Disusun Oleh :
S1 Ilmu Keperawatan
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Miokarditis dianggap ada apabila jantung terlibat dalam suatu proses peradangan. Pada
umumnya, sebagai akibat dari suatu proses infeksi miokarditis dapat juga timbul dalam
keadaan hipersensitifitas seperti demam reumatik akut ataupun radiasi, zat-zat fisik, kimia,
dan obat-obatan
.
Dengan banyaknya kasus miokarditis yang terjadi, penyusun bermaksud untuk membahas
tentang penyakit ini secara lebih detail dalam makalah yang berjudul “Miokarditis” ini.
1.2 Perumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini penulis memperoleh
hasil yang diinginkan, maka penulis mengemukakan beberapa rumusan masalah. Rumusan
masalah itu adalah:
1.4 Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Myocardium lapisan medial dinding jantung yang terdiri atas jaringan otot jantung yang
sangat khusus (Brooker, 2001).
Myocarditis adalah peradangan pada otot jantung atau miokardium. Pada umumnya
disebabkan oleh penyakit-penyakit infeksi, tetapi dapat sebagai akibat reaksi alergi terhadap
obat-obatan dan efek toxin bahan-bahan kimia dan radiasi (FKUI, 1999).
Myocarditis adalah peradangan dinding otot jantung yang disebabkan oleh infeksi atau
penyebab lain sampai yang tidak diketahui (idiopatik) (Dorland, 2002).
Miokarditis adalah inflamasi fokal atau menyebar dari otot jantung (miokardium) (Doenges,
1999).
Menurut kriteria Dallas 1987 miokarditis adalah infiltrat inflamasi miokardium dengan
nekrosis atau degenerasi miosit. Penyebab paling sering adalah virus, parasit atau kondisi
autoimun. Insidens viral saat ini meningkat kemungkinan disebabkan pemeriksaan molekuler
yang berkembang.19
Patogenesis miokarditis adalah kerusakan miokardium diikuti oleh respons inflamasi oleh
pejamu. Bila respons imun pejamu berlebihan atau tidak semestinya inflamasi akan merusak
jaringan jantung secara akut, menetap, menyebabkan remodelling dan akhirnya kardiomiopati
dilatasi, gagal jantung, atau kematian.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 DEFINISI
1) Acute isolated myocarditis adalah miokarditis interstitial acute dengan etiologi tidak
diketahui.
4) Diphtheritic myocarditis adalah mikarditis yang disebabkan oleh toksin bakteri yang
dihasilkan pada difteri : lesi primer bersifat degeneratiff dan nekrotik dengan respons radang
sekunder.
5) Fibras myocarditis adalah fibrosis fokal/difus mikardial yang disebabkan oleh peradangan
kronik.
6) Giant cell myocarditis adalah subtype miokarditis akut terisolasi yang ditandai dengan
adanya sel raksasa multinukleus dan sel-sel radang lain, termasuk limfosit, sel plasma dan
makrofag dan oleh dilatasi ventikel, trombi mural, dan daerah nekrosis yang tersebar luas.
8) Infection myocarditis adalah disebabkan oleh agen infeksius ; termasuk bakteri, virus,
riketsia, protozoa, spirochaeta, dan fungus. Agen tersebut dapat merusak miokardium melalui
infeksi langsung, produksi toksin, atau perantara respons immunologis.
9) Interstitial myocarditis adalah mikarditis yang mengenai jaringan ikat interstitial.
10) Parenchymatus myocarditis adalah miokarditis yang terutama mengenai substansi ototnya
sendiri.
11) Protozoa myocarditis adalah miokarditis yang disebabkan oleh protozoa terutama terjadi
pada penyakit Chagas dan toxoplasmosis.
12) Rheumatic myocarditis adalah gejala sisa yang umum pada demam reumatik.
13) Rickettsial myocarditis adalah mikarditis yang berhubungan dengan infeksi riketsia.
14) Toxic myocarditis adalah degenerasi dan necrosis fokal serabut miokardium yang
disebabkan oleh obat, bahan kimia, bahan fisik, seperti radiasi hewan/toksin serangga atau
bahan/keadaan lain yang menyebabkan trauma pada miokardium.
16) Viral myocarditis disebabkan oleh infeksi virus terutama oleh enterovirus ; paling sering
terjadi pada bayi, wanita hamil, dan pada pasien dengan tanggap immune rendah (Dorland,
2002).
3.3 PATOFISIOLOGI
Proses infeksi terutama oleh virus, bakteri, jamur, parasit, protozoa dan spinoseta atau adanya
keadaan hipersensitivitas ( demam rematik ) merupakan penyebab terjadinya miokarditis.
Jadi miokarditis dapat terjadi pada psien dengan infeksi akut yang menerima terapi
imunosupresif atau yang menderita endokarditis infeksi. Miokarditis bisa menyebabkan
dilatasi jantung, trombus dalam dinding jantung ( mural trombi ) infiltrasi sel darah yang
beredar di sekitar pembuluh koroner dan diantara serabut otot dan degenerasi serabut otot itu
sendiri.
Kerusakan miokard oleh kuman-kuman infeksius dapat melalui tiga mekanisme dasar :
Fase akut berlangsung kira-kira satu minggu, dimana terjadi invasi virus ke miokard,
replikasi virus dan lisis sel. Kemudian terbentuk neutralizing antibody dan virus akan
dibersihkan atau dikurangi jumlahnya dengan bantuan makrofag dan natural killer cell (sel
NK).
Pada fase berikutnya miokard diinfiltrasi oleh sel-sel radang dan system immune akan
diaktifkan antara lain dengan terbentuknya antibody terhadap miokard, akibat perubahan
permukaan sel yang terpajan oleh virus. Fase ini berlangsung beberapa minggu sampai
beberapa bulan dan diikuti kerusakan miokard dari yang minimal sampai yang berat (FKUI,
1999).
Gejala miokarditis ini dipengaruhi oleh jenis infeksi, derajat kerusakan jantung dan
kemampuan miokardium memulihkan diri. Gejalanya biasanya ringan atau bahkan tidak
sama sekali. Pasien dengan miokarditis mungkin hanya mengalami kelelahan dan dispneu,
berdebar-debar dan kadang rasa tidak nyaman di dada dan perut atas. Dengan adanya
pemeriksaan klinis mungkin memperlihatkan pembesaran jantung, suara jantung tambahan,
irama gallop dan bising sistolik. Dan biasanya terdengar friction rub pericardial bila pasien
mengalami perikarditis juga. Denyut alternans ( denyut dimana terdapat perubahan reguler
antara denyut kuat dan lemah ) mungkin ditemukan. Demam dan takikardia sering ada dan
gejala gagal jantung kongesti bisa terjadi.
˜ Letih.
˜ Napas pendek.
˜ Detak jantung tidak teratur.
˜ Demam.
˜ Gejala-gejala lain karena gangguan yang mendasarinya (Griffith, 1994).
˜ Menggigil.
˜ Demam.
˜ Anoreksia.
˜ Nyeri dada.
˜ Dispnea dan disritmia.
˜ Tamponade ferikardial/kompresi (pada efusi perikardial) (DEPKES, 1993).
3.5 PENATALAKSANAAN
Pasien diberi pengobatan khusus terhadap penyebab yang mendasarinya, bila diketahui
( misalnya penisillin untuk streptokokkus hemolitikus ) dan dibaringkan di tempat tidur untuk
mengurangi beban jantung. Berbaring juga membantu mengurangi kerusakan miokardial
residual dan komplikasi miokarditis.pengobatan pada dasarnya sama dengan yang digunakan
untuk gagal jantung kongestif.
Fungsi jantung dan suhu tubuh selalu di evaluasi untuk menentukan apakah penyakit sudah
menghilang dan apakah sudah terjadi gagal jantung kongestik. Bila terjadi disritmia pasien
harus dirawat di unit yang mempunyai sarana pemantauan jantung berkesinambungan
sehingga personel dan peralatan selalu tersedia bila terjadi disritmia yang mengancam jiwa.
Bila telah terjadi gagal jantung kongestif, harus diberi obat untuk memperlambat frekuensi
jantung dan meningkatkan kekuatan kontraktilitas.stoking elastik dan latihan aktif dan pasif
harus dilakukan karena embolisasi dari trombus vena dan mural trombi dapat terjadi.
Pasien dengan miokarditis sangat sensitif terhadap digitalis, maka pasien harus dipantau
dengan ketat akan adanya toksisisitas digitalis (dibuktikan dengan adanya disritmia,
anoreksia, nausea, muntah, bradikardia, sakit kepala dan malaise).
3.6 PENCEGAHAN
Pencegahan dapat dilakukan dengan imunisasi yang tepat dan penanganan awal nampaknya
sangat penting dalam menurunkan insidensi miokarditis. Setelah mengalami suatu episode
miokarditis biasanya masih tersisa pembesaran jantung. Aktifitas fisik harus ditingkatkan
dengan perlahan-lahan dan bertahap , pasien di instruksikan untuk melaporkan gejala yang
dirasakan saat aktifitas meningkat seprti jantung berdenyut cepat sekali, olahraga yang
kompetitif dan alkohol sama sekali harus dihindari.
3.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
3.7 PENGKAJIAN
1. Aktifitas / Istirahat
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat demam rematik, penyakit jantung kongenital, Infark miokard, bedah jantung
(CABG / penggantian katup / by pass kardiopulmonal lama), palpitasi, jatuh pingsan
Tanda : Takikardia, disritmia , perpindahan TIM (Titik influks Maksimal) kiri dan inferior
(pembesaran jantung) Friction Rub perikardial biasanya intermitten (terdengar di batas sternal
kiri) murmur aortik, mitral ,stenosis / insufisiensi trikuspid, perubahan dalam murmur yang
mendahului, disfungsi otot papilar, irama gallop (S3 dan S4), bunyi jantung normal pada awal
perikarditis akut , edema, DVJ (GJK) petekie (konjungtiva, membran mukosa) hemoragi
splinter (punggung kuku) nodus osler (jari/ ibu jari) lesi janiwae (telapak tangan/ telapak
kaki)
3. Eliminasi
Gejala : Riwayat penyakit ginjal / gagal ginjal. Penurunan frekuensi/ jumlah urine.
4. Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala : nyeri pada dada anterior ( sedang sampai berat/ tajam ) diperberat oleh inspirasi,
batuk, gerakan menelan, berbaring, hilang dengan duduk bersandar ke depan ( perikarditis )
tidak hilang dengan nitrogliserin. Nyeri dada /punggung/ sendi ( endokarditis )
5. Pernafasan
Gejala : Nafas pendek ; nafas pendek kronis memburuk pada malam hari ( miokarditis )
Tanda : Dispneu nokturnal, batuk, inspirasi mengi, takipnea, krekels dan ronki, pernafasan
dangkal
6. Keamanan
Gejala : Riwayat infeksi virus, bakteri, jamur ( miokarditis ) penurunan sistem imun, misal
program terapi imunosupresi
Tanda : Demam
7. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : terapi IV jangka panjang atau penggunaan kateter indwelling atau penyalahgunaan
obat parenteral.
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun
potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994 : 17).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999)
adalah :
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi miokardium, efek-efek sistemik dari infeksi, iskemia
jaringan.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan inflamasi dan degenerasi sel-sel otot miokard,
penurunan curah jantung.
3. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan degenerasi otot
jantung, penurunan/kontriksi fungsi ventrikel.
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, rencana pengobatan
berhubungan dengan kurang pengetahuan/daya ingat, mis- intepretasi informasi, keterbatasan
kognitif, menyangkal diagnosa.
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994:20)
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995:40).
Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan myocarditis
(Doenges, 1999).
Prioritas Keperawatan
1. Timbulnya nyeri
2. Peningkatan istirahat dan membantu perawatan diri
3. Kaji pengobatan / penyebab yang mendasari
4. Mengatur sistim penyakit yang mendasari/ dan mencegah komplikasi
5. Petunjuk penyebab penyakit, pengobatan dan pencegahan
Rencana tujuan
1. Nyeri dapat dikontrol
2. Tingkat aktifitas (kebutuhan dasar) dapat dipenuhi
3. Infeksi dapat dikontrol : tidak terjadi demam
4. Mempertahankan hemodinamik yang stabil; bebas keluhan payah jantung
5. Perubahan gaya jantung
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN PENYAKIT MIOKARDITIS
Diagnosa I : Nyeri akut sehubungan dengan peradangan miokardium atau perikardium, efek
sistemik dari infeksi, dan iskemi jaringan.(miokardium),
1. Ditandai dengan :
2. Kriteria evaluasi :
• Klien dapat mengidentifikasi cara-cara untuk mencegah nyeri.
• Klien dapat mengontrol dan melaporkan nyeri yang timbul
• Klien dapat mendemostrasikan tehnik relaksasi dan berbagai aktivitas yang diindikasikan
untuk keadaan individual.
3. Tindakan keperawatan
Independen:
Observasi adanya nyeri dada , catat waktu , faktor -faktor penyulit / pencetus, catat tanda-
tanda nonverbal dari rasa tidak nyaman seperti kelemahan, ketegangan otot dan menangis.
Pelihara atau ciptakan lingkungan yang tenang dan tindakan yang menyenangkan seperti
perubahan posisi, beri kompres dingin atau hangat, dukungan mental, dan sebagainya.
Kolaboratif:
4. Rasional Tindakan
Lokasi nyeri perikarditis pada bagian substernal menjalar ke leher dan punggung. Tetapi
berbeda dengan nyeri iskemi miokardial /infark. Nyeri tersebut akan bertambah pada saat
inpirasi dalam, perubahan posisi, dan berkurang pada saat duduk/bersandar ke depan.
Catatan:
Nyeri dada ini ada atau tidaknya pada endokarditis/miokarditis tergantung adanya iskemi.
Tindakan -tindakan tersebut dapat mengurangi ketidaknyamanan fisik dan emosional pasien.
Dapat mencegah timbulnya nyeri atau mengurangi respon inflamasi. Untuk mengurangi
demam dan memberikan rasa nyaman. Berikan untuk gejala lebih lanjut. Memaksimalkan
kemampuan pemakaian oksigen untuk mengurangi ketidaknyamanan sehubungan dengan
iskemia.
Tindakan ini Dapat Menurunkan Ketidaknyaman fisik dan emosional pasien. Mengarahkan
kembali perhatian, memberikan distraksi dalam tingkat individu. Dapat Menghilangkan nyeri,
menurunkan respons inflamasi. Untuk menurunkan demam dan meningkatkan kenyamanan.
Dapat diberikan untuk gejala yang lebih besar.
Memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk ambilan untuk menurunkan beban kerja jantung
dan menurunkan ketidaknyaman berkenaan dengan iskemia.
Diagnosa II : Keterbatasan aktifitas sehubungan dengan inflamasi dan degenerasi sel-sel otot
miokarditis, restriksi pengisian jantung (kardiak output).
1. Ditandai dengan :
2. Kriteria evaluasi:
Independen:
Kaji respon aktifitas pasien. Catat adanya/timbulnya dan perubahan keluhan seperti
kelemahan, kelelahan dan sesak napas saat beraktifitas. Monitor denyut atau irama jantung
/nada, takanan darah dan jumlah pernapasan, sebelum/sesudah dan selama aktifitas sesuai
kebutuhan. Pertahankan bedrest selama periode demam dan sesuai indikasi. Rencanakan
perawatan dengan pengaturan istirahat/periode tidur. Kaji kemampuan pasien dengan
program latihan berkala sesegera mungkin untuk turun dari tempat tidur. Catat respon gejala
vital dan peningkatan kemampuan beraktifitas. Evaluasi respon emosional terhadap
situasi/pemberian support.
Kolaborasi:
Berikan terapi oksigen sesuai indikasi.
4. Rasional Tindakan
Miokarditis menyebabkan imflamasi dan memungkinkan gangguan pada sel-sel otot yang
dapat mengakibatkan CHF. Penurunan pengisian jantung/kardiak output akan menyebabkan
cairan terkumpul pada rongga perikardial (bila ada perikarditis) yang pada akhirnya
endokarditis dapat menimbulkan gangguan fungsi katub dan kecendrungan penurunan
kardiak output. Membantu menggambarkan tingkat dekompensasi jantung dan paru.
Penurunan tekanan darah, takikardi, disritmia, dan takipnea adalah indikasi gangguan
aktifitas jantung. Kendalikan perubahan infeksi selama fase akut pada perikarditis
/endokarditis.
Catatan:
Demam meningkatkan kebutuhan dan kosumsi oksigen, karenanya meningkatkan kerja
jantung dan mengurangi kemampuan beraktifitas. Memelihara keseimbangan kebutuhan
aktifitas jantung, meningkatkan proses penyembuhan dan kemampuan koping emosional.
Kecemasan akan timbul karena infeksi dan kardiak respon (psikologik). Tingkat
kekhawatiran dan kebutuhan pasien akan koping emosional yang baik ditimbulkan oleh
kemungkinan sakit yang mengancam kehidupan. Dukungan dan support dibutuhkan untuk
menghadapi kemungknan frustasi karena hospitalisasi yang lama/period penyembuhan
Peningkatan kemapuan oksigenisasi pada miokarditis mengimbangi peningkatan komsumsi
oksigen. Dapat terlihat pada aktifitas.
1. Ditandai dengan :
(tidak dicantumkan ; tanda-tanda dan gejala -gejala hanya untuk diagnose yang aktual).
2. Kriteria evaluasi:
• Berkurangnya keluhan sesak napas/dyspnea, angina dan disritmia.
• Identifikasi perilaku untuk mengurangi kerja jantung.
3. Tindakan keperawatan
Independen :
Monitor jumlah dan irama nadi/jantung. Auskultasi suara jantung.Catat bunyi murmur, S3
dan S4 Gallop Pertahankan bedrest dalam posisi semi fowler.
Berikan tindakan untuk rasa nyaman seperti perubahan posisi dan perubahan aktifitas.
Berikan tehnik manegament stres seperti latihan napas. Observasi adanya nadi yang cepat,
hipotansi, peningkatan CVP/DVJ, perubahan suara jantung, penurunan tingkat kesadaran.
Evaluasi keluhan kelelahan, sesak napas, prepitasi, nyeri dada yang terus -menerus. Catat
adanya pertambahan suara pernapasan, demam.
Kolaborasi:
- Berikan terapi oksigen sesuai indikasi
- Berikan terapi sesuai indikasi seperti diuretika dan digitalis.
- Berikan antibiotika dan antimicroba intravena.
- Bantu dalam perikardiosintesis darurat.
- Siapkan Pasien Untuk Pembedahan, Bila Terindikasi
4. Rasional Tindakan
Takikardi dan disritmia dapat terjadi sebagai usaha jantung untuk meningkatkan output
sebagai respon terhadap demam, hipoksia, dan asidosis sehubungan dengan iskemia.
Membantu deteksi dini adanya kompliksi seperti CHF dan kardiak tamponade, mengurangi
kerja jantung dan memaksimalkan cardiac output.
Manifestasi klinik pada cardiac tamponade yang mungkin terjadi pada perikarditis ketika
akumulasi cairan eksudat pada rongga perikardial mengurangi pengisian jantung dan cardiac
output.
Persiapkan klien untuk operasi sesuai Penggantian katub perlu untuk memperbaiki indikasi.
cardiac output (perikarditis). Perikardiaktomi mungkin juga dilakukan karena adanya
akumulasi yang berlebihan cairan perikardial atau adanya jaringan parut dan kontriksi fungsi
jantung (perikarditis)
1. Ditandai oleh :
(Tidak dicantumkan karena tanda dan gejala hanya untuk diagnosa yang aktual)
2. Kriteria evaluasi:
Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat sesuai dengan kebiasaan individu seperti
kebiasaan makan, tanda-tanda vital yang pasti, kehangatan, tekanan nadi perifer,
keseimbangan intake dan output.
3. Tindakan keperawatan
Independen:
Evaluasi status mental. Catat adanya hemiparalisis aphasia, kejang, muntah, peningkatan
tekanan darah. Kaji nyeri dada, dispnea yang tiba-tiba ditandai dengan takipnea, nyeri
pleuritis, cyanosis pucat. Observasi oedema pada ekstremitas. Catat kecendrungan / lokasi
nyeri, tanda-tanda Homan positif. Observasi adanya hematuria yang ditandai oleh nyeri
pinggang dan oliguria. Catat keluhan nyeri perut kiri atas menjalar ke bahu, kelemahan lokal,
abdominalngiditas. Meningkatkan/mempertahankan bedrest sesuai dengan anjuran.
Kolaborasi:
Gunakan stoking antiemboli sesuai indikasi Berikan antikoagulan seperti heparin, warfarin
(coumadin).
4. Tindakan Rasional
Indikasi adanya emboli sistemik ke otak. Emboli arterial pada jantung atau organ penting lain
dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung atau disritmia kronik. Kongesti vena dapat
menunjukan tempat trombus pada vena-vena yang dalam dan emboli paru. Inaktifitas /
bedrest yang lama dapat menimbulkan terjadinya kongesti vena dan trombosis vena. Indikasi
adanya emboli ginjal
Indikasi emboli kandung empedu Untuk membantu mencegah peyebaran atau perpindahan
emboli pada pasien dengan endokarditis. Pada bedrest yang lama (sering dilakukan oleh
pasien dengan endokarditis dan miokarditis) beresiko untk mengalami tromboemboli.
Menggunakan sirkulasi perifer dan arus balik vena dan mengurangi resiko trombus pada vena
superfisial/vena yang lebih dalam. Heparin dapat digunakan secara propilaksi pada pasien
dengan bedrest yang lama seperti sepsis atau CHF dan sebelum atau sesudah operasi
penggantian katub. Catatan heparin merupakan kontradiksi pada perikarditis dan cardiac
tamponade. Coumadin adalah pengobatan jangka panjang yang digunakan untuk setelah
penggatian katub atau pada emboli perifer.
Diagnosa V : Kurangnya pengetahuan (mengenai kondisi dan tindakan) sehubungan dengan
kurangnya informasi tentang proses penyakit, cara pencegahan terjadinya komplikasi.
1. Ditandai oleh :
• Bertanya-tanya tentang inforamsi
• Kegagalan untuk perbaikan
• Pencegahan komplikasi
2. Kriteria evaluasi:
• Mengungkapkan pengertian tentang proses infeksi, tindakan yang dibutuhkan dengan
kemungkinan komplikasi.
• Mengenal perubahan gaya hidup/tingkah laku untuk mencegah terjadinya komplikasi.
3. Tindakan keperawatan
Independen:
Jelaskan efek emosi inflamasi pada jantung secara individual. Berikan penjelasan mengenai
gejala-gejala komplikasi dan tanda-tanda tersebut harus segera dilaporkan pada petugas
kesehatan seperti demam, peningkatan nyeri dada yang luar biasa, bertambahnya keterbatasan
beraktifitas.
Beritahukan pasien / orang terdekat mengenai dosis, aturan , dan efek pengobatan, yang
dianjurkan, pembatasan aktifitas yang dapat dilakukan.
4. Rasional
Pasien dengan riwayat demam rematik termasuk resiko tinggi dan membutuhkan prophilaksis
antibiotik jangka panjang.
Bakteri umumnya didapatkan di dalam mulut. pada gusi dapat masuk melalui sirkulasi.
Perawatan gigi yang kurang baik. Cegah penderita agar tidak terkontaminasi
infeksi(khususnya infeksi saluran pernapasan).
Meningkatkan cara hidup sehat seperti intake makanan yang baik, keseimbangan antara
aktifitas dan istirahat, monitor status kesehatan dan adanya infeksi.
Penggunaan IUD dapat menjadikan mata rantai resiko terjadinya proses infeksi pelvis.
Pasien dapat dimotivasi dengan adanya masalah-masalah jantung untuk berusaha berhenti
menggunakan obat-obat terlarang atau perilaku yang merugikan.
Klien dan keluarganya dapat mendemonstrasikan cara-cara tersebut sebelum keluar dari
rumah sakit Perawat menganjurkan klien untuk memelihara kebersihan, khususnya
kebersihan mulut.
Klien dianjurkan untuk menggosok gigi sekurang-kurangnya dua kali sehari dan
membersihkan mulut dengan air setelah sikat gigi.
Klien dapat menggunakan anti koagulan pada saat terjadinya perdarahan dan memonitor
waktu pembekuan darah.
Klien diinstruksikan untuk memonitor suhu setiap hari dan mencatatnya selam enam minggu.
Klien diharuskan untuk mencatat saat panas, kedinginan, malas, berat badan menurun atau
timbulnya pteki agar dapat meningkatkan kesehatan yang prima.
Perawatan di rumah sangat dibutuhkan sebagai tindak lanjut pada lingkungan rumah. Ini akan
menjadi lebih penting bagi klien.
BAB IV
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Selain itu, gejala miokarditis dipengaruhi oleh jenis infeksi, derajat kerusakan jantung dan
kemampuan miokardium memulihkan diri. Gejala ini biasanya ringan atau bahkan tidak sama
sekali.
Akan tetapi, hal ini dapat dicegah dengan imunisasi yang tepat dan penanganan awal
nampaknya sangat penting dalam menurunkan insidensi miokarditis.
4.2.Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang miokarditis,
sehingga dapat lebih mengenali dengan gejala-gejala yang ditimbulkan, baik gejala yang
dapat dirasakan maupun tidak, serta dapat mencegah terjadinya peradangan ini dengan
melakukan pemeriksaan yang teratur, dapat juga mencegah dengan cara imunisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Linggajaya, Widhongyudana. Setiawan, Rita. Suryadi, Mulyawan dan Sunotoredjo,Gideon.
(2010). Uji Diagnostik Troponin T-RA Pada Penderita Miokarditis Akut. [internet].
Bersumber dari http://majour.maranatha.edu/index.php/jurnal-
kedokteran/article/view/18 Diakses tanggal 13 September 2011, pukul 20:30 WIB.