DI SUSUN OLEH :
DIYAH AHADYATUNNISA
022STYC17
1
TINJAUAN PUSTAKA
1
1) Bentuk
Jantung berbentuk seperti jantung pisang. Bagian atasnya tumpul dan
disebut basis kordis dan bagian bawah agak runcing disebut apiks
kordis.
2) Letak
Jantung terletak di dalam rongga dada sebelah depan (kavum
mediastinum anterior), di sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga
dada, di atas diafragma dan pangkalnya terdapat di sebelah kiri antara
kosta V dan VI dua jari dari papilla mamae.
3) Ukuran
Lebih kurang sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira-kira
250-300 gram.
4) Pergerakkan Jantung
Jantung dapat bergerak mengembang dan menguncup karena adanya
rangsangan yang berasal dari syaraf otonom. Dalam kerjanya jantung
mempunyai 3 periode :
a) Periode Kontriksi (Periode Sistol)
Suatu keadaan di mana jantung bagian vertikal dalam keadaan
menguncup
b) Periode Dilatasi (Periode Distol)
Suatu keadaan di mana jantung mengembang
c) Periode Istirahat
Waktu antara kontriksi dan dilatasi di mana jantung berhenti
+1/10 detik.
5) Siklus Jantung
Merupakan kejadian yang terjadi dalam jaringan selama peredaran
darah. Gerakan jantung terdiri dari dua jenis yaitu kontriksi dan
pengenduran. Kontriksi dari kedua atrium terjadi secara serentak yang
disebut diatol atrial. Lama kontriksi vertikal + 0,3 detik dan tahap
pengenduran selama 0,5 detik. Kontraksi atrium pendek kontraksi
vertikal lebih lama dan kuat daya dorong vertikal kiri terus lebih kuat
2
karena harus mendorong darah keseluruhan tubuh untuk
mempertahankan keadaan sistolik.
6) Bunyi Jantung
Merupakan pukulan vertikal kiri terhadap dinding arterior yang terjadi
selama kontriksi vertikal dan debaran ini dapat diraba dan sering
terlihat pada ruang interkostalis kelima kira-kira 4 cm dari garis
sternum.
7) Kerja Jantung
Jantung disyarafi oleh nervus simpatikus dan nervus akseleratis, untuk
menggiatkan kerja jantung dan nervus parasimpatikus, khususnya
cabang nervus vagus yang bekerja memperlambat kerja jantung.
Mengembang dan menguncupnya jantung disebabkan oleh karena
adanya rangsangan yang berasal dari susunan saraf otonom.
Rangsangan ini diterima oleh jantung pada simpul saraf yang terdapat
pada atrium dekstra dekat masuknya vena kava yang disebut nodus
SA. Kemudian rangsangan akan diteruskan ke dinding atrium dan juga
ke bagian septum cordis untuk nodus atrium ventrikuler atau simpul
tawara melalui berkas wenkebech. Dari simpul tawara rangsangan
akan melalui berkas his dan seterusnya diteruskan ke apeks cordis
melalui berkas purkinye, dan kemudian disebarkan ke seluruh dinding
ventrikel. Dengan demikian jantung dapat berkontraksi
Selaput yang melapisi jantung disebut perikardium yang terdiri atas
2 lapisan:
a. Perikardium parietalis, yaitu lapisan luar yang melekat pada tulang
dada dan selaput paru.
b. Perikardium viseralis, yaitu lapisan permukaan dari jantung itu
sendiri yang juga disebut epikardium.
Diantara kedua lapisan tersebut terdapat cairan perikardium
sebagai pelumas yang berfungsi mengurangi gesekan akibat gerak
jantung saat memompa.
Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan, yaitu :
a. Lapisan luar disebut epikardium atau perikardium.
3
b. Lapisan tengah merupakan lapisan berotot, disebut miokardium.
c. Lapisan dalam disebut endokardium.
Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu dua ruang yang berdinding tipis
disebut atrium (serambi), dan 2 ruang yang berdinding tebal disebut
ventrikel (bilik), yaitu sebagai berikut :
a. Atrium
1) Atrium kanan berfungsi sebagai penampungan darah yang rendah
oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir melalui vena
kava superior, vena kava inferior, serta sinus koronarius yang
berasal dari jantung sendiri. Dari atrium kanan kemudian darah di
pompakan ke ventrikel kanan.
2) Atrium kiri menerima darah yang kaya akan oksigen dari paru
melalui 4 buah vena pulmonalis. Kemudian darah dialirkan ke
ventrikel kiri. Antara kedua atrium dipisahkan oleh sekat yang
disebut septum atrium.
b. Ventrikel
1) Ventrikel kanan, menerima darah dari atrium kanan yang
kemudian dipompakan ke paru melalui arteri pulmonalis.
2) Ventrikel kiri, menerima darah dari atrium kiri kemudian
memompakannya ke seluruh tubuh melalui aorta. Kedua ventrikel
dipisahkan oleh sekat yang disebut septum ventrikel.
Katup-katup pada jantung terdiri dari :
a) Katup Atrioventrikuler
Merupakan katup yang terletak diantara atrium dan
ventrikel.. katup antara atrium kanan dan ventrikel kanan
mempunyai tiga buah daun katup disebut katup trikuspidalis.
Sedangkan katup yang terletak diantara atrium kiri dan
ventrikel kiri mempunyai dua buah daun katup disebut katup
bikuspidalis atau katup mitral. Katup AV memungkinkan
darah mengalir dari masing-masing atrium ke ventrikel pada
waktu diastole ventrikel, serta mencegah aliran balik ke
atrium pada saat sistol ventrikel.
4
b) Katup Semilunar
Katup pulmonal, terletak antara arteri pulmonalis dan
ventrikel kanan. Katup aorta, terletak antara ventrikel kiri dan
aorta. Kedua katup semilunar terdiri dari 3 daun katup. Adanya
katup semilunar memungkinkan darah mengalir dari masing-
masing ventrikel ke arteri pulmonalis atau aorta selama sistol
ventrikel, dan mencegah aliran balik ke ventrikel sewaktu
diastole ventrikel.
Sirkulasi jantung terdiri atas :
a. Arteri Koroner
Arteri koroner adalah cabang pertama dari sirkulasi
sistemik. Sirkulasi koroner terdiri dari: arteri koroner kanan
dan arteri koroner kiri. Arteri koroner bermuara di sebelah
atas daun katup aorta yang disebut ”sinus valsava”.
b. Vena Koroner
Distribusi vena koroner sesungguhnya paralel dengan
distribusi arteri koroner. Sistem vena jantung terdiri dari 3
bagian: vena tebesian, vena kardiaka anterior, sinus
koronaria.
Keseluruhan sistem peredaran (sistem kardiovaskuler)
yang terdiri dari arteri, arteriola, kapiler, venula dan vena,
mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Arteri
Arteri berfungsi untuk transportasi darah dengan
tekanan yang tinggi ke seluruh jaringan tubuh. Dinding
arteri kuat dan elastis (lentur), kelenturannya membantu
mempertahankan tekanan darah diantara denyut jantung.
Dinding arteri banyak mengandung jaringan elastis yang
dapat teregang saat sistol dan mengadakan rekoil saat
diastol.
b. Arteriola
5
Merupakan cabang paling ujung dari sistem arteri,
berfungsi sebagai katup pengontrol untuk mengatur
pengaliran darah ke kapiler. Arteriol mempunyai dinding
yang kuat sehingga mampu kontriksi atau dilatasi
beberapa kali ukuran normal, sehingga dapat mengatur
aliran darah ke kapiler. Otot arteriol dipersarafi oleh
serabut saraf kolinergik yang berfungsi vasodilatasi.
Arteriol merupakan penentu utama resistensi/tahanan
aliran darah, perubahan pada diameternya menyebabkan
perubahan besar pada resistensi.
c. Kapiler
Merupakan pembuluh darah yang halus dan
berdinding sangat tipis, yang berfungsi sebagai jembatan
diantara arteri (membawa darah dari jantung) dan vena
(membawa darah kembali ke jantung). Kapiler
memungkinkan oksigen dan zat makanan berpindah dari
darah ke dalam jaringan dan memungkinkan hasil
metabolisme berpindah dari jaringan ke dalam darah.
d. Venula
Dari kapiler darah mengalir ke dalam venula lalu
bergabung dengan venul-venul lain ke dalam vena, yang
akan membawa darah kembali ke jantung.
e. Vena
Vena memiliki dinding yang tipis, tetapi biasanya
diameternya lebih besar daripada arteri, sehingga vena
dapat mengangkut darah dalam volume yang sama tetapi
dengan kecepatan yang lebih rendah dan tidak terlalu
dibawah tekanan. Karena tekanan dalam sistem vena
rendah maka memungkinkan vena berkontraksi sehingga
mempunyai kemampuan untuk menyimpan atau
menampung darah sesuai kebutuhan tubuh.
6
Lingkaran sirkulasi jantung dapat dibagi menjadi dua
bagian besar yaitu sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal.
Namun demikian terdapat juga sirkulasi koroner yang juga
berperan sangat penting bagi sirkulasi jantung, yaitu
mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Sirkulasi Sistemik
1) Mengalirkan darah ke berbagai organ tubuh.
2) Memenuhi kebutuhan organ yang berbeda.
3) Memerlukan tekanan permulaan yang besar.
4) Banyak mengalami tahanan.
5) Kolom hidrostatik panjang.
b. Sirkulasi Pulmonal
1) Hanya mengalirkan darah ke paru.
2) Hanya berfungsi untuk paru-paru.
3) Mempunyai tekanan permulaan yang rendah.
4) Hanya sedikit mengalami tahanan.
5) Kolom hidrostatiknya pendek.
c. Sirkulasi Koroner
Efisiensi jantung sebagi pompa tergantung dari nutrisi
dan oksigenasi yang cukup pada otot jantung itu sendiri.
Sirkulasi koroner meliputi seluruh permukaan jantung dan
membawa oksigen untk miokardium melalui cabang-
cabang intramiokardial yang kecil-kecil.
Aliran darah koroner meningkat pada:
1) Peningkatan aktifitas
2) Jantung berdenyut
3) Rangsang sistem saraf simpatis
Jantung sebagai pompa fungsinya dipengaruhi oleh 4
faktor utama yang saling terkait dalam menentukan isi
sekuncup (stroke volume) dan curah jantung (cardiac output)
yaitu:
a. Beban awal (pre load)
7
Beban awal adalah derajat peregangan serabut
miokardium pada akhir pengisian ventrikel. Hal ini sesuai
dengan Hukum Starling: peregangan serabut miokardium
selama diastole melalui peningkatan volume akhir diastole
akan meningkatkan kekuatan kontraksi pada saat sistolik.
Sebagai contoh karet yang diregangkan maksimal akan
menambah kekuatan jepretan saat dilepaskan. Dengan kata
lain beban awal adalah kemampuan ventrikel meregang
maksimal saat diastolik sebelum berkontraksi/sistolik.
b. Kontraktilitas
Kontraktilitas merupakan kemampuan otot-otot
jantung untuk menguncup dan mengembang. Peningkatan
kontraktilitas merupakan hasil dari interaksi protein otot
aktin-miosin yang diaktifkan oleh kalsium. Peningkatan
kontraktilitas otot jantung memperbesar curah sekuncup
dengan cara menambah kemampuan ventrikel untuk
mengosongkan isinya selama sistolik.
c. Beban akhir (after load)
Beban akhir adalah besarnya tegangan dinding
ventrikel untuk dapat memompakan darah saat sistolik.
Beban akhir menggambarkan besarnya tahanan yang
menghambat pengosongan ventrikel. Beban akhir juga
dapat diartikan sebagai suatu beban pada ventrikel kiri
untuk membuka katup semilunar aorta, dan mendorong
darah selama kontrakis/sistolik.
d. Frekuensi jantung
Frekuensi dan irama jantung mempengaruhi
kontaktilitas, misalnya bila ada ekstra sistol ventrikel,
maka akan terjadi potensiasi pada ekstasistolik.
Faktor utama yang mempengaruhi tekanan darah
adalah curah jantung, tekanan pembuluh darah perifer dan
volume/aliran darah. Faktor-faktor yang meregulasi tekanan
8
darah bekerja untuk peride jangka pendek dan jangka
panjang, yaitu sebagai berikut :
1) Regulasi tekanan darah jangka pendek
a) Sistem Saraf
Sistem saraf mengontrol tekanan darah dengan
mempengaruhi tahanan pembuluh darah perifer. Dua
mekanisme yang dilakukan adalah mempengaruhi
distribusi darah dan mempengaruhi diameter pembuluh
darah.
Umumnya kontrol sistem saraf terhadap tekanan
darah melibatkan:
(1)Pusat Vasomotor (hipotalamus dan serebrum),
mempengaruhi diameter pembuluh darah dengan
mengeluarkan epinefrin sebagai vasokonstriktor
kuat, dan asetilkolin sebagai vasodilator.
(2)Baroresptor, berlokasi pada sinus karotikus dan arkus
aorta. Baroresptor sensitif terhadap perubahan
tekanan darah dan regangan arteri.
(3)Kemoresptor, berlokasi pada badan karotis dan arkus
aorta. Kemoreseptor berespon terhadap perubahan
kadar oksigen, karbon dioksida dan hidrogen dalam
darah.
b) Kontrol kimia
Selain CO2 dan O2, sejumlah kimia darah juga
membantu regulasi tekanan darah melalui refleks
kemoreseptor yang akan dibawa ke pusat vasomotor.
Hormon yang mempengaruhi: epinefrin dan
norepinefrin, natriuretik atrial, ADH, angiotensin II,
Nitrit oxide, dan alkohol.
2) Regulasi tekanan darah jangka panjang
Ginjal melakukan regulasi tekanan darah jangka
panjang melalui 2 mekanisme, yaitu : secara langsung
9
melalui pengaturan kecepatan filtrasi cairan di ginjal dan
secara tidak langsung melalui pengaturan sistem renin
angiotensin.
Gambar 7.1 Anatomi Jantung
10
Jantung dalam melaksanakan kerjanya dipersyarafi oleh :
1) Nervus simpatikus / nervus akselerantis, untuk menggiatkan kerja
jantung
2) Nervus para simpatikus, khususnya cabang dari nervus vagus yang
bekerja memperlambat kerja jantung.
Sistem kardiovaskuler ini terdiri dari tiga bagian yang saling
mempengaruhi yaitu : jantung (untuk memompa), pembuluh darah
(mengedarkan atau mengalirkan), dan darah (menyimpan dan
mengatur), interaksi antara ketiganya akan mempertahankan
keseimbangan dinamis oksigen dalam sel-sel.
3. Etiologi
Menurut Wajan Juni Udjianti (2010) etiologi gagal jantung kongestif
(CHF)dikelompokan berdasarkan faktor etiologi eksterna maupun interna,
yaitu:
1. Faktor eksterna (dari luar jantung); hipertensi renal, hipertiroid, dan
anemia kronis/ berat.
11
2. Faktor interna (dari dalam jantung
a. Disfungsi katup: Ventricular Septum Defect (VSD), Atria Septum
Defect (ASD), stenosis mitral, dan insufisiensi mitral.
b. Disritmia: atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan heart block.
c. Kerusakan miokard: kardiomiopati, miokarditis, dan infark
miokard.
d. Infeksi: endokarditis bacterial sub-akut
Sedangkan Menurut Price (1994) dalam Sujana (2013)
decompensasi cordis adalah sebagai berikut:
a. Kelainan mekanis.
1) Peningkatan beban tekanan
a) Sentral (stenosis aorta dan sebagainya)
b) Perifer (hipertensi sistemik dan sebagainya)
2) Peningkatan beban volume (regurgitasi katub, pirau, peningkatan
beban awal dan sebagainya)
3) Obstruksi terhadap pengisian ventrikel (stenosis mitralis atau trikus
pidalis).
4) Tamponade perikardium.
5) Restriksi endokardium atau miokardium.
6) Aneurisme ventrikel.
7) Dis sinergi ventrikel.
b. Kelainan miokardium
1) Primer
a) Kardiomiopati.
b) Miokarditis.
c) Kelainan metabolik.
d) Toksisitas, (alkohol, obat dan sebagainya).
e) Presbikardia.
2) Kelainan dis-dinamik sekunder (sekunder terhadap kelainan
mekanis) .
a) Kekurangan oksigen (penyakit jantung koroner).
b) Kelainan metabolik.
12
c) Inflamasi.
d) Penyakit sistemik.
e) Penyakit paru obstruktif menahun.
3) Berubahnya irama jantung atau urutan konduksi.
a) Henti jantung.
b) Fibrilasi.
c) Takikardi atau bradikardi yang berat.
d) Asinkronisasi listrik, gangguan konduksi.
4. Klasifikasi
gagal jantung terbagi atas gagal jantung kiri, gagal jantung kanan, dan
gagal jantung kongestif. Klasifikasi berdasarkan derajat sakitnya dibagi
dalam 4 kelas, yaitu:
a) Kelas 1 : Penderita kelainan jantung tanpa pembatasan aktivitas
13
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel
kiri tidak mampu memompa darah yang datang dari paru.
Peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru menyebabkan cairan
terdorong ke jaringan paru. Manifestasi klinis yang terjadi meliputi
dispnea, batuk, mudah lelah, takikardi dengan bunyi jantung S3,
kecemasan kegelisahan, anoreksia, keringat dingin, dan
paroxysmal nocturnal dyspnea, ronki basah paru di bagian basal.
b) Gagal jantung kanan
Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongestif visera
dan jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak
mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga
tidak dapat mengakomodasi semua darah yang secara normal
kembali dari sirkulasi vena. Manifestasi klinis yang tampak
meliputi: edema ekstremitas bawah yang biasanya merupakan
pitting edema, pertambahan berat badan, hepatomegali
(pembesaran hepar), distensi vena leher, asites (penimbunan cairan
di dalam rongga peritonium), anoreksia dan mual, dan lemah
14
mengalami ortopnu pda malam hari yang dinamakan Paroksimal
Nokturnal Dispnea ( PND).
2) Batuk
3) Mudah lelah
Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat
jaringan dari dari sirkulasi normal dan oksigen serta
menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme juga terjadi
karena meningkatnya energi yang digunakan untuk bernafas dan
insomnia yang terjadi karena distress pernafasan dan batuk.
4) Kegelisahan dan kecemasan
Terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan
bernapas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan
baik.
b. Gagal jantung kanan :
1) Kongestif jaringan perifer dan viseral.
2) Edema ekstrimitas bawah (edema dependen), biasanya edema
pitting, penambahan berat badan.
3) Hepatomegali. Nyeri tekan pada kuadran kanan atas
abdomen terjadi akibat pembesaran vena di hepar.
4) Anorexia dan mual. Terjadi akibat pembesaran vena dan
statis vena dalam rongga abdomen.
5) Nokturia
6) Kelemahan.
6. Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan
kemampuan kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah jantung lebih
rendah dari normal. Dapat dijelaskan dengan persamaan CO = HR x SV di
mana curah jantung (CO: Cardiac output) adalah fungsi frekuensi jantung
(HR: Heart Rate) x Volume Sekuncup (SV: Stroke Volume).
Frekuensi jantung adalah fungsi dari sistem saraf otonom. Bila
curah jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat
frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme
15
kompensasi ini gagal untuk mempertahankan perfusi jaringan yang
memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan
diri untuk mempertahankan curah jantung.
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap
kontraksi, yang tergantung pada 3 faktor, yaitu: (1) Preload (yaitu sinonim
dengan Hukum Starling pada jantung yang menyatakan bahwa jumlah
darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang
ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung); (2) Kontraktilitas
(mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel
dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar
kalsium); (3) Afterload (mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang
harus dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang
ditimbulkan oleh tekanan arteriole).
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi yang
terjadi baik pada jantung dan secara sistemik. Jika volume sekuncup kedua
ventrikel berkurang akibat penekanan kontraktilitas atau afterload yang
sangat meningkat, maka volume dan tekanan pada akhir diastolik di dalam
kedua ruang jantung akan meningkat. Hal ini akan meningkatkan panjang
serabut miokardium pada akhir diastolik dan menyebabkan waktu sistolik
menjadi singkat. Jika kondisi ini berlangsung lama, maka akan terjadi
dilatasi ventrikel. Cardiac output pada saat istirahat masih bisa berfungsi
dengan baik tapi peningkatan tekanan diastolik yang berlangsung lama
(kronik) akan dijalarkan ke kedua atrium, sirkulasi pulmoner dan sirkulasi
sitemik. Akhirnya tekanan kapiler akan meningkat yang akan
menyebabkan transudasi cairan dan timbul edema paru atau edema
sistemik.
Penurunan cardiac output, terutama jika berkaitan dengan penurunan
tekanan arterial atau penurunan perfusi ginjal, akan mengaktivasi beberapa
sistem saraf dan humoral. Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akan
memacu kontraksi miokardium, frekuensi denyut jantung dan vena; yang
akan meningkatkan volume darah sentral yang selanjutnya meningkatkan
preload. Meskipun adaptasi-adaptasi ini dirancang untuk meningkatkan
16
cardiac output, adaptasi itu sendiri dapat mengganggu tubuh. Oleh karena
itu, takikardi dan peningkatan kontraktilitas miokardium dapat memacu
terjadinya iskemia pada pasien dengan penyakit arteri koroner sebelumnya
dan peningkatan preload dapat memperburuk kongesti pulmoner.
Aktivasi sistem saraf simpatis juga akan meningkatkan resistensi
perifer. Adaptasi ini dirancang untuk mempertahankan perfusi ke organ-
organ vital, tetapi jika aktivasi ini sangat meningkat malah akan
menurunkan aliran ke ginjal dan jaringan. Salah satu efek penting
penurunan cardiac output adalah penurunan aliran darah ginjal dan
penurunan kecepatan filtrasi glomerolus, yang akan menimbulkan retensi
sodium dan cairan. Sitem rennin-angiotensin-aldosteron juga akan
teraktivasi, menimbulkan peningkatan resistensi vaskuler perifer
selanjutnya dan penigkatan afterload ventrikel kiri sebagaimana retensi
sodium dan cairan.
Gagal jantung berhubungan dengan peningkatan kadar arginin
vasopresin dalam sirkulasi, yang juga bersifat vasokontriktor dan
penghambat ekskresi cairan.gagal jantung terjadi peningkatan peptida
natriuretik atrial akibat peningkatan tekanan atrium, yang menunjukan
bahwa disini terjadi resistensi terhadap efek natriuretik dan vasodilator.
17
7. Web Of Coution
Disfungsi miokard Beban tekanan yang Beban sistolik Peningkatan kebutuhan Beban volume
(AMI), Miokarditis berlebihan berlebihan metabolisme berlebihan
Kontraktilitas menurun
Hambatan pengosongan
ventrikel
CHF
1
Gagal pompa Backward failur Gagal pompa
ventrikel kiri ventrikel kanan
Aldosteron meningkat
Asidosisi metabolik Penurunan perfusi Hepar
Lien
jaringan
19
4. Oksigenasi (2-3 liter/menit).
5. Diet : pembatasan natrium (2 gr natrium atau 5 gr garam) ditujukan untuk mencegah, mengatur, dan mengurangi edema,
seperti pada hipertensi dan gagal jantung. Rendah garam 2 gr disarankan pada gagal jantung ringan dan 1 gr pada gagal
jantung berat. Jumlah cairan 1 liter pada gagal jantung berat dan 1,5 liter pada gagal jantung ringan.
6. Aktivitas fisik : pada gagal jantung berat dengan pembatasan aktivitas, tetapi bila pasien stabil dianjurkan peningkatan
aktivitas secara teratur. Latihan jasmani dapat berupa jalan kaki 3-5 kali/minggu selama 20-30 menit atau sepeda statis 5
kali/minggu selama 20 menit dengan beban 70-80% denyut jantung maksimal pada gagal jantung ringan atau sedang.
7. Hentikan rokok dan alkohol
8. Revaskularisasi koroner
9. Transplantasi jantung
10. Kardoimioplasti
Adapun Tujuan pengobatan adalah :
1. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.
2. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraktilitas miokarium dengan preparat farmakologi.
3. Membuang penumpukan air tubuh yang berlebihan dengan cara memberikan terapi antidiuretik, diit dan istirahat.
4. Mengatasi keadaan yang reversible, termasuk tiroksikosis, miksedema, dan aritmia digitalisasi
5. Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi O2 melalui istirahat/pembatasan
aktivitas
Adapun Terapi farmakologis :
20
1) Glikosida jantung.
Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat frekuensi jantung. Efek yang dihasilkan :
peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diuresisidan mengurangi edema.
2) Terapi diuretik.
Diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air mlalui ginjal. Penggunaan harus hati – hati karena efek samping
hiponatremia dan hipokalemia.
3) Terapi vasodilator.
Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadansi tekanan terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat
ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat
diturunkan.
11. Dampak Penyakit Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia
a. Kebutuhan Oxygenasi
Penurunan kemampuan pompa kiri menyebabkan cardiak output menurun, residu pada ventrikel kiri bertambah banyak, tekanan
ventrikel kiri meningkat, tekanan pada atrium kiri meningkat, tekanan pada vena pulmonalis meningkat, tekanan pada kapiler
paru lebih tinggi dari tekanan osmotik koloidal mengakibatkan transudat interstisial, membran respirasi menjadi lebih tebal,
menyebabkan kemampuan complience dan recoil paru menurun sehingga pernapasan menjadi dangkal.
b. Kebutuhan cairan dan elektrolit
Cardiac output menurun mengakibatkan suplay darah yang masuk ke ginjal untuk difiltrasi glomerolus menurun, mengaktifkan
sistem renin-angiotensin, sekresi aldosteron, terjadi retensi air dan natrium mengakibatkan kelebihan volume cairan vaskuler.
21
c. Kebutuhan sirkulasi
Cardiac output menurun mengakibatkan supay darah kejaringan menurun, mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.
d. Kebutuhan Eliminasi
Cardiac output menurun mengakibatkan suplay darah yang masuk ke ginjal untuk difiltrasi glomerolus menurun, mengaktifkan
sistem renin-angiotensin, sekresi aldosteron, terjadi retensi air dan natrium mengakibatkan produksi urine menurun.
e. Kebutuhan aktifitas
Cardiac output menurun mengakibatkan supay darah kejaringan menurun, mengakibatkan metabolisme anaerob, penimbunan
asam laktat, produksi ATP menurun, terjadi kelemahan fisik (patique).
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Data biografi yang perlu dipertimbangkan adalah usia, jenis kelamin, suku/bangsa. Penyakit cardiovaskuler lebih sering pada
usia 40-60 tahun, laki-laki lebih sering dari pada wanita, bising jantung lebih sering pada kulit putih, sedangkan hipertensi lebih
sering pada kulit hitam.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Dispneu, edema periper, kelelahan dan kelemahan.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari pertolongan, dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST :
22
P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.
Q : Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang, timbul atau terus- menerus (menetap).
R : Di daerah mana gejala dirasakan
S : Seberapa keparahan yang dirasakan klien
T : Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat dan memperingan keluhan.
3) Riwayat kesehatan yang lalu
Apakah pasien menderita :
a) Hipertensi
b) Hiperliproproteinemia
c) Diabetes melitus
d) Rematik fever dan penggunaan obat-obatan tertentu.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit cardiovaskuler, DM, Penykit renal dan predisposisi genetik.
c. Pemeriksaan fisik/Focus pengkajian
Menurut Doenges (2000: 52) dan pengjkajian pola fungsional menururt Gordon pengkajian fokusnya adalah sebagai berikut :
1) Pola persepsi dan tatalaksanan hidup sehat
Pada kasus CHF akan timbul ketakutan akan terjadinya ketidakmampuan beraktivitas pada dirinya dan harus menjalani
penatalaksanaan kesehatan dan prosedur pengobatan secara rutin. Selain itu pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien
23
seperti penggunaan obat steroid yang dapat mengganggu metabolism kalsium, pengkonsusmsian alcohol yang bisa
menganggu keseimbangan serta kepatuhan klien dalam berobat.
2) Pola sensori dan kognitif
Pada klien dengan CHF sering ditemukan perubahan status mental ; latergi dan stres dengan penyakitnya.
3) Aktivitas/istirahat
a) Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari, insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pada saat
istirahat.
b) Tanda : Gelisah, perubahan status mental mis : letargi, tanda vital berubah pad aktivitas.
4) Pola reproduksi sosial
Dampak ada klien CHF akan terjadi perubahan pemenuhan kebutuhan seksual terutama karena nyeri dada dan sesak yang
mengikat karena aktivitas.
5) Pola hubungan dan peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam msyarakat bila bila harus menjalani rawat inap
6) Pola persepsi dan konsep diri
Damak yang timbul pada klien CHF adalah rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal
dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body image)
7) Sirkulasi
a) Gejala : Riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya, penyakit jantung , bedah jantung , endokarditis, anemia,
syok septic, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen.
24
b) Tanda :
(1) TD ; mungkin rendah (gagal pemompaan).
(2) Tekanan Nadi ; mungkin sempit.
(3) Irama Jantung ; Disritmia.
(4) Frekuensi jantung ; Takikardia.
(5) Nadi apical ; PMI mungkin menyebar dan merubah
(6) posisi secara inferior ke kiri.
(7) Bunyi jantung ; S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat
(8) terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah.
(9) Murmur sistolik dan diastolic.
(10) Warna ; kebiruan, pucat abu-abu, sianotik.
(11) Punggung kuku ; pucat atau sianotik dengan pengisian
(12) kapiler lambat.
(13) Hepar ; pembesaran/dapat teraba.
(14) Bunyi napas ; krekels, ronkhi.
(15) Edema ; mungkin dependen, umum atau pitting
(16) khususnya pada ekstremitas.
8) Integritas ego
25
a) Gejala : Ansietas, kuatir dan takut. Stres yang berhubungan dengan penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya
perawatan medis)
b) Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, misalnya : ansietas, marah, ketakutan dan mudah tersinggung.
9) Eliminasi
Gejala : Penurunan berkemih, urine berwana gelap, berkemih malam hari (nokturia), diare/konstipasi.
10) Makanan/cairan
a) Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambahan berat badan signifikan, pembengkakan pada ekstremitas
bawah, pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi garam/makanan yang telah diproses dan penggunaan diuretic.
b) Tanda : Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen (asites) serta edema (umum, dependen, tekanan dan
pitting).
11) Higiene
a) Gejala : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas Perawatan diri.
b) Tanda : Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.
12) Neurosensori
a) Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.
b) Tanda : Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung.
13) Nyeri/Kenyamanan
a) Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas dan sakit pada otot.
b) Tanda : Tidak tenang, gelisah, focus menyempit danperilaku melindungi diri.
26
14) Pernapasan
a) Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal, batuk dengn/tanpa pembentukan
sputum, riwayat penyakit kronis, penggunaan bantuan pernapasan.
b) Tanda :
(1) Pernapasan; takipnea, napas dangkal, penggunaan otot asesori pernpasan.
(2) Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus menerus dengan/tanpa pemebentukan sputum.
(3) Sputum : Mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih (edema pulmonal)
(4) Bunyi napas : Mungkin tidak terdengar.
(5) Fungsi mental : Mungkin menurun, kegelisahan, letargi.
(6) Warna kulit : Pucat dan sianosis.
15) Keamanan
Gejala : Perubahan dalam fungsi mental, kehilangankekuatan/tonus otot, kulit lecet.
16) Interaksi sosial
Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
17) Pembelajaran/pengajaran
a) Gejala : menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung, misalnya : penyekat saluran kalsium.
b) Tanda : Bukti tentang ketidak berhasilan untuk meningkatkan.
2. Analisa Data
27
No Data Masalah Etiologi
1 Gejala dan tanda mayor Pola Nafas Tidak Efektif Peningkatan kebutuhan
Ds : metabolisme
a. Dispnea
Do: Beban jantung meningkat
1. Penggunaan otot bantu
pernapasan CHF
2. Fase ekspirasi
memanjang Gagal pompa ventrikel kanan
3. Pola nafas abnormal (mis.
Takipnea, bradipnea, Tekanan diastole meningkat
hiperventilasi, kussmaul,
cheyne-stokes Bendungan ventrikel kanan
Gejala dan tanda minor
Ds : Bendungan vena sistemik
1. Ortopnea
Do: Hepar
1. Pernapasan
pursed-lip Hepatomegali
28
2. Pernapasan
cuping hidung Mendesak diafragma
3. Diameter
thoraks anterior Sesak nafas
posterior meningkat
4. Ventilasi Pola nafas tidak efektif
semenit menurun
5. Kapasitas
vital menurun
6. Tekanan
ekspirasi menurun
7. Tekanan
inspirasi menurun
8. Ekskrusi dada
berubah
2 Tanda dan gejala Mayor Kelebihan Volume Cairan Disfungsi Miokard (AMI),
Ds : Vaskuler Miocarditis
1. Ortopnea
2. Dispnea Kontraktilitas menurun
29
3. Paroxysmal nocturnal
dyspnea (PND) Beban jantung meningkat
Ds:
1. Edema anasarka dan/ atau CHF
edema perifer
2. Berat badan meningkat Gagal pompa ventrikel kiri
dalam waktu singkat
3. Jugular Venous Pressure Foreward failur
(JVP) dan/atau Central
Venous Pressure (CVP) Renal flow menurun
meningkat
4. Refleks hepatojugular RAA
positif
Gejala dan tanda minor Aldosteron
Ds:-
Do: ADH
1. Distensi vena jugularis
2. Terdengar suara nafas Retensi Na+H2O
tambahan
30
3. Hepatomegali Hipervolemia
4. Kadar Hp/Ht menurun
5. Oliguria
6. Intake lebih banyak dari
output (balance cairan
posistif)
7. Kongesti paru
3 Gejala dan tanda mayor Gangguan pertukaran gas Beban tekanan berlebihan
Ds:
a. Dispnea Beban sistole meningkat
Do:
1. PCO2 Kontraktilitas menurun
meningkat/menurun
2. Takikardi Hambatan pengosongan
3. PH arteri ventrikel
meningkat/menurun
4. Bunyi nafas tambahan Cardiac output menurun
Tanda dan gejala minor
Ds: Beban jantung meningkat
31
1. Pusing
2. Penglihatan kabur CHF
Do:
1. Sianosis Gagal pompa ventrikel kiri
2. Diaforesis
3. Gelisah Backward failur
4. Nafas cuping hidung
5. Pola nafas abnormal Tekanan ventrikel dan atrium
(cepat, lambat, kiri meningkat
regular/ireguler,
dalam/dangkal) Tekanan vena pulmonalis
6. Warna kulit abnormal
(mis.pucat, kebiruan) Tekanan kapiler paru
7. Kesadaran menurun
Edema paru
Ronchi basah
32
Refleks batuk
Penumpukan sekret
33
setelah beraktivitas menurun
3. Merasa lemah
Do: Metabolisme anaerob
1. Tekanan
darah berubah >20% Asidosis metabolik
dari kondisi istirahat
2. Gambaran Penimbunan laktat dan ATP
EKG menunjukkan
aritmia saat/setelah Fatique
aktivitas
3. Gambaran Intoleransi aktivitas
EKG menunjukkan (Pemantauan ADL)
iskemia
4. Sianosis
3. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan bendungan vena sistemik dan desakan diafragma
b. Hipervolemia berhubungan dengan retensi natrium dan H2O
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Tekanan ventrikel dan atrium kiri meningkat
34
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan sirkulasi pembuluh darah sitemik, vasokontriksi, afterload meningkat,
fatigue ditandai dengan frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istrahat.
35
4. Intervensi Keperawatan
36
- Ortopnea - Diameter Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Pernapasan thoraks anterior Lakukan penghisapan lendir kurang
pursed-lip posterior dari 15 detik
- Pernapasan - Tekanan Lakukan hiperoksigenasi sebelum
cuping hidung eksprasi penghisapan endotrakeal
- Diameter - Tekanan Keluarkan sumbatan benda padat
thoraks anterior- inspirasi dengan forsep McGill
posterior meningkat 1 = meningkat Berikan oksigen, jika perlu
- Ventilasi 2 = cukup meningkat
Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
semenit menurun 3 = sedang
jika tidak kontraindikasi
- Kapasitas vital 4 = cukup menurun
Ajarkan teknik batuk efektif
menurun 5 = menurun
Kolaborasi pemberian bronkodilator,
- Tekanan - Dispnea
ekspektoran, mukolitik,jika perlu
ekspirasi menurun - Penggunaan
Pemantauan Respiraso
- Tekanan otot bantu napas
Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
inspirasi menurun - Pemanjanaga
upaya napas
- Eksurs dada n fase ekspirasi
Monitor pola napas(seperti bradipnea,
berubah - Ortopnea
takipnea, hiperventilasi, Kussamul,
Faktor yang berhubungan : - Pernapasan
37
- Depresi sistem pursed-tip cheyne stokes, biot, ataksik)
saraf pusat - Pernapasan Monitor kemampuan batuk efektif
- Cedera kepala cuping hidung Monitor adanya kemampuan batuk efektif
- Trauma 1 = memburuk Monitor adanya produksi sputum
thoraks 2 = cukup memburuk Monitor adanya sumbatan jalan napas
- Gullian barre 3 = sedang
Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
syndrome 4 = cukup membaik
Auskultasi bunyi napas
- Mutipe 5 = membaik
Monitor saturasi oksigen
sclerosis - Frekuensi
Monitor nilai AGD
- Myasthenia napas
Monitor hasil x-ray toraks
gravis - Kedalaman
Atur interval pemantauan respirasi kondisi
- Stroke napas
pasien
- Kuadriplegia - Ekskursi dada
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Intoksikasi
alkohol
Hipervolemia Dalam ..... x 24 jam setelah Manajemen hpervolemia
Batasan karakteristik dilakukan tindakan Periksa tanda dan gejala hipervolemia
- Ortopnea keperawatan klien (mis., ortopnea, dispnea, edema, JVP?CVP
- Dispnea menunjukan : meningkat, refleks hepatojugular positif,
38
- Paroxysmal 1 = menurun suara napas tambahan)
nocturnal dyspnea 2 = cukup menurun Identifikasi penyebab hipervolemia
(PND) 3 = sedang Monitor status hemodinamik (mis.,
- Edema anasara 4 = cukup meningkat frekuensi jantung, tekanan darah, MAP, CVP,
dan/atau edema 5 = meningkat PAP, POMP, CO, CI), jika tersedia
perifer - asupan cairan Monitor intake dan output cairan
- Berat badan - haluaran Monitor tanda hemokonsentrasi (mis.,
meningkat dalam urine kadar natrium, BUN, hematocrit, berat jenis
waktu singkat - kelembaban urine)
- Jugular membran mukosa Monitor tanda peningkatan onkotik
Venous pressure - asupan plasma (mis., kadar protein dan albumin
(JVP) dan/atau Cental makanan meningkat)
Venous Pressure 1 = meningkat
Monitor kecepatan infus secara ketat
(CVP) meningkat 2 = cukup meningkat
Monitor efe samping deuretik (mis.,
- Refleks 3 = sedang
hipotensi ortortostatik, hipovolemia,
hepatojugular positif 4 = cukup menurun
hipokalemia, hiponatremia)
- Distensi vena 5 = menurun
Timbang berat badan setiap hari pada
jugularis - edema
waktu yang sama
- Terdengar - dehidrasi
Batasi asupan cairan dan garam
39
suara napas tambahan - asites Tinggikan kepala tempat tidur 30-40°
- Hepatomegali - konfusi Anjurkan melapor jika haluaran urin
- Kadar Hb/Ht 1 = memburuk <0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam
turun 2 = cukup memburuk Anjurkan melapor jika BB bertambah
- Oliguria 3 = sedang >1 kg dalam sehari
- Intake lebih 4 = cukup membaik Ajarkan cara mengukur dan mencatat
banyak daripada 5 = membaik asupan dan haluaran cairan
output - tekanan darah Ajarkan cara membatasi cairan
- Kongesti paru - denyut nadi
Kolabrasi pemberian diuretik
Faktor yang berhubungan : radial
- Penyakit ginjal - tekanan arteri
: gagal ginjal rata-rata
akut/kronis, sindrom - membran
nefrotik mukosa
- Hipoalbumine - mata cekung
mia - turgor kulit
- Gagal jantung - berat badan
kongestif
- Kelainan
40
hormon
- Penyakit hati
(mis, sirosis, asites,
kanker hati)
- Penyakit vena
perifer (mis., verises
vena, trombus vena,
plebitis)
- imobilitas
Gangguan Pertukaran Gas Dalam ..... x 24 jam setelah Pemantauan Respirasi
Batasan Karateristik : dilakukan tindakan
monitor frekuensi, irama, kedalaman
- Dispnea keperawatan klien
- PCO2 meningkat / menunjukan : dan upaya napas
menurun 1 = menurun
- PO2 menurun 2 = cukup menurun monitor pola napas (seperti bradipnea,
- Takikardia 3 = sedang takipnea, hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-
- pH arteri 4 = cukup meningkat
meningkat/menurun 5 = meningkat Stokes, Biot, ataksik)
- bunyi napas tambahan - Tingkat kesadaran monitor kemampuan batuk efektif
- pusing
- penglihatan kabur 1 = meningkat monitor adanya sumbatan jalan napas
- sianosis 2 = cukup meningkat palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- diaforesis 3 = sedang
- gelisah 4 = cukup menurun auskultasi bunyi napas
41
- napas cuping hidung 5 = menurun monitor saturasi oksigen
- pola napas abnormal - Dispnea
- (cepat/lambat, - Bunyi napas tambahan monitor nilai AGD
regular/iregular, - Pusing monitor hasil x-ray toraks
dalam/dangkal) - Penglihatan kabur
- Warna kulit abnormal - Diaforesis atur interval pemantauan respirasi
(mis.pucat, kebiruan) - Gelisah sesuai kondisi pasien
- Kesadaran menurun - Napas cuping hidung
dokumentasi hasil pemantauan
Faktor yang berhubungan 1 = memburuk
jelaskan tujuan dan prosedur
- Penyakit paru obstruktif 2 = cukup memburuk
kronis (PPOK) 3 = sedang pemantauan
- Gagal jantung kongestif 4 = cukup membaik
informasikan hasil pemantauan, jika perlu
- Asma 5 = membaik
- Pneumonia - PCO2
- Tuberkulosis paru - PO2
- Penyakit membran hialin - Takikardia
- Asfiksia - pH arteri
- Persistent pulmonary - sianosis
hypertension of newborn - pola napas
(PPHN) - warna kulit
- Prematuritas
- Infeksi saluran nafas
- 1 = menurun
2 = cukup menurun
42
3 = sedang
4 = cukup meningkat
5 = meningkat
1 = meningkat
2 = cukup meningkat
3 = sedang
4 = cukup menurun
5 = menurun
1 = memburuk
2 = cukup memburuk
3 = sedang
4 = cukup membaik
5 = membaik
43
- Frekuensi 2 = cukup menurun aktivitas yang dinginkan
jantung meningkat 3 = sedang Identifikasi strategi meningkatkan
>20% dari kondisi 4 = cukup meningkat partisipasi dalam aktivitas
istirahat 5 = meningkat Identifikasi makna aktivitas rutin (mis.
- Dispnea saat / - frekuensi nadi bekerja) dan waktu luang
setelah aktivitas - saturasi Monitor respons emosional, fisik,
- Merasa tidak oksigen sosial, dan spritual terhadap aktivitas
nyaman setelah - kemudahan Fasilitasi fokus pada kemampuan,
beraktivitas dalam melakukan bukan defisit yang dialami
- Merasa lelah aktivitas sehari-hari Sepakati komitmen untuk
- Tekanan darah - kecepatan meningkatkan frekuensi dan rentang aktivitas
berubah >20% dari berjalan Fasilitasi memilih aktivitas dan
kondisi istirahat - jarak berjalan tetapkan tujuan aktivitas yang konsisten
- Gambaran - kekuatan sesuai kemampuan fisik, psikologis, dan
EKG menunjukkan tubuh bagian atas sosial
aritmia saat / setelah - kekuatan
Koordinasikan pemilihan aktivitas
aktivitas tubuh bagian bawah
sesuai usia
- Gambaran - toleransi
Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
EKG menunjukkaan dalam menaiki
Fasilitasi transportasi untuk
44
iskemia tangga menghimdari aktivitas, jika sesuai
- sianosis 1 = meningkat Fasilitasi pasien dan keluarga dalam
2 = cukup meningkat menyesuaikan lingkungan untuk
Faktor yang berhubungan 3 = sedang mengakomodasi aktivitas yang dipilih
- anemia 4 = cukup menurun Fasilitasi aktivitas rutin (mis.
- gagal jantung 5 = menurun ambulasi, mobilisasi, dan perawatan diri),
kongesif - keluhan lelah sesuai kebutuhan
- penyakit - dispnea saat Fasilitasi aktivitas pengganti saat
jantung koroner aktivitas mengalami keterbatasan waktu, energi atau
- penyakit katup - dispnea gerak
jantung setelah aktivitas Fasilitasi aktivitas motorik kasar untuk
- aritmia - perasaan pasien hiperaktif
- penyakit paru lemah Tingkatkan aktivitas fisik untuk
obstruktif kronis - aritmia saat memelihara berat badan, jika sesuai
(PPOK) aktivitas Fasilitasi aktivitas motorik untuk
- gangguan - aritmia merelaksasi otot
metabolik setelah aktivitas
Fasilitasi aktivitas dengan komponen
- gangguan - sianosis
memori implisit dan emosional (mis. kegiatan
muskuloskletal 1 = memburuk
keagamaan khusus) untuk pasien demensia,
45
2 = cukup memburuk jika sesuai
3 = sedang Libatkan dalam permainan kelompok
4 = cukup membaik yang tidak kompetitif, terstruktur, dan aktif
5 = membaik Tingkatkan keterlibatan dalam
- warna kulit aktivitas rekreasi dan diversifikasi untuk
- tekanan darah menurunkan kecemasan (mis. vocal group,
- frekuensi bola voli, tenis meja, jogging, berenang, tugas
napas sederhana, permainan sederhana, tugas rutin,
- EKG iskemia tugas rumah tangga, perawatan diri, dan teka-
teki dan kartu)
Libatkan keluarga dalam aktivitas,
jika perlu
Fasilitasi mengembangkan motivasi
dan penguatan diri
Fasilitasi pasien dan keluarga
memantau kemajuannya sendiri untuk
mencapai tujuan
Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas
sehari-hari
46
Berikan penguatan positif atas
partisipasi dalam aktivitas
Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-
hari, jika perlu
Ajarkan cara melakukan aktivitas
yang dipilih
Anjurkan melakukan aktivitas fisik,
sosial, spritual, dan kognitif dalam menjaga
fungsi dan kesehatan
Anjurkan terlibat dalam aktivitas
kelompok atau terapi, jika sesuai
Anjurkan keluarga untuk memberi
penguatan positif atas partisipasi dalam
aktivitas
Kolaborasi dengan terapis okupasi
dalam merencanakan dan memonitor program
aktivitas, jika sesuai
Rujuk pada pusat atau program aktivitas komunitas,
jika perlu
47
5. Implementasi
Implementasi merupakan tahap pelaksanaan dari intervensi yang sudah di tentukan sebelumnya. Setelah melakukan intervensi
keperawatan, tahap selanjutnya adalah mencatat intervensi yang telah dilakukan dan evaluasi respon klien (Deswani, 2009; Suhardi
Mardiyanto, 2013).
Adapun pelaksanaan tindakan keperawatan secara umum pada klien dengan gagal jantung kongestif :
a. Pemberian oksigen.
b. Pembatasan aktivitas dan istirahat yang adekuat.
c. Penurunan volume cairan tubuh.
d. Pembatasan garam dan natrium.
e. Pemberian digitalis, vasodilator dan diuretik.
f. Pencegahan komplikasi.
g. Pemberian informasi.
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan
terus-menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya (Lismidar, dkk., 2005; Suhardi Mardiyanto,
2013).
48
Hasil yang diharapkan pada proses perawatan klien dengan gagal jantung.
a. Terpenuhinya aktivitas sehari-hari.
b. Menunjukkan peningkatan curah jantung,
c. Tanda-tanda vital kembali normal.
d. Terhindar dari resiko penurunan perfusi jaringan.
e. Tidak terjadi kelebihan volume cairan.
f. Tidak sesak.
g. Edema ekstremitas tidak terjadi.
h. Menunjukkan penurunan kecemasan.
i. Memahami penyakit dan tujuan perawatannya,
j. Mematuhi semua aturan medis.
k. Memahami cara mencegah komplikasi dan menunjukkan tanda-tanda dari komplikasi.
l. Menjelaskan proses terjadinya gagal jantung.
m. Menjelaskan alasan terjadinya pencegahan komplikasi.
n. Mematuhi program perawatan diri.\Menunjukkan pemahaman mengenai terapi farmakologi.
o. Kebiasaan sehari-hari mencerminkan penyesuaian gaya hidup.
49
50
DAFTAR PUSTAKA
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPD PPNI
Wikilson. Judith M. 2016. Diagnosa Keperawatan : Diagnosa Nanda-1, Intervensi Nic, Hasil Noc, Ed.10. Jakarta :EGC
Udjianti, Wajan J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba medika
51