Anda di halaman 1dari 15

MIOKARDITIS

• Dendi Syaiful Bahri ( C2014201059 )


• Nopa Srihandayani ( C2014201043 )
• Muhammad Zidan Ardhana ( C2014201065 )
• Riky Setiawan ( C2014201067 )
• Silmi Sofiatil Hisni
DEFINISI
Miokarditis adalah peradangan yang terjadi pada miokardium atau otot jantung. Peradangan
ini umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus. Namun, pada beberapa kasus,
miokarditis juga dapat terjadi akibat paparan zat berbahaya atau penggunaan obat tanpa resep
dokter.
Miokardium adalah otot jantung yang berperan memompa darah dari jantung ke seluruh tubuh.
Peradangan pada otot jantung dapat menyebabkan penurunan kemampuan jantung dalam
memompa darah dan gangguan irama jantung. Kondisi ini dapat menimbulkan gejala yang
mengganggu, seperti nyeri dada dan sesak napas.
Miokarditis ringan dapat lebih mudah sembuh, baik dengan atau tanpa perawatan. Namun, jika
sudah tergolong berat dan tidak mendapatkan perawatan yang tepat, miokarditis berpotensi
menyebabkan penggumpalan darah yang dapat memicu komplikasi serius, seperti stroke dan
serangan jantung.
ETIOLOGI
Etiologi miokarditis adalah agen infeksius dan noninfeksius, tetapi infeksi
virus dilaporkan sebagai penyebab paling sering. Coxsackievirus dan
Parvovirus B-19 adalah patogen yang paling sering dideteksi pada
pemeriksaan endomyocardial biopsy (EMB).
Selain virus, agen infeksi lain yang dapat menyebabkan miokarditis
adalah bakteri, protozoa, fungi, dan parasit. Agen noninfeksius yang dapat
menyebabkan miokarditis adalah reaksi hipersensitivitas, penyakit
autoimun, dan juga toksin.
Agen infeksi Patogen

CoxCoxsackievirus, Parvovirus B-19, HCV, HIV, HSV, HHV6, CMV, virus Epstein Barr, adenovirussackievirus,
Virus
Parvovirus B-19, HCV, HIV, HSV, HHV6, CMV, virus Epstein Barr, adenovirus

Streptococcus, Mycoplasma pneumonia, Treponema pallidum, Chlamydia sp, Corynebacterium


Bakteri
diphtheria, Legionella sp, Mycobacterium tuberculosis

Fungi Aspergillus, Candida, Coccidiodes, Cryptococcus, Histoplasma, Actinomyces

Protozoa Trypanosoma cruzi, Toxoplasma gondii

Toksin EthaEthanol, antrasiklin, cocainecocaine

Hipersensitivitas tPenicillin, cephalosporin, diuretik thiazide, digoxin, antidepresan trisiklik,risiklik,

sSindrom Churg-Strauss, penyakit Crohn, penyakit  Celiac, dermatomiositis, systemic lupus erythematosus


Penyakit imun
, sarkoidosis, kolitis ulseratif
1. Virus
Virus yang dapat menyebabkan miokarditis adalah:

SARS-CoV-2 (COVID-19)
Adenovirus
Hepatitis B dan C
Herpes simplex virus
Epstein-Barr virus (penyebab mononukleosis)
Echovirus (penyebab infeksi saluran cerna)
Rubella
HIV
2. Bakteri
Jenis bakteri yang dapat menyebabkan miokarditis meliputi:

Staphylococcus (penyebab impetigo, MRSA)


Streptococcus
Corynebacterium diphtheriae (penyebab difteri)
Clostridia
Meningococci
Mycobacteria
3. Parasit
Jenis parasit yang dapat menyebabkan miokarditis adalah tripasonoma dan toksoplasma.
4. Jamur
Jamur yang dapat menyebabkan miokarditis adalah jamur golongan candida, aspergillus, atau histoplasma yang
biasa ditemukan pada kotoran burung. Miokarditis yang disebabkan oleh infeksi jamur biasanya terjadi pada orang
dengan sistem imun tubuh yang lemah.
5. Obat-obatan
Penggunaan obat-obatan tanpa anjuran dokter atau penyalahgunaan NAPZA, dapat menyebabkan reaksi alergi dan
keracunan yang kemudian memicu miokarditis.
Obat-obatan yang dapat menyebabkan miokarditis antara lain obat kemoterapi, antibiotik (seperti penisilin atau
sulfonamida), dan obat antikejang. Sementara itu, obat terlarang yang dapat menyebabkan miokarditis adalah
kokain.
6. Zat kimia atau radiasi
Pada beberapa kasus, seseorang dapat terkena miokarditis akibat terpapar radiasi atau zat berbahaya, seperti
karbon monoksida.
7. Penyakit autoimun
Miokarditis juga dapat dipicu oleh penyakit lain, misalnya penyakit autoimun, seperti rheumatoid arthritis dan
lupus.
FAKTOR RESIKO

Tidak ada faktor risiko yang jelas untuk miokarditis. Biasanya


diagnosis miokarditis ditemukan pada pasien gagal jantung yang
tidak memiliki faktor risiko penyakit jantung spesifik seperti
infark miokard, masalah katup, atau hipertensi. Faktor risiko
umumnya mengikuti etiologi dari miokarditis, misalnya paparan
terhadap infeksi (HIV dan non HIV), paparan obat atau toksin
yang mungkin menimbulkan reaksi hipersensitivitas, penyakit
autoimun, serta post partum dan peripartum.
PATOFISIOLOGIS
Patofisiologi miokarditis melibatkan sistem imun inang dan juga patogen eksternal yang
keduanya akan memicu peradangan pada miokard. Miokarditis dapat disebabkan oleh infeksi
(virus, bakteri, protozoa), ataupun agen noninfeksi (toksin, autoimun). Namun, penyebab yang
tersering adalah infeksi virus dan postviral immune-mediated response.
• Fase Akut - Invasi Virus dan Agen Infeksi Lainnya
Miokarditis secara klasik disebabkan oleh invasi patogen ke miokardium. Patogen yang paling
banyak menyebabkan miokarditis adalah virus yang bermigrasi ke otot jantung melalui jalur
hematogen atau limfogen. Virus dapat masuk ke dalam sel target melalui reseptor spesifik atau
melalui kompleks reseptor. Masuknya virus ke dalam miosit dapat menyebabkan kerusakan
direk. Selain itu, proliferasi virus dan interaksi virus dengan sistem imun akan menyebabkan
kerusakan indirek pada miosit.
Fase Subakut - Aktivasi Sistem Imun
Setelah virus masuk ke miosit, tubuh berespon melalui sistem imun bawaan dan adaptif. Sistem imun bawaan
berespons langsung terhadap patogen yang telah menginvasi jaringan. Contohnya sel makrofag, neutrofil, dendritik,
mast, basofil, eosinofil, dan sel natural killer. Sistem imun adaptif terdiri dari sel limfosit T dan B yang menyerang
patogen secara spesifik. [7]

Keseimbangan antara respon imun inang dan patogen berperan besar sebagai penentu luaran klinis pasien. Respon
imun perlu diaktivasi untuk melawan infeksi, namun perlu dimodulasi sehingga tidak terjadi kerusakan jaringan
yang berlebih akibat proses inflamasi.

Fase Kronik - Proses Terjadinya Miopati


Apabila proses inflamasi berkelanjutan, jantung dapat mengalami proses remodelling sehingga terjadi dilated
cardiomyopathy (DCM). Peningkatan kadar sitokin seperti TNF alfa dan interleukin 1 beta dapat menginduksi
hipertrofi miosit, menyebabkan gangguan kontraktilitas, apoptosis miosit, dan remodelling matriks ekstra sel.

Proses inflamasi, nekrosis, remodelling, dan fibrosis yang berlangsung secara kronik dapat mentransformasi
miokarditis menjadi DCM dan sekuelnya, yang meliputi gagal jantung kronis dan gangguan konduksi jantung.
TANDA DAN GEJALA
Miokarditis yang tergolong ringan umumnya tidak menimbulkan keluhan. Sebaliknya, jika
terbilang berat, miokarditis dapat menimbulkan gejala berupa:

Nyeri dada
Sesak napas, baik saat beraktivitas atau saat beristirahat
Jantung berdebar atau berdetak tidak beraturan
Pembengkakan di tungkai
Lemas
Gejala lain juga dapat terjadi, tergantung pada penyebab miokarditis itu sendiri. Jika
miokarditis disebabkan oleh infeksi, gejala lain yang dapat muncul adalah demam, sakit
kepala, dan nyeri sendi.
Sementara itu, miokarditis pada anak dan bayi tidak memiliki gejala yang spesifik, sehingga diperlukan pemeriksaan
langsung oleh dokter. Tanda dan gejala yang umumnya muncul pada anak-anak dan bayi dengan miokarditis adalah:

• Lemas
• Hilang nafsu makan
• Batuk kronis
• Sakit perut
• Sulit bernapas
• Demam
• Diare
• Ruam
• Nyeri sendi
PENATALAKSANAAN
Prognosis miokarditis bergantung pada manifestasi klinis, berbagai parameter klinis, dan
temuan biopsi endomiokardial. Pasien dengan miokarditis akut dan fraksi ejeksi ventrikel kiri
yang baik memiliki prognosis yang lebih baik dengan kemungkinan perbaikan tanpa sekuele
lebih tinggi. Pasien dengan miokarditis viral fulminan dan gangguan hemodinamik akan
memiliki prognosis lebih baik jika terapi farmakologi agresif dan mechanical circulatory
support dilakukan secara dini.

Komplikasi
Komplikasi miokarditis antara lain dilated cardiomyopathy, gagal jantung, dan aritmia fatal.
Pada miokarditis fulminan, gagal jantung dapat berlangsung dengan sangat cepat dan pasien
memiliki risiko mortalitas yang sangat tinggi.
Terapi Spesifik
Jenis miokarditis akibat autoimunitas diobati dengan imunosupresi, misalnya pada pasien dengan miokarditis
giant cell.

Dalam kasus miokarditis giant cell, terapi kombinasi siklosporin dan kortikosteroid dengan atau tanpa
azathioprine atau muronomab-CD, dapat meningkatkan prognosis dan menghasilkan median kesintasan 12
bulan dibandingkan dengan 3 bulan untuk pasien yang tidak diobati. Namun demikian, sejumlah kecil pasien
tetap memerlukan mechanical circulatory support atau transplantasi jantung dalam 1 tahun. [4]

Aktivitas Fisik

Pada miokarditis akut, aktivitas fisik aerobik tidak direkomendasikan. Sebuah studi pada hewan coba dengan
miokarditis akibat Coxsackievirus B3 menunjukkan bahwa aktivitas fisik aerobik berkaitan dengan
peningkatan mortalitas dan menginduksi supresi limfosit T.
Miokarditis adalah penyebab kematian mendadak pada atlet muda. The 36th Bethesda Conference Task
Forces menganjurkan agar atlet dengan kemungkinan atau bukti definitif miokarditis untuk tidak terlibat
dalam olahraga kompetitif selama setidaknya 6 bulan. Atlet dapat kembali berlatih atau berkompetisi
setelah fungsi ventrikel kiri dan dimensi kardiak kembali normal, serta sudah tidak ada aritmia yang
bermakna secara klinis. [1,4]

Antivirus
Pada miokarditis yang disebabkan oleh infeksi virus herpes, dapat digunakan acyclovir, gancyclovir, dan
valacyclovir. Namun, efikasi obat-obat ini untuk miokarditis belum didukung bukti ilmiah yang cukup.
Studi preliminari menunjukkan bahwa interferon beta mampu mengeradikasi infeksi enteroviral dan
adenoviral pada pasien dengan disfungsi ventrikel kiri dan meningkatkan prognosis dalam 10 tahun. [1,4]

Imunoglobulin Intravena
Penggunaan imunoglobulin intravena (IVIG) dosis tinggi dilaporkan berkaitan dengan perbaikan fraksi
ejeksi ventrikel kiri. IVIG juga tidak berkaitan dengan efek samping mayor, dan dapat digunakan pada
miokarditis refraktori akibat virus ataupun autoimun, terutama yang autoantibody-mediated.

Anda mungkin juga menyukai