Anda di halaman 1dari 11

Artikel Review

Regulasi Hormon

dalam Keseimbangan Kalsium dan Fosfat

Oleh :

Kelompok Tutorial 7

Febiawan Ismunandar 18711075

Intan Kusumaningtyas 18711162

Fakultas Kedokteran

Universitas Islam Indonesia


Regulasi Hormon Dalam Keseimbangan Kalsium dan Fosfat

A. Pendahuluan
Kalsium merupakan unsur kelima paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia
yang hanya didapatkan dari diet. Metabolisme kalsium di dalam tubuh dibutuhkan
melalui tiga mekanisme, yaitu absorpsi intestinum, reabsorpsi ginjal, dan pergantian
tulang. Mekanisme tersebut diregulasi oleh hormon paratiroid (PTH) dan vitamin D
(Peacock, 2010).
Fosfat adalah salah satu unsur yang juga cukup diperlukan dalam tubuh. Beberapa
fungsi fosfat yang berperan dalam homeostasis tubuh di antaranya adalah untuk sintesis
DNA dan membran lipid, membangun ester fosfat berenergi tinggi, dan sebagai sinyal
intraseluler. Dalam regulasinya, keseimbangan fosfat dalam tubuh terjaga dengan adanya
mekanisme absorpsi fosfat dalam diet di intestinum, penyimpanan fosfat dalam otot
skelet, dan ekskresi fosfat melalui urin. Absrorpsi fosfat di intestinum bergantung
terhadap adanya 1,25(OH) 2 D. Sedangkan, ekskresi fosfat melalui urin di tubulus
proksimal ginjal melalui kotranspor sodium-fosfat tipe II dan tipe III. Mekanisme tersebut
diregulasi oleh hormon parathyroid dan fibroblast growth factor 23 (FGF23). Hormon
lainnya yang juga berperan dalam ekskresi fosfat adalah insulin dan hormon somatotropik
(Bergwitz dan Harald, 2017).
Dalam tubuh manusia terdapat hormon yang mengatur homeostasis kalsium dan
fosfat. Regulasi keseimbangan kalsium dan fosfat dilakukan oleh sistem organ yang ada
di ginjal dan tulang. Hromon yang mengatur keseimbangan kalsium dan fosfat antara lain
adalah vitamin D, kalsitonin, dan paratiroid (Costanzo, 2011).
Homeostasis adalah keadaan dalam tubuh manusia dimana kondisi semua sistem
tubuh dalam keadaan seimbang. Salah satu sistem yang berperan penting dalam menjaga
homeostasis adalah sistem hormon. Sistem hormon menjaga pengaturan dari substansi
yang berada di dalam tubuh. Contohnya adalah sistem endokrin yang meregulasi kalsium
darah. Adanya hormon paratiroid (PTH) berperan dalam regulasi ini. (Goltzman,
Mannstadt dan Marcocci, 2018) .
Sebagian besar kalsium di tubuh berada dalam tulang dan gigi dan sisanya
tersimpan dalam jaringan lunak dan cairan ekstraseluler sel (CES). Hormon paratiroid
berguna untuk meningkatkan kadar kalsium dalam darah dan menurunkan kadar fosfat.
Hal ini membuat hormon paratiroid memiliki peran penting dalam mengatur homeostasis
antara kalsium dan fosfat dalam tubh manusia (Sherwood, 2013).

B. ISI

a. Plasma

Plasma adalah cairan yang merupakan bagian dari komponen darah, tersusun oleh
90% air, 9% konstituen organik, dan 1% konstituen inorganik. Konstituen organik paling
banyak yaitu protein plasma (6-8%) dan sisanya bahan organik lain dalam jumlah sedikit,
seperti nutrien, O₂, CO₂ dan hormon. Sedangkan konstituen inorganik terdiri dari ion ion
seperti Na, Cl, K+, HCO₃, Ca2+. Salah satu yang akan dibahas disini adalah kalsium dan
fosfat serta pengaturan keseimbangan konsentrasinya melalui sistem endokrin. Sebagian
besar kalsium dalam tubuh terdapat di tulang dan gigi, yaitu 99% yang merupakan bank
Ca2+. Sebagian kecil kalsium terdapat dalam plasma darah sekitar 1%, dari 1% tersebut,
0,9% ada di sel dan organelnya sedangkan 0,1% terdapat di CES. Dari yang terdapat di
CES tersebut, separuh terikat dengan protein plasma atau dengan PO₃⁴⁻ sedangkan
separuh lainya bebas dalam plasma dan cairan interstisium. Dalam bentuk bebas inilah
sebagai kalsium yang aktif dan berperan penting (Sherwood, 2013).

Hampir sama dengan kalsium, penyimpanan fosfat juga banyak di tulang yaitu
sekitar 85%, didalam sel 14-15% dan sisanya kurang dari 1% ada di CES. Fosfat dalam
plasma terdapat dalam dua bentuk : HPO4 dan H2PO4. Tubuh kita membutuhkan asupan
kalsium dan fosfat sekitar 1000mg/hari, dimana absorbsi kalsium dan fosfat ini terjadi di
usus halus, dengan bantuan vitamin D (Guyton, 2016).
Gambar 1 (Guyton, 2016)

Kalsium ini bisa didapatkan dari beberapa asupan seperti susu, yoghurt, keju dan
sayuran hijau. keadaan Ca2+ ini begitu penting dalam tubuh, yaitu untuk metabolisme
tulang, koagulasi darah, hormonal signaling transduction dan fungsi neuromuskular.
Begitu pentingnya fungsi kalsium, oleh karena itu keseimbangan kalsium dalam tubuh
harus stabil. Keseimbangan kalsium tersebut diatur oleh organ organ yaitu: tulang sebagai
bank Ca+, usus sebagai absorbs, dan ginjal sebagai organ ekskresi. Ketiga organ tersebut
mendapat pengaruh utama oleh sistem endokrin yang mengeluarkan hormon PTH,
vitamin D, dan kalsitonin (Sherwood, 2013).

b. Peran Hormon Paratiroid Terhadap Keseimbangan Kalsium dan Fosfat

PTH adalah suatu hormon peptida rantai lurus yang di sekresikan oleh kelenjar
paratiroid. Kelenjar paratiorid ini terdiri dari empat butir yang terletak masing masing ada
di belakang kelenjar tiroid sudut atas dan bawah. Kelenjar paratiroid ini mengandung dua
sel, yaitu sel utama chief cell dan sel oksifil. Sel utama inilah yang menghasilkan
sebagian besar PTH, sementara sel oksifil ini belum diketahui fungsinya, tetapi diketahui
mungkin sel ini merupakan modifikasi atau sel utama yang sudah tidak menghasilkan
PTH (Guyton, 2016).

Gambar 2 (Guyton, 2016).

PTH terdiri dari 84 asam amino, dimana hormon tersebut seperti yang dikatakan
diatas di sekresi di sel utama tepatnya di ribosomnya. Awalnya terdiri dari preproPTH
(115 asam amino), kemudian akan dipecah menjadi proPTH (90 asam amino).
Selanjutnya, proPTH akan menuju aparatus golgi dan 6 asam amino akan pecah sehingga
menjadi PTH(84 asam amino) yang kemudian akan disimpan di granula granula
sitoplasma (Guyton, 2016).

PTH ini mengatur Ca2+ dalam plasma dengan meningkatkan nya jika kadar
tersebut dibawah kadar normal atau hipokalsemia., dengan efek nya pada bank Ca2+
yaitu tulang, pada gastrointestinal dengan bantuan vitamin D yang akan meningkatkan
reabsorbsi, dan dalam ginjal dengan menghemat pengeluaran Ca2+ (Tortora, 2014).
Gambar 3 (Sherwood, 2013).

PTH juga bekerja secara tidak langsung pada usus halus untuk membantu
absorbsi Ca2+ dan PO43- serta pengaktifan vitamin D atau kalsiferol, dimana vitamin ini
dalam bentuk aktif atau dikenal dengan kalsitriol (1,25(OH)2 vit D3 yang sebenanya
berperan dalam meningkatkan absorbsi nya. (Sherwood, 2013)
Gambar 4 (Sherwood, 2013).

Dalam ginjal, hormon PTH memperlambat laju berkurangnya Ca2+ dan Mg2+
dari aliran darah menuju urin. PTH juga bekerja meningkatkan hilangnya HPO42- dari
darah ke dalam urin. HPO42- yang diperoleh dari tulng lebih sedikit dibandingkan yang
hilang dalam urin oleh sebab itu, PTH akan meningkatkan kadar Ca2+ DAN Mg+ dan
menurunkan kadar HPO42- dalam darah. Di ginjal terjadi pembentukan hormon kalsitriol
yang merupakan bentuk aktif dari vitamin D (Tortora, 2014).

c. Kalsitriol

Vitamin D atau kalsitriol bisa dianggap sebagai hormon karena dapat di produksi
di dalam tubuh sendiri, yaitu kulit ketika prekusornya (7dehidokolestrol) akan terpajan ke
sinar matahari dan kemudian akan dilepaskan ke dalam darah. Baik vitamin D dari kulit
maupun saluran cerna, awalnya dalam bentuk inaktif dan kemudian diubah menjadi
bentuk aktif yaitu kalsitriol Kalsitriol digunakan dalam saluran pencernaan untuk
meningkatkan penyerapan HPO42-, Ca2+, dan Mg+. Dalam pembentukannya hormon
kalsitriol membutuhkan bantuan dari PTH (Tortora, 2014).

Seperti yang dikatakan sebelumnya, fungsi kalsitriol ini adalah untuk


meningkatkan penyerapan Ca2+ dan PO43- di usus. Karena semua asupan Ca2+ yang
masuk tidak semuanya diserap dan diekskesikan, ketika dibutuhkan Ca2+ plasma lebih
banyak maka mekanisme ini dibawah kontrol kalsitriol yang juga meningkatkan fosfat.
Hormon steroid ini akan berikatan dengan reseptornya yaitu vitamin D reseptor (VDR) di
inti, yang akan mengatur transkripsi gen (Sherwood, 2013).

d. Kalsitonin

Pengaturan homeostasis kalsium dalam tubuh juga dilakukan oleh hormon


kalsitonin. Hormon kalsitonin di sekresikan oleh glandula thyroidea. Kalsitonin
dihasilkan oleh sel parafolikular atau sel C dengan bantuan hormone TSH. Kontrol
sekresi hormone kalsitonin dipengaruhi tinggi rendahnya kadar kalsium dalam darah
(Tortora, 2014).

Hormon Kalsitonin (CT) akan bekerja dengan cara umpan balik negatif. Kadar
CT yang tinggi dalam darah akan menginhibisi osteoklas dalam memecah matriks
ekstraseluler tulang dengan cara mengurangi kadar kalsium dan fosfat dalam darah.
Hormon kalsitonin berfungsi sebagai penghambat kerja osteoklas sebagai pemecah
matriks ekstraseluler tulang dan. Dengan menghambat kerja osteoklas CT dapat
menurunkan kadar kalsium dalam tubuh manusia. Kalsitonin juga memercepat ambilan
fosfat dan kalsium ke dalam matriks ekstrasluler tulang. (Tortora, 2014)

Efek kalsitonin pada tulang tidak hanya menghambat aktifitas osteoklas tapi juga
meningkatkan pengendapan kalsium dan fosfat di tulang. Perbedaan gender sendiri
memiliki pengaruh pada kadar kalsitonin dimana perempuan memiliki kadar kalsitonin
yang lebih rendah dibandingkan kadar kalsitonin pada laki-laki. Kadar kalsitonin juga di
pengaruhi oleh usia dimana semakin tua usia seseorang maka kadar kalsitonin juga akan
menurun. Sekresi kalsitonin selain di pengaruhi oleh kadar kalsium dalam darah, juga di
stimulasi oleh proses menelan makanan melalui stimulasi hormon gastrin. Selain itu,
kalsitonin memiliki pengaruh terhadap hormon kalsitriol yaitu dengan menstimulasi
produksi hormon kalstriol di ginjal. (Felsenfeld and Levine, 2015)
KESIMPULAN

1. Tubuh memiliki mekanisme dalam mengatur homeostasis kalsium dan fosfat


system endokrin.
2. Hormon paratiroid (PTH) , kalsitonin, dan vitamin D adalah hormon yang
mengontrol metabolisme kalsium (Ca2+) dan fosfat (PO43-).
3. Regulasi kalsium dan fosfat dapat dilakukan dengan penyerapan melalui
usus,deposisi dan penyerapan mineral pada tulang atau pada ginjal melalui
reabsorbsi
4. Hormon Paratiroid (Parathormon/PTH) berperan sebagai regulator utama dalam
mengatur metabolisme kalsium dan fosfat
5. Defisiensi vitamin D atau hormon paratiroid akan menimbulkan gangguan pada
tubuh
6. Hormone kalsitonin bekerja dengan mempengaruhi tulang dan ginjal.

DAFTAR PUSTAKA
1. Bergwitz, C. and Harald, J. (2017) ‘Regulation of Phosphate Homeostasis by PTH ,
Vitamin D , and FGF23’. doi: 10.1146/annurev.med.051308.111339.
2. Peacock, M. (2010) ‘Calcium Metabolism in Health and Disease’, pp. 23–30.
doi:10.2215/CJN.05910809.
3. Goltzman, D., Mannstadt, M. and Marcocci, C. (2018) ‘Physiology of the Calcium-
Parathyroid Hormone-Vitamin D Axis’, Frontiers of Hormone Research, 50, pp. 1–
13. doi: 10.1159/000486060.
4. Felsenfeld, A. J. and Levine, B. S. (2015) ‘Calcitonin, the forgotten hormone: Does it
deserve to be forgotten?’, Clinical Kidney Journal, 8(2), pp. 180–187. doi:
5. Sherwood, L. (2013). Fisologi Manusia Dari Sel ke Sistem. 8th edn. Jakarta: EGC
6. Guyton, A. (2016). Textbook of Medical Physiology. 12th ed. Philadelphia: Saunders
Elsevier
7. Tortora, G. J. (2014). Dasar Anatomi dan Fisiologi. 13th ed. Jakarta: ECG
8. Costanzo, L. S. (2011). Physiology. 5th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier

Anda mungkin juga menyukai