CoxCoxsackievirus, Parvovirus B-19, HCV, HIV, HSV, HHV6, CMV, virus Epstein Barr, adenovirussackievirus,
Virus
Parvovirus B-19, HCV, HIV, HSV, HHV6, CMV, virus Epstein Barr, adenovirus
SARS-CoV-2 (COVID-19)
Adenovirus
Hepatitis B dan C
Herpes simplex virus
Epstein-Barr virus (penyebab mononukleosis)
Echovirus (penyebab infeksi saluran cerna)
Rubella
HIV
2. Bakteri
Jenis bakteri yang dapat menyebabkan miokarditis meliputi:
Keseimbangan antara respon imun inang dan patogen berperan besar sebagai penentu luaran klinis pasien. Respon
imun perlu diaktivasi untuk melawan infeksi, namun perlu dimodulasi sehingga tidak terjadi kerusakan jaringan
yang berlebih akibat proses inflamasi.
Proses inflamasi, nekrosis, remodelling, dan fibrosis yang berlangsung secara kronik dapat mentransformasi
miokarditis menjadi DCM dan sekuelnya, yang meliputi gagal jantung kronis dan gangguan konduksi jantung.
TANDA DAN GEJALA
Miokarditis yang tergolong ringan umumnya tidak menimbulkan keluhan. Sebaliknya, jika
terbilang berat, miokarditis dapat menimbulkan gejala berupa:
Nyeri dada
Sesak napas, baik saat beraktivitas atau saat beristirahat
Jantung berdebar atau berdetak tidak beraturan
Pembengkakan di tungkai
Lemas
Gejala lain juga dapat terjadi, tergantung pada penyebab miokarditis itu sendiri. Jika
miokarditis disebabkan oleh infeksi, gejala lain yang dapat muncul adalah demam, sakit
kepala, dan nyeri sendi.
Sementara itu, miokarditis pada anak dan bayi tidak memiliki gejala yang spesifik, sehingga diperlukan pemeriksaan
langsung oleh dokter. Tanda dan gejala yang umumnya muncul pada anak-anak dan bayi dengan miokarditis adalah:
• Lemas
• Hilang nafsu makan
• Batuk kronis
• Sakit perut
• Sulit bernapas
• Demam
• Diare
• Ruam
• Nyeri sendi
PENATALAKSANAAN
Prognosis miokarditis bergantung pada manifestasi klinis, berbagai parameter klinis, dan
temuan biopsi endomiokardial. Pasien dengan miokarditis akut dan fraksi ejeksi ventrikel kiri
yang baik memiliki prognosis yang lebih baik dengan kemungkinan perbaikan tanpa sekuele
lebih tinggi. Pasien dengan miokarditis viral fulminan dan gangguan hemodinamik akan
memiliki prognosis lebih baik jika terapi farmakologi agresif dan mechanical circulatory
support dilakukan secara dini.
Komplikasi
Komplikasi miokarditis antara lain dilated cardiomyopathy, gagal jantung, dan aritmia fatal.
Pada miokarditis fulminan, gagal jantung dapat berlangsung dengan sangat cepat dan pasien
memiliki risiko mortalitas yang sangat tinggi.
Terapi Spesifik
Jenis miokarditis akibat autoimunitas diobati dengan imunosupresi, misalnya pada pasien dengan miokarditis
giant cell.
Dalam kasus miokarditis giant cell, terapi kombinasi siklosporin dan kortikosteroid dengan atau tanpa
azathioprine atau muronomab-CD, dapat meningkatkan prognosis dan menghasilkan median kesintasan 12
bulan dibandingkan dengan 3 bulan untuk pasien yang tidak diobati. Namun demikian, sejumlah kecil pasien
tetap memerlukan mechanical circulatory support atau transplantasi jantung dalam 1 tahun. [4]
Aktivitas Fisik
Pada miokarditis akut, aktivitas fisik aerobik tidak direkomendasikan. Sebuah studi pada hewan coba dengan
miokarditis akibat Coxsackievirus B3 menunjukkan bahwa aktivitas fisik aerobik berkaitan dengan
peningkatan mortalitas dan menginduksi supresi limfosit T.
Miokarditis adalah penyebab kematian mendadak pada atlet muda. The 36th Bethesda Conference Task
Forces menganjurkan agar atlet dengan kemungkinan atau bukti definitif miokarditis untuk tidak terlibat
dalam olahraga kompetitif selama setidaknya 6 bulan. Atlet dapat kembali berlatih atau berkompetisi
setelah fungsi ventrikel kiri dan dimensi kardiak kembali normal, serta sudah tidak ada aritmia yang
bermakna secara klinis. [1,4]
Antivirus
Pada miokarditis yang disebabkan oleh infeksi virus herpes, dapat digunakan acyclovir, gancyclovir, dan
valacyclovir. Namun, efikasi obat-obat ini untuk miokarditis belum didukung bukti ilmiah yang cukup.
Studi preliminari menunjukkan bahwa interferon beta mampu mengeradikasi infeksi enteroviral dan
adenoviral pada pasien dengan disfungsi ventrikel kiri dan meningkatkan prognosis dalam 10 tahun. [1,4]
Imunoglobulin Intravena
Penggunaan imunoglobulin intravena (IVIG) dosis tinggi dilaporkan berkaitan dengan perbaikan fraksi
ejeksi ventrikel kiri. IVIG juga tidak berkaitan dengan efek samping mayor, dan dapat digunakan pada
miokarditis refraktori akibat virus ataupun autoimun, terutama yang autoantibody-mediated.