GANGGUAN PERNAPASAN
Kelompok 7 :
Sri Wulandari 1613015012
Tika Ristiani 1613015129
Zayyin Wardiah 1613015093
Nana
Hendy Kesuma P 1613015100
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2018
A. Batuk
Batuk merupakan salah satu gejala penyakit yang banyak dikeluhkan oleh
masyarakat, dengan prevalensi sebesar 15% pada anak-anak dan 20% pada
dewasa (Saminan, 2015). Batuk cenderung lama dan berulang (Alsagaff dan
Mukty, 2008) sehingga mendorong masyarakat berobat ke puskesmas atau rumah
sakit. Akan tetapi, tidak sedikit masyarakat yang mengobati sendiri batuk yang
diderita dengan obat tradisiona. Batuk adalah suatu refleks fisiologi protektif yang
bermanfaat untuk mengeluarkan dan membersihkan saluran pernafasan dari
dahak, debu, zat-zat perangsang asing yang dihirup, partikel-partikel asing dan
unsur-unsur infeksi. Orang sehat hampir tidak batuk sama sekali berkat
mekanisme pembersihan dari bulu getar di dinding bronchi, yang berfungsi
menggerakan dahak keluar dari paru-paru menuju batang tenggorokan.
Batuk dapat disebabkan oleh alergi asma, sebab-sebab mekanis (asap
rokok, debu, dan tumor paru), perubahan suhu yang mendadak dan rangsangan
kimiawi ( bau, gas). Selain itu disebabkan oleh peradangan akibat infeksi virus
dan peradangan dari jaringan paru (pneumonia), tumor dan juga efek samping
beberapa obat (penghambat-ACE).
Jenis batuk dapat dibedakan menjadi 2, yakni batuk produktif (dengan
dahak) dan batuk non produktif (kering). Batuk produktif merupakan suatu
mekanisme perlindungan dengan fungsi mengeluarkan zat-zat asing (kuman,
debu, dsb) dan daha dari batang tenggorok. Batuk ini pada hakikatnya tidak boleh
ditekan oleh obat batuk predea. Tetapi dalam praktek seringkali batu yang hebat
mengganggu tidur dan meletihkan pasien ataupun berbahaya, misalnya setelah
pembedahan. Untuk meringankan dan mengurang frekuensi batuk umumnya
dilakukan terapi simtomatis dengan obat-obat batuk (antitisiva), yakni zat
pelunak, ekspektora, mukolitika dan preda batuk. Sedangkan batuk non-produktif
bersifat “kering” tanpa adanya dahak, misalnya pada batuk rejan atau juga karena
pengeluarannya memang tidak mungkin , seperti pada tumor (Linnisaa, 2014)
Beberapa obat tradisional yang digunakan untuk mengobati batuk di
wilayah Kecamatan Wonokerto (Sijambe, Wonokerto Kulon, Api-api dan Desa
Pesanggrahan) yaitu (Syarif dkk, 2015) :
1. Pegagan (Centella asiatica)
Secara empiris digunakan untuk mengobati batuk
Cara membuat : Seluruh bagian tanaman pegagan (segenggam) ditambah
temulawak segar (selera) yang diiris, kemudian direbus dengan air 3 gelas
hingga tersisa hanya 2 gelas.
Aturan pakai : airnya diminum 2 kali sehari.
2. Saga (Abrus precatorius)
Secara empiris digunakan untuk mengobati batuk
Cara membuat :Daun saga dilayukan, selanjutnya dikeringkan dibawah
panas sinar matahari ditambahdaun sirih dan kencur, direbus dengan air 3
gelas sampai mendidih.
Aturan pakai : diminum pagi dan sore hari.
3. Sirih (Piper betle )
Secara empiris digunakan untuk mengobati batuk
Cara membuat : Daun sirih, cengkeh, kapulogo dan kemukus direbus
dengan 4 gelas air hingga tersisa 1 gelas.
Aturan pakai : diminum pagi dan sore hari
4. Melati (Yasminum sambac)
Secara empiris digunakan untuk mengobati batuk
Cara membuat : Bunga melati yang masih kuncup ditambah kapulogo 3
butir, direbus dengan air 3 gelas hingga tersisa 1 gelas, tambahkan gula
batu, lalu didinginkan.
Aturan pakai :diminum pagi dan sore.
5. Kayu manis (Cinnamomum burmani)
Secara empiris digunakan untuk mengobati batuk
Kulit kayu manis dicampur dengan air 3 gelas, direbus sampai mendidih
dan tersisa 1 gelas, didinginkan, dan dapat ditambah dengan madu. Airnya
diminum.
B. Sinusitis
Penyakit sinusitis merupakan penyakit yang bisa menyerang siapa saja.
Tidak memandang umur, jenis kelamin, status sosial dan daerah tempat tinggal.
Banyak faktor yang bisa menyebabkan penyakit sinusitis, antara lain virus dan
bakteri. Sinusitis merupakan sebuah penyakit peradangan yang terjadi pada
selaput lendir sinus yaitu rongga yang berisi udara dan letaknya dalam rongga
kepala sekitar hidung. Tak banyak yang menyadari akan hadirnya penyakit ini
pada seseorang dikarenakan dengan gejala-gejala yang biasa saja seperti hidung
sering mengeluarkan cairan air dan berwarna kuning, juga ingus yang bau amis,
sering sakit kepala, tidak bisa berkonsentrasi dan tidak bersemangat. Apabila
dibiarkan terus menerus akan berdampak pada keseriusan sehingga dapat
menyerang tubuh pasien dan membuat pasien tidak bersemangat dan membawa
rasa sakit yang berlipat ganda. Berdasarkan jenisnya sinusitis dapat dibagi
menjadi 2 yaitu, sinusitis akut dan sinusitis kronik. Sinusitis bersifat akut jika
berlangsung selama 3 minggu atau lebih, sedangkan sinusitis kronik berlangsung
selama 3-8 selama minggu dan dapat berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan
sampai bertahun-tahun.
Beberapa obat tradisional yang digunakan untuk mengobati sinusitis yaitu:
1. Cengkih (Syzygium aromaticum / Eugenia aromaticum)
Secara empiris digunakan untuk mengobati sinusitis
Bunga cengkih dimasukkan ke dalam air mendidih tersebut. Diamkan
sampai hangat. Saring dan kemudian gunakan air tersebut untuk berkumur-
kumur.
Aturan pakai : lakukan setiap hari rutin, terutama menjelang tidur
2. Mayana (Solenostemon scutellarioide)
Secara empiris digunakan untuk mengobati sinusitis
Lima helai daun diremas kemudian dihirup
Aturan pakai : 3x sehari (pagi, siang, malam)
3. Tentari (Cyperus rotundus)
Secara empiris digunakan untuk mengobati sinusitis
Semua bagian dari satu tanaman direbus dengan 5 gelas air kemudian air
rebusan diminum
Aturan pakai : 1 gelas, 2-3x sehari (pagi, siang, malam)
C. TBC
Gejala klasik infeksi TB aktif yaitu batuk kronis dengan bercak darah
sputum atau dahak, demam, berkeringat di malam hari, dan berat badan turun.
(dahulu TB disebut penyakit "konsumsi" karena orang-orang yang terinfeksi
biasanya mengalami kemerosotan berat badan.) Infeksi pada organ lain
menimbulkan gejala yang bermacam-macam. Diagnosis TB aktif bergantung
pada hasil radiologi (biasanya melalui sinar-X dada) serta pemeriksaan
mikroskopis dan pembuatan kultur mikrobiologis cairan tubuh.
Jenis tuberkulosis yang diderita oleh pasien sering kali merupakan infeksi
TBC laten, di mana terdapat bakteri TBC yang “tertidur” atau belum aktif
secara klinis. Bakteri TBC akan aktif dan mulai menunjukkan gejala setelah
periode waktu tertentu, beberapa minggu bahkan beberapa tahun, tergantung
kondisi kesehatan dan daya tahan pasien.
1. Kandungan
2. Hasil penelitian
Pada penelitian uji efektifitas daya hambat sari daun pegagan
(centella asiatica) dan daun beluntas (pluchea indica less) terhadap
pertumbuhan mycobacterium tuberculosis, didapatkan bahwa pada
konsentrasi 100 dan 120mg/100ml sari daun pegagan dapat membunuh
pada pertumbuhan M. tuberculosis dibandingkan dengan sari daun
beluntas sehingga sari daun pegagan lebih efektif dibandingkan sari
daun beluntas Pada konsentrasi yang sama.
C. Contoh sediaan
Daftar Pustaka
Alsagaff H dan Mukty HA. 2008. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya:
Universitas Airlangga.
Azizah Gama Trisnawati dan Faizah Betty Rahayuningsih. pelatihan peningkatan
kemampuan kader kesehatan dalam penanganan tuberkulosis (TBC) di wilayah
kerja puskesmas gemolong ii sragen. Vol .11, No. 2.
Kemenkes RI. 2011. Formularium obat herbal asli indonesia. Direktorat bina
pelayanan kesehatan tradisional.
Reza Setiawan Sudirman, Usmar, Abdul Rahim dan Muhammad Akbar Bahar.
2017. Aktivitas Anti-inflamasi Ekstrak Etanol Daun Beluntas (Pluchea indica L.)
pada Model Inflamasi Terinduksi CFA (Complete Freund's Adjuvant). Jurnal
Farmasi Galenika (Galenika Journal of Pharmacy) 2017; 3 (2): 191 – 198
S. Amilah dan P.S. Ajiningrum. 2015. uji efektifitas daya hambat sari daun
pegagan (centella asiatica) dan daun beluntas (pluchea indica less) terhadap
pertumbuhan mycobacterium tuberculosis. Journal of science 8(2): 6 – 11
Saminan. 2015. Nilai Spirometri Penderita Batuk setelah Minum Seduhan Asam
Jawa (Tamarindus indica L.) sebagai Obat Tradisional. Jurnal Kedokteran Yarsi
Vol 23 No 1
Syarif,P., dkk. 2015. Diskripsi dan Manaat Tanaman Obat di Pedesaan sebagai
Upaya Pemberdayaan Apotik Hidup (Studi Kasus di Kecamatan Wonokerto).
Pekalongan: Fakultas Pertanian Universitas Pekalongan.