Anda di halaman 1dari 3

PENGAJUAN JUDUL SKRIPSI

PROGRAM STUDI NERS TAHAP AKADEMIK


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Nama : Putri Kurniawati


NIM : SR142080032
Judul :
Hubungan Konsep Diri dengan Sikap Wanita Usia Subur pada Pemeriksaan IVA di Pontianak
Kota

Latar Belakang :
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat tahun 2015, terdapat 88,687
perempuan dengan rentang umur 30-50 tahun. Sebanyak 2,074 orang (2,39%) melakukan pemeriksaan
kanker leher rahum, dengan hasil 55 orang (2,65%) positif IVA.
Kanker serviks merupakan salah satu penyebab utama kematian pada wanita, di Indonesia
g kanker serviks menduduki urutan ke dua penyebab kematian pada wanita setelah Vietnam. Namun
demikian, mayoritas perempuan tidak melakukan deteksi dini (skrining) atau tidak melakukan tindak
lanjut setelah ditemukan adanya hasil abnormal. Hal ini terjadi karena pemeriksaan yang menyangkut
daerah kewanitaan tersebut masih dianggap tabu oleh sebagian masyarakat berpendidikan rendah,
faktor ekonomi (biaya), faktor psikologis yaitu takut, gelisah, khawatir atau cemas dalam pemeriksaan
IVA. Faktor psikologis inilah yang mempengaruhi konsep diri dan sikap WUS dalam pemeriksaan IVA.
Berdasarkan hasil penelitian Masturoh (2016) masih adanya rasa malu dan takut dari wanita usia
subur sehingga menyebabkan wanita usia subur tersebut enggan untuk melakukan pemeriksaan IVA.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai persepsi Wanita Usia Subur (WUS) tentang deteksi dini
Ca.Serviks dengan metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di BPM Hj.Dyah Indrawati,SST desa
Tanjangrono Kecamatan Ngoro Kabupaten mojokerto menunjukkan persepsi sebagian besar responden
adalah negatif sebanyak 37 responden (55,2 %) dan setengahnya memiliki persepsi positif sebanyak 30
Responden (44,8 %).

Menyetujui / Tidak menyetujui Pontianak, Oktober 2017

Program Studi Ners Menyetujui,


Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Pembimbing 1
Muhammadiyah Pontianak

(.) (Tutur Kardiatun, M.Kep)

Judul Telah Di Review Oleh Program Studi Ners Pada


Hari/ Tanggal :
Catatan Review Judul:
PENGAJUAN JUDUL SKRIPSI
PROGRAM STUDI NERS TAHAP AKADEMIK
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH PONTIANAK
Nama : Putri Kurniawati
NIM : SR142080032
Judul :

Latar Belakang :
Kebutuhan spiritual merupakan salah satu aspek dari perawatan holistik pada pasien. Tidak hanya pada
pasien dengan penyakit terminal saja yang harus di pemenuhi kebutuhan spiritualnya, tetapi juga pada pasien
rawat inap dengan kondisi tertentu seperti pasien dengan kondisi fraktur, pasien stroke, dll. Menurut Undang-
Undang Republik Indonesia No 38 Tahun 2014 tentang Keparawatan pada Pasal 30 Butir 1 menjelaskan bahwa
perawat bertugas dan berwenang dalam pemberian pelayanan secara holistik.
g Menurut Purwaningsih, et al (2013) menjelaskan bahwa perawat belum memiliki waktu khusus untuk
pasien misalnya hanya untuk berbincang dengan pasien dan didukung oleh penelitian Khairini (2012) perawat
juga belum memiliki waktu khusus untuk pasien misalnya hanya untuk berbincang dengan pasien, dan dalam
penelitiannya menyebutkan bahwa 3 dari 4 perawat jarang mengunjungi pasien kecuali saat dipanggil oleh
keluarga. Keadaan ini membuat suatu kebutuhan spiritual care yang dilakukan oleh perawat belum terlaksana
secara maksimal.

Hal ini juga di perkuat dengan hasil observasi peneliti pada Mei 2017 bahwa belum efektifnya peran
perawat dalam hal pemenuhan spiritual, mulai membantu atau menuntun pasien untuk berdoa sampai dengan
membantu pasien dalam hal ibadah.

Leeuwen, Tiesinga, Post dan Jochemsen (2005) yang menyatakan bahwa faktor yang berperan dalam
pemenuhan asuhan keperawatan spiritual adalah pribadi perawat, budaya, dan pendidikan perawat. Hal ini
didukung juga oleh hasil penelitian yang dilakukan Gore (2013) yang menyatakan ada 2 faktor yang paling
penting yang membuat perawat merasa mampu atau tidak untuk memberikan asuhan keperawatan spiritual yaitu
spiritualitas pribadi perawat dan pengetahuan perawat tentang asuhan keperawatan spiritual. Hal senada juga
disampaikan (Inggriane, 2009 dalam Nuraeni, 2010) yang menyatakan bahwa kebutuhan spiritual sering
ditemukan dalam pemberian asuhan keperawatan, namun tidak semua perawat merespon kebutuhan tersebut, ini
disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan kemampuan perawat dalam memenuhi kebutuhan spiritual
tersebut. Selain itu sarana dan fasilitas juga dapat mendukung tindakan pemenuhan kebutuhan spiritualitas.
Sehingga rumah sakit perlu menyediakan sarana dan fasilitas yang lebih baik. Ditinjau dari hasil penelitian ini
yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat dengan tindakan pemenuhan
kebutuhan spiritualitas, namun hal ini tidak sesuai dengan penelitian Sugiyanto (2009) yang menyatakan bahwa
tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan tindakan perawat dalam pemenuhan kebutuhan
spiritual (talqin), walaupun hasil penelitian ini berbeda, dalam penelitian Sugiyanto (2009) menjelaskan bahwa
pengetahuan spiritual perawat tentang kebutuhan spiritual khusunya talqin tidak saja diperoleh di bangku kuliah,
tetapi juga didapatkan melalui pendidikan agama baik secara formal maupun non formal. Sehingga mungkin saja
perawat dengan pengetahuan spiritual yang baik tetapi tidak melaksanakan tindakan itu, atau ada faktor-faktor
lain yang perlu diteliti lebih lanjut..

Menyetujui / Tidak menyetujui Pontianak, Oktober 2017


Menyetujui,
Program Studi Ners Pembimbing 1
Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan
Muhammadiyah Pontianak

(.) (Tutur Kardiatun, M.Kep)


Judul Telah Di Review Oleh Program Studi Ners Pada
Hari/ Tanggal :
Catatan Review Judul:

Anda mungkin juga menyukai