien dengan keadaan carrier HBsAg inaktif perlu dilakukan
pemantauan kadar ALT dan HBV DNA (Suharjo J.B., 2006).
itu HBV dapat masuk kedalam tubuh kita melalui luka atau lecet pada kulit
dan selaput lendir misalnya tertusuk jarum (penularan parenteral) atau luka
sendiri, menggunakan jarum suntik yang kotor atau kurang steril. Penggunaan
7
Di daerah endemis berat diduga nyamuk, kutu busuk, parasit, dan lain-
lain dapat juga menularkan HBV, walaupun belum ada laporan. Cara
HVB, atau melalui saliva yang bercium ciuman dengan penderita atay
pengidap, dapat juga dengan jalan tukar pakai sikat gigi, dan lainnya. Hal ini
Penularan infeksi HBV dari ibu hamil kepada bayi yang dilahirkannya.
Dapat terjadi pada masa sebelum kelahiran atau prenatal, selama persalinan
bahwa sebagian besar bayi yang tertular VHB secara vertikal mendapat
penularan pada masa perinatal yaitu pada saat terjadi proses persalinan.
Karena itu bayi yang mendapat penularan vertikal sebagian besar mulai
terdeteksi HBsAg pada usia 3-6 bulan yang sesuai dengan masa tunas infeksi
VHB yang paling sering didapatkan. Penularan yang terjadi pada masa
perinatal dapat terjadi melalui cara maternofetal micro infusion yang terjadi
8
Spesifik Protection, maupun pencegahan penyakit dengan imunisasi aktif dan pasif
(Hadi, 2000).
Ada 3 (tiga) kegiatan utama yang dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan
penyakit Hepatitis, yakni melalui pencegahan primer, sekunder dan tersier.
Pencegahan primer yakni dengan cara promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS), imunisasi pada bayi, imunisasi pada remaja dan dewasa (catch up
immunization). Pencegahan sekunder melalui, deteksi dini dengan skrining
(penapisan), penegakan diagnosa dan pengobatan. Sedangkan pencegahan tersier
lebih kepada untuk mencegah keparahan dan rehabilitasi, monitoring pengobatan
untuk mengetahui efektifitas dan resistensi terhadap obat pilihan (Depkes RI,
2009).
Timbulnya Hepatitis B dalam barak-barak atau panti perawatan sering
buang air besar atau sebelum makan, penggunaan piring dan alat makan sekali
Imunisasi Hepatitis A bisa dilakukan dalam bentuk sendiri (Havrix) atau bentuk
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
(VHB) yang menyerang hati dan menyebabkan peradangan hati akut atau
menahun
2. Tanda dan gejala dari penyakit Hepatitis B ini sangat bervariasi terkadang mirip
dengan Hepatitis A dan mirip flu. Namun pada stadium prodromal sering
ditemukan kemerahan kulit dan nyeri sendi, hilangnya nafsu makan, mual
4. Ada 3 (tiga) kegiatan utama yang dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan
3.2 Saran
10
3.2.2 Saran Bagi Masyarakat
lingkungan sekitar.
11
DAFTAR PUSTAKA
12