Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN MIOKARDITIS

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan asuhan keperawatan
pada klien dengan miokarditis.

B. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami :
1. Pengertian miokarditis.
2. Penyebab miokarditis.
3. Faktor resiko miokarditis
4. Manifestasi klinis miokarditis.
5. Jenis-jenis pemeriksaan diagnostik pada miokarditis.
6. Asuhan keperawatan pada miokarditis.

C. Uraian Materi
1. Pengertian
Miokardium merupakan lapisan medial dinding jantung yang terdiri atas jaringan otot
jantung yang sangat khusus. Miokarditis adalah peradangan pada otot jantung atau
miokardium. pada umumnya disebabkan oleh penyakit-penyakit infeksi, tetapi dapat
sebagai akibat reaksi alergi terhadap obat-obatan dan efek toksin bahan-bahan kimia dan
radiasi. Miokarditis adalah peradangan dinding otot jantung yang disebabkan oleh infeksi
atau penyebab lain sampai yang tidak diketahui (idiopatik) (Dorland, 2002)
Miokarditis adalah peradangan pada otot jantung atau miokardium. Miokarditis adalah
peradangan pada otot jantung atau miokardium. Pada umumnya miokarditis disebabkan
penyakit-penyakit infeksi tetapi dapat sebagai akibat reaksi alergi terhadap obat-obatan dan
efek toksik bahan-bahan kimia radiasi. Miokarditis dapat disebabkan infeksi, reaksi alergi,
dan reaksi toksik.
Pada miokarditis, kerusakan miokardium disebabkan oleh toksin yang dikeluarkan basil
miosit. Toksin akan menghambat sintesis protein dan secara mikroskopis akan didapatkan
miosit dengan infiltrasi lema, serat otot mengalami nekrosis hialin. Beberapa organisme
dapat menyerang dinding arteri kecil, terutama arteri koronaintramuskular yang akan
memberikan reaksi radang perivaskular miokardium. Keadaan ini dapat disebabkan oleh
pseudomonas dan beberapa jenis jamur seperti aspergilus dan kandida. Sebagian kecil
mikroorganisme menyerang langsung sel-sel miokardium ysng menyebaban reaksi radang.
Hal ini dapat terjadi pada Toksoplasmosis gondii. Pada trikinosis, sel-sel radang yang
ditemukan terutama eusinofil.
2. Penyebab
Penyebab dari miokarditis diantaranya adalah :
a. Acute isolated myocarditis adalah miokarditis interstitial akut dengan peyebab yang
tidak diketahui.
b. Bacterial myocarditis adalah miokarditis yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
c. Chronic myocarditis adalah penyakit radang miokardial kronik.
d. Diphtheritic myocarditis adalah mikarditis yang disebabkan oleh toksin bakteri yang
dihasilkan pada difteri : lesi primer bersifat degeneratiff dan nekrotik dengan respons
radang sekunder.
e. Fibras myocarditis adalah fibrosis fokal atau difus miokardial yang disebabkan oleh
peradangan kronik.
f. Giant cell myocarditis adalah subtype miokarditis akut terisolasi yang ditandai dengan
adanya sel raksasa multinukleus dan sel-sel radang lain, termasuk limfosit, sel plasma
dan makrofag dan oleh dilatasi ventikel, trombi mural, dan daerah nekrosis yang
tersebar luas.
g. Hypersensitivity myocarditis adalah mikarditis yang disebabkan reaksi alergi yang
disebabkan oleh hipersensitivitas terhadap berbagai obat, terutama sulfonamide,
penicillin, dan metildopa.
h. Infection myocarditis adalah disebabkan oleh agen infeksius ; termasuk bakteri, virus,
riketsia, protozoa, spirochaeta, dan fungus. Agen tersebut dapat merusak miokardium
melalui infeksi langsung, produksi toksin, atau perantara respons immunologis.
i. Interstitial myocarditis adalah mikarditis yang mengenai jaringan ikat interstitial.
j. Parenchymatus myocarditis adalah miokarditis yang terutama mengenai substansi
ototnya sendiri.
k. Protozoa myocarditis adalah miokarditis yang disebabkan oleh protozoa terutama terjadi
pada penyakit Chagas dan toxoplasmosis.
l. Rheumatic myocarditis adalah gejala sisa yang umum pada demam reumatik.
m. Rickettsial myocarditis adalah mikarditis yang berhubungan dengan infeksi riketsia.
n. Toxic myocarditis adalah degenerasi dan necrosis fokal serabut miokardium yang
disebabkan oleh obat, bahan kimia, bahan fisik, seperti radiasi hewan/toksin serangga
atau bahan/keadaan lain yang menyebabkan trauma pada miokardium.
o. Tuberculosis myocarditis adalah peradangan granulumatosa miokardium pada
tuberkulosa.
p. Viral myocarditis disebabkan oleh infeksi virus terutama oleh enterovirus ; paling sering
terjadi pada bayi, wanita hamil, dan pada pasien dengan tanggap immune rendah
(Dorland, 2002).

3. Patofisiologi
Kerusakan miokard oleh kuman-kuman infeksius dapat melalui tiga mekanisme dasar :
1. Invasi langsung ke miokard.
2. Proses immunologis terhadap miokard.
3. Mengeluarkan toksin yang merusak miokardium.
Proses miokarditis yang disebabkan oleh virus melalui dua fase, yaitu :
1. fase pertama (akut) berangsung kira-kira 1 minggu di mana terjadi invasi virus ke
miokardium, replikasi virus dan lisis sel. Kemudian terbentuk neutralizing antibody dan virus
akan dibersihkan atau dikurangi jumlahnya dengan bantuan makrofag dan neutral killer cell
(sel NK).
2. Fase kedua miokardium akan diinfiltrasi oleh sel-sel radang dan sistem imun akan diaktifkan
antara lain dengan terbentuknya antibodi terhadap miokardium, akibat perubahan permukaan
sel yang terpajan oleh virus. Fase ini berlangsung beberapa minggu sampai beberapa bulan
dan diikuti kerusakan miokardium dan yang minimal sampai yang berat.
Enterovirus sebagai penyebab miokarditis viral juga merusakkan sel-sel endotel dan
terbentuknya antibodi endotel, diduga sebagai penyebab spasme mikrovaskular. Walaupun
etiologi kelainan mikrovaskular belum pasti, tetapi sangat mungkin berasal dari respon imun atau
kerusakan endotel akibat infeksi virus.
Jadi pada dasarnya terjadi spasme sirkulasi mikro yang menyebabkan proses berulang antara
obstruksi dan reperfusi yang mengakibatkan larutnya matriks miokardium dan habisnya otot
jantung secara fokal menyebabkan rontoknya serabut otot, dilatasi jantung, dan hipertrofi miosit
yang tersisa. Akhirnya proses ini mengakibatkan habisnya kompensasi mekanis dan biokimiawi
yang berakhir dengan payah jantung.

4. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis dari miokarditis diantaranya adalah klien merasakan letih, napas pendek,
denyut jantung tidak teratur dan demam. Gejala-gejala lain yang timbul karena gangguan
yang mendasarinya yaitu menggigi, demam, anoreksia, nyeri dada, dispnea dan disritmia,
tamponade jantung, dan pericardial kompresi (pada efusi perikardial).
5. Komplikasi
1. Kardiomiopati kongestif/dilated.
2. Payah jantung kongestif.
3. Efusi perikardial.
4. AV block total.

6. Pemeriksaan diagnostik
1. Laboratorium : leukosit, LED, limfosit, LDH.
2. Elektrokardiografi.
3. Rontgen thorax.
4. Ekokardiografi.
5. Biopsi endomiokardial.

7. Penatalaksanaan
a. Perawatan untuk tindakan observasi.
b. Tirah baring/pembatasan aktivitas.
c. Antibiotik atau kemoterapeutik.
d. Pengobatan sistemik supportif ditujukan pada penyakti infeksi sistemik.
e. Antibiotik.
f. Obat kortikosteroid.
g. Jika berkembang menjadi gagal jantung kongestif : diuretik untuk mnegurangi retensi
ciaran ; digitalis untuk merangsang detak jantung ; obat antibeku untuk mencegah
pembentukan bekuan.
h. Terapi komplikasi : alat pacu jantung (blok total)

8. Prognosis
a. Sebagian cepat sembuh cepat, kadang jadi kronis.
b. Prognosis buruk bila :
1) Umur muda, sering mati mendadak
2) Bentuk akut fulminan karena virus atau difteri
3) Miokarditis yang sangat progresif
4) Bentuk kronis yang berlanjut menjadi kardiomiopati

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh
a. Keluhan utama
 Demam
 Nyeri dada mirip angina pectoris dan perikarditis
 Palpitasi
 Sesak napas
b. Tanda Penting
 Takikardi
 Kardomegali (cepat terjadi)
 Bunyi jantung melemah
 Irama gallopTanda-tanda gagal jantung, terutama gagal jantung kanan.
Pengkajian pasien myocarditis (Marilynn E. Doenges, 1999) meliputi :
Aktivitas / istirahat
Gejala : kelelahan, kelemahan.
Tanda : takikardia, penurunan tekanan darah, dispnea dengan aktivitas.
Pernapasan
Gejala :napas pendek (napas pendek kronis memburuk pada malam hari).
Tanda :DNP (dispnea nocturnal paroxismal) ; batuk, inspirasi mengi ; takipnea, krekels, dan
ronkhi ; pernapasan dangkal.
Sirkulasi
Gejala :riwayat demam rematik, penyakit jantung congenital, bedah jantung, palpitasi, jatuh
pingsan.
Tanda :takikardia, disritmia, perpindaha titik impuls maksimal, kardiomegali, frivtion rub,
murmur, irama gallop (S3 dan S4), edema, DVJ, petekie, hemoragi splinter, nodus osler, lesi
Janeway.
Eliminasi
Gejala : riwayat penyakit ginjal/gagal ginjal ; penurunan frekuensi/jumlsh urine.
Tanda : urin pekat gelap.

Nyeri
Gejala :nyeri seperti tertimpa beban bert dan terasa terbakar
Tanda : perilaku distraksi, misalnya gelisah.
Keamanan
Gejala :riwayat infeksi virus, bakteri, jamur (miokarditis ; trauma dada ; penyakit
keganasan/iradiasi thorakal ; dalam penanganan gigi ; pemeriksaan endoskopik terhadap sitem
GI/GU), penurunan system immune, SLE atau penyakit kolagen lainnya.
Tanda :demam.

3.2 Pemeriksaan Khusus


a. Pemeriksaa EKG :Tidak khas
 ST-T changes inferior
 Gangguan konduksi jantung
1. Foto Toraks :Tidak khas
 Pembesaran jantung dengan efusi perikard atau pleura.
1. Ekokardiografi :
 Pembesaran jantung kiri
 Dapat di bedakan dengan kardiomiopati hipertrofi dan mitral stenosis.

3.3 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial
berdasarkan data yang telah dikumpulkan.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999) adalah
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi miokardium, efek-efek sistemik dari infeksi, iskemia
jaringan.
2. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan degenerasi otot jantung,
penurunan/kontriksi fungsi ventrikel.
3. Infeksi berhubungan dengan penyebaran agen infeksius
4. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penrunan cardiac output.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan inflamasi dan degenerasi sel-sel otot miokard,
penurunan curah jantung.
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan
dengan kurang pengetahuan/daya ingat, mis-intepretasi informasi, keterbatasan kognitif,
menyangkal diagnosa.

3.4 Intervensi
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan.
Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan myocarditis
(Doenges, 1999).
1. Nyeri
Tujuan : Nyeri hilang atau terkontrol.
Kriteria Hasil : - Nyeri berkurang atau hilang
- Klien tampak tenang.
Intervensi :
 Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi (agen nonsteroid : aspirin, indocin ;
antipiretik ; steroid).
R : dapat menghilangkan nyeri, menurunkan respons inflamasi, menurunkan demam ;
steroid diberikan untuk gejala yang lebih berat.
 Kolaborasi pemberian oksigen suplemen sesuai indikasi.
R : memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk menurunkan beban kerja jantung
 Berikan lingkungan yang tenang dan tindakan kenyamanan misalnya ; perubahan posisi,
gosokkan punggung, penggunaan kompres hangat/dingin, dukungan emosional.
R : tindakan ini dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional pasien.
 Berikan teknik distraksi yang tepat
R : mengarahkan kembali perhatian, memberikan distraksi dalam tingkat aktivitas
individu.
 Menitoring keluhan nyeri dada dan faktor pemberat atau penurun. Perhatikan petunjuk
nonverbal dari ketidaknyamanan, misalnya ; berbaring dengan diam/gelisah, tegangan
otot, menangis.
R : pada nyeri ini memburuk pada inspirasi dalam, gerakkan atau berbaring dan hilang dengan
duduk tegak/membungkuk.

2. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung


Tujuan : Mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung.
Kriteria Hasil : -Melaporkan/menunjukkan penurunan periode dispnea, angina, dan
disritmia.
-Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil.
Intervensi :
 Pertahankan tirah baring dalam posisi semi-Fowler.
R : menurunkan beban kerja jantung, memaksimalkan curah jantung.
 Memberikan tindakan kenyamanan misalnya ; perubahan posisi, gosokkan punggung,
dan aktivitas hiburan dalam tolerransi jantung.
R : meningkatkan relaksasi dan mengarahkan kembali perhatian.
 Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi, seperti digitalis, diuretik.
R : dapat diberikan untuk meningkatkan kontraktilitas miokard dan meurunkan beban kerja
jantung.
 Kolaborasi pemberian antibiotik/antimikrobial intervena
R : diberikan untuk mengatasi patogen yang teridentifikasi dan mencegah kerusakan jantung
yang lebih lanjut.
 Memantau frekuensi/irama jantung, TD, dan frekuensi pernapasan sebelum dan setelah
aktivitas dan selama diperlukan.
R : membantu menentukan derajat dekompensasi jantung dan pulmonal.
Penurunan TD, takikardia, disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan
toleransi jantung terhadap aktivitas.
 Auskultasi bunyi jantung. Perhatikan jarak/muffled tonus jantung, murmur, gallop S3 dan
S4.
R : memberikan deteksi dini dari terjadinya komplikasi misalnya : GJK, tamponade
jantung.
3. Resiko infeksi b.d penyebaran agen infeksius
Tujuan: Tidak terjadi penyebaran infeksi
Kriteria hasil: -Suhu tubuh normal, 36,5-37 C
Nilai WBC normal 3800–9800/mcl
Intervensi:
 Kolaborasi pemberian antibiotik
R/ Antibiotik untuk mengurangi agen infeksius
 Melakukan tes darah lengkap memantau nilai granulosit dan WBC
R/ untuk mengetahui nilai WBC dan granlosit sebagai indikator adanya infeksi
 Observasi tanda-tanda vital
R/ Memantau perkembangan kondisi pasien dan melakukan tindakan selanjutnya
4. Intoleransi aktivitas
Tujuan : pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
Kriteria hasil :- Perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
- Pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.
-Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.
Intervensi :
 Bantu pasien dalam program latihan progresif bertahap sesegera mungkin untuk turun
dari tempat tidur, mencatat respons tanda vital dan toleransi pasien pada peningkatan
aktivitas.
R : saat inflamasi/kondisi dasar teratasi, pasien mungkin mampu melakukan aktivitas
yang diinginkan, kecuali kerusakan miokard permanen/terjadi komplikasi.
 Mengkaji respons pasien terhadap aktivitas. Perhatikan adanya perubahan dan keluhan
kelemahan, keletiahan, dan dispnea berkenaan dengan aktivitas.
R : miokarditis menyebabkan inflamasi dan kemungkinan kerusakan fungsi sel-sel
miokardial.
 Pertahankan tirah baring selama periode demam dan sesuai indikasi.
R : meningkatkan resolusi inflamasi selama fase akut.
 Kolaborasi pemberian oksigen suplemen sesuai indikasi.
R : memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk menmgimbangi konsumsi oksigen yang
terjadi dengan aktifitas
 Meantau frekuensi/irama jantung, TD, dan frekuensi pernapasan sebelum dan setelah
aktivitas dan selama diperlukan.
R : membantu menentukan derajat dekompensasi jantung dan pulmonal.Penurunan TD,
takikardia, disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi jantung
terhadap aktivitas.
5. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan cardiac output.
Tujuan : Gangguan perfusi jaringan teratasi dalam waktu 3x24 jam.
Kriteria Hasil : - RR 30-60 x/mnt
-Nadi 120-140 x/mnt.
-Suhu 36,5-37 C
-Sianosis (-)
-Ekstremitas hangat
Intervensi:
 Beri oksigen sesuai kebutuhan
R/ Membantu meningkatkan cardiac output
 Observasi frekuensi dan bunyi jantung
R/ Frekuensi dan bunyi jantung yang normal mengindikasikan aliran darah lancar yang berarti
perfusi jaringan kembali normal.
 Observasi adanya sianosis.
R/ adanya sianosis atau kebiruan menunjukkan adanya gangguan perfusi jaringan.
 Observasi TTV.
R/ Memantau perkembangan kondisi pasien
 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy.
R/ Meningkatkan cardiac output
6. Kurang pengetahuan
Tujuan : menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.
Kriteria hasil : -Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu
diperhatikan.
-Memperlihatan perubahan perilaku untuk mencegah komplikasi.
Intervensi :
 Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.
R : Perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien/orang
terdekat untuk mempelajari penyakit.
 Jelaskan efek inflamasi pada jantung, secara individual pada pasien. Ajarakkn untuk
memperhatikan gejala sehubungan dengan komplikasi/berulangnya dan gejala yang
dilaporkan dengan segera pada pemberi perawatan, contoh ; demam, peningkatan nyeri
dada yang tak biasanya, peningkatan berat badan, peningkatan toleransi terhadap
aktivitas.
R : untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan sendiri, pasien perlu memahami
penyebab khusus, pengobatan dan efek jangka panjang yang diharapkan dari kondisi
inflamasi, sesuai dengan tanda/gejala yang menunjukan kekambuhan/komplikasi.
 Anjurkan pasien/orang terdekat tentang dosis, tujuan dan efek samping obat; kebutuhan
diet ; pertimbangan khusus ; aktivitas yang diijinkan/dibatasi.
R : informasi perlu untuk meningkatkan perawatan diri, peningkatan keterlibatan pada
program terapeutik, mencegah komplikasi.
 Kaji ulang perlunya antibiotic jangka panjang/terapy antimicrobial.
R : perawatan di rumah sakit lama/pemberian antibiotic IV/antimicrobial perlu sampai
kultur darah negative/hasil darah lain menunjukkan tak ada infeksi.
3.5 Evaluasi
Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian
tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi
keperawatan ditetapkan.
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999) adalah :
1. Nyeri hilang atau terkontrol
2. Mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung.
3. Tidak ada infeksi sistemik
4. Perfusi jaringan perifer kembali normal
5. Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
6. Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.

D. Ringkasan Materi

Anda mungkin juga menyukai