PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui hormon yang mengatur metabolisme kalsium
2. Untuk mempelajari hormon yang diproduksi oleh korteks adrenal
3. Untuk dijadikan sebagai pmbelajaran mengenai hormon medulla arenal
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hormon gonad
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hormon pancreas dan
traktus gastrointestinal
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam tubuh manusia terdapat kurang lebih 1 kg kalsium. Dan 99% dari
jumlah ini berada di dalam tulang, dimana kalsium bersama dengan fosfat
membentuk kristal hidroksi apatit yang merupakan komponen anorganik dan
struktur skeleton. Tulang merupakan jaringan yang dinamis dan terus mengalami
peremajaan (remodeling) dalam menghadapi perubahan tegangan dalam kondisi
yang stabil terdapat keseimbangan antara pembentukkan tulang yang baru danm
resorpsi tulang.Kalsium (Ca) adalah mineral makro yang paling banyak
dibutuhkan di dalam tubuh disimpan pada tulang, gigi dan sebagian besar pada
kulit dan kerangka tubuh.
1.1 KALSIUM
- peningkatan GHpadamasapertumbuahan
- peningkatan prolactin
danesterogenselamakehamlandanlaktasi.
Korteks adrenal manusia memiliki tiga buah lapisan atau zona yang berbeda.
Glukokotikid merupakan steroid 2.1 karbon yang kerjanya banyak dan salah
satu diantaranya yang paling penting adalah untuk meningkatkan proses
glukoneogenesis.
Hormon hormon yang dihasilkan dari kelenjar adrenal ( suprarenal) sangat
penting untuk kelangsungan hidup. Korteks adrenal merupakan sumber untuk
hormon steroid yang penting, aldosteron dan kortisol.
1. Kortisol
Kortisol merupakan glukokortikoid yang dominan pada manusia,dan hormon
ini dibuat di dalam zona fasikulata. Kortikosteron yang dibuat di zona fasikulata
dan glomerulosa,kurang begitu berlimpah pada manusia kendati merupakan
glukokortikoid yang dominan pada hewan pengerat. Kortisol merupakan produk
akhir dari kaskade hormon yang membentuk aksis hipotalamus – hipofisis -
adrenokortikal.sel korteks adrenal memiliki banyak reseptor lipoprotein densitas
rendah pada permukaannya. Resptor ini menyebabkan sel korteks adrenal mampu
untuk mengambil kolesterol dengan cepat untuk selanjutnya digunakan dalam
sintesis hormon steroid adrenal.
Kortisol adalah enzim yang penting dan memiliki efek pada banyak jaringan
tubuh. Kortisol berperan penting dalam metabolisme tubuh dengan merangsang
penguraian protein di otot dan jaringan konektif dan merangsang pelepasan
gliserol dan asam lemak bebas dari jaringan adiposa sehingga kortisol
menyediakan substrat yang penting untuk glukoneogenesis.
Sumber: Google
2. Androgen adrenal
hirmon yang paling poten di kelompok ini,dan secara eksklusif dibuat di
dalam zona glomerulosa. Zona fasikulata dan retikularis korteks adrenal juga
menhasilkan zat perkursor androgen Dehidroepiandrosteron denga jumlah yang
bermakna dan hormon androgen lemah androstenedion. Esterogen tidak dibuat
dalam jumlah yang bermakna di dalam kelenjar adrenal dapat memproduksi
hormoon tersebut, dan androgen yang berasal dari kelenjar adrenal menjadi
prekusior esterogen yang penting pada wanita menopause.
Selain kortisol zona fasikula dan zona retikularis pada korteks adrenal juga
menghasilkan hormon yang disebut hormon androgen adrenal – androstenedion,
DHA ( dehidroepiandrosteron) dan DHA sulfat. Senyawa – senyawa ini
memungkinkan memiliki aktivitas androgeniknya sendiri dalam konversi perifer
menjadi testosteron. Pada wanita, korteks adrenal merupakan sumber androgen
yang penting tetapi bagi pria,sumber ini tidak signifikan jika dibandingkan dengan
testosteron yang dihasilkan oleh testis
3. Aldosteron
Aldosteron (Mineralkortikoid) juga merupakan steroid 21-karbon. Kerja
utama kelompok hormon ini adalah untuk meningkatkan retensi Na+ dan eksresi
K+ serta H+, khususnya di dalam ginja
Sumber: Google
Kelebihan kortisol
Kelebihan androgen
Tumor adrenokortikal dapat memproduksi androgen berlebih yang
menyebabkan hirsutisme dan virilisasi pada wanita. Kondisi ini tidak harus
disertai dengan kelebihan kortisol dan mungkin tidak ditemukan tanda – tanda
sindrom cushing.selain itu kelebihan androgen juga bisa ditemukan pada pasien
hiperplasia adrenal kongenital.
Kelebihan aldosteron
Hipofungsi kortisol
Hormon androgen adrenal yang rendah dapat menghasilkan efek seperti libido
rendah (minat atau keinginan seks), kelelahan, penurunan rasa kesejahteraan dan
peningkatan kerentanan terhadap penyakit tulang. Karena gejala seperti lesu
keinginan dan malaise umum memiliki berbagai penyebab, defisiensi androgen,
seperti hiperandrogenisme, sering kali tidak terdiagnosis
Hipofungsi aldosteron
Sistem simpatoadrenal terdiri atas saraf parasimpatik dengan saraf pre- dan
post-ganglionik kolinergiknya, sistem saraf simpatik dengan saraf preganglionik
kolinergik serta postganglionik andrenergik, dan medula adrenal. Di dalam
kepentingan Biomedis, Hormon pada sistem simpatoadrenal diperlukan untuk
adaptasi terhadap stres yang akut dan kronis.
Produk utama adrenal adalah epinefrin. Sekitar 80% dari senyawa ini berupa
katekolamin yang ada di dalam medula, dan tidak dibuat oleh jaringan di luar
medula adrenal. Sebaliknya, sebagian besar norepinafrin di dalam organ yang
disarafi oleh saraf simpatik dibuat secara in situ (sekitar 80% dari jumlah totalnya)
dan sebagian besar dari sisanya dibuat di ujung saraf lainnya dan mencapai tapak
target lewat sirkulasi darah. Epinefrin dan norepinefrin dapat diproduksi dan
disimpan dalam sel yang berlainan di medula adrenal serta jaringan kromafin
lainnya.
1. Hidroksilasi cincin
2. Dekarboksilasi
3. Hidrosilas rantai-samping
4. N-metilasi
3.3.3 Norepinefrin
Perbedaan utama antara struktur dua hormon ini adalah bahwa adrenalin
memiliki kelompok metil terikat pada nitrogen, sementara noradrenalin memiliki
atom hidrogen di tempat kelompok metil.
3.4.3 AkronimyangDigunakan
ABP Androgen-binding protein
ACTH Adrenocorticotropic hormone
CBG Corticosteroid-binding globulin
DHEA Dehidroepiandrosteron
DHT Dihidrostestosteron
Estradiol
FSH Follicle-stimulating hormone
GnRH Gonadotropin-releasing hormone
hCG Human chorionic gonadotropin
hCS Human chorionic somatomammotropin
LH Luteinizing hormone
MIF Mullerian inhibiting factor
3-OHSD 3-Hidroksisteroid dehidrogenase
17-OHSD 17-Hidroksisteroid dehidrogenase
PL Placental lactogen
SHBG Sex hormone binding globulin
TBG Thyroid-binding globulin
TEBG Testosteron-estrogen binding globulin
Tabel 41-8. Perkiraan afinitas steroid untuk potein pengikat dalam serum.
SHBG1 CBG1
Dihidrotestosteron 1 > 100
Testosteron 2 > 100
Estradiol 5 > 10
Estron > 10 > 100
Progesteron > 100 Sekitar 2
Kortisol > 100 Sekitar 3
Kortikosteron > 100 Sekitar 5
Estrogen terikat pada SHBG dan progestin pada CBG. SHBG mengikat
estradiol dengan kekuatan lima kali lipat lebih rendah dibandingkan ikatannya
dengan testosteron atau DHT, sementara afinitas progesteron dan kortisol
terhadap protein ini kecil (tabel 41-8). Sebaliknya, progesteron dan kortisol
berikatan dengan CBG dengan afinitas yang nyaris setara; sebaliknya CBG
memiliki aviditas rendah terhadap estradiol dan bahkan lebih kecil lagi terhadap
testosteron, DHT, atau estron.
Gonadotropin
a. Efekfisiologis FSH
(1) Padaperempuan, FSH
menstimulasipertumbuhanfolikelovariumdanmembantumenstimulasiprodu
ksi estrogen ovarium.
(2) Padalaki-laki, FSH merangsangpertumbuhandanperkembangan
spermatozoa dalamtubulusseminiferus testis.
b. Efekfisiologis LH
(1) Padaperempuan, LH bekerjasamadengan FSH, menstimulasiproduksi
estrogen. LH
bertanggungjawabuntukovulasidansekresiprogesterondarifolikel yang
ruptur.
(2) Padalaki-laki, LH menstimulasisel-selinterstisialtubulusseminiferus testis
untukmemproduksi androgen (testosteron).
c. Kendalisekresi FSH dan LH
(1) Gonadotropin hipofisisdiaturolehhormonpelepas gonadotropin
(gonadotropin-releasing hormone [GnRH]) darihipotalamus.
(2) GnRHmenyebabkanpelepasan FSH dan LH, yang padagilirannya,
akanmenyebabkanpelepasanhrmon-hormon gonad (estrogen, progesteron,
dantestosteron).
(3) MekanismeumpanbaliknegatifdanpositifterlibatdalamsekresiGnRH,
gonadotropin hipofisis, danhormon-hormon gonad.
Pankreas merupakan salah satu organ dari sistem pencernaan yang memiliki
fungsi eksokrin yaitu menyekresikan enzim dan ion-ion yang digunakan untuk
proses pencernaan ke dalam lumen duodenum serta fungsi endokrin yang terdiri
dari pulau-pulau langerhans. Terletak di dibawah lengkung lambung, berbatasan
dengan usus halus, muaranya menuju ke lengkung duodenum. Untuk sekresi getah
pankreas yang menandung enzim-enzim pencernaan. Berlobus-lobus warna kunig
pucat.
Hormon Insulin
Pankreas menyekresikan 40-50 unit insulin per hari yang mewakili sekitar 20-
50% dari hormon yang disimpan di dalam kelenjar. Sekresi insulin merupakn
proses yang memerlukan energi dengan melibatkan sistem mirkotubulus dan
mikrofilamen daam sel B pulau Langerhans Diketahui ada beberapa tahapan
dalam proses sekresi insulin, setelah adanya rangsangan oleh molekul glukosa.
Tahap pertama adalah proses glukosa melewati membrane sel. Untuk dapat
melewati membran sel beta dibutuhkan bantuan senyawa lain. Glucose
transporter (GLUT) adalah senyawa asam amino yang terdapat di dalam berbagai
sel yang berperan dalam proses metabolisme glukosa. Fungsinya sebagai
“kendaraan” pengangkut glukosa masuk dari luar kedalam sel jaringan tubuh.
Glucose transporter 2 (GLUT 2) yang terdapat dalam sel beta misalnya,
diperlukan dalam proses masuknya glukosa dari dalam darah, melewati membran,
ke dalam sel. Proses ini penting bagi tahapan selanjutnya yakni molekul glukosa
akan mengalami proses glikolisis dan fosforilasi didalam sel dan kemudian
membebaskan molekul ATP. Molekul ATP yang terbentuk, dibutuhkan untuk
tahap selanjutnya yakni proses mengaktifkan penutupan K channel pada membran
sel. Penutupan ini berakibat terhambatnya pengeluaran ion K dari dalam sel yang
menyebabkan terjadinya tahap depolarisasi membran sel, yang diikuti kemudian
oleh tahap pembukaan Ca channel. Keadaan inilah yang memungkinkan
masuknya ion Ca sehingga menyebabkan peningkatan kadar ion Ca intrasel.
Suasana ini dibutuhkan bagi proses sekresi insulin melalui mekanisme yang cukup
rumit dan belum seutuhnya dapat dijelaskan.
Sekresi fase 1 (acute insulin secretion responce = AIR) adalah sekresi insulin
yang terjadi segera setelah ada rangsangan terhadap sel beta, muncul cepat dan
berakhir juga cepat. Sekresi fase 1 (AIR) biasanya mempunyai puncak yang relatif
tinggi, karena hal itu memang diperlukan untuk mengantisipasi kadar glukosa
darah yang biasanya meningkat tajam, segera setelah makan. Kinerja AIR yang
cepat dan adekuat ini sangat penting bagi regulasi glukosa yang normal karena
pasa gilirannya berkontribusi besar dalam pengendalian kadar glukosa darah
postprandial. Dengan demikian, kehadiran AIR yang normal diperlukan untuk
mempertahankan berlangsungnya proses metabolisme glukosa secara fisiologis.
AIR yang berlangsung normal, bermanfaat dalam mencegah terjadinya
hiperglikemia akut setelah makan atau lonjakan glukosa darah postprandial
(postprandial spike) dengan segala akibat yang ditimbulkannya termasuk
hiperinsulinemia kompensatif.
Biasanya, dengan kinerja fase 1 yang normal, disertai pula oleh aksi insulin
yang juga normal di jaringan ( tanpa resistensi insulin ), sekresi fase 2 juga akan
berlangsung normal. Dengan demikian tidak dibutuhkan tambahan ( ekstra )
sintesis maupun sekresi insulin pada fase 2 diatas normal untuk dapat
mempertahankan keadaan normoglikemia. Ini adalah keadaan fisiologis yang
memang ideal karena tanpa peninggian kadar glukosa darah yang dapat
memberikan dampak glucotoxicity, juga tanpa hiperinsulinemia dengan berbagai
dampak negatifnya.
Intravenous SecondPhase
glucose
Insulin stimulation IGT
Secreti
on
First-Phase
Normal
Type 2DM
Basal
0 5 10 15 20 25 30 inute )
1. Glukosa
Peningkatan glukosa di dalam plasma merupakan faktor fisiologik pengatur
sekresi insulin. Metabolisme glukosa yang diawali oleh enzim glukokinase dan
mengubah glukosa menjadi glukosa 6 fosfat berhubungan erat dengan sekresi
insulin. Dengan peningkatan jumlah energi maka K yang sensitif terhadap insulin
akan keluar sehingga terjadi depolarisasi di sel B dan mengaktivasi saluran Ca
sehingga terjadi sekresi insulin.
2. Faktor hormonal
Sejumlah hormon mempengaruhi pelepasan insulin. Preparat agonis alfa
andregenik menghambat pelepasan insulin sementara preparat agonis beta
andregenik meningkatkan pelepasan insulin dengan meningkatkan cAMP intrasel.
Hormon pertumbuha, kortisol, laktogen plasenta, estrogen juga meningkatkan
sekresi insulin.
3. Preparat farmakologik
Salah satu senyawa yang paling sering digunakan untuk terapi diabetes pada
manusia adalah senyawa sulfonilurea yang merangsang pelepasan insulin.
Akibat defisensi Insulin
1. Penurunan ambilan glukosa dan peningkatan produksi glukosa akibat
peningkatan asam amino plasma sehingga menyebabkan hiperglikemia,
glikosuria, diuresis osmotik dan deplesi elektrolit sehingga timbul dehidrasi
dan asidosis
2. Peningkatan lipolisis yang menyebabkan peningkatan asam lemak, beban
plasma, ketogenesis, ketonuria dan ketonemia yang akan berujung pada
timbulnya dehidrasi dan asidosis.
Gangguan, baik dari produksi maupun aksi insulin, menyebabkan gangguan pada
metabolisme glukosa, dengan berbagai dampak yang ditimbulkannya. Pada
dasarnya ini bermula dari hambatan dalam utilisasi glukosa yang kemudian diikuti
oleh peningkatan kadar glukosa darah. Secara klinis, gangguan tersebut dikenal
sebagai gejala diabetes melitus. Pada diabetes melitus tipe 2 (DMT2), yakni jenis
diabetes yang paling sering ditemukan, gangguan metabolisme glukosa
disebabkan oleh dua faktor utama yakni tidak adekuatnya sekresi insulin
(defisiensi insulin) dan kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin
(resistensi insulin), disertai oleh faktor lingkungan ( environment ). Sedangkan
pada diabetes tipe 1 (DMT1), gangguan tersebut murni disebabkan defisiensi
insulin secara absolut.
Gangguan metabolisme glukosa yang terjadi, diawali oleh kelainan pada dinamika
sekresi insulin berupa gangguan pada fase 1 sekresi insulin yang tidak sesuai
kebutuhan (inadekuat). Defisiensi insulin ini secara langsung menimbulkan
dampak buruk terhadap homeostasis glukosa darah. Yang pertama terjadi adalah
hiperglikemia akut pascaprandial (HAP) yakni peningkatan kadar glukosa darah
segera (10-30 menit) setelah beban glukosa (makan atau minum).
Kelainan berupa disfungsi sel beta dan resistensi insulin merupakan faktor etiologi
yang bersifat bawaan (genetik). Secara klinis, perjalanan penyakit ini bersifat
progressif dan cenderung melibatkan pula gangguan metabolisme lemak ataupun
protein. Peningkatan kadar glukosa darah oleh karena utilisasi yang tidak
berlangsung sempurna pada gilirannya secara klinis sering memunculkan
abnormalitas dari kadar lipid darah. Untuk mendapatkan kadar glukosa yang
normal dalam darah diperlukan obat-obatan yang dapat merangsang sel beta untuk
peningkatan sekresi insulin ( insulin secretagogue ) atau bila diperlukan secara
substitusi insulin, disamping obat-obatan yang berkhasiat menurunkan resistensi
insulin ( insulin sensitizer ).
Tidak adekuatnya fase 1, yang kemudian diikuti peningkatan kinerja fase 2 sekresi
insulin, pada tahap awal belum akan menimbulkan gangguan terhadap kadar
glukosa darah. Secara klinis, barulah pada tahap dekompensasi, dapat terdeteksi
keadaan yang dinamakan Toleransi Glukosa Terganggu yang disebut juga sebagai
prediabetic state. Pada tahap ini mekanisme kompensasi sudah mulai tidak
adekuat lagi, tubuh mengalami defisiensi yang mungkin secara relatif, terjadi
peningkatan kadar glukosa darah postprandial. Pada toleransi glukosa terganggu
(TGT) didapatkan kadar glukosa darah postprandial, atau setelah diberi beban
larutan 75 g glukosa dengan Test Toleransi Glukosa Oral ( TTGO ), berkisar
diantara 140-200 mg/dl. Juga dinamakan sebagai prediabetes, bila kadar glukosa
darah puasa antara 100 – 126 mg/dl, yang disebut juga sebagai Glukosa Darah
Puasa Terganggu ( GDPT ).
Keadaan hiperglikemia yang terjadi, baik secara kronis pada tahap diabetes, atau
hiperglikemia akut postprandial yang terjadi ber-ulangkali setiap hari sejak tahap
TGT, memberi dampak buruk terhadap jaringan yang secara jangka panjang
menimbulkan komplikasi kronis dari diabetes.Tingginya kadar glukosa darah
(glucotoxicity) yang diikuti pula oleh dislipidemia (lipotoxicity) bertanggung
jawab terhadap kerusakan jaringan baik secara langsung melalui stres oksidatif,
dan proses glikosilasi yang meluas.
Jadi, dapat disimpulkan perjalanan penyakit DMT2, pada awalnya ditentukan oleh
kinerja fase 1 yang kemudian memberi dampak negatif terhadap kinerja fase 2,
dan berakibat langsung terhadap peningkatan kadar glukosa darah
(hiperglikemia). Hiperglikemia terjadi tidak hanya disebabkan oleh gangguan
sekresi insulin (defisiensi insulin), tapi pada saat bersamaan juga oleh rendahnya
respons jaringan tubuh terhadap insulin (resistensi insulin). Gangguan atau
pengaruh lingkungan seperti gaya hidup atau obesitas akan mempercepat
progresivitas perjalanan penyakit. Gangguan metabolisme glukosa akan berlanjut
pada gangguan metabolisme lemak dan protein serta proses kerusakan berbagai
jaringan tubuh. Rangkaian kelainan yang dilatarbelakangi oleh resistensi insulin,
selain daripada intoleransi terhadap glukosa beserta berbagai akibatnya, sering
menimbulkan kumpulan gejala yang dinamakan sindroma metabolik.
Hormon Glukagon
Glukagon merupakan hormon yang dihasilkan oleh sel A pada pulau langerhans.
Sekresi ini dihasilkan pada keadaan hipoglikemia. Saat melewati hati, hormon
glukagon menimbulkan glukogenolisis dengan mengaktifkan enzim fosforilase
tetapi tidak berpengaruh terhadap enzim tersebut. Glukagon merupakan
polipeptid rantai tunggal yang terdiri dari 29 asam amino. Glukagon disintesis
sebagai molekul prekursor proglukagon yang berukuran lebih besar. Glukagon
bersifat immunologik dan biologik dan beredar pada plasma dalam bentuk bebas
karena tidak terikat dengan protein pengangkut. Glukagon berperan sebagai faktor
hiperglikemik artinya sebagai faktor yang menyebabkan meningkatnya kadar
glukosa darah karena glukagon berperan merangsang proses glikogenolisis dan
glukoneogenesis. Glukagon bersifat lebih poten daripada epineprin (adrenalin).
Penurunan kadar glukosa darah dikenali oleh sel α pankreas yang berperan
menghasilkan hormon glukagon. Hormon glukagon berperan merangsang
pembebasan glukosa dari glikogen (terutama di sel hati) sehingga kadar gula
darah kembali normal.
Insulin atau IGF-1, hormon ini menghambat langsung pelepasan glukagon dan
banyak zat lain yang mempengaruhi sekresi glukagon. Glukagon juga merupakan
hormon glukoneogenik yang paling poten dan bersifat ketogenik. Melawan kerja
hormon insulin.
Hati merupakan sasaran utama kerja glukagon. Glukagon terikat dengan reseptor
spesifi dalam membran plasma sel hati dan peristiwa ini mengaktifkan enzim
adenilil siklase melalui mekanisme yang berikatan dengan protein G. Molekul
cAMP yang dihasilkan mengaktifkan enzim fosforilasi yang meningkatkan laju
penguraian seraya menghambat kerja enzim glikogen sintase sehingga
pembentukan glikogen terhalangi.
Kenaikan kadar cAMP merangsang konversi asam amino menjadi glukosa dengan
menginduksi sejumlah enzim yang terlibat dalam lintasan glukoneogenik. Yang
paling utama di antara enzim ini adalah PEPCK. Glukagon lewat cAMP
meningkatkan laju transkripsi mrna dari gen PEPCK dan hal ini merangsang
sintesis PEPCK lebih banyak lagi. Efek ini berlawanan dengan efek yang
ditimbulkan oleh insulin yang mengurangi produksi PEPCK.
Hormon Somatostatin
Hormon Gastrointestinal
Glukogenolisis
Enzim utama yang berperan dalam glikogenolisis ini adalah glikogen fosforilase.
Proses glikogenolisis terkadang menyebabkan meningkatnya kadar gula dalam
darah yang dapat menyebabkan penyakit diabetes. Glikogen dalam hati akan di
glikogenolisis setelah 12-18 jam puasa. Glikogen dalam otot hanya akan
mengalami glikogenolisis setelah seseorang melakukan olahraga yang berat dan
lama. Proses glikogenolisis yang terjadi secara terus- menerus akan dapat
menyebabkan kerusakan pada liver. Kerusakan pada fungsi liver akan
menyebabkan penyakit yang sebagian besar tidak dapat diobati dan berakhir
dengan kematian.
Pada saat seseorang berpuasa atau sedang melakukan aktivitas berat (latihan,
olahraga, bekerja) yang berlebihan akan menyebabkan turunnya kadar gula darah
dalam darah menjadi 60 mg /100 ml darah keadaan ini (kadar gula darah turun)
akan memacu hati untuk membebaskan glukosa dari pemecahan glikogen yang
disebut proses glikogenolisis. Glikogenolisis dirangsang oleh hormon glukagon
dan aderenalin. Glukagon (glucagon) adalah suatu hormon yang dikeluarkan oleh
pankreas yang berguna untuk meningkatkan kadar glukosa darah. Sedangkan
hormon adrenalin adalah hormon yang merangsang glukagon untuk bekerja
Hal ini sangat membahayakan bagi tubuh, terutama otak dan sistem syaraf, yang
membutuhkan glukosa dalam darah yang berasal dari makanan berkarbohidrat
dalam kadar yang cukup. Kadar gula darah normal adalah 80-120 mg/dl pada
kondisi puasa, atau 100-180 mg/dl pada kondisi setelah makan.
Kadar gula darah yang rendah menyebabkan berbagai sistem organ tubuh
mengalami kelainan fungsi. Otak sebagai organ yang sangat peka terhadap kadar
gula darah yang rendah, akan memberikan respon melalui sistem saraf,
merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan epinefrin (adrenalin). Hal ini akan
selanjutnya merangsang hati untuk melepaskan gula agar kadarnya dalam darah
tetap terjaga. Dan parahnya jika kadar gula turun, maka akan terjadi gangguan
fungsi otak.
Glukoneogenesis
Pada dasarnya glukoneogenesis adalah sintesis glukosa dari senyawa bukan
karbohidrat, misalnya asam laktat dan beberapa asam amino. Proses
glukoneogenesis berlangsung terutama dalam hati. Asam laktat yang terjadi pada
proses glikolisis dapat dibawa oleh darah ke hati. Di sini asam laktat diubah
menjadi glukosa kembali melalui serangkaian reaksi dalam suatu proses yaitu
glukoneogenesis (pembentukan gula baru).
Glukagon bekerja pada sel hati dengan menyebabkan glikogenolisis yang oleh
keadaan hipoglikemia. Saat glukosa plasma mengalami peningkatan hingga dua
kali, maka sekresi glukagon akan terhambat dan digantikan oleh insulin.
Glukagon bekerja pada resptor spesifik pada membran sel untuk mengaktifkan
respon seluler. Reseptor yang memiliki relasi dengan glukosa adalah GLP-1
(glukagon-like peptide-1), GIP (gastric inhibitory peptide), VIP (vasoactive
intestinal peptide), secretin, GRF ( growth hormon releasing factor) dan PACAP
(pituitaryadenylate cyclase-activating polypeptide). Epinefrin bekerja dengan
meningkatkan glikogenolisis dengan menstimulasi fosforilase yang akan
melepaskan glukosa untuk metabolisme otot (Levin, 1998).
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Salah satu tipe penyampaian molekul sel dalam komunikasi sel
adalah tipe endokrin.
2. Hormon yang mengatur metabolisme kalsium
3. Korteks adrenal membuat tiga macam hormone yaitu kotisol,
androgen adrenal dan aldosteron
4. Medulla adrenal menghasilkan hormone epinefrin atau adrenalin,
norepinefrin atau noradrenalin dan katekolamin dopamine
5. Steroid Gonad Diangkut oleh Globulin Pengikat-Hormon Seks
6. Menyerafi hormone insulin, glucagon, somatostatin, polipeptida, dan
hormone gastrointestinal
3.2 Saran
1. Supaya makalah ini dapat dijadikan pembelajaran
2. Reverensi dan sumber penyususnan bias ditambah dari jurnal-jurnal
ilmiah
DAFTAR PUSTAKA
Robert K.Murrey, Dryl K.Granner, Peter A.Mayes dan Victor W.Rodwell. 2003.
Biokimia Harper edisi 25. Jakarta. Penerit buku kedokteran.