Anda di halaman 1dari 65

vvvv

ASKEP PARATIROID

Selasa, 04 Agustus 2015

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PARATIROID

OLEH :
KELOMPOK 5

NAMA : 1. MIRA SUSILAWATI

2. RISKY IKHWAN

3. SIGITION ADHA

4. SUHARDI

AKADEMI KEPERAWATAN SAPTA KARYA PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2014/2015

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................................... i

Daftar Isi .......................................................................................................................... ii

Bab 1 Laporan Pendahuluan

Konsep Dasar Penyakit

1.1 Pengertian............................................................................................................. 1-2

1.2 Etiologi................................................................................................................. 2-3

1.3 Patofisiologi......................................................................................................... 3-4

1.4 Manifestasi Klinis................................................................................................. 4-5

1.5 Komplikasi........................................................................................................... 5

1.6 Pemeriksaan Diagnostik....................................................................................... 6

1.7 Penatalaksanaan................................................................................................... 6-8

Asuhan Keperawatan

Pengkajian Keperawatan............................................................................................ 9

Diagnosa Keperawatan.............................................................................................. 10

Intervensi.................................................................................................................... 11

Implementasi.............................................................................................................. 12

Evaluasi Keperawatan................................................................................................ 12
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat Allah SWT yang telah meng-anugerahkan kepada kita sehingga penulis dapat
menyelesaikan askep ini, dengan sebaik-baiknya.

Adapun dalam penulisan ini penulis menyadari bahwa dalam penyusunan askep ini jauh dari
kesempurnaan karena masih banyak kesalahan dan kekurangan

Akhirnya kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang sudah mendukung penyusunan askep ini. Selanjutnya kami sangat mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca sehingga akan menumbuhkan rasa syukur kami kepada Rahmat Allah SWT dan
dalam hal perbaikan makalah ini kedepannya.

Palembang, Agustus 2015

Penulis
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Penyakit

1.1 Pengertian

Kelenjar paratiroid tumbuh dari jaringan endoderm, yaitu sulcus pharyngeus ketiga dan
keempat. Kelenjar paratiroid yang berasal dari sulcus pharyngeus keempat cenderung bersatu dengan
kutub atas kelenjar tiroid yang membentuk kelenjar paratiroi dibagian cranial. Kelenjar yang berasal dari
sulcus pharyngeus ketiga merupakan kelenjar paratiroid bagian kaudal, yang kadang menyatu dengan
kutub bawah tiroid. Akan tetapi, sering kali posisinya sangat bervariasi.

Kelenjar paratiroid bagian kaudal ini bias dijumpai pada posterolateral kutub bawah kelenjar
tiroid, atau didalam timus, bahkan berada dimediastinum. Kelenjar paratiroid kadang kala di jumpai di
dalam parenkim kelenjar tiroid Secara normal ada empat buah kelenjar paratiroid pada manusia, yang
terletak tepat dibelakang kelenjar tiroid, dua tertanam di kutub superior kelenjar tiroid dan dua dikutub
inferiornya. Namun, letak masing-masing paratiroid dan jumlahnya dapat cukup bervariasi, jaringan
paratiroid kadang-kadang ditemukan di mediastinum.Setiap kelenjar paratiroid panjangnya kira-kira 6
milimeter, lebar 3 milimeter, dantebalnya dua millimeter dan memiliki gambaran makroskopik lemak
coklat kehitaman.

Kebanyakan pasien dengan kelainan hormon paratiroid mengalami gangguan dari metabolisme
kalsium dan fosfat. Adapun penyakit yang disebabkan oleh kelainan hormon paratiroid yakni
hipoparatiroid dan hiperparatiroid. Penyebab kelainan hormon paratiroid sendiri secara spesifik belum
diketahui, namun penyebab yang biasa ditemukan yakni hiperplasia paratiroid, adenoma soliter dan
karsinoma paratiroid.

Hipoparatiroid terjadi akibat hipofungsi paratiroid atau kehilangan fungsi kelenjar paratiroid
sehingga menyebabkan gangguan metabolisme kalsium dan fosfor; serum kalsium menurun (bisa sampai
5 mg %), serum fosfor meninggi (9,5-12,5 mg%). Keadaan ini jarang sekali ditemukan dan umumnya
sering sering disebabkan oleh kerusakan atau pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi
paratiroid atau tiroid, dan yang lebih jarang lagi ialah tidak adanya kelenjar paratiroid (secara congenital).

Hiperparatiroid adalah suatu keadaan dimana kelenjar-kelenjar paratiroid memproduksi lebih


banyak hormon paratiroid dari biasanya. Pada pasien dengan hiperparatiroid, satu dari keempat kelenjar
paratiroid yang tidak normal dapat membuat kadar hormon paratiroid tinggi tanpa mempedulikan kadar
kalsium. dengan kata lain satu dari keempat terus mensekresi hormon paratiroid yang banyak walaupun
kadar kalsium dalam darah normal atau meningkat.

Jika jumlah hormon paratiroid yang disekresi lebih banyak daripada yang dibutuhkan
maka ini kita sebut hiperparatiroid primer. Jika jumlah yang disekresi lebih banyak karena
kebutuhan dari tubuh maka keadaan ini disebut hiperparatiroid sekunder.
1.2 Etiologi

Salah satu penyebab hiperparatiroidisme dari banyaknya hiperfungsi kelenjar paratiroid adalah
adenoma soliter (penyakit von Recklinghausen). Secara umum bahwa kelainan kelenjar yang biasanya
tunggal ditemukan ± 80 %. Kelainan pada kelenjar biasanya neoplasma yang benigna atau adenoma
sedangkan paratiroid karsinoma sangat jarang. Beberapa ahli bedah dan ahli patologis melaporkan
bahwa pembesaran dari kelenjar yang multiple umumnya jenis adenoma yang ganda. Pada ± 15 % pasien
semua kelenjar hiperfungsi, contohnya chief cell parathyroid hyperplasia, biasanya herediter dan
frekuensinya berhubungan dengan kelainan endokrin lainnya, yaitu Multiple Endocrine Neoplasia (MEN).
Hiperparatiroidisme yang herediter dapat terjadi tanpa kelainan endokrin lainnya tetapi biasanya bagian
dari Multiple Endocrine Neoplasia syndrome. MEN 1 (Wermer’s syndrome) terdiri dari
hiperparatiroidisme dan tumor dari pituitary dan pancreas, juga berhubungan dengan hipersekresi
gaster dan ulkus peptikum (Zollinger-Ellison syndrome).

1.3 Patofisiologi

Hiperparatiroidisme dapat bersifat primer (yaitu yang disebabkan oleh hiperplasiaatau


neoplasma paratiroid) atau sekunder, dimana kasus biasanya berhubungan dengan gagal ginjal kronis.
Pada 80% kasus, hiperparatiroidisme primer disebabkan oleh adenoma paratiroid jinak ; 18% kasus
diakibatkan oleh hyperplasia kelenjar paratiroid: dan 2% kasusdisebabkan oleh karsinoma paratiroid
(damjanov,1996). Normalnya terdapat empatkelenjar paratiroid. Adenoma atau karsinoma paratiroid
ditandai oleh pembesaran satukelenjar, dengan kelenjar lainnya tetap normal. Pada hiperplasia
paratiroid, keempatkelenja membesar.

Karena diagnosa adenoma atau hiperplasia tidak dapat ditegakan preoperatif, jadi penting bagi
ahli bedah untuk meneliti keempat kelenjar tersebut. Jika teridentifikasi salah satu kelenjar tersebut
mengalami pembesaran adenomatosa, biasanyakelenjar tersebut diangkat dan laninnya dibiarkan utuh.
Jika ternyata keempat kelenjar tersebut mengalami pembesaran ahli bedah akan mengangkat ketiga
kelenjar dan meninggalkan satu kelenjar saja yang seharusnya mencukupi untuk mempertahankan
homeostasis kalsium-fosfat. Hiperplasia paratiroid sekunder dapat dibedakan dengan hiperplasia primer,
karena keempat kelenjar membesar secara simetris. Pembesaran kelanjar paratiroid dan hiperfungsinya
adalah mekanisme kompensasi yang dicetuskan oleh retensi format dan hiperkalsemia yang berkaitan
dengan penyakit ginjal kronis. Osteomalasia yang disebabkan oleh hipovitaminosis D, seperti pada
riketsia, dapat mengakibatkan dampak yang sama.Hiperparatiroidisme ditandai oleh kelebihan PTH
dalam sirkulasi. PTH terutama bekerja pada tulang dan ginjal. Dalam tulang, PTH meningkatkan resorpsi
kalsium darilimen tubulus ginjal. Dengan demikian mengurangi eksresi kalsium dalam urine. PTH juga
meningkatkan bentuk vitamin D3 aktif dalam ginjal, yang selanjutnya memudahkanambilan kalsium dari
makanan dalam usus. Sehingga hiperkalsemia dan hipofosatmia kompensatori adalah abnormlitas
biokimia yang dideteksi melalui analisis darah.Konsentrasi PTH serum juga meningkat.

Produksi hormone paratiroid yang berlebih disertai dengan gagal ginjal dapat menyebabkan
berbagai macam penyakit tulang, penyakit tulang yang sering terjadi adalahosteitis fibrosa cystica, suatu
penyakit meningkatnya resorpsi tulang karena peningkatankadar hormon paratiroid. Penyakit tulang
lainnya juga sering terjadi pada pasien, tapitidak muncul secara langsung.Kelebihan jumlah sekresi PTH
menyebabkan hiperkalsemia yang langsung bisamenimbulkan efek pada reseptor di tulang, traktus
intestinal, dan ginjal. Secara fisiologissekresi PTH dihambat dengan tingginya ion kalsium serum.
Mekanisme ini tidak aktif pada keadaan adenoma, atau hiperplasia kelenjar, dimana hipersekresi PTH
berlangsung bersamaan dengan hiperkalsemia. Reabsorpsi kalsium dari tulang dan peningkatanabsorpsi
dari usus merupakan efek langsung dari peningkatan PTH. Pada saat kadar kalsium serum mendekati 12
mg/dL, tubular ginjal mereabsorpsikalsium secara berlebihan sehingga terjadi keadaan hiperkalsiuria.
Hal ini dapatmeningkatkan insidens nefrolithiasis, yang mana dapt menimbulkan penurunan
kreaniniklearens dan gagal ginjal. Peningkatan kadar kalsium ekstraselular dapat mengendap pada
jaringan halus. Rasa sakit timbul akibat kalsifikasi berbentuk nodul pada kulit, jaringan subkutis, tendon
(kalsifikasi tendonitis), dan kartilago (khondrokalsinosis).Vitamin D memainkan peranan penting dalam
metabolisme kalsium sebab dibutuhkanoleh PTH untuk bekerja di target organ.

1.4 Manifestasi Klinis

Pasien mungkin tidak atau mengalami tanda-tanda dan gejala akibat terganggunya beberapa
sistem organ. Gejala apatis, keluhan mudah lelah, kelemahan otot, mual,muntah, konstipasi, hipertensi
dan aritmia jantung dapat terjadi; semua ini berkaitandengan peningkatan kadar kalsium dalam darah.
Manifestasi psikologis dapat bervariasimulai dari emosi yang mudah tersinggung dan neurosis hingga
keadaan psikosis yangdisebabkan oleh efek langsung kalsium pada otak serta sistem saraf. Peningkatan
kadar kalsium akan menurunkan potensial eksitasi jaringan saraf dan otot.

Pembentukan batu pada salah satu atau kedua ginjal yang berkaitan dengan peningkatan
ekskresi kalsium dan fosfor merupakan salah satu komplikasihiperparatiroidisme primer. Kerusakan ginjal
terjadi akibat presipitasi kalsium fosfatdalam pelvis da ginjal parenkim yang mengakibatkan batu ginjal
(rena calculi), obstruksi, pielonefritis serta gagal ginjal.Gejala muskuloskeletal yang menyertai
hiperparatiroidisme dapat terjadi akibatdemineralisasi tulang atau tumor tulang, yang muncul berupa
sel-sel raksasa benignaakibat pertumbuhan osteoklast yang berlebihan. Pasien dapat mengalami nyeri
skeletaldan nyeri tekan, khususnya di daerah punggung dan persendian; nyeri ketika menyanggatubuh;
fraktur patologik; deformitas; dan pemendekkan badan. Kehilangan tulang yang berkaitan dengan
hiperparatiroidisme merupakan faktor risiko terjadinya fraktur.Insidens ulkus peptikum dan prankreatis
meningkat pada hiperparatiroidisme dandapat menyebabkan terjadinya gejala gastroitestinal.

1.5 Komplikasi

1. Peningkatan ekskresi kalsium dan fosfor

2. Dehidrasi

3. Batu ginjal

4. Hiperkalsemia

5. Osteoklastik
6. Osteitis fibrosa cystica

1.6 Pemeriksaan Diagnostik

Laboratorium:

1. Kalsium serum meninggi

2. Fosfat serum rendah

3. Fosfatase alkali meninggi

4. Kalsium dan fosfat dalam urin bertambah

Foto Rontgen:

1. Tulang menjadi tipis, ada dekalsifikasi

2. Cystic-cystic dalam tulang

3. Trabeculae di tulangPA: osteoklas, osteoblast, dan jaringan fibreus bertambah

1.7 Penatalaksanaan

1. Penyembuhan Hiperparatiroid primer

Operasi pengangkatan kelenjar yang semakain membesar adalah penyembuhan utama untuk
95% penderita hiperparatiroidisme. Apabila operasi tidak memungkinkan atau tidak diperlukan, berikut
ini tindakan yang dapat dilakukan untuk menurunkan kadar kalsium:

a. Memaksakan cairan

b. Pembatasan memakan kalsium

c. Mendorong natrium dan kalsium diekskresikan melalui urin dengan menggunakan larutan ga5ram
normal, pemberiaqn Lasix, atau Edrecin.

d. Pemberian obat natrium, kalium fosfat, kalsitonin, Mihracin atau bifosfonat.

e. Obati hiperkalsemia dengan cairan, kortikosteroid atau mithramycin)

f. Operasi paratiroidektomi

g. Obati penyakit ginjal yang mendasarinya

2. Penyembuhan hiperparatiroid sekunder


Tidak seperti hiperparatiroidisme, manajemen medis adalah hal yang utama untuk perawatan
hiperparatiroidisme sekunder. Penyembuhan dengan calcitriol dan kalsium dapat mencegah atau
meminimalisir hiperparatiroidisme sekunder. Kontrol kadar cairan fosfat dengan diet rendah fosfat juga
penting.Pasien yang mengalami predialysis renal failure, biasanya mengalami peningkatan kadar hormon
paratiroid. Penekanan sekresi hormon paratiroid dengan low-dose calcitriol mungkin dapat mencegah
hiperplasia kelenjar paratiroid dan hiperparatiroidisme sekunder.Pasien yang mengalami dialysis-
dependent chronic failure membutuhkan calcitriol, suplemen kalsium, fosfat bebas aluminium, dan
cinacalcet (sensipar) untuk memelihara level cairan kalsium dan fosfat. Karena pasien dialysis relatif
rentan terhadap hormon paratiroid.Pasien yang mengalami nyilu tulang atau patah tulang, pruritus, dan
calciphylaxis perlu perawatan dengan jalan operasi. Kegagalan pada terapi medis untuk mengontrol
hiperparatiroidisme juga mengindikasikan untuk menjalani operasi. Umumnya, jika level hormon
paratiroid lebih tinggi dari 400-500 pg/mL setelah pengoreksian kadar kalsium dan level fosfor dan
tebukti adanya kelainan pada tulang, pengangkatan kelenjar paratiroid sebaiknya dipertimbangkan.

3. Penyembuhan hiperparatiroid tersier

Terapi yang dianjurkan bagi pasien hiperparatiroidisme primer adalah tindakan bedah untuk
mengangkat jaringan paratiriod yang abnormal. Namun demikian, pada sebagian pasien yang
asimtomatik disertai kenaikaan kadar kalsium serum ringan danfungsi ginjal yang normal, pembedahan
dapat ditunda dan keadaan pasien dipantaudengan cermat akan adanya kemungkinan bertambah
parahnya hiperkalsemia,kemunduran kondisi tulang, gangguan ginjal atau pembentukan batu ginjal
(renal calculi). Dehidrasi karena gangguan pada ginjal mungkin terjadi, maka
penderitahiperparatiroidisme primer dapat menderita penyakit batu ginjal. Karena itu, pasiendianjurkan
untuk minum sebanyak 2000 ml cairan atau lebih untuk mencegahterbentuknya batu ginjal. Jus buah
yang asam dapat dianjurkan karena terdapat bukti bahwa minuman ini dapat menurunkan pH urin.
Kepada pasien diuminta untuk melaporkan manifestasi batu ginjal yang lain seperti nyeri abdomen dan
hemapturia.Pemberian preparat diuretik thiazida harus dihindari oleh pasien hiperparatiroidisme primer
karena obat ini akan menurunkan eksresi kalsium lewat ginjal dan menyebabkankenaikan kadar kalsium
serum. Disamping itu, pasien harus mengambil tindakan untuk menghindari dehidrasi. Karena adanya
resiko krisis hiperkalsemia, kepada pasien harus diberitahukan untuk segera mencari bantuan medis jika
terjadi kondisi yangmenimbulkan dehidrasi (muntah, diare). Mobilitas pasien dengan banyak berjalan
atau penggunaan kursi goyang harus diupayakan sebanyak mungkin karena tulang yang mengalami
stress normal akan melepaskan kalsium merupakan predisposisi terbentuknya batu ginjal. Pemberian
fosfat per oral menurunkan kadar kalsium serum pada sebagian pasien. Penggunaan jangka panjang
tidak dianjurkan karena dapat mengakibatkan pengendapan ektopik kalsium fosfat dalam jaringan lunak.
Diet dan obat-obatan. Kebutuhan nutrisi harus dipenuhi meskipun pasien dianjurkan untuk menghindari
diet kalsium terbatas atau kalsium berlebih. Jika pasien juga menderita ulkus peptikum, ia memerlukan
preparat antasid dan diet protein yangkhusus. Karena anoreksia umum terjadi, peningkatan selera
makan pasien harusdiupayakan. Jus buah, preparat pelunak feses dan aktivitas fisik disertai dengan
peningkatan asupan cairan akan membantu mengurangi gejal konstipasi yang merupakanmasalah
pascaoperatif yang sering dijumpai pada pasien-pasien ini.
1.8 B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian Keperawatan adalah proses sistematis dari perkumpulan, verifikasi, dan komunikasi data
tentag klien.

1) Identitas Pasien

Meliputi Nama pasien, Jenis Kelamin, Umur, Alamat, Pekerjaan, Status Pasien, Tanggal Masuk, Tanggal
Pengkajian dll.

2) Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama

Demam tinggi sekitar 3 minggu, mual, muntah, tidak nafsu makan, nyeri kepala.

b. Riwayat penyakit sekarang

Tanyakan kepada keluarga sejak kapan klien mulai demam dan merasakan keluhan-keluhan seperti
diatas, tindakan apa yang sudah dilakukan keluarga untuk menanggulanginya.

c. Riwayat penyakit keluarga

Tanyakan apakah ada keluarga yang menderita penyakit seperti ini.

d. Riwayat penyakit dahulu

Tanyakan tentang riwayat penyakit infeksi terdahulu, apakah klien pernah menderita penyakit ini
sebelumnya.

e. Riwayat psikososial

Tanyakan tentang kebiasaan kliaen dan keluarga sehari-hari baik tentang kebersihan diri ataupun
lingkungan, kebiasaan makan, tingkat pengetahuan keluarga tentang kesehatan.

2. Diagnosa Keperawatan

Risiko terhadap cidera yang berhubungan dengan demineralisasi tulang yang mengakibatkan fraktur
patologi.

Perubahan eliminasi urine yang berhubungan dengan keterlibatan ginjal sekunder terhadap
hiperkalsemia dan hiperfosfatemia.

Perubahan nutrisi yang berubahan dengan anorexia dan mual.Konstipasi yang berhubungan dengan efek
merugikan dari hiperparatiroidisme pada saluran gastrointestinal.

3. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan : Risiko terhadap cidera yang berhubungan dengan demineralisasi tulang
yang mengakibatkan fraktur patologi.

Tujuan : Klien tidak akan menderita cidera, seperti yang ditunjukkan oleh tidak terdapatnya
fraktur patologi.

Intervensi Keperawatan :

1. Lindungi klien dari kecelakaan jatuh, karena klien rentan untuk mengalami fraktur patologis bahkan
oleh benturan ringan sekalipun.Bila klien mengalami penurunan kesadaran pasanglah tirali
tempattidurnya.

2. Hindarkan klien dari satu posisi yang menetap, ubah posisi kliendengan hati-hati.

3. Bantu klien memenuhi kebutuhan sehari-hari selama terjadi kelemahanfisik.

4. Atur aktivitas yang tidak melelahkan klien.

5. Ajarkan cara melindungi diri dari trauma fisik seperti cara mengubah posisi tubuh, dan cara berjalan
serta menghindari perubahan

6. posisi yang tiba-tiba.

7. Ajarkan klien cara menggunakan alat bantu berjalan bila dibutuhkan.Anjurkan klien agar berjalan
secara perlahan-lahan.

2. Diagnosa Keperawatan : Perubahan eliminasi urine yang berhubungan dengan keterlibatan ginjal
sekunder terhadap hiperkalsemia dan hiperfosfatemia.

Tujuan : Klien akan kembali pada haluaran urine normal, seperti yang ditunjukkan
oleh tidak terbentuknya batu dan haluaran urine 30 sampai 60ml/jam.

Intervensi Keperawatan :

Perbanyak asupan klien sampai 2500 ml cairan per hari. Dehidrasi merupakan hal yang berbahaya bagi
klien dengan hiperparatiroidismekarena akan meningkatkan kadar kalisum serum dan memudahkan
terbentuknya batu ginjal.

Berikan sari buahn canbery atau prune untuk membantu agar urine lebih bersifat asam. Keasaman urine
yang tinggi membantumencegah pembentukkan batu ginjal, karena kalsium lebih mudah larut dalam
urine yang asam ketimbang urine yang basa.

3. Diagnosa Keperawatan : Perubahan nutrisi yang berubahan dengan anorexia dan mual.

Tujuan : Klien akan mendapat masukan makanan yang mencukupi, seperti yang
dibuktikan oleh tidak adanya mual dan kembali pada atau dapat mempertahankan berat badan ideal.

Intervensi Keperawatan :
1. Berikan dorongan pada klien untuk mengkonsumsi diet rendah kalsium untuk memperbaiki
hiperkalsemia.

2. Jelaskan pada klien bahwa tidak mengkonsumsi susu dan produk susu dapat menghilangkan
sebagian manifestasi gastrointestinal yang tidak menyenangkan.

3. Bantu klien untuk mengembangkan diet yang mencakup tinggi kalori tanpa produk yang
mengandung susu.

4. Rujuk klien ke ahli gizi untuk membantu perencanaan diet klien.

4. Diagnosa Keperawatan : Konstipasi yang berhubungan dengan efek meru-gikan dari


hiperparatiroidisme pada saluran gastrointestinal.

Tujuan : Klien akan mempertahankan BAB normal, seperti pada yang dibuktikan oleh
BAB setiap hari (sesuai dengan kebiasaan klien).

Intervensi Keperawatan :

Upayakan tindakan yang dapat mencegah konstipasi dan pengerasan fekal yang diakibatkan oleh
hiperkalsemia.

Bantu klien untuk tetap dapat aktif sesuai dengan kondisi yang memungkinkan.

Tingkatkan asupan cairan dan serat dalam diet. Klien harus minum sedikitnya enam sampai delapan
gelas per hari kecuali bila ada kontra indikasi.

Jika konstipasi menetak meski sudah dilakukan tindakan, mintakan pada dokter pelunak feses atau
laksatif.

4. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan Tindakan atau Implementasi adalah pemberian tindakan keperawatan yang dilaksanakan
untuk mencapai tujuan rencana tindakan yang telah disusun setiap tindakan keperawatan yang dilakukan
dan dicatatat dalam pencatatan keperawatan agar tindakan keperawatan terhadap klien berlanjut.
5. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai
kemungkinan terjadi pada tahap evaluasi adalah masalah dapat diatasi, masalah teratasi sebagian,
masalah belum teratasi atau timbul masalah yang baru.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Faruq. 2009. Penyakit tiroid dan paratiroid. www.farospots.blogspots.com; diakses tanggal 20
April 2009

Doengoes, Marylin, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC.

Suddarth dan Brunner. 2001. Keperawatan Medikal bedah vol.2. EGC: Jakarta.

http://muslimahwatyyahoocoid.blogspot.com/2010/07/tugas-kmb-iii-sistem-endokrim.html

Ganong.1998.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:EGC Rumahorbor,Hotma.1999.

Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin.

Jakarta:EGC.Smeltzer, Suzzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &Suddarth


Ed.8.Jakarta: EGC.Kozier, et al.1993.

Fundamental of nursing

. California: Addison-Wesley PublishingCompany.

https://www.scribd.com/doc/128920943/ASKEP-Ganguan-Kelenjar-Paratiroid
Mira Susilawati di 21.02

Berbagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beranda

Lihat versi web

Mengenai Saya

Foto saya

Mira Susilawati

Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

My Nursing Blog

Asuhan Keperawatan Hiperparatiroid

Juli 03, 2017


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penderita dengan kelainan hormon paratiroid, tidak tampak jelas pada kehidupan sehari-hari.
Kebanyakan pasien dengan kelainan hormon paratiroid mengalami gangguan dari metabolisme kalsium
dan fosfat. Adapun penyakit yang disebabkan oleh kelainan hormon paratiroid yakni hipoparatiroid dan
hiperparatiroid. Penyebab kelainan hormon paratiroid sendiri secara spesifik belum diketahui, namun
penyebab yang biasa ditemukan yakni hiperplasia paratiroid, adenoma soliter dan karsinoma paratiroid.
Parathormon yang meningkat menyebabkan resorpsi tulang, ekskresi ginjal menurun dan absorpsi
kalsium oleh usus meningkat. Pada keadaan ini dapat menyebabkan peningkatan sekresi kalsium
sehingga manifestasi klinis yang terjadi pada kerusakan pada area tulang dan ginjal.Prevalensi penyakit
hipoparatiroid di Indonesia jarang ditemukan. Kira-kira 100 kasus dalam.

Setahun yang dapat diketahui, sedangkan di negara maju seperti Amerika Serikat penderita penyakit
hipoparatiroid lebih banyak ditemukan, kurang lebih 1000 kasus dalam setahun. Pada Wanita
mempunyai resiko untuk terkena hipoparatiroidisme lebih besar dari pria. Prevalensi penyakit
hiperparatiroid di Indonesia kurang lebih 1000 orang tiap tahunnya. Wanita yang berumur 50 tahun
keatas mempunyai resiko yang lebih besar 2 kali dari pria.

Di Amerika Serikat sekitar 100.000 orang diketahui terkena penyakit hiperparatiroid tiap tahun.
Perbandingan wanita dan pria sekitar 2 banding 1. Pada wanita yang berumur 60 tahun keatas sekitar 2
dari 10.000 bisa terkena hiperparatiroidisme. Hiperparatiroidisme primer merupakan salah satu dari 2
penyebab tersering hiperkalsemia; penyebab yang lain adalah keganasan. Kelainan ini dapat terjadi pada
semua usia tetapi yang tersering adalah pada dekade ke-6 dan wanita lebih serinbg 3 kali dibandingkan
laki-laki. Insidensnya mencapai 1:500-1000. Bila timbul pada anak-anak harus dipikirkan kemungkinan
endokrinopati genetik seperti neoplasia endokrin multipel tipe I dan II.

Kelenjar paratiroid berfungsi mensekresi parathormon (PTH), senyawa yang membantu memelihara
keseimbangan dari kalsium dan phosphorus dalam tubuh. Oleh karena itu yang terpenting hormon
paratiroid penting sekali dalam pengaturan kadar kalsium dalam tubuh sesorang. Dengan mengetahui
fungsi dan komplikasi yang dapat terjadi pada kelainan atau gangguan pada kelenjar paratiroid ini maka
perawat dianjurkan untuk lebih peka dan teliti dalam mengumpulkan data pengkajian awal dan
menganalisa suatu respon tubuh pasien terhadap penyakit, sehingga kelainan pada kelenjar paratiroid
tidak semakin berat.
B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian hiperparatiroid?

2. Apa etiologi hiperparatiroid?

3. Bagaimana patofisiologi hiperparatiroid?

4. Bagaimana manifestasi klinik hiperparatiroid?

5. Apa pemeriksaan diagnostik hiperparatiroid?

6. Komplikasi apa saja yg bisa terjadi pada penderita hiperparatiroid?

7. Bagaimana penatalaksanaan hiperparatiroid?

8. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan hiperparatiroid?

C. Tujuan

1. Memahami pengertian hiperparatiroid

2. Mampu memahami etiologi hiperparatiroid

3. Memahami patofisiologi hiperparatiroid

4. Mampu memahami manifestasi klinik hiperparatiroid

5. Mampu memahami pemeriksaan diagnosk hiperparatiroid

6. Mampu memahami komplikasi hiperparatiroid

7. Mampu memahami penatalaksanaan hiperparatiroid

8. Mampu memahami konsep dasar asuhan keperawatan hiperparatiroid

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi institusi pendidikan


a. Dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam pembelajaran atau perkuliahan mengenai konsep
dasar dan konsep keperawatan yang berhubungan dengan penyakit Hernia Nukleus Pulposus

2. Bagi profesi keperawatan

a. Dapat menjadi penambah pengetahuan mengenai konsep dasar dan konsep keperawatan
khususnya dalam melakukan praktik kesehatan serta dalam proses pembuatan ASKEP

3. Bagi penulis

a. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang konsep dasar dan konsep keperawatan mengenai
penyakit Hernia Nukleus Pulposus, serta dapat dijadikan sebagai panduan belajar dan dalam pembuatan
asuhan keperawatan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep dasar medis

1. Definisi

Hiperparatiroidisme merupakan keadaan sekresi berlebihan hormone paratiroid dari satu atau lebih
diantara empat kelenjar paratiroid.Hormone paratiroid meningkatkan resorpsi tulang dan hipersekresi
hormone tersebut menyebabkan hiperkalasemia serta hipofostemia. Absorbsi kalsium melalui ginjal dan
traktus GI akan meningkat. (Kowalak, Welsh, 2016)

2. Etiologi

Hiperparatiroidisme dapat bersifat primer atau sekunder. Pada hiperparatiroidisme primer :


a. Satu atau lebih kelenjar paratiroid membesar serta meningkatkan sekresi hormone paratiroid dan
kadar kalsium serum, keadaan ini paling sering disebabkan oleh adenoma yang tunggal tetapi bisa juga
merupakan komponen pada neoplasia endokrin multiple

Pada hiperparatiroidisme sekunder terdapat kelainan di luar kelenjar paratiroid yang menimbulkan
hipokalsemia sehingga hormone paratiroid diproduksi secara berlebihan untuk mengimbanginya.
Penyebab hiperparatiroidisme sekunder ini meliputi :

a. Riketsia, defisiensi vitamin D, gagl ginjal kronis dan osteomalasia yang disebabkan oleh feniton
(Kowalak, Welsh, 2016)

3. Patofisiologi

Overproduksi hormone paratiroid oleh tumor atau jaringan yang mengalami hyperplasia akan
meningkatkan absropsi kalsium dalam usus, mengurangi klirens kalsium mellaui ginjal, dan
meningkatkan pelepasan kalsium dari tulang. Respons terhadap keadaan yang berlebihan ini bervariasi
pada pasien karena alas an yang tidak diketahui.

Hipofosfatemia akan terjadi ketika hormone paratiroid yang berlebihan menghambat reabsorpsi fosfat
dalam tubulus renal. Hipofosfatemia memperburuk keadaan hiperparatiroidisme dengan meningkatkan
sensitivitas tulang terhadap hormone paratiroid. (Kowalak, Welsh, 2016)

4. Manifestasi klinis

Tanda dan gejala hiperparatiroidisme primer terjadi karena hiperkalsemia dan secara khas terdapat pada
beberapa system tubuh. Tanda dan gejala tersebut dapat meliputi :

a. Poliuria, nefrokalsinosis, nokturia, polidipsia, dehidrasi, gejala uremia, kolik renal, nefrolitiasis dan
insufisiensi renal

b. Nyeri dan rasa pegal yang tidak jelas, artargia, pembengkakan local

c. Nyeri punggung bawah yang kronis dan keadaan mudah fraktur akibat degenerasi tulang, nyeri
tekan pada tulang, kondrokalsinosis, osteopenia serta osteoporosis, khususnya pada vertebra, erosi
permukaan juksta-artikuler, fraktur subkondrium, sinovitis traumatika, dan pseudogout

d. Pancreatitis yang menyebabkan nyeri epigastrium yang berat serta menetap dan menjalar hingga
daerah punggung, ulkus peptikum yang menyebabkan nyeri abdomen, anoreksia, mual dan muntah

e. Kelemahan dan atrofi otot khususnya pada tungkai

f. Gangguan psikomotor dan kepribadian, ketidakstabilan emosi, depresi, daya piker yang lambat.
Letargi, ataksia, psikosis yang nyata, stupor dan mungkin pula koma

g. Pruritus yang disebabkan oleh klasifikasi ektopik pada kulit


h. Nekrosis kulit, katarak, mikrotrombus kalsium pada paru-paru serta pancreas, anemia dan
klasifikasi subkutan

Hiperparatiroidisme sekunder dapat menghasilkan gambaran ketidakseimbangan kalsium yang sama


dengan deformitas skeletal pada tulang panjang dan gejala penyakit yang mendasari. (Kowalak, Welsh,
2016)

5. Komplikasi

Komplikasi hiperparatiroidisme meliputi :

a. Fraktur patologis

b. Kerusakan renal

c. Infeksi saluran kemih

d. Hipertensi

e. Aritmia jantung

f. Hipersekresi insulin, penurunan sensitivitas insulin

g. Pseudogout (Kowalak, Welsh, 2016)

6. Interpretasi hasil tes

a. Serum kalsium naik

b. Serum PTH naik

c. Serum fosfat rendah

d. Urine kalsiu naik

e. Adanya tumor paratiroid ditunjukkan dalam ultrasound

f. Biopsi untuk tumor paratiroid (Digiulio, 2014)

7. Penatalaksanaan

a. Penanganan penyakit yang primer meliputi :

1) Pembedahan untuk mengangkat adenoma atau mengangkat semua kelenjar paratiroid dengan
menyisakan hanya satu kelenjar

2) Terapi untuk mengurangi kadar kalsium, seperti pemberian infuse cairan secara paksa
3) Pemberian natrium atau kalium fosfat er oral, penyuntikan kalsitonim subkutan, penyuntikan
plikamisin IV

4) Penyuntikan larutan magnesium dan fosfat atau pemberian natrium fosfat per oral atau enema
retensi

b. Penanganan penyakit yang sekunder meliputi :

1) Vitamin D untuk mengoreksi penyebab hyperplasia paratiroid yang mendasari

2) Terapi dialysis pada pasien gagal ginjal untuk mengurangi kadar fosfor

3) Kelenjar yang membesar mungkin tidak bisa kembali kepada ukuran dan fungsi normal sekalipun
kadar kalsium sudah terkontrol pada pasien hiperparatiroidisme sekunder yang kronis

4) Untuk keadaan hiperkalsemia yang berat atau bagi pasien denga gejala yang berat, pemberian
kalsitonin preparat yang bekerja cepat dilakukan bersama terapi hidrasi, pemberian pemidronat preparat
yang bekerja lambat mungkin harus dimulai untuk memberikan efek jangka panjang.(Kowalak, Welsh,
2016)

B. Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian

a. Data Demografi

Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan,
suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya.

b. Riwayat Sakit dan Kesehatan

1) Keluhan Utama : Sakit kepala, kelemahan, lethargi dan kelelahan otot. Gangguan pencernaan
seperti mual, muntah, anoreksia, obstipasi, dan nyeri lambung yang akan disertai penurunan berat
badan. Nyeri tulang dan sendi.

2) Riwayat Penyakit Sekarang

3) Riwayat Penyakit Dahulu : Diantaranya riwayat trauma/ fraktur.

4) Riwayat penyakit keluarga: Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga dengan hiperparatiroid

c. Pengkajian psiko-sosio-spiritual: Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental,


kesulitan mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur
pembedahan, adanya perubahan peran.

d. Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )


1) Breath (B1): Gejala: nafas pendek, dispnea nocturnal paroksimal, batuk dengan / tanpa sputum
kental dan banyak. Tanda: takipnea, dispnea, peningkatan frekensi/kedalaman (pernafasan Kussmaul)

2) Blood (B2): Gejala: Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi, Tanda: hipertensi (nadi kuat,
edema jaringan, pitting pada kaki, telapak tangan), disritmia jantung, pucat, kecenderungan perdarahan.

3) Brain (B3): Gejala: penurunan daya ingat, depresi, gangguan tidur, koma. Tanda: gangguan status
mental, penurunan tingkat kesadaran, ketidak mampuan konsentrasi, emosional tidak stabil

4) Bladder (B4): Gejala: penurunan frekuensi urine, obstruksi traktus urinarius, gagal fungsi ginjal
(gagal tahap lanjut), abdomen kembung,diare, atau konstipasi. Tanda: perubahan warna urine, oliguria,
hiperkalsemia, Batu ginjal biasanya terdiri dari kalsium oksalat atau kalsium fosfat

5) Bowel (B5): Gejala: anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan. Tanda: distensi abdomen,
perubahan turgor kulit, kelainan lambung dan pankreas(tahap akhir), Ulkus peptikum.

6) Bone (B6): Gejala: kelelahan ekstremitaas, kelemahan, malaise. Tanda: penurunan rentang gerak,
kehilangan tonus otot, kelemahan otot, atrofi otot

7) Integritas ego: Gejala: faktor stress (finansial, hubungan). Tanda: menolak, ansietas, takut, marah,
mudah tersinggung, perubahan kepribadiann.

2. Diagnosis Keperawatan

a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi

b. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme

c. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung

d. Ketidakseimbangan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis

e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan hormonal

f. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan metabolisme

g. Retensi urine berhubungan dengan inhibisi arkus refleks

h. Diare berhubungan dengan malabsorpsi

3. Intervensi Keperawatan

No
Diagnosis Keperawatan

NOC

NIC

1.

Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi

Definisi :

Inspirasi dan/ atau ekspirasi yang tidak member fentilasi adekuat

Batasan karakteristik:

1. Takipnea

2. Pola napas abnormal

3. Penuran kapasitas fital

4. Peningkatan diameter anterio-posterior

5. Takikardi

NOC :

- Status pernapasan

- Status pernapasan : ventilasi

- Kelelahan : efek yang menggangu

Kriteria hasil :

- Kedalam inspirasi dengan skala target outcome dipertahankan pada skala 2 (deviasi yang cukup berat
dari kisaran normal) ditingkatkan ke skala 4 (deviasi ringan dari kisaran normal)

- Retraksi dinding dada dengan skala target outcome dipertahankan pada skala 2 ( berat) ditingkatkan
ke skala 4 ( ringan )

- Ganguan dengan aktvfitas sehari-hari dengan skala target outcome dipertahankan pada skala 2
(cukup berat) ditingkatkan ke skala 4 (ringan)
-

NIC

1. Manajemen jalan napas

a. Buka jalan napas denga teknik chin lift atau jaw thrust sebagai mana mestinya

b. Posisikan pasie untuk memaksimalkan ventilasi

c. Monitor status pernapasan dan ogsigenasi, sebagaimana mestinya.

2. Monitor pernapasan

a. Monitor kecepatan, iramah, kedalam dan kesulitan bernapas

b. Catat pergerakan dada, catat ketidaksimestrisan, penggunaan otot-otot, bantu napas, dan retraksi
pada otot supraklavikula dan intrekosta

c. Auskultasi suara napas, catat area dimana terjadi penurunan atau tidak adanya ventilasi dan
keberadaan suara napas tambahan.

3. Pengaturan posisi

a. Masukan posisi tidur yang diinginkan kedalam rencana perawatan jika tidak ada kontrak indikasi

b. Imobilisasi atau sokong bagian tubuh yang tekena dampak, dengan tepat

c. Minimalisir gesekan dan cedera ketika memposisikan dan membalikan tubuh pasien

2.

Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme.

Defenisi :

Suhu inti tubuh diatas kisaran normal diurnal karena kegagalan termoregulasi

Batasan karakteristik :

1. Gelisah

2. Kulit kemerahan

3. Kulit terasa hangat

4. Postur abnormal

5. Takipnea
NOC

- Termoregulasi

- Tanda-tanda vital

- Tingkat ketidaknyaman

Kriteria hasil :

- Melaporkan kenyaman suhu

dengan skala target outcome dipertahankan pada skala 2 (banyak terganggu) ditingkatkan ke skal 4
(sedikit terganggu)

- Suhu tubuh dengan skala target outcome dipertahankan pada skala 2 (deviasi yang cukup berat dari
kisaran normal) ditingkatkan ke skal 4 (deviasi ringan dari kisaran normal)

- Otot pegal dengan skala target outcome dipertahankan pada skala 2 (cukup berat) ditingkatkan ke
skal 4 (ringan)

NIC

1. Manajemen lingkungan

a. Cinptakan lingkungan yang aman bagi pasien

b. Sedikan tempat tidur dan lingkungan yang bersih dan nyaman

c. Batasi pengunjung

2. Perawatan demam

a. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya

b. Monitor warna kulit dan suhu

c. Dorong konsumsi cairan

3. Pengaturan suhu

a. Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam, sesuai kebutuhan


b. Monitor dan laporkan adanya tanda dan gejala dari hipotermia dan hipertermia

c. Sesuaikan suhu lingkungan untuk kebutuhan pasien

3.

Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung

Defenisi :

Ketidak adekuatan dara yang diompah oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolic tubuh

Batasan karakteristik :

1. Perubahan elektrokardiogram
2. Takikardia

3. Keletihan

NOC

- Pengetahuan : manajemen gagal jantung

- Status sirkulasi

- Tingkat kelelahan

Kriteria hasil :

- Faktor-faktor penyebab dan faktor yang berkontribusi dengan skala target outcome dipertahankan
pada skala 2 (pengetahua terbatas) ditingkatkan ke skal 4 (pengetahuan banyak)

- Tekanan darah rata-rata dengan skala target outcome dipertahankan pada skala 2 (deviasi yang
cukup berat dari kisaran normal) ditingkatkan ke skala 4 (deviasi ringan dari kisaran normal)

- Kelelahan dengan skala target outcome dipertahankan pada skala 2 (cukup berat) ditingkatkan ke
skal 4 (ringan)

NIC

1. Manajemen asam basa

a. Pertahankan kepatenan jalan napas

b. Posisikan klien untuk mendapatkan fentilasi yang adekuat

c. Atasi demam, denga tepat

2. Peningkatan perfusi serebral

a. Konsultasikan dengan dokter untuk menentukan parameter hemodinamik dan pertahankan


parameter hemodinamik sesuai yang telah ditentukan

b. Berikan agen untuk menuingkatkan volume intravaskuler, sesuai kebutuhan

c. Auskaltasi suara paru adanya craekles atau sura tidak normal lainnya

3. Manajemen disritmia
a. Pastikan riwayat penyakit jantung dan distrimia pasien serta keluarganya

b. Monitor perubahan EKG yang meningkatka resiko terjadinya distrimia

c. Bantu paien dan keluarga untuk dapat memahami pilihan pengobatan

4.

Ketidakseimbangan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis

Definisi :

Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic

Batasan karakteristi :

1. Berat badan 20% atau lebih dibawa rentang berat badan ideal

2. Bising usus hiperaktif

3. Diare

4. Penuruan berat badan dengan asupan makan adekuat

NOC
- Status nutrisi

- Status nutrisi : energy

- Berat badan : masa tubuh

Kriteria hasil

- Asupan gizi dengan skala target outcome dipertahankan pada skala 2 (banyak menyimpang dari
rentang normal) ditingkatkan ke skala 4 (sedikitmenyimpang dari rentang normal)

- Stamina dengan skala target outcome dipertahankan pada skala 2 (banyak menyimpang dari
rentang normal) ditingkatkan ke skala 4 (sedikit meyimpang dari rentang normal)

- Berat badan dengan skala target outcome dipertahankan pada skala 2 (deviasi yang cukup besar dari
kisaran normal) ditingkatkan ke skala 4 (deviasi ringan dari kisaran normal)

NIC

1. Manajemen nutrisi

a. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi

b. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutukan untuk memenuhi persaratan gizi

c. Lakukan atau bantu pasien terkait dengan perawatan mulut sebelum makan

2. Monitor nutrisi

a. Timbang berat badan pasien

b. Identifikasi perubahan nafsu makan dan aktifitas akhir-akhir ini

c. Monitor kecenderungan turun dan naiknya berast badan

3. Bantuan peningkatan berat badan

a. Timbang pasien pada jam yang sama setiap hari

b. Diskusikan kemungkinan penyebap berat badan berkurang

c. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan dan menenangkan

5.

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan hormonal.

Definisi :

Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis


Batasan karakteristik :

1. Kerusakan integritas kulit

NOC

- Integritas jaringan : kulit dan membran mukosa

- Perfusi jaringan

- Perfusi jaringan : perifer

Kriteriah hasil

- Tekstur dengan skala target outcome dipertahankan pada skala 2 (banyak terganggu) ditingkatkan ke
skala 4 (sedik terganggu)

- Aliran darah melalui pembuluh dara jantung dengan skala target outcome dipertahankan pada skala
2 (deviasi yang cukup besar dari kisaran normal) ditingkatkan ke skal 4 (deviasi ringan dari kisaran
normal)

- Pengisapan kapiler jari dengan skala target outcome dipertahankan pada skala 2 (deviasi yang cukup
besar dari kisaran normal) ditingkatkan ke skala 4 (deviasi ringan dari kisaran normal)

NIC

1. Pengecekan kulit

a. Periksa kulit dan selaput lendir terkait dengan adanya kemerahan, kehangatan ekstrim, edema,
atau drainase

b. Amati warna, kehangatan, bengkak, pulsasi, tekstur, edema, dan ulserasi pada ektermitas

c. Monitor kulit untuk adanya ruam dan lecet

2. Manajemen tekanan

a. Berikan pakayan yang tidak ketat pada pasien

b. Letakan matras atau kasur terapeutik dengan cara yang tepat

c. Tahan diri dari memberikan tekanan pada bagian tubuh yang terkena dampak

d. Berikan pijatan punggung/ leher, dengan cara yang tepat


e. Monitor area kulit dari adanya kemerahan dan adanya pecah-pecah

f. Monitor status nutria pasien

g. Monitor sumber tekanan dan gesekan

6.

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan metabolism.

Definisi :

Keterbatasan dalam gerakan fisik atau satu atau lebih ektermitas secara mandiri dan terarah

Batasan karakteristik:

1. Instabilitas postur

2. Keterbatasan rentang gerak

3. Ketidak nyamanan

4. Tremor akibat bergerak

NOC

- Ambulasi

- Pergerakan

- Reaksi terhadap sisi yang terkena dampak

Criteria hasil :

- Menopang berat badan dengan skala target outcome dipertahankan pada skala 2 (banyak
terganggu) ditingkatkan ke skal 4 (sedikit terganggu)

- Keseimbangan dengan skala target outcome dipertahankan pada skala 2 ( banyak terganggu)
ditingkatkan ke skal 4 ( sedikit terganggu)

- Melindungi sisi yang terkena dampak ketika ambulasi dengan skala target outcome dipertahankan
pada skala 2 (jarang menunjukan) ditingkatkan ke skal 4 (sering menunjukan)

NIC

1. Manajemen energi
a. Kaji status fisiologi pasien yang meneyebapkan kelelahan sesuai dengan konteks usia dan
perkembangan

b. Tentukan presepsi pasien/orang terdekat dengan pasien mengenai peneyebap kelelahan

c. Anjurkan pasien untuk memilih aktifitas-aktifitas yang membangun ketahan

2. Peningkatan latihan

a. Lakukan bersama individu , jika diperlukan

b. Libatkan kelueaga/orang yang memebri perawatan dalam merencanakan dan meningkatkan


program latihan

c. Informasikan individu mengenai manfaat kesehatan dan efek fisiologi kesehatan

3. Terapi aktivitas

a. Pertimbangkan kemampuan klien dalam berpartisipasi melalui aktifitas spesifik

b. Bantu klien untuk tetap fokus pada kekuatan dibandingkan dengan kelemahan

c. Dorong keter;ibatan daalam aktifitas kelompok maupun terapi jika memang diperlukan

7.

Retensi urine berhubungan dengan inhibisi arkus refleks.

Definisi :

Pengosongan kandung kemih tidak tuntas

Batasan karakteristik :

1. Berkemih sedikit

2. Sensasi kandung kemih penuh

3. Distensi kandung kemih

NOC

- Eliminasi urin
- Status kenyaman : fisik

- Kontinensia urin

Kriteria hasil :

- Pola eliminasi dengan skala target outcome dipertahankan pada skala 2 (banyak terganggu)
ditingkatkan ke skal 4 (sedikit terganggu)

- Relaksasi otot dengan skala target outcome dipertahankan pada skala 2 (banyak terganggu)
ditingkatkan ke skal 4 (sedikit terganggu)

- Mengenali keinginan untuk berkemih dengan skala target outcome dipertahankan pada skala 2
(jarang menunjukan) ditingkatkan ke skal 4 (sering menunjukan)

NIC

1. Kateterisasi urine

a. Jelaskan prosedur dan rasionalisasi kateterisasi

b. Monor intake dan autput

c. Dokumentasikan perawatan termaksut ukuran kateter,jenis, jumlah mengisian bola kateter

2. Perawatan retensi urine

a. Lakukan pengkajian komprehensif sintem perkemihan fokus terhadap ikontinensia

b. Berikan waktu yang cukup untuk pengosongan kandung kemih (10 menit)

c. Monitor derajat distensi kandung kemih dengan palpasi dan perkusi

3. Terapi relaksasi

a. Gambarkan rasionalisasi dan manfaat relaksasi serta jenis relaksasi yang tersedia

b. Uji penurunan energy saat ini, ketidak mampuan untuk kosentrasi, atau gejala lain yang mengiringi
yang mungkin mempengaruhi kemampuan kognisi untuk berfokus pada teknik relaksasi

c. Evaluasi dan dokumentasikan respon terhadap terapi relaksasi

8.

Diare berhubungan dengan malabsorpsi.

Definisi :

Pasase feses yang lunak dan tidak berbentuk


Batasan karakteristik :

1. Ada dorongan untuk defekasi

2. Bising usus hiperaktif

3. Defekasi feses cair lebih dari 3x dalm 24 jam

NOC

- Kontinensia usus

- Eliminasi usus

- Keparahan gejala

Criteria hasil :

- Mengenali keinginan untuk defekasi dengan skala target outcome dipertahankan pada skala 2
(jarang menunjukan) ditingkatkan ke skal 4 (sering menunjukan)

- Suara bising usus dengan skala target outcome dipertahankan pada skala 2 (banyak terganggu)
ditingkatkan ke skal 4 (sedikit terganggu)

- Intensitas gejala dengan skala target outcome dipertahankan pada skala 2 (cukup berat)
ditingkatkan ke skal 4 (ringan)

NIC

1. Manajemen diare

a. Instruksikan pasien atau anggota kelurga untuk mencatat warna, volume, frekuensi, dan konstitensi
tinja

b. Evasluasi kandungan nutrisi dari makanan yang sudah dikonsumsi sebelumya

c. Amati turgor kulit secara berkala

2. Pemasangan infus

a. Perifikasi intruksi untuk terapi IV

b. Beritahu pasien berdasarkan prosedur

c. Beri label pada pembalut IV dengan tanggal, ukuran, inisial sesuai protokol lembaga
3. Manajemen saluran cerna

a. Catat tanggal buang air besar terahir

b. Monitor buang air besar termaksut frekuensi, konsistensi, bentuk, volume, dan warna dengan cara
yang tepat

c. Monitor bising usus

4. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah tahap pelaksanaan yang dimulai setelah rencana tidankan disusun
untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik
dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.

5. Evaluasi

Perencanaan evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan,
keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses dengan pedoman atau
rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara
tingkat kemandirian pasien dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah
dirumuskan sebelumnya.

BAB III

KESIMPULAN
A. Kesimpulan

Kelenjar paratiroid berfungsi mensekresi parathormon (PTH), senyawa yang membantu memelihara
keseimbangan dari kalsium dan phosphorus dalam tubuh. Oleh karena itu yang terpenting hormon
paratiroid penting sekali dalam pengaturan kadar kalsium dalam tubuh sesorang. Dengan mengetahui
fungsi dan komplikasi yang dapat terjadi pada kelainan atau gangguan pada kelenjar paratiroid ini maka
perawat dianjurkan untuk lebih peka dan teliti dalam mengumpulkan data pengkajian awal dan
menganalisa suatu respon tubuh pasien terhadap penyakit, sehingga kelainan pada kelenjar paratiroid
tidak semakin berat.

B. Saran

Dengan disusunnya makalah ini diharapkan kepada semua pembaca agar dapat menelaah dan
memahami apa yang tertulis dalam makalah ini sehingga bisa menambah pengetahuan pembaca.
Disamping itu, kami juga mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca sehingga kami bisa
berorientasi lebih baik pada makalah kami selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek G.M, Butcher H.K, Dochterman J.M, Wagner C.M. 2013. Nursing Interventions Classification
(NIC). Singapura: Elsevier Inc.

Herdman H.T (Eds), Kamitsuru S (Eds). 2015. NANDA Interntional Inc. Diagnosis Keperawatan: Definisi &
Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10.Jakarta: Penerbit Bukun Kedokteran

Moorhead S, Johnson M, Maas M.L, Swanson E. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Singapura:
Elsevier Inc.

Nurarif H.A, Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-
NOC. Jogjakarta: MediAction
Tarwoto. (Eds). 2013. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan. Edisi II. Jakarta: CV
Sagung Seto

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asuhan Keperawatan Hernia Nukleus Pulposus

Juli 03, 2017

BACA SELENGKAPNYA

Asuhan Keperawatan Laringitis

Juli 03, 2017

BACA SELENGKAPNYA

Asuhan Keperawatan Sindrom Nefrotik

Juli 03, 2017

BACA SELENGKAPNYA

Diberdayakan oleh Blogger

Gambar tema oleh Michael Elkan

Foto saya

RAHMANIA NASRIAN
KUNJUNGI PROFIL

Arsip

Laporkan Penyalahgunaan

Princess Angel Heart

Princess Angel Heart

Askep Disfungsi Kelenjar Pankreas

BAB I

KONSEP DASAR

A. Pendahuluan

Pankreas adalah kelenjar rasemosa besar dan memanjang yang terletak melintang dibelakang lambung.
Diantara limpa dan duodenum. Sekresi eksternalnya mengandung enzim pencernaan. Sekresi internal
pankreas mengandung enzim pencernaan. Insulin dihasilkan oleh sel-sel beta dan sekresi lainnya
glukagon dihasilkan oleh sel-sel alfa. Sel alfa, beta dan delta membentuk kumpulan disebut pulau
langerhans.

Pankreas memiliki fungsi endokrin dan eksokrin.

Kedua fungsi ini saling berhubungan. Fungsi eksokrin yang utama adalah untuk memfasilitasi proses
pencernaan melalui sekresi enzim-enzim kedalam duodenum proksimal. Sekreatin dan kolesistikinin,
pankreozimin (CCK-P2, cholestokinin-pankreozymin) merupakan hormon traktus gastrointestinal yang
membantu mencerna zat-zat makanan dengan mengendalikan sekresi pankreas. Disamping itu faktor-
faktor neural juga mempengaruhi sekresi enzim pankreas. Disfungsi pankreas sedini mungkin harus
terjadi sebelum timbul penurunan sekresi enzim dan gangguan pencernaan protein serta lemak. Sekresi
enzim pankreas yang normal berkisar dari 1500 hingga 2500 ml/hari.
Pertimbangan gerontologi dengan bertambahnya usia terjadi sedikit perubahan pada ukuran pankreas.
Namun demikian pada pasien-pasien yang berusia lebih dari 70 tahun akan mendapat peningkatan
penimbunan lemak dan bahan fibrosa dalam pangkreas, disamping itu dengan bertambahnya usia
ditemukan sejumlah perubahan arterosklerotik yang terlokalisir. Beberapa penelitian menunjukan
berkurangnya laju sekresi pankreas (penurunan sekresi lipase, amilase dan tripsin) dan menurunkan
pengeluaran bikarbonat pada pasien berusia lanjut. Beberapa gangguan pada proses absorbsi lemak
yang normal terjadi bersamaan dengan pertambahan usia, dan gangguan ini mungkin disebabkan oleh
kelambatan dalam pengosongan lambung serta insufisiensi pankreas. Penurunan absorbsi kalsium
semua perubahan ini membuat kita harus berhati-hati dalam menginterpretasikan hasil pemerikasaan
diagnostik pada lansia normal dan dalam memberi konseling diet .

B. Pengertian

Pankreatitis adalah reaksi peradangan pankreas. Pankreatitis (inflamasi pankreas) merupakan penyakit
yang serius pada pankreas dengan intensitas yang dapat berkisar dari kelainan yang relatif ringan dan
sembuh sendiri hingga penyakit yang berjalan denan cepat dan fatal yang tidak bereaksi dengan
pengobatan. Terdapat beberapa teori tentang penyebab atau mekanisme terjadinya pankreatitis yang
pada umumnya dapat dikatakan sebagai otodigesti pankreas. Umumnya semua teori ini menyatakan
bahwa duktus pankaretis tersumbat disertai oleh hipersekresi enzim-enzim eksotrin dari pankreas.
Enzim-enzim ini memasuki saluran empedu serta diaktifkan disana dan kemudian bersama-sama getah
empedu mengalir balik (refluksi) ke dalam duktus pankreatis sehingga terjadi pankreatitis.

Pankreatitis dibagi menjadi dua yaitu pankreatitis akut dan pankreatitis kronis.

1. Pankreatitis Akut

a. Pengertian

Pankreatitis akut adalah inflamasi pada pankreas yang terjadi akibat proses tercernanya organ ini oleh
enzim-enzim nya sendiri. Maksudnya secara normal pankreas dilindungi oleh enzim-enzim dingestinya
sendiri tapi karena terjadi kerusakan bisa mengakibatkan organ ini tercerna oleh enzim sehingga terjadi
inflamasi.

b. Etiologi

Faktor-faktor etiologi pankreatitis akut :

· Batu saluran empedu

· Alkoholisme berat

· Obat, seperti steroid, deuretik tiazid


· Hiperlipidemia, terutama fredericson tipe v

· Hiperparatiroidisme

· Asidosis metabolik

· Uremia

· Imunologi, seperti lupus critromatus

· Pankreatitis gastrointestinal karena ketidakseimbangan hormonal

· Defisiensi protein

· Toksin

c. Manifestasi Klinis

Nyeri abdomen yang hebat merupakan gejala utama pankreatitis yang menyebabkan pasien datang ke
rumah sakit. Rasa sakit dan nyeri tekan pada abdomen yang disertai nyeri punggung terjadi akibat iritasi
dan edema pada pankreas yang mengalami inflamasi tersebut sehingga memicu rangsangan pada ujung
saraf. Peningkatan tekanan pada kapsul pankreas dan obstruksi duktus pankreatikus juga menimbulkan
rasa sakit. Secara khas rasa sakit timbul pada bagian tengah ulu hati. Awitannya sering bersifat akut dan
terjadi 24 jam hingga 48 jam setelah makan atau mengkonsumsi minuman keras, rasa sakit ini dapat
bersifat menyebar dan sulit ditentukan lokasinya. Umumnya rasa sakit bertambah parah setelah makan
dan tidak dapat diredakan dengan pemberian antacid. Rasa sakit dapat disertai dengan distensi
abdomen yang dapat diraba tapi batasannya tidak jelas. Dan dengan penurunan peristaltik. Rasa sakit
yang disebabkan oleh pankreatitis sering disertai dengan muntah.

Mual dan muntah umumnya dijumpai pada pankreatitis akut. Muntah biasanya berasal dari isi lambung,
tetapi juga mengandung getah empedu, gejala parah, ikterus, konfusi, dan agitasi dapat terjadi.
Hipotensi yang terjadi bersifat khas dan mencerminkan keadaan hipovolema serta syok yang disebabkan
oleh kehilangan sebagian besar cairan yang kaya akan protein karena cairan ini mengalir ke dalam
jaringan dan rongga peritoneum. Pasien dapat mengalami takikardi sianosis dan kulit yang dingin serta
basah disamping gejala hipotensi. Gagal ginjal akut sering dijumpai pada keadaan ini.

2. Pankreatitis Kronik

a. Pengertian

Pankreatitis kronik merupakan kelainan inflamasi yang ditandai oleh kehancuran anatomis dan
fungsional yang progresif pada pancreas.

b. Etiologi
Konsumsi alcohol pada masyarakat barat dan malnutrisi yang terdapat diseluruh dunia merupakan
penyebab utama pankreatitis kronik.

c. Manifestasi Klinis

· Nyeri yang hebat di daerah abdomen bagian atas dan punggung disertai muntah.

· Penurunan berat badan merupakan masalah utama pada pankreatitis kronik. Lebih dari 75% pasien
mengalami penurunan berat badan yang bermakna yang biasanya disebabkan oleh penurunan asupan
makanan akibat anoreksia atau perasaan takut bahwa makan akan memicu serangan berikutnya.

· Malabsorbsi terjadi kemudian pada penyakit tersebut ketika fungsi pancreas masih terisi 10%.

· Defekasi menjadi sering dan feses menjadi berbuih serta berbau busuk karena gangguan pencernaan
lemak. Keadaan ini dinamakan steatore.

· Dengan berlanjut proses penyakit. Klasifikasi pada kelenjar pancreas dan terbentuknya batu kalsium
di dalam saluran kelenjar dapat terjadi.

C. Patofisiologi

Dalam keadaan normal pankreas terlindung dari efek enzimatik enzim digestinya sendiri. Enzim ini
disintesis sebagai zimogen yang inaktif dan diaktivasi dengan pemecahan rantai peptid secara enzimatik.
Enzim proteoloitik (tripsin, kemotripsin, karboksipeptidase, elastase) dan fospolipase Termasuk dalam
kelompok ini. Enzim digestif yang lain seperti amilase dan lipase disintesis dalam bentuk inaktif, disimpan
dalam bentuk in aktif dan disimpan dalam butir zimogen sehingga terisolasi oleh membran fosfolipid
didalam sel asinin

Selain itu terdapat inhibitor didalam jaringan pankreas. Cairan pankreas dan serum sehinggga dapat
mengaktifasi protoase yang diaktifasi terlalu dini. Dalam proses aktifasi enzim didalam pankreas peran
penting terletak pada tripsin yang mengaktifasi semu zimogen pankreas yang terlihat dalam yang terlihat
dalam proses auto digesti (kemotripzinogen, proelastase, fosfolipase A).

Hanya lipase yang aktif yang tidak tergantung pada tripsin. Aktifasi zimogen secara normal dimulai dari
enterokinase di duodenum. Ini mengakibatkan mulanya aktivasi tripsin yang kemudian mengaktivasi
zimogen yang lain.

Jadi diduga bahwa aktifasi dini tripsinogen menjadi tripsin adalah pemicu bagi kaskade auto digestif
pankreas.

D. Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis pankreatitis ditegakan berdasarkan riwayat nyeri abdomen. Adanya factor-faktor resiko yang
diketahui pemeriksaan fisik dan hasil-hasil pemeriksaan diagnostik dipilih.

Kadar amilase dan lipase serum digunakan untuk menegakkan diagnosis pankreatitis akut . Kadar puncak
amylase serum mencapai puncak dalam waktu 24 jam disertai penurunan cepat nilai normal dalam
waktu 48 sampai 72 jam, kadar lipase serum meningkat sesudah 48 jam akan tetap tinggi selama 5
sampai 7 hari. Kadar amilase urin juga mengalami kenaikan dan tetap tinggi pada dalam periode waktu
yang lebih lama bila dibandingkan dengan kadar amilase serum. Jumlah sel darah putih biasanya
meninggi; hipoklasemia terdapat pada banyak pasien dan tampaknya berhubungan dengan beratnya
pankreatitis. Hiperglikemia dan glukosuria sementara serta kenaikan kadar bilirubin serum terjadi pada
sebagian penderita pankreatitis akut

Hasil laboratorium lain yang dapat meningkat pada pankreatitis akut dan digunakan untuk menentukan
intensitas penyakit tersebut adalah fibrinogen, C-reaktive protein, peptide pengaktif tripsinogen dan
elastase PMN.

Nilai hematokrit dan hemoglobim di gunakan untuk memantau adanya pendarahan .Cairan peritoneum
yang dapat diambil lewat parasentesis atau bilas peritoneum dapat mengandung enzim-enzim pankreas
dengan kadar yang meningkat. Fases pasien pankreas tampak sangat banyak berwarna pucat dan berbau
busuk kandungan lemaknya berfariasi antara 50% dan 90%, normalnya kandungan lemak yaitu 20%.

Foto Rontgen abdomen dan toraks dibuat untuk membedakan pankreatitis deangn kelainan lain yang
dapat menimbulkan gejala serupa dan untuk mendeteksi kemungkinan timbulnya gejala serupa dan
untuk mendeteksi kemungkinan timbulnya efusi pleura.

Pemeriksan U dan Pemidai CT dengan kantras dilakukan untuk mengidentifiaksi peningkatan diameter
pankreas dan mendeteksi keberadaan kista, abses atau pseudokista pada pankreas

E. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pasien pankreatitis akut bersifat simtomatik dan ditujukan untuk mencegah atau
mengatasi komplikasi. Semua asupan per oral harus dihentikan untuk menghambat stimulasi dan sekresi
pankreas. Pelaksanaan TPN pada pankreatitis akut biasanya menjadi bagian terapi yang penting,
khususnya pada pasien dengan kedaaan umum yang buruk, sebagai akibat dari stress metabolic yang
buruk. Sebagai stress metabolic yang menyertai pankreatis akut. Pemasangan NGT dengan pengisapan isi
lambung dapat dilakukan untuk meredam gejala mual dan muntah, mengurangi distensi abdomen yang
nyeri dan ileus paralitik, serta untuk mengeluarkan asam hidroksida agar asam ini tidak mengalir dalam
duodenum serta menstimulasi pankreas.

1. Penanganan nyeri

Pemberian obat pada nyeri yang adekuat merupakan tindakan yang esensial dalam perjalanan penyakit
pankreatitis akut karena dapat mengurangi rasa nyeri dan kegelisahan yang dapat menstimulasi sekresi
pankreas. Pengunaan morfin dan turunannya harus dihindari karena preparat ini dapat menimbulkan
spasme spingter oddi. Pemberian antimentik dapat mencegah muntah

2. Perawatan intensif
Koreksi terhadap kehilangan cairan serta darah dan kadar albumin yang rendah diperlakukan untuk
mencegah gagal ginjal akut. Pemberian insulin mungkin diperlukan bila terdapat hiperglikemia yang
berat. Bilas peritoneum merupakan tindakan yang efektif bagi sebagian penderita pankareatitis yang
berat

3. Perawatan respiratorius

Perawatan respiratorius yang agresif sangat diperlukan karena resiko terjadinya elevasi diagfragma,
inflasi seta efusi dalam paru dan atelektasis cenderung tinggi. Perawatan respiratorius dapat berkisar
dari pemantauan gas arteri yang ketat, pemberian oksigen dan ventilasi mekanis

4. Drainase biller

Pemasangan drain biler dan sten dalam duktus pankreatikus melalui endoskopi telah dilakukan dengan
keberhasilan yang terbatas. Terapi ini membentuk kembali aliran pancreas dan akibatnya akan
mengurangi rasa sakit dan menaikan berat badan.

5. Intervensi bedah

Pembedahan dilakukan untuk membatu menegakkan diagnosa pankareatitis, membentuk kembali


drainase pankreas atau untuk melakukan reseksi atau menegakkan jaringan pankreas yang nekrotik.

F. Komplikasi

Berdasarakan dari data-data pengkajian, komplikasi potensial yang mungkin terjadi mencakup :

1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

2. Nekrosis pankreatis

3. Syok dan kegagalan oragn multiple

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Riwayat kesehatan difukoskan pada kriteria nyeri abdomen dan gangguan rasa nyaman yang dialami
pasien. Munculnya rasa nyeri dan lokasinya dan hubungannnya dengan makan dan alkohol serta hasil
yang diupayakan oleh pasien untuk mengurangi rasa nyeri perlu di catat. Setatus cairan dan nutrisi
pasien dan riwayat serangan batu empedu serta konsumsi alkohol harus dikaji.

Sirkulasi

Tanda : Hipertensi (nyeri akut), hipotensi, dan takikardia (syok hipovolemia atau toksemia.

Edema, asites.

Kulit pucat, dingin, berkeringat (vasokonstriksi / perpindahan cairan), ikterik (inflamasi / obstruksi
duktus koledukus), warba niru-hijau kecoklatan di sekitar umbilicus (tanda Cullen) dari akumulasi darah
(pankreatitis hemoragi).

Integritas ego

Tanda : Agitasi, gelisah, distress, ketakutan.

Eliminasi

Gejala : Diare, muntah.

Tanda : Sakit abdomen, distensi, dan nyeri lepas ; kekakuan.

Bunyi usus menurun/tak ada (penurunan peristaltic/ileus)

Warna urine gelap atau coklat, berbusa (empedu)

Feses busuk, keabua-abuan, dan tak berbentuk (steatore)

Poliuria (terjadi DM).

Makanan/Cairan

Gejala : Tidak toleran terhadap makanan, anoreksia, muntah menetap, muntah-muntah.

Penurunan berat badan.

Neurosensori

Tanda : Bingung, agitasi.

Tremor kasar pada ekstremitas (hipokalemia).

Nyeri/Kenyamanan

Gejala : Nyeri abdominal dalam berat yang tak berhubungan, biasanya terlokasi pada epigastrium
dan periumbilikal tetapi dapat menyebar ke punggung. Timbulnya dapat tiba-tiba dan sering
berhubungan dengan minuman keras atau makan terlalu banyak.
Tanda : Dapat meringkuk dengan kedua tangan di atas abdomen.

Pernapasan

Tanda : Takipnea, dengan/tanpa dispnea.

Penurunan kedalaman pernapasan dengan tindakan menekan/tegang.

Rales pada kedua basal (efusi pleura).

Keamanan

Tanda : Demam.

Seksualitas

Tanda : Kehamilan (trimester ketiga) degan perpindahan isi abdomen dan penebalan pda traktus
bilier.

Penyuluhan/Pembelajaran

Gejala : Riwayat keluarga pankreatitis

Riwayat koletiasis dengan obstruksi duktus koledukus parsial atau penuh; gastritis, ulkus
duodenal, duodenitis; divertikuli; penyakit Crohn; adanya bedah abdomen (contoh prosedur pada
pancreas, traktus bilier, lambung, atau duodenum), trauma abdomen eksternal.

Pemasukan alcohol berlebihan.

Penggunaan obat, contoh antipiretik, opiate, tiazid, steroid, beberapa antibiotic, estrogen.

B. Diagnosis Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan obetruksi pankreas, duktus biler, konstaminsasi pada permukaan
peritoneal oleh eksudat pankreas / autodigesti oleh pankreas.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah, penurunan
pemasukan oral, pembatasan diet, kehilangan enzim pencernaan dan insulin.

3. Kurang pengetahuan tentang kondisi berhubungan dengan salah interfensi informasi, tidak
mengenal sumber informasi.

4. Ansietas berhubungan dengan stress, ancaman kematian, dan perawatan dirumah sakit.
5. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhibungan dengan kehilangan cairan berlebihan, muntah,
penghisapan gaster, perdarahan dan asupan cairan tiadak adekuat.

6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak sdekuatnya pertahanan utama : statis cairan tubuh,
gangguan peristaltik, perubahan Ph pada sekresi dan penekanan imun.

C. Perencanaan Keperawatan

Dp . 1 Nyeri akut berhubungan dengan obetruksi pankreas, duktus biler, konstaminsasi pada permukaan
peritoneal oleh eksudat pankreas / autodigesti oleh pankreas.

Tujuan : penurunan penampilan peran atau hubungan interpersonal

Kriteria hasil : menyatakan metode yang membuat nyeri hilang atau terkontrol.

Intervensi dan Rasionalisasi

No

Intervensi

Rasionalisasi

3
4

Mandiri

Selidiki keluhan verbal, lihat lokasi dan intensitas khusus(skala 0-10)

Pertahankan tirah baring selama serangan akut, berikan lingkungan tenang.

Berikan tindakan nyaman, dorong teknik relaksasi dan aktivitas.


Pertahankan perawatan kulit, khussunya pada aliran cairan dari fistula dinding abdomen.

Kolaborasi :

Berikan obat sesuai indikasi

Memberikan makanan dan cairan sesuai indikasi.

Siapkan untuk intervensi bedah bila di indikasikan.

Nyeri sering menyalar, berat, dan tidak berhubungan pada penyakit disfungsi pankreas / pankreatitis dan
perdarahan.

Menurunkan laju metabolic dan rangsangan / sekresi GI, sehingga menurunkan aktivitas pankreas.

Meningkatkan relaksai dan memampukan pasien untuk memfokuskan perhatian dapat meningkatkan
koping.

Enzim pankreas dapat mencerna kulit dan jaringan dinding abdomen, menimbulkan luka bsksr kimiawi.
Obat tertentu dapat meningkatkan istirahat & penurunan spasme otot / duktus, sehingga menurunkan
kebutuhan metabolik, sekresi HCL menurunkan rangsangan pankreas dan nyeri karenanya.

Membatasi / menurunkan pengeluaran enzim pankreas dan nyeri.

Bedah eksplorasi mungkin diperlukan pada adanya nyeri / komplikasi yang tak hilang pada traktus biler.

Dp 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah, penurunan
pemasukan oral, pembatasan diet, kehilangan enzim pencernaan dan insulin.

Tujuan : tingkat zat gizi yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan metabolik, keadekuatan zat gizi yang
dikomsusi tubuh.

Kriteria hasil : Menunjukan berat badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal, tidak
mengalami tada malnutrisi dan mempertahankan berat badan normal.

Intervensi dan Rasionalisasi :

No

Intervensi

Rasionalisasi

1
2

Mandiri :

Pantau abdomen, catat adanya / karakter bisisng usus, distensi abdomen dan keluhan muntah dan mual.

Bantu pasien dalam pemulihan makanan / cairan yang memenuhi kebutuhan nutrisi dan pembatasan
bila diet di mulai.
Catat tanda peningkatan dan berkemih atau perubahan mental dan ketajaman visual.

Kolaborasi :

Awasi glukosa serum

Mulai pemasukan oral dengan cairan bening dan diet lanjut secara perlahan untuk memberikan diet
tinggi protein, tinggi karbohidrat bila di indikasikan.

Distensi abdomen dan otonomi usus sering terjadi mengakibatkan penurunan / tak adanya bising usus,
kembalinya bisng usus dan hilangnya gejala menunjukkan kesiapan untuk penghentian aspirasi gaster.

Kebiasaan diet sebelumnya mungkin tidak memuaskan pada pemenuhan kebutuhan saat ini untuk
regenerasi jaringan dan penyembuhan penggunaan stimulan gaster. Contoh : kafein, alkohol, makanan,
penghasil gas atau makan tertentu banyak dapat mengakibatkan rangsangan berlebihan pada pankreas.

Mewaspadakan terjadinya hiperglikemia karena peningkatan pengeluaran glikogen atau penurunan


pengeluaran insulin.

Indikator kebutuhan insulin karena hiperglikemia sering terjadi meskipun tidak selalu pada kadar cukup
tinggi untuk menghasilkan ketoasidosis.

Pemberian makan oral terlalu dini pada penyakit berat dapat mengeksaserbasi gejala. Kehilangan fungsi
pankreas / penurunan produksi insulin memerlukan diet diabetik. MCT memberikan kalori / nutrien
tambahan yang tidak memerlukan enzim pankreas untuk pencernaan / absorsi
Dp 3 : Kurang pengetahuan tentang kondisi berhubungan dengan salah interfensi informasi, tidak
mengenal sumber informasi.

Tujuan : tepat melakukan yang di instruksikan dan mengerti dengan kondisi.

Kriteria Hasil : Mengenali kebutuhan untuk kerja sama dan mengikuti perawatan.

Intervensi dan Rasionalisasi :

No

Intervensi

Rasionalisasi

3
4

Pantau ulang penyebab khusus terjadinya episode dan prognosis

Pajan kan pada program pengobatan / rehabilitasi ketergantungan zat kimia bila diresepkan .

Anjurkan menggunakan pengganti enzim pankreas dan terapi garam empedu sesuai indikasi, hindari
makanan / minuman panas

Diskusikan tanda / gejala DM. Contoh : polidigsia, poliuria, kelemahan, penurunan berat badan

Memberikan dasar pengetahuan di mana pasien dapat membuat pilihan informasi

Penyalagunaan alkohol secara nyata palaing umum menyebabkn terulangnya penyakit disfungsi
pankreas. Penggunaan obat lain meningkat sebagai faktor apakah diresepkan apa beli di jalan?.

Bila kerusakan permanen terjadi pada pankreas, defisiensi eksokrin akan terjadi memerluakan
penggantian jangka panjang, makanan / minuman panas dapat membuat enzim tidak aktif.

Kerusakanb sel beta dapat mengakibatkan gangguan produk siinsulin sementara dan permanen

Dp 4 : Ansietas berhubungan dengan stress, ancaman kematian, dan perawatan dirumah sakit.

Tujuan : penggunaan diri untuk melakukan interaksi yang efektik, kemampuan untuk menghialangkan
atau mengurangi perasaan kawatir dan tegang dari suatu sumber yang tidak dapat di identifikasi.
Kriteria Hasil : menunjukkan kontlol ansietas, dibuktikan dengan mempertahankan penampilan peran,
melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik.

Intervensi dan Rasionalisasi

No

Intervensi

Rasionalisasi

3
4

Mandiri :

Berikan penjelasan denang sering dan informasi tentang prosedur perawatan.

Pantau status mental, termasuk suasana hati (efek, ketakutan pada kejadian dan isi fikiran) contoh : ilusi,
manifestasi teror / panik.

Terima dan akui ekspresi frustasi ketergantungan, marah, kedukaan dan kemarahan, perhatiakan perilaku
menarik diri dan penggunaan penyangkalan
Berikan penguatan positif terhadap kemajuan dan dorong usaha untuk mengikuti tujuan rehabilitasi.

Dorong interaksi keluarga dan dengan tim rehabilitasi.

Kolaborasi :

Rujuk ke terapi fisik / kejujuran konsul kejujuran, dan konsul psikatrik, contoh : klinis spesialis perawat
psikiatrik, pelayanan sosial, psikologis sesuai kebutuhan

Pengetahuan apa yang di harapkan menurunkan ketakutan dan ansietas, memperjelas kesalahan konsep
dan meningkatkan kerja sama.

Pada awal, pasien dapat menggunakan penyangkalan dan represi untuk menurunkan dan menyaring
informasi keseluruan, beberapa pasien menunjukkan tindakan tenang dan status mental waspada,
menunjukkan disosiasi kenyataan, yang juga merupakan mekanisme perlindungan.

Penerimaan perasaan sebagai respon normal terhadap apa yang terjadi membantu perbaikan, ini tidak
membantu atau kemungkinan mendorong pasien sebelum siap untuk menerima situasi penyangkalan
mungkin lama dan mungkin mekanisme adaptif, karena pasien tidak siap mengatasi masalah pribadi.

Kata-kata penguatan dapat mendukung terjadinya perilaku koping positif.

Mempertahankan / membuka garis komunikasi dan memberikan dukungan terus menerus pada pasien
dan keluarga.
Membantu dalam identifikasi cara / alat untuk meningkatkan / mempertahankan kemandirian. Pasien
dapat memerlukan bantuan lanjut untuk mengatasi masalah emosi mereka bila mereka menetap.

Dp 5 : Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhibungan dengan kehilangan cairan berlebihan,
muntah, penghisapan gaster, perdarahan dan asupan cairan tiadak adekuat.

Tujuan : Menyeimbangan jumlah air dalam ruang intrasel dan ekstrasel tubuh.

Kriteria Hasil : Kurangan volume cairan akan teratasi, dibuktikan dengan keseimbangan elektrolit dan
asam basa, hidrasi yang adekuat.

Intervensi dan Rasionalisasi :

No

Intervensi

Rasionalisasi

3
4

6
7

Mandiri :

Ukur masukan dan haluaran termasuk muntah / aspirasi gaster, diare, hitung keseimbangan.

Timbang berat badan sesuai indikasi, hubungkan denagn perhitungan keseimbangan cairan.

Selidiki perubahan sensori, cotoh : bingung, respons lambat.

Observasi / laporkan tremor otot keras, kejang, tanda chvostek atau treousseau positif.

Kolaborasi :

Berikan penggantian cairan sesuai indikasi, contoh : cairan garam faal, albumin dan dekstran.

Awasi pemeriksaan lab, contoh : Hb / Ht, protein, albumin, elektrolit, BUN, kreatinin, osmolalitas urine
dan natrium / kalium pemeriksaan koagolasi.

Ganti elektrolit, contoh natrium, kalium, klorida, kalsium sesuai indikasi.

Indikator kebutuhan penggantian / keefektifan terapi.


Penurunan berat badan menunjukkan hipovolemia : namun edema, retensi cairan dan asites mungkin
ditunjukkan oleh peningkatan atau berat badan stabil, meskipun pada adanya kehilangan otot.

Perubahan mungkin berhubungan dengan hipovolemia, hipoksia, ketidakseimbangan elektrolit atau


delirium (pada pasien dengan pankreatitis akut sekunder berhadap pemasukan alkohol berlebihan)
penyakit pankreas berat dapat menyebabkan psikosis toksik.

Gejala ketidakseimbangan kalsium, kalsium meningkat lemak bebas dalam usus dan hilang melalui
sekresi pada feses.

Pilihan cairan pengganti kurang penting pada kecepatan dan keadekuatan perbaikan volume, cairan
garam faal dan albumin dapat digunakan untuk meningkatkan mobilisasi cairan kembali kedalam area
vaskuler.

Mengidentifikasi defisit / kebutuhan penggantian dan terjadinya komplikasi, contoh : ATN, KID

Penurunan pemasukan oral dan hilang berlebihan mempengaruhi keseimbangan elektrolit / asam basa,
yang perlu untuk mempertahankan fungsi seluler / organ
Dp 6 : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak sdekuatnya pertahanan utama : statis cairan
tubuh, gangguan peristaltik, perubahan Ph pada sekresi dan penekanan imun.

Tujuan : keadekuatan alami yang didapat dan secara tepat ditujukan untuk menahan antigen- antigen
inrternal maupun eksternal

Kriteria Hasil : faktor sesiko infeksi akan hialang dengan dibuktikan oleh keadekuatan status imun pasien,
pengetahuan yang penting pengendalian infeksi dan secara konsisten menunjukkan perilaku deteksi
resiko dan pengendalian resiko

Intervensi dan Rasionalisasi:

No

Intervensi

Rasionalisasi

3
4

Mandiri :

Gunakan teknik aseptik ketat bial mengganti balutan bedah atau bekerja dengan balutan infus kateter /
selang drain . ganti balutan dengan cepat

Tekankan pentingnay mencuci tangan dengan baik.

Observasi frekuensi dan karakteristik pernapasan, bunyi napas. Catat adanya batuk dan produksi
sputum.
Dorong perubahan posisi sering, napas dalam dan batuk, bantu untuk ambulasi secepat mungkin bila
stabil.

Observasi tanda infeksi, contoh : demam dan distres pernapasan berhubungan dengan ikterik.

Kolaborasi :

Ambil spesimen kultur, contoh : darah, luka, urine, sputum, atau aspirat pankreas

Membatasi sumber infeksi dimana dapat menimbulkan sepsis pada pasien tentang penyakit.

Menurunkan resiko kontaminasi silang.

Akumulasi cairan dan keterbatasan mobilitas mencetuskan infeksi pernapasan dan atelektasis. Akumulasi
cairan asites dapat menyebabkan peningkatan diafragma dan pernapasan abdomen dangkal.

Meningkatkan ventilasi segmen paru dan meningkatkan mobilitas sekresi.


Ikterik kolestatik dan penurunan fungsi paru mungkin tanda pertama sepsis dari organisme gram negatif.

Mengidentifikasi adanya infeksi dan organisme penyebab.

BAB III

KESIMPULAN

Pankreas adalah kelenjar rasemosa besar dan memanjang yang terletak melintang dibelakang lambung.
Diantara limpa dan duodenum. Sekresi eksternalnya mengandung enzim pencernaan. Sekresi internal
pankreas mengandung enzim pencernaan. Insulin dihasilkan oleh sel-sel beta dan sekresi lainnya
glukagon dihasilkan oleh sel-sel alfa. Sel alfa, beta dan delta membentuk kumpulan disebut pulau
langerhans

Pankreatitis adalah reaksi peradangan pankreas. Pankreatitis (inflamasi pankreas) merupakan penyakit
yang serius pada pankreas dengan intensitas yang dapat berkisar dari kelainan yang relatif ringan dan
sembuh sendiri hingga penyakit yang berjalan denan cepat dan fatal yang tidak bereaksi dengan
pengobatan. Terdapat beberapa teori tentang penyebab atau mekanisme terjadinya pankreatitis yang
pada umumnya dapat dikatakan sebagai otodigesti pankreas.

Ada 2 macam pankreatitis :

~ Akut

~ Kronis
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC

http://askep-ebook.blogspot.com

http://cnennisa.files.wordpress.com

http://harnawatiaj.wordpress.com

Tambayong, jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keprawatan. Edisi 7. Jakarta : EGC

www.google.com

Beranda

Lihat versi web

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai