Anda di halaman 1dari 7

PAPPER ANFISMANWAN

Oleh:
Ade Winta (022), Iwan Pujantoko (027), Nining Handayani (048)

Kelenjar Paratiroid Dan Pembentukan Hormon Kelenjar Paratiroid

Kelenjar Paratiroid
Kelenjar paratiroid terletak di dalam leher tepatnya dibagian posterior dari kelenjar tiroid
yang berjumlah 2 disetiap sisi. Kelenjar paratiroid akan mensekresikan hormon paratiroid yang
berfungsi mengatur metabolisme kalsium (zat kapur) dan mempertahankan kadar kalsium dan
fosfor didalam tubuh agar tetap normal.

Gambar 2 mekanisme kerja PTH di Ginjal


Sumber : (Selvianti,2011)

Hipoparatiroidisma atau disebut hipokalsemi adalah berkurangnya kadar kalsium di darah


yang akan mengakibatkan terbentuknya suatu keadaan yg disebut tetani. ditandai dengan gejala
kejang khususnya diarea tangan dan kaki yang disebut karpopedal sapsmus. Ketika kadar
kalsium didarah terlalu tinggi akan mengakibatkan kelainan seperti kelemahan pada otot dan
sakit pada tulang (syaifuddin, 1997).
Pembentukan Hormon Kelenjar Paratiroid
Pelepasan hormon paratiroid berbanding terbalik dengan kadar kalsium yang ada di
darah. Ketika kadar kalsim dalam darah menurun akan terjadi hipokalsemi, yang menyebabkan
kelenjar paratiroid akan bereaksi melepaskan hormon paratiroid untuk mengembalikan kadar
kalsium dalam darah menjadi normal. Ketika kadar kalsium sudah normal maka pelepasan
hormon paratiroid akan menurun hingga kembali normal dengan bantuan karsitriol yang
berfungsi menekan pelepasan hormon paratiroid.
Dalam keadaan hipokalsemi sekresi hormon paratiroid berlangsung melalui 3 tahap.
 Tahap 1 yaitu tahap dini yang berlangsung beberapa menit, dengan adanya respon
yang cepat dari sel krelenjar paratiroid untuk melepaskan hormon paratiroid yang
sudah tersedia di dalam sel karena kurangnya kadar kalsium dalam darah
(hipokalsemi).
 Tahap 2 yaitu tahap yang terjadi beberapa jam, dengan ditandai sel kelenjar
paratiroid menghasilkan hormon paratiroid lebih banyak disbanding tahap 1
 Tahap 3 yaitu terjadi jika hipokalsemi masih tetap berlangsung selama beberapa
hari, maka akan terjadi replikasi sel yang berfungsi untuk memperbanyak massa
sel kelenjar paratiroid (Sudoyo, 2015).
Normalnya hormon tiroksin bekerja untuk mempertahankan kalsium dalam darah agar
tidak terjadi hipokalsemi. Dalam metabolisme kalsium hormon paratiroid bekerja secara
langsung pada ginjal dan tulang, Serta bekerja secara tidak langsung pada usus melalui
metabolisme vitamin D. (Sudoyo, 2015).
1. Mekanisme kerja kelenjar paratiroid pada ginjal. Kerja PTH pada ginjal melalui 2
cara yaitu menghambat reabsorpsi fosfat dan menstimulasi reabsorpsi kalsium.
Ikatan PTH pada reseptor mengaktifkan adenilsiklase, terjadi konversi ATP ke
cAMP yang mengaktivasi sejumlah protein kinase dan protein intrasel
terfosforilasi dan mengakibatkan penghambatan transport Na+-Fosfat pada
membran lumen tubulus. Akibatnya sejumlah fosfat diekskresi, terjadi fosfaturia.
Sebagai tambahan, cAMP yang diproduksi juga berdifusi kedalam urin untuk
meningkatkan ekskresi fosfat. Kerja PTH yang kedua adalah meningkatkan
reabsorpsi kalsium pada tubulus proksimal, Loop of Henle asenden, tubulus distal
dan tubulus kolektivus, juga melalui mekanisme adenilsiklase. Tujuannya adalah
untuk meningkatkan kadar kalsium plasma dan melengkapi kerja PTH pada
tulang. Reabsorpsi kalsium pada tubulus proksimal serta Loop of Henle berkaitan
dengan transpor Na+ sedangkan reabsorpsi pada tubulus distal tidak terikat oleh
Na+ dan langsung dipengaruhi oleh PTH.3

Gambar 2 mekanisme kerja PTH di Ginjal


Sumber : Sumber : (John, 2006)
2. Kerja PTH pada tulang mencakup ketiga tipe sel tulang yaitu osteosit, osteoblas
yang bertanggung jawab bagi formasi tulang dan osteoklas yang bertanggung
jawab terhadap resorpsi tulang. Awalnya, PTH menstimulasi osteolisis osteosit
yang mengakibatkan disolusi permukaan tulang dan kalsium bergerak dari cairan
kanalikular tulang menuju osteosit kemudian ke cairan ekstraseluler. Fase ini
disebut juga fase cepat (rapid phase), karena terjadi dalam beberapa menit. Pada
fase selanjutnya, terjadi lebih lambat (dalam beberapa hari) dan terbagi menjadi 2
komponen. Pertama, PTH (secara sinergis dengan vitamin D) menstimulasi
osteoklas untuk meningkatkan resorpsi tulang serta melepaskan kalsium dan
fosfat kedalam cairan ekstraseluler. Bagian organik dari matriks tulang (terutama
kolagen tipe I) juga diresorbsi dan komponen kolagen utama yaitu hidroksiprolin
(hydroxyproline) turut dilepaskan kemudian diekskresikan lewat urin.Kedua,
terjadi proliferasi osteoklas ( reseptor PTH pada membran osteoklas matur sangat
sedikit didapatkan). Aktivasi dan proliferasi distimulasi oleh pelepasan sitokin
oleh osteoblas – osteosit teraktivasi atau oleh diferensiasi prekursor osteoklas
prematur yang memiliki reseptor PTH dan reseptor vitamin D pada permukaan
membrannya. Secara keseluruhan, efek PTH pada tulang adalah untuk
meningkatkan resorpsi tulang, melepaskan kalsium – fosfat kedalam cairan
ekstraseluler dimana fosfat akan membentuk kompleks dengan kalsium sehingga
membatasi peningkatan kadar kalsium terionisasi dalam plasma, serta dalam
pembentukan tulang kembali (bone remodelling). Sebagai koordinasi lanjutan,
ada mekanisme untuk mengeliminasi kelebihan fosfat dalam tubuh yang
diperankan oleh ginjal.

Gambar 3 mekanisme kerja PTH di tulang


Sumber : (John, 2006)
3. Kerja PTH pada absorpsi kalsium usus terjadi secara tidak langsung yaitu PTH
menstimulasi enzim 1α-hidroksilase pada ginjal yang bertanggung jawab dalam
pembentukan vitamin D3 aktif.16 Kalsium diabsorpsi secara aktif oleh sel epitel
usus halus dan sintesis protein transpor pada sel usus membutuhkan vitamin D3
aktif.20 Vitamin D3 aktif meningkatkan absorpsi kalsium usus halus dengan cara
menstimulasi pembentukan calcium-binding protein ( calbindin-D3 ) pada sel
epitel usus. (Selvianti, 2011)

HORMON SEKS PADA OVULASI

Pada wanita terdapat Releasing Factor (RF), yang dikeluarkan dari hipotalamus ke
hipofisis yang merangsang pengeluaran Follicle Stimulating Hormon (FSH) dan Luteinizing
Hormon, keduanya dikeluarkan dari hipofisis anterior. Selain kedua hormone tersebut diatas, ada
hormone yang lain, yaitu hormone esterogen. Esterogen mempunyai pengaruh terhadap
endometrium yang telah berproliferasi dan menyebabkan kelenjar yang berlekuk-lekuk dan
bersekresi (masa sekresi) (Syaifuddin, 1997).
Ovulasi merupakan pematangan folikel Graff dan pengeluaran ovum. Bila folikel Graff
sobek maka terjadi sedikit pendarahan, terjadi penggumpalan darah di dalam ruang folikel, dan
sel-sel yang berwarna kuning yang berasal dari dinding folikel tumbuh masuk ke dalam
gumpalan itu dan membentuk korpus luteum atau badan kuning. Bila ovum yang keluar itu
dibuahi, korpus luteum tumbuh terus sampai beberapa bulan, menjadi sangat besar, dan mulai
atrofik setelah kira-kira 5 sampai 6 bulan kemudian. Bila ovum tidak dibuahi, korpus luteum
bertahan hanya sampai 12-14 hari, sampai tepat sebelum permulaan masa menstruasi berikutnya;
kemudian menjadi atrofik (Pearce, 2012).

KEJADIAN, PROSES DAN SISTEM KERJA ATEROSKLEROSIS


Hipotesis response to injury atau hipotesis kelainan lipid mendasari tentang pengertian
ateroskelrosis. Aterosklerosis merupakan perubahan dinding arteri yang ditandai dengan adanya
lipid dari ekstrasell. Penerimaan dan akumulasi leukosit, pembentukan sel busa, migrasi dan
proliferasi miosit, deposit matriks ektrasell ( misal: kolagen dan calcium) akibat dipicu leh
banyak faktor pathogenesis yang bersifat kronik progresif, local/difus, yang menimbulkan
penebalan dan kekakuan pada arteri. ( Kabo,2008)
Aterosklerosis merupakan penyakit kardiovaskular mengerasnya pembuluh darah arteri
yang disebabkan karena penumpukan simpanan lemak dan substansi lain sehingga lumen pada
pembuluh darah menjadi sempit dan elastisitasnya menurun yang mengakibatkan terganggunya
pembuluh darah.
Untuk lebih lanjut dalam mengetahui tentang aterosklerosis , perlu diketahui struktur
pembuluh darah. Setiap pembuluh darah arteri ( kecuali kapiler ) terdiri dari 3 lapisan yaitu:
1. Lapisan adventitia
Lapisan paling luar dan terdiri dari jaringan ikat
2. Lapisan Media
Lapisan tengah terdiri dari otot polos berfungsi untuk melakukan kontraksi dan
relaksasi . Kontraksi menyebabkan penyempitan lumen pembuluh darah,
meningkatkan resitensi aliran darah dan meningkatnya tekanan darah. Sebaliknya
relaksasi menurunkan tekanan darah. Kedua aktivitas ini dipengaruhi oleh zat
vasoaktif yang dihasilkan oleh endotel.
3. Lapisan Intima
Lapisan ini terdiri atas susunan sel endotel. Endotel juga merupakan komponen
pembentuk pembuluh kapiler.

Pada awalnya, endotel dianggap sebagai sebagai barrier atau penahan untuk
menjaga sel atau molekul lemak agar sel darah atau molekul lemak di dalam darah
tidak masuk kedalam dinding pembuluh darah, namun sebenarnya endotel juga
berfungsi sebagai organ yang berfungsi dalam metabolis aktif. Sel endotel
menghasilkan zat vasoaktif yang mengatur darah agar dapat beredar secara normal.
Zat diantaranya adalah zat vaso dilator seperti NO ( nitrit oxide) yang berfungsi
melebarkan pembuluh darah, Protaglandin ( PGI) yang bersifat menyempitkan
pembuluh darah (vaso konstriktor) dan tPA (Plasminogen activator) yang mengatur
darah agar tidak cepat menggumpal. Endotel juga menyebabkan darah bergumpal
seperti cytokinase, tissue factor, trombospondin, dan platelet activator. Semua zat
vasoaktif secara teratur dan seimbang dikeluarkan oleh sel endotel. Apabila terjadi
ketidak seimbangan pengeluaran dan pengelolaan sel tersebut dalam jangka waktu
lama maka akan timbul penyakit seperti Penyakit Jantung Koroner ( PJK ).
( Sarggowo, 2015)
Proses ateroskelrosis terjadi karena adanya injury endotel yang kronis. Penyebab hal
ini adalah toksin virus dan bakteri, zat racun dari rokok, sel darah, adrenalin,
kolesterol radikal bebas dan zat yang menyebabkan inflamasi dan juga trubulensi
aliran darah ( low flow shear stress). Oleh sebab itu injury endotel sering terjadi pada
pada percabangan arteri. Jika terjadi aktivasi endotel yang berlangsung dalam waktu
yang lama, maka akan terjadi juga disrupsi endotel yang memungkinkan terjadi
interaksi antara berbagai elemen darah dengan dinding arteri. Leukosit, monosit, dan
sedikit limfosit akan menempel pada endotel, kemudian bersama molekul-molekul
lemak terutama molekul LDL yang teroksidasi bermigrasi ke sub endotel , maka
selnjutnya akan dibentuk fatty streak (Garis lemak). Dari penjelasan diatas
aterosklerosis adalah keadaan yang dipicu oleh reaksi inflamasi, proses inflamasi
akan terjadi selama kita masih hidup. Leukosit akan menggelembung karena terisi
molekul lemak (sel busa) yang selanjutnya akan bereksplansi keluar dan kedalam
merangsang rekruitmen sel otot polos dari lapisan media. Dengan demikian, dinding
pembuluh darah mejadi tebal da nada bagian yang menonjol kedalam lumen arteri
yang disebut plak. Jadi plak adalah tumpukan sel lemak, kalsium, sebagian otot polos
dan sel radang melalui proses inflamasi. ( Sarggowo, 2015)

Daftar Rujukan :

Kabo, Peter. 2008. Mengungkap penyakit jantung coroner. Jakarta : Gramedia Pustaka

Pearce, Evelyn, C. 2012. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama.
Sarggowo, Djangan. 2015. Patogenesis Aterosklerosis. Malang : UB Press

Sudoyo, Aru, W. 2015. Ilmu Penyakit dalam. Jakarta:Interna Publhising


Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai