Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KOMUNIKASI DALAM KONTEKS SOSIAL DAN LATAR


BELAKANG BUDAYA SERTA KEYAKINAN

DISUSUN OLEH

EUIS NUR FARIDAH

1926010029

DOSEN PENGAMPU : Ahmad,M.Pd

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

TRI MANDIRI SAKTI

BENGKULU

2019

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah komunikasi dalam keperawatan I. Makalah ini berisikan
tentang informasi mengenai Komunikasi dalam konteks social dan
keanekaragaman budaya serta keyakinan, diharapkan makalah ini dapat
memberikan informasi kepada kita semua.
Dalam menyelesaikan makalah ini, banyak kesulitan yang penulis hadapi.
Namun berkat bimbingan dari Dosen, sehingga makalah ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya. Penulis menyadari, sebagai seorang mahasiswa yang
pengetahuannya belum seberapa dan masih banyak belajar dalam membuat
makalah. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran
yang positif agar makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna. Harapan
penulis, mudah-mudahan makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita
semua.

Bengkulu, Maret 2020

penulis

DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................i


KATA PENGANTAR .........................................................................................................ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................1

A. Latar Belakang ....................................................................................................1


B. Rumusan Masalah ...............................................................................................1
C. Tujuan ..................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................................3

A. Pengertian Komunikasi Dalam Konteks Sosial ...................................................3


B. Fungsi Komunikasi Sosial ...................................................................................5
C. Komunikasi Budaya ............................................................................................6
D. Fungsi-fungsi Komunikasi Antar budaya.............................................................7
E. Komunikasi Keyakinan........................................................................................9
F. Peran Pemerintah dan Mahasiswa Dalam Menjaga Keberagaman
Budaya..................................................................................................................9

BAB III PENUTUP............................................................................................................13

A. Kesimpulan ........................................................................................................13
B. Saran ..................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Keanekaragaman masyarakat dan sosial budaya Indonesia merupakan


sebuah potensi kekayaan yang harus dioptimalkan sehingga terasa manfaatnya.
Oleh karena itu, potensi tersebut perlu diwujudkan menjadi kekuatan riil sehingga
mampu menjawab berbagai tantangan kekinian yang ditunjukkan dengan
melemahnya ketahanan budaya yang berimplikasi pada menurunnya kebanggaan
nasional. Untuk itu, sinergi segenap komponen bangsa dalam melanjutkan
pembangunan karakter bangsa (national and character building) yang sudah
dimulai sejak awal kemerdekaan perlu terus diperkuat sehingga memperkuat jati
diri bangsa dan mampu membentuk bangsa yang berkarakter, maju, dan berdaya
saing. Seiring dengan menguatnya persaingan arus lokal dan global dalam
internalisasi nilai-nilai baru, ketahanan budaya juga perlu semakin diperkuat
sehingga memiliki kemampuan untuk menumbuhsuburkan internalisasi berbagai
nilai lokal dan global yang positif dan produktif. Oleh sebab itu, upaya
pengembangan kebudayaan diarahkan pada tujuan universal peradaban.

Bahasa merupakan salah satu ciri yang paling khas manusiawi yang
membedakannya dari makhluk- makhluk yang lain. Dari dulu di sadari bahwa
bahasa adalah kunci utama pengetahuan, memegang kunci utama berarti
memegang kunci jendela dunia. Sebab sejuta pengetahuan, seribu peradaban
semuanya tercipta dan terbahasakan, bahkan sejarah tidak akan terwujud jika tidak
ada bahasa didunia . begitu juga dengan sosiolingistik yang merupakan studi atau
pembahasan dari bahasa sehubungan dengan penutur bahasa itu sebagai anggota
masyarakat, maka kami merasa sangat penting membahas bahasa dalam konteks
sosial. Karena kita ketahui bahwa, ada dua aspek yang mendasar dalam pengertian
masyarakat. Yang pertama ialah bahwa anggota-anggota suatu masyarakat hidup
dan berusaha bersama secara berkelompok-kelompok. Aspek yang kedua ialah
bahwa anggota-anggota dan kelompok-kelompok masyarakat dapat hidup
bersama karena ada suatu perangkat hukum dan adat kebiasaan yang mengatur
kegiatan dan tindak laku mereka, termasuk tindak laku berbahasa.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian komunikasi dalam konteks social ?
2. Apa pengertian komunikasi budaya ?
3. Apa fungsi komunikasi social dan komunikasi budaya ?
4. Bagaimana cara menjaga keanekaragaman budaya ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian komunikasi dalam koneks social.
2. Mengetahui pengertian komunikasi budaya.
3. Mengetahui fungsi komunikasi social dan komunikasi budaya.
4. Mengetahui cara menjaga keanekaragaman budaya.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian komunikasi dalam konteks social
Dalam kehidupannya, manusia senantiasa terlibat dalam aktivitas
komunikasi. Manusia mungkin akan mati, atau setidaknya sengsara manakala
dikucilkan sama sekali sehingga ia tidak bisa melakukan komunikasi dengan
dunia sekelilingnya. Oleh sebab itu komunikasi merupakan tindakan manusia
yang lahir dengan penuh kesadaran, bahkan secara aktif manusia sengaja
melahirkannya karena ada maksud atau tujuan tertentu. Memang apabila manusia
dibandingkan dengan mahluk hidup lainnya seperti hewan, ia tidak akan hidup
sendiri. Seekor anak ayam, walaupun tanpa induk, mampu mencari makan sendiri.
Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Manusia tidak dikaruniai Tuhan
dengan alat-alat fisik yang cukup untuk hidup sendiri.
Dapat dikatakan bahwa didalam kehidupan komunikasi adalah persyaratan
yang utama dalam kehidupan manusia. Tidak ada manusia yang melepaskan
hidupnya untuk berkomuikasi antar sesama. Dengan seperti itu, komunikasi sosial
sangat penting dalam kehidupan manusia pada umumnya untuk membantunya
berinteraksi dengan sesama, karena manusia tercipta sebagai mahluk sosial.
Karena sifat manusia yang selalu berubah-ubah hingga kini belum dapat diselidiki
dan dianalisis secara tuntas hubungan antara unsur-unsur didalam masyarakat
secara lebih mendalam dan terorganisir

Bahasa Dalam Konteks Sosial (Peristiwa Tutur Dan Tindak Tutur )

Manusia adalah mahkluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri melainkan
selalu berinteraksi dengan sesamanya. Untuk keperluan tersebut, manusia
menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi sekaligus sebagai identitas
kelompok. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan terbentuknya bagaian bahasa di
dunia yang memiliki ciri-ciri yang unik yang menyebabkan berbeda dengan
bahasa lainnya. Hubungan antara bahasa dengan konteks sosial tersebut dipelajari
dalam bidang Sosiolinguistik, sebagaimana yang dikemukakan oleh Trudgill
bahwa “Sosiolinguistik adalah bagian linguistik yang berhubung kaitan dengan
bahasa, fenomena bahasa dan budaya. Bidang ini juga mengkaji fenomena
masyarakat dan berhubung kaitan dengan bidang sain sosial seperti Antropologi
seperti sistem kerabat. Antropologi bisa juga melibatkan geografi dan sosiologi
serta psikologi sosial”. Manakala, Fishman menyatakan bahwa Sosiolinguistik
memiliki komponen utama yaitu ciri-ciri bahasa dan fungsi bahasa. Fungsi
bahasa dimaksud adalah fungsi sosial (regulatory) yaitu untuk membentuk arahan
dan fungsi interpersonal yaitu menjaga hubungan baik serta fungsi imajinatif yaitu
untuk menirukan alam fantasi serta fungsi emosi seperti untuk mengungkapkan
suasana hati seperti marah, sedih, gembira dan apresiasi.

Konteks sosial bahasa mempunyai kelas sosial (sosial class) yang mengacu
kepada golongan masyarakat yang mempunyai kesamaan tertentu dalam bidang
kemasyarakatan seperti ekonomi, pekerjaan, pendidikan, kedudukan, kasta, dan
sebagainya. Misalnya si A adalah seorang bapak di keluarganya, yang juga
berstatus sosial sebagai guru. Jika dia guru di sekolah negeri , dia juga masuk ke
dalam kelas pegawai negeri. Jika dia seorang sarjana, dia bisa masuk kelas sosial
golongan “terdidik”. Kita melihat di Indonesia kelas sekelompok pejabat yang
mempunyai kedudukan tinggi. Tetapi ragam bahasanya justru nonbaku. Ragam
bahasa mereka dapat dikenali dari segi lafal mereka, yaitu akhiran - kan yang
dilafalkan - ken. Jadi perbedaan atau penggolongan kelompok masyarakat
manusia tercermin dalam ragam bahasa golongan masyarakat itu.

Tahun 1966, William Labov menerbitkan hasil penelitiannya yang luas


tentang tutur kota New York, berjudul The Social Stratification of English in New
York City (lapisan sosial Bahasa Inggris di Kota New York). Ia mengadakan
wawancara yang direkam, tidak dengan sejumlah kecil informan, hanya terdiri
dari 340 orang. Dengan ini Lobov memasukkan metode sosiologi ke dalam
penelitiannya. Sosiologi menggunakan metode pngukuran kuantitatif dengan
jumlah besar, dan dengan metode sampling.  Ada kaidah yang baku dalam bahasa
Inggris. Jika subjek adalah kata ganti orang ke tiga tunggal (she, he, it), predikat
kata kerjanya harus menggunakan sifiks-s. kemudian diadakan penelitian apakah
ada hubungan antara kelompok sosial dengan gejala bahasa ini. Penelitian
diadakan di dua tempat, yaitu di Detroit (AS) dan di Norwich (Inggris).
Informannya meliputi berbagai tingkat kelas sosial, yaitu:
 Kelas Menengah Tinggi (KMT)
 Kelas Menengah Atas (KMA)
tidak diikuti Tanya jawab. Dalam komunikasi dua arah, secara berganti-ganti si
pengirim bisa menjadi penerima, dan penerima menjadi pangirim. Komunikasi
dua arah ini terjadi dalam rapat, perundingan, diskusi dan sebagainya. Sebagai alat
komunikasi, bahasa itu terdiri dari dua aspek yaitu:
a) Aspek linguistic.
b) Aspek nonlinguistik atau paralinguistik.

Kedua aspek itu bekerjasama dalam membangun komunikasi bahasa.


Aspek linguistik mencakup tataran fonologis, morfologis, dan sintaksis. Ketiga
tataran ini mendukung terbentuknya yang akan disampaikan, yaitu semantik (yang
di dalamnya terdapat makna, gagasan, idea atau konsep). Aspek paralinguistik
mencakup: Kualitas ujaran, yaitu pola ujaran seseorang seperti falsetto (suara
tinggi), staccato (suara terputus-putus), dan sebagainya. Aspek linguistic dan
paralinguistik berfungsi sebagai alat komunikasi, bersama-sama dengan konteks
situasi membentuk atau membangun situasi tertentu dalam proses komunikasi.
Bahasa dalam konteks sosial mempunyai unsur supra segimental, yaitu
tekanan (stress), nada (pitch), dan intonasi, Jarak dan gerak-gerik tubuh, seperti
gerakan tangan, anggukan kepala, rabaan dan sebagainya. Rabaan, yakni yang
berkenaan dengan indera perasa (pada kulit).

B. Fungsi komunikasi social


Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia bisa dipastikan
akan tersesat, karena ia tidak sempat menata dirinya dalam suatu lingkungan
sosial. Komunikasi yang memungkin individu membangun suatu kerangka
rujukan dan menggunakannya sebagai pantuan untuk menafsirkan, situasi apapun
yang ia hadapi. Komunikasi pula yang memungkinkannya mempelajari dan
menerapkan strategi-strategi adaptif untuk mengatasi situasi-situasi problematik
yang ia masuki. Tanpa melibatkan diri dalam komunikasi, seseorang tidak akan
tahu bagaimana makan, minum, berbicar sebagai manusia dan memperlakukan
manusi lain secara beradap, karena cara-cara berprilaku tersebut harus dipelajari
lewat pengasuhan kluarga dan pergaulan dengan orang lain yang intinya adalah
komunikasi. Implasif adalah fungsi komunikasi sosial ini adalah fungsi
komunikasi kultural. Para ilmuan sosial mengakui bahwa budaya dan komunikasi
itu mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua sisi dari satu mata uang.
Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi, dan pada gilirannya komunikasi
pun turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya.

Fungsi komunikasi sosial bisa terbentuk dengan adanya pembentukan


dari dalam: pembentukan konsep diri, pernyataan eksistenssi diri dan untuk
kelangsungan hidup, memupuk hubungan & memperoleh kebahagiaan

C. Komunikasi budaya
Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-
orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau
sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini. Menurut Stewart L.
Tubbs,komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang
berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik, atau perbedaan-perbedaan sosio
ekonomi).Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh
sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi. Hamid Mowlana
menyebutkan komunikasi antarbudaya sebagai human flow across national
boundaries. Misalnya; dalam keterlibatan suatu konfrensi internasional dimana
bangsa-bangsa dari berbagai negara berkumpul dan berkomunikasi satu sama lain.
Sedangkan Fred E. Jandt mengartikan komunikasi antarbudaya sebagai interaksi
tatap muka di antara orang-orang yang berbeda budayanya.
Intercultural communication generally refers to face-to-face interaction among
people of diverse culture.
Guo-Ming Chen dan William J. Sartosa mengatakan bahwa komunikasi
antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang
membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan
fungsinya sebagai kelompok. Selanjutnya komunikasi antarbudaya itu dilakukan:

1. Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam pertemuan


antarbudaya yang membahas satu tema (penyampaian tema melalui
simbol) yang sedang dipertentangkan. Simbol tidak sendirinya mempunyai
makna tetapi dia dapat berarti ke dalam satu konteks dan makna-makna itu
dinegosiasikan atau diperjuangkan;
2. Melalui pertukaran sistem simbol yang tergantung daripersetujuan
antarsubjek yang terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan dibuat
untuk berpartisipasi dalam proses pemberian makna yang sama;
3. Sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram namun
bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita;
4. Menunjukkan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan
diri dari kelompok lain dan mengidentifikasinya dengan berbagai cara.

D. Fungsi-Fungsi Komunikasi Antarbudaya


a. Fungsi Pribadi

Fungsi pribadi adalah fungsi-fungsi komunikasi yang ditunjukkan melalui


perilaku komunikasi yang bersumber dari seorang individu. Pendeta Budha
Jepang menyatakan identitas melalui baju yang dikenakan

 Menyatakan Identitas Sosial

Dalam proses komunikasi antarbudaya terdapat beberapa perilaku


komunikasi individu yang digunakan untuk menyatakan identitas sosial. Perilaku
itu dinyatakan melalui tindakan berbahasa baik secara verbal dan nonverbal. Dari
perilaku berbahasa itulah dapat diketahui identitas diri maupun sosial, misalnya
dapat diketahui asal-usul suku bangsa, agama, maupun tingkat pendidikan
seseorang.

 Menyatakan Integrasi Sosial

Inti konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan


antarpribadi, antarkelompok namun tetap mengakui perbedaan-perbedaan yang
dimiliki oleh setiap unsur. Perlu dipahami bahwa salah satu tujuan komunikasi
adalah memberikan makna yang sama atas pesan yang dibagi antara komunikator
dan komunikan. Dalam kasus komunikasi antarbudaya yang melibatkan
perbedaan budaya antar komunikator dengan komunikan, maka integrasi sosial
merupakan tujuan utama komunikasi. Dan prinsip utama dalam proses pertukaran
pesan komunikasi antarbudaya adalah: saya memperlakukan anda sebagaimana
kebudayaan anda memperlakukan anda dan bukan sebagaimana yang saya
kehendaki. Dengan demikian komunikator dan komunikan dapat meningkatkan
integrasi sosial atas relasi mereka.

 Menambah Pengetahuan
Seringkali komunikasi antarpribadi maupun antarbudaya menambah
pengetahuan bersama, saling mempelajari kebudayaan masing-masing.

 Melepaskan Diri atau Jalan Keluar


Kadang-kadang kita berkomunikasi dengan orang lain untuk melepaskan
diri atau mencri jalan keluar atas masalah yang sedang kita hadapi. Pilihan
komunikasi seperti itu kita namakan komunikasi yang berfungsi menciptakan
hubungan yang komplementer dan hubungan yang simetris.
Hubungan komplementer selalu dilakukan oleh dua pihak mempunyai perlaku
yang berbeda. Perilaku seseorang berfungsi sebagai stimulus perilaku
komplementer dari yang lain. Dalam hubungan komplementer, perbedaan di
antara dua pihak dimaksimumkan. Sebaliknya hubungan yang simetris dilakukan
oleh dua orang yang saling bercermin pada perilaku lainnya. Perilaku satu orang
tercermin pada perilaku yang lainnya.

b. Fungsi Sosial

 Pengawasan
Funsi sosial yang pertama adalah pengawasan. Praktek komunikasi
antarbudaya di antara komunikator dan komunikan yang berbada kebudayaan
berfungsi saling mengawasi. Dalam setiap proses komunikasi antarbudaya fungsi
ini bermanfaat untuk menginformasikan "perkembangan" tentang lingkungan.
Fungsi ini lebih banyak dilakukan oleh media massa yang menyebarlusakan
secara rutin perkembangan peristiwa yang terjadi disekitar kita meskipun
peristiwa itu terjadi dalam sebuah konteks kebudayaan yang berbeda.

 Menjembatani
Dalam proses komunikasi antarbudaya, maka fungsi komunikasi yang
dilakukan antara dua orang yang berbeda budaya itu merupakan jembatan atas
perbedaan di antara mereka. Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui
pesan-pesan yang mereka pertukarkan, keduanya saling menjelaskan perbedaan
tafsir atas sebuah pesan sehingga menghasilkan makna yang sama. Fungsi ini
dijalankan pula oleh pelbagai konteks komunikasi termasuk komunikasi massa.

 Sosialisasi Nilai
Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan dan
memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada masyarakat
lain.

 Menghibur
Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses komunikasi
antarbudaya. Misalnya menonton tarian hula-hula dan "Hawaian" di taman kota
yang terletak di depan Honolulu Zaw, Honolulu, Hawai. Hiburan tersebut
termasuk dalam kategori hiburan antarbudaya.

E. Komunikasi Keyakinan

Keyakinan agama dan Keyakinan Spiritual adalah bagian integral dari


keyakinan budaya seseorang dan dapat memperngaruhi keyakinan klien mengenai
penyebab penyakit, praktek penyembuhan, dan pilihan tabib atau pemberi
perawatan kesehatan. Keyakian spiritual dan agama dapat menjadi sumber
kekuatan dan kenyamanan bagi klien. Perawat yang memiliki keyakinan yang
sama dengan kliennya cenderung lebih mudah memahami dan mengambil
tindakan untuk menangani kliennya. Perawat professional harus bisa
memahami,mengantisipasi dan mengambil tindakan yangtepat terhadap klien
yang berbeda keyakinanterhadap perawat tersebut.
Contoh : Klien yang menolak memakan dagingdikarenakan oleh keyakinan yang
dimiliki olehagamanya.Perawat harus mengambil tindakan yang tepatbagaimana
cara membujuk pasien tersebut untukmemakan daging tersebut.Misalnya
diberikan penjelasan yang kuatmengenai alasan kenapa pasien tersebut
harusmakan daging.

F. Peran pemerintah dan mahasiswa dalam menjaga keanekaragaman budaya


1) Peran pemerintah menjaga keanekaragaman budaya
Sesungguhnya peran pemerintah dalam konteks menjaga keanekaragaman
kebudayaan adalah sangat penting. Dalam konteks ini pemerintah berfungsi
sebagai pengayom dan pelindung bagi warganya, sekaligus sebagai penjaga tata
hubungan interaksi antar kelompok-kelompok kebudayaan yang ada di Indonesia.
Namun sayangnya pemerintah yang kita anggap sebagai pengayom dan
pelindung, dilain sisi ternyata tidak mampu untuk memberikan ruang yang cukup
bagi semua kelompok-kelompok yang hidup di Indonesia. Misalnya bagaimana
pemerintah dulunya tidak memberikan ruang bagi kelompok-kelompok
sukubangsa asli minoritas untuk berkembang sesuai dengan kebudayaannya.
Kebudayaan-kebudayaan yang berkembang sesuai dengan sukubangsa ternyata
tidak dianggap serius oleh pemerintah. Kebudayaan-kebudayaan kelompok
sukubangsa minoritas tersebut telah tergantikan oleh kebudayaan daerah dominant
setempat, sehingga membuat kebudayaan kelompok sukubangsa asli minoritas
menjadi tersingkir. Contoh lain yang cukup menonjol adalah bagaimana misalnya
karya-karya seni hasil kebudayaan dulunya dipandang dalam prespektif
kepentingan pemerintah. Pemerintah menentukan baik buruknya suatu produk
kebudayaan berdasarkan kepentingannya. Implikasi yang kuat dari politik
kebudayaan yang dilakukan pada masa lalu (masa Orde Baru) adalah
penyeragaman kebudayaan untuk menjadi “Indonesia”. Dalam artian bukan
menghargai perbedaan yang tumbuh dan berkembang secara natural, namun
dimatikan sedemikian rupa untuk menjadi sama dengan identitas kebudayaan
yang disebut sebagai ”kebudayaan nasional Indonesia”. Dalam konteks ini proses
penyeragaman kebudayaan kemudian menyebabkan kebudayaan yang
berkembang di masyarakat, termasuk didalamnya kebudayaan kelompok
sukubangsa asli dan kelompok marginal, menjadi terbelakang dan tersudut.
Seperti misalnya dengan penyeragaman bentuk birokrasi yang ada ditingkat desa
untuk semua daerah di Indonesia sesuai dengan bentuk desa yang ada di Jawa
sehingga menyebabkan hilangnya otoritas adat yang ada dalam kebudayaan
daerah.
Tidak dipungkiri proses peminggiran kebudayaan kelompok yang terjadi
diatas tidak lepas dengan konsep yang disebut sebagai kebudayaan nasional,
dimana ini juga berkaitan dengan arah politik kebudayaan nasional ketika itu.
Keberadaan kebudayaan nasional sesungguhnya adalah suatu konsep yang
sifatnya umum dan biasa ada dalam konteks sejarah negara modern dimana ia
digunakan oleh negara untuk memperkuat rasa kebersamaan masyarakatnya yang
beragam dan berasal dari latar belakang kebudayaan yang berbeda. Akan tetapi
dalam perjalanannya, pemerintah kemudian memperkuat batas-batas kebudayaan
nasionalnya dengan menggunakan kekuatan-kekuatan politik, ekonomi, dan
militer yang dimilikinya. Keadaan ini terjadi berkaitan dengan gagasan yang
melihat bahwa usaha-usaha untuk membentuk suatu kebudayaan nasional adalah
juga suatu upaya untuk mencari letigimasi ideologi demi memantapkan peran
pemerintah dihadapan warganya. Tidak mengherankan kemudian, jika yang
nampak dipermukaan adalah gejala bagaimana pemerintah menggunakan segala
daya upaya kekuatan politik dan pendekatan kekuasaannya untuk ”mematikan”
kebudayaan-kebudayaan local yang ada didaerah atau kelompok-kelompok
pinggiran, dimana kebudayaan-kebudayaan tersebut dianggap tidak sesuai dengan
kebudayaan nasional.
Setelah reformasi 1998, muncul kesadaran baru tentang bagaimana
menyikapi perbedaan dan keanekaragaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Yaitu kesadaran untuk membangun masyarakat Indonesia yang sifatnya
multibudaya, dimana acuan utama bagi terwujudnya masyarakat Indonesia yang
multibudaya adalah multibudayaisme, yaitu sebuah ideologi yang mengakui dan
mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun
secara kebudayaan (Suparlan,1999). Dalam model multikultural ini, sebuah
masyarakat (termasuk juga masyarakat bangsa seperti Indonesia) dilihat sebagai
mempunyai sebuah kebudayaan yang berlaku umum dalam masyarakat tersebut
yang coraknya seperti sebuah mosaik. Di dalam mosaik tercakup semua
kebudayaan dari masyarakat-masyarakat yang lebih kecil yang membentuk
terwujudnya masyarakat yang lebih besar, yang mempunyai kebudayaan yang
seperti sebuah mosaik tersebut. Model multibudayaisme ini sebenarnya telah
digunakan sebagai acuan oleh para pendiri bangsa Indonesia dalam mendesain apa
yang dinamakan sebagai kebudayaan bangsa, sebagaimana yang terungkap dalam
penjelasan Pasal 32 UUD 1945, yang berbunyi: “kebudayaan bangsa (Indonesia)
adalah puncak-puncak kebudayaan di daerah”.
Sebagai suatu ideologi, multikultural harus didukung dengan sistem
infrastuktur demokrasi yang kuat serta didukung oleh kemampuan aparatus
pemerintah yang mumpuni karena kunci multibudayaisme adalah kesamaan di
depan hukum. Negara dalam hal ini berfungsi sebagai fasilitator sekaligus penjaga
pola interaksi antar kebudayaan kelompok untuk tetap seimbang antara
kepentingan pusat dan daerah, kuncinya adalah pengelolaan pemerintah pada
keseimbangan antara dua titik ekstrim lokalitas dan sentralitas. Seperti misalnya
kasus Papua dimana oleh pemerintah dibiarkan menjadi berkembang dengan
kebudayaan Papuanya, namun secara ekonomi dilakukan pembagian kue ekonomi
yang adil. Dalam konteks waktu, produk atau hasil kebudayaan dapat dilihat
dalam 2 prespekif yaitu kebudayaan yang berlaku pada saat ini dan tinggalan atau
produk kebudayaan pada masa lampau.

2) Peran mahasiswa dalam kebudayaan


Kita sebagai seorang mahasiswa yang aktif dan kreatif tentunya tidak ingin
kebudayaan kita menjadi pudar bahkan lenyap karena pengaruh dari budaya-
budaya luar.Mahasiswa memiliki kedudukan dan peranan penting dalam
pelestarian seni dan budaya daerah. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa
mahasiswa merupakan anak bangsa yang menjadi penerus kelangsungan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia. Sebagai
intelektual muda yang kelak menjadi pemimpin-pemimpin bangsa, pada mereka
harus bersemayam suatu kesadaran kultural sehingga keberlanjutan negara bangsa
Indonesia dapat dipertahankan. Pembentukan kesadaran kultural mahasiswa
antara lain dapat dilakukan dengan pengoptimalan peran mereka dalam pelestarian
seni dan budaya daerah.
Optimalisasi peran mahasiswa dalam pelestarian seni dan budaya daerah
dapat dilakukan melalui dua jalur, yaitu intrakurikuler dan ekstrakulikuler. Jalur
Intrakurikuler dilakukan dengan menjadikan seni dan budaya daerah sebagai
substansi mata kuliah; sedangkan jalur ekstrakurikuler dapat dilakukan melalui
pemanfaatan unit kegiatan mahasiswa (UKM) kesenian dan keikutsertaan
mahasiswa dalam kegiatan-kegiatan seni dan budaya yang diselenggarakan oleh
berbagai pihak untuk pelestarian seni dan budaya daerah.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam kehidupannya, manusia senantiasa terlibat dalam aktivitas
komunikasi. Manusia mungkin akan mati, atau setidaknya sengsara manakala
dikucilkan sama sekali sehingga ia tidak bisa melakukan komunikasi dengan
dunia sekelilingnya. Oleh sebab itu komunikasi merupakan tindakan manusia
yang lahir dengan penuh kesadaran, bahkan secara aktif manusia sengaja
melahirkannya karena ada maksud atau tujuan tertentu.

Manusia adalah mahkluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri melainkan
selalu berinteraksi dengan sesamanya. Untuk keperluan tersebut, manusia
menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi sekaligus sebagai identitas
kelompok. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan terbentuknya bagaian bahasa di
dunia yang memiliki ciri-ciri yang unik yang menyebabkan berbeda dengan
bahasa lainnya. 

B. SARAN

Komunikasi sangatlah penting dalam setiap konteks kehidupan manusia.


Sebagai perawat,kita sudah semestinya mempelajari dan memahami berbagai
macam komunikasi dalam konteks-konteks yang berbeda sehingga memudahkan
kita dalam melakukan tindakan keperawatan yang benar dan tepat terhadap
pasien. Dengan telah mengetahui peran komunikasi secara tidak langsung melalui
pembelajaran ini yaitu konsep komunikasi dalam konteks sosial,dan budaya, serta
keyakinan.
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_sosial
Mulyana Deddy, M.A., Ph.D. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung:
Remaja Rosdakarya. 2009

King Larry dan Gilbert Bill. Seni Berbicara Kepada Siapa Saja, Kapan Saja,
Dimana Saja. Jakarta: gramedia Pustaka Utama. 2000

Anda mungkin juga menyukai