Disusun oleh :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT.Yang telah melimpahkan rahmat,karunia dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Miokarditis”.Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan
medical bedah I.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu,dan teman-teman yang telah
memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.Kami semaksimal mungkin
memberikan yang terbaik untuk mengerjakan makalah ini,bila masih banyak kekurangan baik
penulisan maupun materi mohon maaf.Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak dan
menambah wawasan bagi pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Miokarditis
B. Etiologi
C. Anatomi fisiologi jantung
D. Patofisiologi
E. Manifestasi Klinis
F. Patways
G. Pemeriksaan Penunjang
H. Penatalaksanaan
I. Konsep Asuhan Keperawatan
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Miokarditis adalah peradangan pada otot jantung atau miokardium. Pada umumnya
miokarditis disebabkan penyakit-penyakit infeksi tetapi dapat sebagai akibat reaksi alergi
terhadap obat-obatan dan efek toksik bahan-bahan kimia radiasi. Miokarditis dapat
disebabkan infeksi, reaksi alergi, dan reaksi toksik. Pada miokarditis, kerusakan
miokardium disebabkan oleh toksin yang dikeluarkan basil miosit. Toksin akan
menghambat sintesis protein dan secara mikroskopis akan didapatkan miosit dengan
infiltrasi lema, serat otot mengalami nekrosis hialin. Beberapa organisme dapat
menyerang dinding arteri kecil, terutama arteri koronaintramuskular yang akan
memberikan reaksi radang perivaskular miokardium. Keadaan ini dapat disebabkan oleh
pseudomonas dan beberapa jenis jamur seperti aspergilus dan kandida. Sebagian kecil
mikroorganisme menyerang langsung sel-sel miokardium ysng menyebaban reaksi
radang. Hal ini dapat terjadi pada Toksoplasmosis gondii. Pada trikinosis, sel-sel radang
yang ditemukan terutama eusinofil (Elly Nurachmach, 2009).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui Asuhan
Keperawatan yang baik dan tepat supaya adanya penanganan dan tindakan yang sesuai dengan
prosedur Asuhan Keperawatan Miokarditis
2. Tujuan Khusus
c. Melaksanakan Diagnosa Keperawatan apa saja yang terdapat pada pasien Miokarditis
d. Melaksanakan Rencana Asuhan Keperawatan terhadap pasien Miokarditis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Miokarditis
Miokarditis adalah kondisi di mana terjadi peradangan atau inflamasi pada otot jantung
(miokardium). Otot ini bertanggung jawab pada fungsi jantung dalam memompa darah ke
seluruh organ tubuh. Ketika otot ini mengalami peradangan, maka fungsi jantung dalam
memompa darah pun akan terganggu. Miokarditis ringan dapat lebih mudah sembuh, baik
dengan atau tanpa perawatan. Namun, jika miokarditis sudah tergolong berat dan tidak
mendapatkan perawatan yang tepat, hal itu berpotensi menyebabkan penggumpalan darah yang
memicu komplikasi, seperti stroke dan serangan jantung
B. Etiologi
Pada banyak kasus, penyebab miokarditis tidak diketahui. Namun, ada beberapa faktor yang
dapat memicu miokarditis, meliputi:
Virus. Virus yang paling umum menyebabkan miokarditis adalah adenovirus, yang
sering menyebabkan pilek. Selain adenovirus, ada beberapa virus lain yang juga dapat
menyebabkan miokarditis, yaitu he patitis B dan C, herpes simplex virus,
echovirus (penyebab infeksi saluran cerna), rubella, HIV, dan Epstein-Barr
virus (penyebab mononukleosis).
Parasit. Jenis parasit yang umum menyebabkan miokarditis adalah Trypanosoma dan
Toxoplasma.
Anatomi jantung yang paling mudah dikenali adalah ruangan-ruangan yang terdapat di
dalamnya. Jantung manusia terdiri dari empat ruangan. Dua ruangan di sebelah kiri dan dua
ruangan di sebelah kanan, dengan pembagian sebagai berikut:
• Serambi jantung
Serambi adalah anatomi jantung bagian atas. Bagian ini, merupakan ruangan yang ada di jantung
sebalah atas, baik sebelah kiri maupun kanan. Serambi jantung sering juga disebut dengan atrium
jantung. Secara umum, atrium jantung berfungsi untuk membawa darah masuk ke jantung.
Namun secara khusus, atrium kanan dan atrium kiri jantung, juga memiliki fungsi yang lebih
spesifik.Atrium kanan, berperan sebagai pintu masuk bagi darah hasil metabolisme yang sudah
tidak mengandung oksigen, untuk masuk kembali ke paru-paru. Sedangkan atrium kiri, berfungsi
sebagai "area penyimpanan" darah kaya oksigen yang sudah diolah dari paru-paru.Dari atrium
kiri, darah tersebut akan dipompa menuju ke bilik kiri jantung. Dari bilik jantung, barulah darah
tersebut kemudian akan disebarkan ke seluruh jaringan di tubuh. Dinding atrium kiri, sedikit
lebih tebal dari dinding atrium kanan.
• Bilik jantung
Anatomi jantung selanjutnya yang juga perlu dikenali adalah bilik jantung. Bilik jantung adalah
bagian bawah dari ruangan jantung, yang ada di sebelah kiri dan kanan. Bagian ini dikenal
sebagai ventrikel.Bilik jantung kanan berfungsi untuk memompa darah yang tidak memiliki
kandungan oksigen ke paru-paru. Sedangkan, bilik jantung kiri berfungsi untuk memompa darah
keluar melalui katup aorta, menuju ke dalam lengkungan aorta, lalu ke seluruh tubuh.Di antara
serambi dan bilik, terdapat katup jantung, yang merupakan pintu masuk dan keluar bagi darah.
Empat jenis katup jantung tersebut adalah:
Katup trikuspid. Katup trikuspid membantu mengatur aliran darah antara bilik kanan dan
serambi kanan.
Katup pulmonalis. Katup pulominalis membantu mengontrol aliran darah dari bilik kanan
ke pembuluh darah arteri pulmonal, yang bertugas membawa darah ke paru-paru untuk
mengambil oksigen.
Katup mitral. Katup mitral merupakan pintu masuk untuk darah kaya oksigen, yang
berasal dari paru-paru. Darah ini akan masuk ke serambi kiri jantung lalu menuju ke bilik
kiri jantung.
Katup aorta. Katup aorta membuka jalan, agar darah kaya oksigen yang berasal dari paru-
paru bisa masuk dari bilik kiri ke aorta, yang merupakan pembuluh darah terbesar di
tubuh.
D. Patofisiologi
Miokarditis melibatkan sistem imun inang dan juga patogen eksternal yang keduanya
akan memicu peradangan pada miokard. Miokarditis dapat disebabkan oleh infeksi (virus,
bakteri, protozoa) ataupun agen non infeksi (toksin, autonium). Namun, penyebab yang tersering
adalah infeksi virus dan postviral immunemediated response(Alomedika.com, 2017).
1. Fase pertama (akut) berlangsung kira-kira satu minggu dimana terjadi invasi virus ke
miokardium ( sel otot jantung ), replikasi virus, dan lisis sel. Kemudian terbentuk
neutrakizing antibody dan virus akan dibersihkan atau dikurangi jumlahnya dengan
bantuan makrofag dan natural killer cell ( sel NK ).
2. Fase kedua miokardium akan diinfiltrasi oleh sel-sel radang dan sistem imun akan
diaktifkan antara lain dengan terbentuknya antibody terhadap miokardium, akibat
perubahan permukaan sel yang terpajan oleh virus. Fase ini berlangsung beberapa
minggu sampai beberapa bulan dan diikuti kerusakan miokardium dari yang minimal
sampai berat.
E. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis miokarditis bervariasi, mulai dari asimtomatik sampai terjadi syok
kardiogenik. Tergantung pada tipe infeksi, derajat kerusakan miokardium, kemampuan
miokardium memulihkan diri. Berikut ini adalah beberapa gejala miokarditis :
1. Sakit dada
2. Sesak napas
3. Pembengkakan (biasanya pada tungkai)
4. Demam(Sulestiyo, 2014).
F. Pathway
Infeksi Kuman
Kelainan
Obat - obatan
Metabolisme
Pemeriksaan EKG
Miokarditis
labolatorium
MK : Nyeri
Manajemen
Nyeri
Gagal Jantung
Pengembangan
Hipoksia
paru tidak optimal
MK : Intoleransi MK : Gangguan
Aktivitas Pernafasan
G. Pemeriksaan Penunjang
a. EKG menunjukkan adanya iskemia, hipertropi, blok konduksi, disritmia
(elevasi ST), PR depresi
b. Echocardiografi: adanya efusi perikardial, hipertropi pericardial disfungsi katub,
dilatasi atrium
c. Enzim jantung: peningkatan CPK, tapi MB inzuenzim tidak ada
d. Angiografi: terlihat stenosis katup dan regurgitasi dan atau menurunnya gerakan
e. Rontgen: terlihat pembesaran jantung, infiltrat pulmonal
f. CBC : terjadi proses infeksi akut / kronik ; anemia
g. Kultur darah : untuk mengisolasi penyebab bakteri , virus dan jamur
h. ESR: elevasi secara umum
i. Titer ASO : demam rematik (kemungkinan faktor pencetus)
j. Titer ANA : positif dengan penyakit autoimmun contoh: SLE (kemungkinan faktor
pencetus)
k. BUN: mengevaluasi uremia (kemungkinan faktor pencetus)
l. Perikardiosentesis: cairan perikardial diperiksa untuk mengetahui penyebab
infeksi, bakteri,TBC, virus atau infeksi jamur, SLE, penyakit rematik, keganasan
m. Laboratorium : leukosit, LED, limfosit, LDH..
n. Biopsy endomiokardial : melalui biopsy transvenous/transarterial dapat diambil
endomokardium ventrikel kanan dan kiri.
H. Penatalaksanaan
a. Perawatan untuk tindakan observasi
b. Tirah baring/pembatasan aktivitas.
c. Antibiotik atau kemoterapeutik.
d. Pengobatan sistemik supportif ditujukan pada penyakti infeksi sistemik (FKUI,
1999).
e. Antibiotik.
f. Obat kortison.
g. Jika berkembang menjadi gagal jantung kongestif : diuretik untuk mnegurangi retensi
ciaran ; digitalis untuk merangsang detak jantung ; obat antibeku untuk mencegah
pembentukan bekuan (Griffith, 1994).
I. Konsep asuhan keperawatan
Pengkajian
A. Identitas pasien, meliputi :
Nama
Jenis kelamin
Usia
Tempat tanggal lahir
B. Pemeriksaan fisik, meliputi :
TTV
C. Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan nyeri dada, sesak nafas, dan cepat lelah dalam beraktivitas.
a. Aktifitas / Istirahat
Gejala : kelelahan dan kelemahan
Tanda : Takikardi, penurunan TD, Dispnea dengan aktifitas
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat demam rematik, penyakit jantung kongenital, Infark miokard, bedah
jantung (CABG / penggantian katup / by pass kardiopulmonal lama), palpitasi, jatuh
pingsan
Tanda : Takikardia, disritmia , perpindahan TIM (Titik influks Maksimal) kiri dan
inferior (pembesaran jantung) Friction Rub perikardial biasanya intermitten (terdengar di
batas sternal kiri) murmur aortik, mitral ,stenosis / insufisiensi trikuspid, perubahan
dalam murmur yang mendahului, disfungsi otot papilar, irama gallop (S3 dan S4), bunyi
jantung normal pada awal perikarditis akut , edema, DVJ (GJK) petekie (konjungtiva,
membran mukosa) hemoragi splinter (punggung kuku) nodus osler (jari/ ibu jari) lesi
janiwae (telapak tangan/ telapak kaki)
c. Eliminasi
Gejala : Riwayat penyakit ginjal / gagal ginjal. Penurunan frekuensi/ jumlah urine.
Tanda : urine pekat dan gelap
d. Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala : nyeri pada dada anterior ( sedang sampai berat/ tajam ) diperberat oleh inspirasi,
batuk, gerakan menelan, berbaring, hilang dengan duduk bersandar ke depan
( perikarditis )tidak hilang dengan nitrogliserin. Nyeri dada /punggung/ sendi
( endokarditis )
Tanda : perilaku distraksi misal gelisah
e. Pernafasan
Gejala : Nafas pendek ; nafas pendek kronis memburuk pada malam hari ( miokarditis)
Tanda : Dispneu nokturnal, batuk, inspirasi mengi, takipnea, krekels dan ronki,
pernafasan dangkal
f. Keamanan
Gejala : Riwayat infeksi virus, bakteri, jamur ( miokarditis ) penurunan sistem imun,
misal program terapi imunosupresi
Tanda : Demam
g. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : terapi IV jangka panjang atau penggunaan kateter indwelling atau
penyalahgunaan obat parenteral.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Miokarditis jarang didapat pada saat puncak penyakit infeksinya karena akan tertutup
oleh manifestasi sistemis penyakit infeksi tersebut dan baru jelas pada fase pemulihan.
Sebagian besar keluhan klien tidak khas, mungkin didapatkan rasa lemah, berdebar-debar, sesak
napas, dan rasa tidak enak di dada. Gejala yang paling sering ditemukan adalah takikardia yang
tidak sesuai dengan kenaikan suhu. Kadang-kadang didapatkan hipotensi dengan nadi yang kecil
atau dengan gangguan pulsasi.
B. Saran
Sebagai perawat harus selalu sigap dalam penanganan penyakit myocarditis karena akan
menjadi fatal jika terlambat menanganinya. Selain itu perawat juga memberi health education
kepada klien dan keluarga agar mereka faham dengan myocarditis dan bagaimana
pengobatannya.
Daftar Pustaka
Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3. EGC : Jakarta
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.