MIOKARDITIS VIRAL
Patogenesis
Infeksi virus kardiotropik merupakan hipotesis awal bahwa infeksi viral dapat
menimbulkan kerusakan miiokard. Beberapa penelitian melaporkan bahwa disfungsi
miokard membaik setelah eradikasi penyebab infeksi dan menduga bahwa
pathogenesis miokarditis mungkin disebabkan 2 fase berbeda kerusakan sel
miokard ; pertama akibat infeksi virus langsung, dan ke dua akibat respon imun
penjamu.
Penertian respon imun spesifik yang menakibatkan kerusakan miokard sebagian
besar berasal dari model penelitian miokarditis pada hewan oleh virus kardiotropik.
Garis waktu penelitian miokarditis viral dapat dilihat pada gambar 1. Setelah masuk
tubuh melalui saluran cerna (enterovirus), atau melalui saluran napas (adenovirus
atau enterovirus), virus kardiotropik ini akan mengikat coxsackie adenoviral
receptor (CAR), untuk penabungan genom virus pada miosit.
Pada fase akut miokarditis viral (hari 0-3) tikus yang diinjeksi dengan virus koksaki
menunjukan bukti sitotoksisitas virus langsung dengan nekrosis miokard tanpa
infiltrasi sel inflamasi. Makrofak yang teraktivasi mulai mengekspresikan interleukin
(IL)-1, IL-2, TNF-, dan interferon gamma (IFN - ).
Pada fase sub akut (hari 4-14) terdapat infiltrasi sel Natural killer (NK) yang
memproduksi neutralizing antibody dan sel pathogen yang dimesiasi imun.
Gelombang pertama infiltrasi sel terutama tersiri dari sel NK, yang mempunyai 2
peran penting yaitu menghambat replikasi virus (protektif) dan melepaskan perforin
dan granzymes yang membentuk lesi inti sirkular pada permukaan membrane sel
yang terinfeksi virus (menimbulkan kerusakan miosit). Sitokin merupakan mediator
utama aktivasi imun. Kadar IL-1, IL-2, IL-6 meningkat pada pasien miokarditis akut,
seperti juga TNF- dan ekspresi protein. Nitric oksida yang bermanfaat
mempertahankan tonus vascular, mungkin mempunyai efek buruk pada miokarditis
akut dan berperan pada progresivitas kerusakan miosit.
Pada fase kronik (hari 15-90) terjadi eliminasi virus dan kerusakan miokardial yang
terus berlanjut. Jantung tikus yang terinfeksi mengalami hipertrofi dan fibrosis
miokard menetap. Sel inflamasi tidak tampak lagi. Mekanisme yang menyebabkan
transisi stadium ini menjadi kardiomiopati dilatasi belum sepenuhnya dipahami.
Gambar 1.
Apoptosis ataukematian sel terprogram,
pathogenesis ketiga yang mengakibatkan
dilatasi.
Manifestasi klinis
Manivestasi klinis miokarditis bervariasi mulai dari asimptomatik (self limited
disease) sampai syok kardiogenik. Keterlibatan jantung biasanya muncul 7 sampai
10 hari setelah penyakit sistemik. Gejala paling jelas yang menunjukan miokarditis
adalah infeksi viral dengan demam, nyeri otot, nyeri sendi dan malaise. Seagian
besar pasien tidak memiliki keluhan kardiovaskuler yang spesifik namun mungkin
memiliki kelainaan segmen ST dan gelombang T pada elektrokardiogram (EKG).
Nyeri dada ditemukan sampai dengan 35% pasien dan mungkin berupa iskemia
yang khas, atau pada umumnya pericardial. Nyeri dada biasanya menunjukan
perikarditis yang terkait, namun terkadang dikarenakan adanya iskemia miokard.
Kardiomiopati dilatasi akut pada miokarditis limfositik dapat menyebabkan gagal
jantung ringan, sedang atau gagal jantung berat. Sebagian besar pasien dengan
gejala ringan mengalami tahap penyembuhan spontan fungsi ventricular dan
normalisasi pada ukuran jantung. Pasien dengan gagal jantung New York Heart
Association(NYHA) kelas III dan IV umumnya memiliki derajat pelebaran ventrikel
dan disfungsi ventrikel yang lebih besar. Meskipun sebagian sembuh dengan
spontan, diperkirakan bahwa separuh akan dihadapkan dengan gejala sisia
disfungsi miokarditis dan seperempatnya akan meninggal atau membutuhkan
transplantasi jantung.
Tabel 1. Etiologi miokarditis
Infeksi
Virus