SISTEM ENDOKRIN
ANATOMI FISIOLOGI
KELENJAR PARATIROID
Di Buat Oleh:
Kelompok VI
PUTRI KURNIAWATI
VIDIA AMANDA INDAH SARI
NANDA PATROJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt, karena atas berkat, rahmat
dan limpahan karunia-Nyalah kami kelompok VI dapat menyelesaikan makalah
SISTEM ENDOKRIN tentang Anatomi Fisiologi Kelenjar Paratiroid. Semoga apa
yang kami tulis dan paparkan dalam makalah ini bermanfaat bagi kita semua, dan
khususnya mahasiswa/i STIK MUHAMMADIYAH PONTIANAK.
Penyusun
Kelompok VI
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan
fungsi
tubuh.
Kedua
sistem
ini
bersama-sama
bekerja
untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan,
namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan
kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf (neural). Jika keduanya
dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih
oleh sistem saraf. Bila sistem endokrin umumnya bekerja melalui hormon, maka sistem
saraf bekerja melalui neurotransmiter yang dihasilkan oleh ujung-ujung saraf. Sistem
endokrin melibatkan kelenjar endokrin dan hormon. Sistem hormone (sistem endoklin =
sistem kelenjar buntu) yaitu sistem yang terdiri atas kelenjar-kelenjar yang melepaskan
sekresinya ke dalam darah. Hormon berperan dalam pengaturan metabolisme,
pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, mempertahankan homeostasis, reaksi
terhadap stress, dan tingkah laku.
Glandula paratiroid pertama kali ditemukan pada tahun 1849 dalam seekor badak india
bercula satu oleh Sir Richard Owen, Kepala Museum Hunterian. Sebenarnya laporan
singkat owen diabaikan. Kemudian Gley dalam tahun 1891 menemukan kembali
glandula paratiroid dan membuat observasi bahwa eksisinya menyebabkan
tetani
dalam hewan percobaan dan penemuannya mempunyai dampak bedah yang penting.
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana struktur anatomi kelenjar paratiroid?
2. Bagaimana sintesis dan metabolisme hormon paratiroid?
3. Bagaimana mekanisme kerja hormone paratiroid?
4. Apa saja penyakit yang dapat terjadi karena gangguan kelenjar paratiroid?
3. Tujuan
1.
2.
3.
4.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Kelenjar Paratiroid
sejumlah kecil dari jaringan paratiroid yang tinggal biasanya sudah mampu mengalami
hipertrofi dengan cukup memuaskan sehingga dapat melakukan fungsi semua kelenjar.
Kelenjar paratiroid orang dewasa terutama terutama mengandung sel utama
(chief cell) yang mengandung apparatus Golgi yang mencolok plus retikulum
endoplasma dan granula sekretorik yang mensintesis dan mensekresi hormon paratiroid
(PTH). Sel oksifil yang lebih sedikit namun lebih besar mengandung granula oksifil dan
sejumlah besar mitokondria dalam sitoplasmanya. Pada manusia, sebelum pubertas
hanya sedikit dijumpai, dan setelah itu jumlah sel ini meningkat seiring usia, tetapi pada
sebagian besar binatang dan manusia muda, sel oksifil ini tidak ditemukan.
Fungsi sel oksifil masih belum jelas, sel-sel ini mungkin merupakan modifikasi
atau
sisa
sel
utama
yang
tidak
lagi
mensekresi
sejumlah
hormon.
residu asam amino dikeluarkan dari terminal N untuk membentuk polipeptida pro-PTH
yang terdiri dari 90 asam amino. Enam residu asam amino lainnya juga dikeluarkan dari
terminal N pro-PTH di apparatus Golgi, dan produk sekretorik utama chief cells adalah
polipeptida PTH yang terdiri dari 84 asam amino.
Kadar normal PTH utuh dalam plasma adalah 10-55 pg/mL. Waktu paruh PTH
kurang dari 20 menit, dan polipeptida yang disekresikan ini cepat diuraikan oleh sel-sel
Kupffer di hati menjadi 2 polipeptida, sebuah fragmen terminal C yang tidak aktif
secara biologis dengan berat molekul 2500.
2.2 Mekanisme Kerja Hormon Paratiroid
tulang yang lemah. Oleh karena itu, efek yang terakhir dari hormon paratiroid yang
sebenarnya adalah untuk meningkatkan aktivitas dari osteoblastik dan osteoklastik.
Namun, bahkan pada tahap akhir, masih terjadi lebih banyak absorpsi tulang daripada
pengendapan tulang dengan adanya kelebihan hormon paratiroidyang terus menerus.
Bila dibandingkan dengan jumlah total kalsium dalam cairan ekstraselular (yang
besarnya kira-kira 1000 kali), ternyata tulang mengandung banyak sekali kalsium,
bahkan bila hormon paratiroid menyebabkan peningkatan konsentrasi kalsium yang
sangat besar dalam cairan ekstraselular, tidaklah mungkin untuk memperhatikan adanya
efek yang berlangsung dengan segera pada tulang. Pemberian atau sekresi hormon
paratiroid yang diperlama (dalam waktu beberapa bulan atau tahun) akhirnya
menyebabkan absorpsi seluruh tulang yang sangat nyata dengan disertai pembentukan
rongga-rongga yang besar yang terisi dengan osteoklas besar berinti banyak.
d. Efek hormon paratiroid terhadap ekskresi fosfat dan kalsium oleh ginjal
Pemberian hormon paratiroid menyebabkan pelepasan fosfat dengan segera dan
cepat masuk kedalam urin karena efek dari hormon paratiroid yng menyebabkan
berkurangnya reabsorpsi ion fosfat pada tubulus proksimal. Hormon paratiroid juga
meningkatkan reabsorpsi tubulus terhadap kalsium pada waktu yang sama dengan
berkurangnya reabsorpsi fosfat oleh hormon paratiroid. Selain itu, hormon ini juga
menyebabkan meningkatnya kecepatan reabsorpsi ion magnesium dan ion hydrogen,
sewaktu hormon ini mengurangi reabsorpsi ion natrium, kalium dan asam amino dengan
cara yang sangat mirip seperti hormon paratiroid mempengaruhi fosfat. Peningkatan
absorpsi kalsium terutama terjadi di bagian akhir tubulus distal, duktus koligentes, dan
bagian awal duktus koligentes. Bila bukan oleh karena efek hormon paratiroid pada
ginjal yang meningkatkan reabsorpsi kalsium, pelepasan kalsium yang berlangsung
terus menerus pada akhirnya akan menghabiskan mineral tulang ini dari cairan
ekstraselular dan tulang.
e. Efek hormon paratiroid pada absorpsi kalsium dan fosfat dalm usus
Hormon paratiroid sangat berperan dalam meningktkan absorpsi kalsium dan fosfat
dari usus dengan cara meningkatkan pembentikan 1,25 dihidroksikolekalsiferol dari
vitamin D.
kelenjar sangat membesar selama laktasi karena kalsium digunakan untuk pembentukan
air susu ibu. Sebaliknya, setiap keadaan yang meningkatkan konsentrasi ion kalsium
diatas nilai normal akan menyebabkan berkurangnya aktivitas dan ukuran kelenjar
paratiroid. Beberapa keadaan tersebut meliputi: (1) jumlah kalsium yang berlebihan
dalam diet, (2) meningkatnya vitamin D dalam diet, dan (3) absorpsi tulang yang
disebabkan oleh faktor-faktor yang berbeda dengan hormon paratiroid (contohnya
absorpsi tulang yang disebabkan oleh tidak digunakannya tulang itu).
h. Kontrol dari hormon Paratiroid
Sekresi dari hormon paratiroid tergantung dari suatu negative feed-back mechanism
yang diatur oleh kadar ion kalsium dalam plasma. Juga ada hormon lain yang ikut
mengatur kadar kalsium dalam serum yaitu calcitonin atau thyrocalcitonin. Hormon ini
diproduksi oleh kelenjar tiroid. Beberapa observasi menunjukan bahwa ada hubungan
antara paratiroid dengan kelenjar-kelenjar endokrin lain. Umpamanya pernah didapat
hiperplasia kelenjar paratiroid pada akromegali, sindrom Cushing, dan penyakit
Addison. Hipofisektomi (pada binatang) menyebabkan involutiodari kelenjar-kelenjar
paratiroid, sedangkan pemberian hormon pertumbuhan (GH), adrenokortikotropin
(ACTH), ekstrak lobus anterior hipofisis dan steroid-steroid adrenal mengakibatkan
hiperplasia dari kelenjar-kelenjar paratiroid. Tetapi mungkin pula bahwa perubahan
kelenjar-kelenjar paratiroid adalah sekunder akibat perubahan kadar fosfat dalam serum
yang disebabkan oleh hormon-hormon tersebut. Hiperplasia dari kelenjar-kelenjar
paratiroid terdapat dalam keadaan-keadaan dimana ada tendens dari ion kalsium untuk
menurun, umpamanya pada penyakit Rachitis (atau Osteomalacia), kehamilan,
hilangnya kalsium dalam darah dan insufisiensi ginjal yang disertai retensi fosfor.
2.3 Penyakit Akibat Gangguan Hormon Paratiroid
a. Hipoparatiroid
Hipoparatiroidisme adalah suatu gangguan pada kelenjar paratiroid yang disebabkan
karena hipofungsi paratiroid atau kehilangan fungsi kelenjar paratiroid (Hotma
Rumahorbo, 1999: 81). Hipoparatiroid terjadi akibat hipofungsi paratiroid atau
kehilangan fungsi kelenjar paratiroid sehingga menyebabkan gangguan metabolisme
kalsium dan fosfor. Serum kalsium menurun (bisa sampai 5 mg %), serum fosfor
meningkat (9,5-12,5 mg%). Keadaan ini jarang sekali ditemukan dan umumnya sering
disebabkan oleh kerusakan atau pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi
paratiroid atau tiroid, dan yang lebih jarang lagi ialah tidak adanya kelenjar paratiroid
(secara congenital).
Hipoparatiroid adalah gabungan gejala dari produksi hormon paratiroid yang tidak
adekuat. Keadaan ini jarang sekali ditemukan dan umumnya sering sering disebabkan
oleh kerusakan atau pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi paratiroid atau
tiroid, dan yang lebih jarang lagi ialah tidak adanya kelenjar paratiroid (secara
congenital). Kadang-kadang penyebab spesifik tidak dapat diketahui.
Dalam hal ini hipoparatiroid dapat berupa:
a) Hipoparatiroid Neonatal
Hipoparatiroid neonatal dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang
sedang menderita hiperparatiroid. Aktivitas paratiroid fetus sewaktu dalam uterus
ditekan oleh maternal hiperkalsemia.
sebagai akibat pengaruh autoimun yang ada hubungannya dengan antibodi terhadap
paratiroid, ovarium, jaringan lambung dan adrenal. Timbulnya gangguan ini dapat
disebabkan karena menderita hipoadrenalisme, hipotiroidisme, diabetes mellitus,
anemia pernisiosa, kegagalan ovarium primer, hepatitis, alopesia dan kandidiasis.
b) Hipoparatiroid Pascabedah
Kelainan ini terjadi sebagai akibat operasi kelenjar tiroid, atau paratiroid atau
sesudah operasi radikal karsinoma faring atau esofagus. Kerusakan yang terjadi sewaktu
operasi tiroid, biasanya sebagai akibat putusnya aliran darah untuk kelenjar
paratiroidisme karena pengikatan arteri tiroid inferior. Hipoparatiroid yang terjadi
bersifat sementara atau permanen. Karena itu kadar kalsium serum harus diperiksa
sesudah melakukan operasi-operasi tersebut, tiga bulan kemudian dan sewaktu-waktu
bila ada kelainan klinis walaupun tak khas yang menjurus pada diagnosis hipoparatiroid.
satu
atau
lebih
kelenjar
hipertiroid
yang
mengakibatkan
BAB III
KESIMPULAN
Hormon paratiroid (PTH) adalah suatu polipeptida linear dengan berat molekul 9500
yang mengandung 84 residu asam amino.
Efek hormon paratiroid yang menyebabkan terjadinya absorpsi kalsium dan fosfat dari
tulang dan efek yang cepat dari hormon paratiroid dalam mengurangi ekskresi kalsium
oleh ginjal.
Sekresi dari hormon paratiroid tergantung dari suatu negative feed-back mechanism
yang diatur oleh kadar ion kalsium dalam plasma.
Fungsi Hormon Paratiroid yaitu, mempertahankan fungsi kalsium pada cairan
ekstrasel, melalui pengaturan absorbsi kalsium di ginjal dan mobilisasi kalsium di
tulang.
Gangguan pada kelenjar Paratiroid dapat menyebabkan penyakit Hipoparatiroidism,
hiperparatiroidism, dan pseudoparatiroidism.
DAFTAR PUSTAKA
Gyutan, Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC