Anda di halaman 1dari 4

Metabolisme Kalsium

Dalam tubuh manusia dewasa, terdapat sekitar 1 hingga 2 kilogram kalsium yang terbagi menjadi 99% dalam tulang sebagai hidroksiapatit. Kadar kalsium plasma total memiliki rentang nilai 8,1-10,5 mg/dL dengan ion kalsium 40-50%, kalsium yang terikat dengan protein (terutama albumin, calmodulin, dan globulin) sejumlah 46%, dan kurang lebih 8% terdapat kalsium yang terikat dalam senyawa kompleks asam organik (anion) yaitu bikarbonat, sitrat, fosfat, laktat, dan sulfat. Hanya sekitar 0,1% kalsium yang terdapat dalam cairan ekstraseluler, sedangkan 1% kalsium berada di sel (Sherwood, 2010). Kalsium antara lain berperan dalam proses kontraksi otot skeletal, otot jantung, otot polos, pembekuan darah, transmisi impuls saraf. Kalsium dapat masuk ke dalam plasma darah melalui absorbsi dari intestinum tenue, resorpsi tulang, dan reabsorbsi kalsium dari tubulus renalis. Kalsium akan keluar dari plasma darah melalui tractus gastrointestinalis sebanyak 100-200 mg/hari, urine sebanyak 50-300 mg/hari, dan disimpan kembali ke dalam tulang maupun dibuang melalui keringat sebanyak 100 mg/hari. Osteum merupakan sebuah jaringan yang menjadi tempat penyimpanan kalsium yang utama bersama dentis, beserta ion lain seperti magnesium, fosfor, natrium, ion (Bhagavan et al., 2011). Terdapat tiga hormon utama yang mengatur metabolisme kalsium yaitu hormon polipeptida seperti parathormon (PTH) dan calcitonin serta hormon sterol yaitu 1,25 dihidrokolekalsiferol (vitamin D3) (Murray et al., 2012). Keadaan hipokalsemia akan memicu sekresi hormon PTH dari sel chief paratiroid, dimana ia memiliki fungsi untuk meningkatkan kadar kalsium pada plasma darah. Terdapat tiga tahap sekresi hormon paratiroid (Sherwood, 2012), antara lain: 1. Tahap dini Tahapan ini berlangsung beberapa menit, dimana hal ini merupakan sebuah respon cepat dari keadaan hipokalsemia. 2. Tahap kedua Terjadi setelah beberapa jam kemudian, hal ini merupakan sebuah mekanisme memperbanyak sekresi hormon PTH. 3. Tahap ketiga Hal ini akan terjadi apabila hipokalsemia terjadi selama beberapa hari, menyebabkan terjadinya hiperplasia sel paratiroid sehingga diharapkan PTH meningkat pula.

Mekanisme kerja hormon PTH adalah pada tulang dan ginjal sebagai organ targetnya. Efek dari PTH pada tulang adalah mengaktifkan kerja osteoklas untuk meresorpsi simpanan kalsium dan fosfat pada tulang dan melepaskan pada plasma darah. Sedangkan untuk mekanisme kerja PTH di ginjal adalah dengan menghambat sekresi kalsium sekaligus mengaktivasi reabsorpsi kalsium, antara lain 60% di tubulus proksimal, 25% di ansa henle, dan 15% pada tubulus distal. Kemudian, PTH juga merangsang perubahan

bentuk 25 hidroksikolekalsiferol menjadi 1,25 dihidroksikolekalsiferol (Smith et al., 2005).

Gambar 1. Sistem umpan balik negatif pada sekresi PTH dan calcitonin. Sherwood, 2010.

Sumber

Penekanan kerja dan sekresi PTH akan diatur oleh kadar kalsium plasma yang sudah meningkat dan adanya hormon kalsitriol yang juga dapat mensupresi sekresi PTH. Namun, pada keadaan malignansi sel skuamosa misalnya pada otot, pankreas, payudara, jantung, hati, plasenta, sel otot dan endotel, dapat terjadi sekresi Parathyroid Related Protein (PTHrP) yang akhirnya dapat menyebabkan hiperkalsemia (Wysolmerski, 2012). Vitamin D di dalam tubuh kita dapat berasal dari diet baik nabati berbentuk vitamin D2 (ergokalsiferol) maupun hewani berbentuk vitamin D3 (kolekalsiferol), maupun berasal dari sintesis di kulit yaitu vitamin D3 (7 dehidrokolesterol) yang akan mengalami

dua kali hidroksilasi sebelum menjadi vitamin D aktif yaitu kalsitriol (1,25 dihidroksivitamin D) (Wysolmerski, 2012). Hidroksilasi vitamin D yang pertama terjadi pada hepar oleh enzim 25-hidroklase manjadi 25-hidroksikolekalsiferol yang kemud ian akan dilepaskan ke plasma darah dan berikatan dengan protein untuk ditranspor ke ginjal. Selanjutnya akan terjadi hidroksilasi kedua di ginjal oleh enzim 1 alfa-hidroksilase sehingga akan mengubah 25hidroksikolekalsiferol menjadi 1,25-dihidroksikolekalsiferol atau kalsitriol (Wysolmerski, 2012).

Gambar 2. Mekanisme sintesis hormon calcitriol. Sumber: Martini et al., 2006. Kalsitriol merupakan hormon yang bertugas meningkatkan kadar kalsium dan fosfat dalam plasma. Kalsitriol ini akan berkerja pada tiga organ target yaitu usus untuk meningkatkan absorbsi kalsium dan fosfat, pada osteoklas tulang untuk meningkatkan aktivitas osteoklas yang serupa dengan efek hormon PTH. Kalsitriol meningkatkan absorpsi kalsium oleh usus sekitar 35% (350 gram/hari). Kalsium tambahan akan berada dalam usus sebanyak 250 mg/hari akibat adanya getah sekresi saluran cerna, sedangkan tambahan lainnya akan dieksresikan ke dalam feses sebesar 900 mg (Martini et al., 2006).

Kemudian pada ginjal, efeknya adalah menurunkan reabsorpsi kalsium di tubuli ginjal. Sebanyak kurang lebih 10% kalsium (100 mg/hari) akan dieksresikan melalui urine, dan sekitar 41% kalsium plasma terikat pada protein plasma sehingga tidak akan difiltrasi oleh glomerulus. Sedangkan pada keadaan normal sebanyak 99% kalsium akan direabsorpsi akibat pengaruh berbagai hormon yang mengatur metabolisme kalsium. Pada keadaan hipokalsemia berat seperti tiroidektomi, pemberian kalsium oral tidak akan cukup untuk memperbaiki keadaan kadar kalsium, sehingga perlu ditambahkan vitamin D (Bhagavan et al., 2011). Hormon yang terakhir, yaitu kalsitonin, merupakan sebuah hormon peptida yang diproduksi oleh sel chief parafolikuler pada glandula thyroid. Sekresi kalsitonin disebabkan oleh adanya keadaan hiperkalsemia pada plasma darah dengan efek yang berkebalikan dengan hormon PTH. Fungsinya adalah untuk menurunkan kadar kalsium dalam plasma darah (Sherwood, 2010).

Bhagavan, N.V.; C. Ha. 2011. Essentials of Biochemistry with Clinical Cases. London: Elsevier. Martini F.H., et all. 2006.Fundamentals of Anatomy and Physiology. 7th ed. USA : Pearson Education. Murray, R.K., D.A. Bender; K. Botham; P.J. Kennely; V.W. Rodwell; and P.A. Weil. 2012. Harpers Illustrated Biochemistry. 29th Ed. New York: The McGraw-Hill Companies. Sherwood, L. 2010. Human Physiology: From Cells to Systems, 7th Edition. Belmont: Brooks/Cole Cengage Learning. Smith, C.; A.D. Marks; M. Lieberman. 2005. Mark's Basic Medical Biochemistry A Clinical Approach, 2nd Edition. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins. Wysolmerski, J.J. 2012. Parathyroid hormone-related protein: an update. J Clin Endocrinol Metab, 2012 Sep;97(9):2947-56.

Anda mungkin juga menyukai