DI SUSUN OLEH :
DI SUSUN OLEH :
NIM : P.11017
Judul karya tulis ilmiah : Pemberian Masase Kaki Terhadap Penurunan Nyeri
Moewardi Surakarta
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
ii
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
NIM : P.11017
SURAKARTA
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Ditetapkan di : Surakarta
iii
iv
iv
v
KATA PENGANTAR
MOEWARDI SURAKARTA.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terikasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Atiek Murhayati, S.Kep.,Ns., M.Kep, selaku ketua program studi DIII
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu
di Stikes Kusuma Husada Surakarta.
2. Meri Oktariani, S.Kep.,Ns., M.Kep, selaku sekretaris ketua program studi DII
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu
di Stikes Kusuma Husada Surakarta.
3. Siti Mardiyah, S.Kep.,Ns., selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai
penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-
masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi
demi sempurnanya studi kasus ini.
4. Nurul Devi Ardiani, S.Kep.,Ns., selaku dosen penguji sekaligus sebagai
penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-
masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi
demi sempurnanya studi kasus ini.
5. Alfyana Nadya Rachmawati, S.Kep.,Ns, M.Kep, selaku dosen penguji
sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat,
v
vi
Surakarta,Mei2014
()
Penulis
vi
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
DAFTAR TABEL....................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR x
LAMPIRAN.................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Diabetes Melitus................................................................. 6
B. Nyeri................................................................................... 39
C. Masase................................................................................ 54
B. Pengkajian .......................................................................... 60
vii
viii
D. Intervensi............................................................................ 69
E. Implementasi.. ................................ 71
F. Evaluasi .............................................................................. 79
BAB IV PEMBAHASAN...................................................................... 85
B. Saran................................................................................... 109
Dafar Pustaka
Lampiran
viii
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
ix
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
x
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
terhadap insulin (Corwin, 2009). Saat ini angka pasien Diabetes Melitus
pengidap Diabetes Melitus diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang
di dunia dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, pada tahun 2025
di prediksi kenaikan jumlah pasien dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi
2007). Saat ini angka pasien Diabetes Melitus bertambah banyak, WHO
diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang di dunia dan dalam kurun
1
2
jumlah pasien dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada
Melitus pada tahun 2012 telah mencapai 366 juta orang. Jika tidak ada
sensorik dan motorik divisi somatik dan otonom. Penyakit saraf yang di
seperti kesakitan atau terbakar atau seperti tertusuk, dan kaki terasa dingin
3
daerah kaki secara rutin sertiap hari (Black & Hawks, 2005).
nyeri pada kedua telapak kaki saat aktivitas berlebih nyeri seperti di tusuk-
tusuk dengan skala nyeri 4 durasi 5-10 menit intensitas hilang timbul.
Terhadap Sensasi Proteksi Nyeri dan Ankle Brachial Index (ABI) pada
sensasi proteksi dan menurunkan nyeri pada pasien Diabetes Melitus tipe
II. Dari studi kasus di dapatkan data bahwa Ny. S mengeluh nyeri pada
4
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum :
2. Tujuan khusus :
Melitus tipe II
Melitus tipe II
5
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Asuhan Keperawatan
2. Institusi
a. Rumah Sakit
b. Pendidikan
Hasil Karya Tulis Ilmiah ini dapat menjadi tambahan ilmu bagi
tentang cara mengontrol nyeri pada pasien Diabetes Melitus tipe II.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Diabetes Melitus
1. Pengertian
6
7
2. Etiologi
dominan.
8
3. Klasifikasi
2009), yaitu :
9
dengan insulin.
10
insulin.
kehamilan.
4. Patofisiologi
glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang
berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap
(sesudah makan).
11
(Smeltzer, 2002).
glukosa sebagai energi. Aliran darah yang buruk pada pasien Diabetes
lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi
12
keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar
13
glukosa akan meningkat dan terjadi Diabetes Melitus tipe II. Meskipun
Melitus Melitus tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah
(HHNK).
14
ditegakkan.
15
(kadar glukosa plasma kurang dari 126 mg/100mL). Efek vaskular dari
diabetes kronis antara lain adalah penyakit arteri koroner, stroke, dan
2009).
5. Manifestasi Klinik
antara lain :
f. Kelelahan
16
6. Komplikasi
a. Komplikasi akut
1) Ketoasidosis diabetik
3) Efek somogyi
17
4) Fenomena fajar
5) Hipoglikemia
1) Sistem kardiovaskuler
2) Gangguan penglihatan
3) Kerusakan ginjal
18
7. Data Penunjang
mosm/lt
e. Elektrolit
19
alkalosis respiratorik.
infeksi).
Keto Asidosis).
atau eksogen).
m. Urin : gula dan aseton positif berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.
20
pemeriksaan :
8. Diagnosis Banding
9. Penatalaksanaan
yaitu :
a. Diit
berikut ini :
21
dan mineral)
beras tumbuk, sereal dan pasta/mie yang berasal dari gandum yang
22
b. Latihan
23
c. Pemantauan
panjang.
d. Terapi medikamentosa
24
2) Terapi insulin
berhasil mengontrolnya.
e. Pendidikan
25
1. Pengkajian Keperawatan
rangsang.
26
pada wanita.
2. Diagnosa Keperawatan
27
perifer)
metabolisme sel
informasi.
3. Intervensi
28
(education), C (colaboration).
singkat dan realistis dengan cepat memberikan klien dan perawat suatu
29
perifer)
Kriteria hasil:
N : 60-100 x/menit
S: 36-37,50C
Intervensi:
1) Kaji nyeri P, Q, R, S, T
pasien
relaksasi
30
mengontrol nyeri
obat
Kriteria hasil:
Intervensi:
1) Kaji A, B, C, D
31
Kriteria hasil :
36-37Oc)
Intervensi :
membran mukosa
32
diberikan
ml/hari
Kriteria hasil :
Intervensi :
selanjutnya
33
antibiotik
metabolisme sel.
Kriteria hasil:
Intervensi:
34
mobilisasi pasien
imobilisasi
Kriteria hasil :
Intervensi :
sehari-hari
35
pasien
informasi.
Kriteria hasil :
faktor penyebab
36
Intervensi :
yang diharapkan
pencegahannya
penyuluhan kesehatan
37
Kriteria hasil :
infeksi
Intervensi :
mengintervensi segera
nosokomial
gusi
atau gusi
38
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi
2009).
39
C. Nyeri
1. Pengertian
(Andarmoyo, 2013).
2. Klasifikasi Nyeri
1) Nyeri akut
40
pada saat sakit kepala, sakit gigi, terbakar, tertusuk duri, pasca
41
2) Nyeri kronik
penyebabnya.
1) Nyeri nosiseptif
42
jaringan ikat, dan lain-lain. Hal ini dapat terjadi pada nyeri post
2) Nyeri neuropatik
nyeri kronis
43
laserasi.
2) Visceral dalam
lambung.
44
4) Radiasi
3. Pengalaman Nyeri
pengalaman nyeri. Fase tersebut antara lain fase antipasti, fase sensasi,
a. Fase antipasti
ini bias mempengaruhi dua fase lain. Pada fase ini memungkinkan
45
b. Fase sensasi
Fase sensasi terjadi pada saat nyeri terasa. Fase ini terjadi
c. Fase akibat/aftermath
46
meliputi :
a. Respon Fisiologis
47
48
b. Respon Perilaku
49
a. Intensitas nyeri
pada skala verbal (misalnya: tidak nyeri, sedikit nyeri, nyeri hebat,
hebat).
b. Karakteristik nyeri
50
lain, gerakan fisik, bekerja dan aktifitas santai. Nyeri akut sering
sebagai berikut :
a. Skala deskriptif
ini di rangking dari tidak rasa nyeri sampai nyeri yang tidak
51
b. Skala numeric
52
diletakkan sepanjang garis dan jarak yang dibuat pasien pada garis
7. Penatalaksanaan Nyeri
a. Intervensi Farmakologis
53
atau kronik.
4) Distraksi
5) Teknik relaksasi
54
6) Imajinasi terbimbing
D. Masase
1. Pengertian
professional, 2007).
2. Tujuan
55
masase
3. Klasifikasi masase
berikut:
a. Sport masase
b. Segment masase
56
terapi.
c. Cosmetic masase
masase.
masase adalah:
57
otot.
ketegangan.
meliputi :
a. Indikasi
masase adalah:
58
atau kerja yang kelewat batas (sehingga otot menjadi kaku dan
b. Kontraindikasi
49
BAB III
LAPORAN KASUS
Pada bab ini penulis akan menuliskan laporan kasus Pemberian Masase
Diabetes Melitus Tipe II. Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 April 2014 pukul
pengkajian yang dilakukan secara langsung kepada pasien, dan alloanamnesa atau
pengkajian yang melihat di dasarkan data dalam status pasien dan dari keluarga.
Penulis juga memberikan asuhan keperawatan langsung pada pasien yang akan
A. Identitas Pasien
rumah tangga, tingkat pendidikan SMA, tanggal masuk RS 04 April 2014 jam
tipe II. Penanggung jawab terhadap Ny. S adalah Tn.P dengan umur 60 tahun,
adalah Suami.
59
60
B. Pengkajian
pasien mengatakan nyeri pada kedua telapak kaki. Kemudian dari pengkajian
rumah sakit pasien mengeluh badan terasa lemas, pusing, kedua telapak kaki
terasa kaku serta banyak minum, banyak makan, berat badan menurun dari 55
Moewardi Surakarta.
pernah di rawat di rumah sakit 1 bulan yang lalu di rawat dengan riwayat
61
Keterangan :
:Laki-Laki
: Perempuan
: Pasien
: Riwayat DM
asma, alergi serta penyakit menular lainnya seperti TBC dan hepatitis. Dalam
dekat dengan pembuangan sampah, dan sarana kamar mandi lengkap dengan
air bersih.
nasi, sayur, lauk, dengan porsi 1 piring habis, berat badan pasien 55 kg, tinggi
62
badan pasien 160 cm, pasien minum air putih 1500 cc/hari dan teh tawar 2
Antropometri meliputi berat badan sebelum sakit 55 kg, berat badan selama
sakit 50 kg, tinggi badan 160 cm, IMT : 19,53. Biochemical meliputi hasil
laboratorium berupa Hb 12,5 g/dl (Normal 12,0 18,0 g/dl ), GDS 200 mg/dl,
GDP 160 mg/dl. Clinical Sign yaitu distribusi rambut merata, rambut lengket,
dan kotor. Kulit kering, turgor kulit elastis, mukosa bibir kering, konjungtiva
tidak anemis, sklera putih, penglihatan tidak kabur, pasien terlihat lemah,
selama sakit pasien mengatakan nafsu makan menurun, badan terasa lemas,
pasien hanya menghabiskan setengah dari porsi menu RS. Dietary history
yaitu pasien mengatakan diberi diit dengan frekuensi 3 kali sehari dengan
menu nasi, sayur, dan lauk, pasien minum air putih 1000 cc/hari, susu
200cc/hari sesuai menu rumah sakit, dan pasien tidak menyukai makanan
sebelum sakit buang air besar 1 kali sehari dengan konsistensi lunak, berbau
khas, dan berwarna kuning, ketika buang air besar pasien tidak ada keluhan,
pasien mengatakan buang air kecil sehari 5-6 kali sebanyak 1500 cc/24 jam,
bau amoniak, dan berwarna kuning jernih. Pasien mengatakan selama sakit
buang air besar 1 kali sehari dengan konsistensi lunak, berbau khas, dan
63
berwarna kuning, pasien terpasang DC dengan jumlah urine 1000 cc/24 jam,
bantu oleh keluarga dengan nilai scoring 2 (di bantu orang lain).
mengatakan sebelum sakit tidur siang 2 jam sedangkan tidur malam 9 jam.
pasien tidak menggunakan obat tidur, dan tidak terdapat gangguan tidur.
Pasien mengatakan selama sakit tidur siang 1 jam sedangkan tidur malam 7
jam. Pasien tidak menggunakan obat tidur, dan tidak terdapat gangguan tidur.
mengeluh nyeri pada kedua telapak kaki saat aktivitas berlebih nyeri seperti di
tusuk-tusuk dengan skala nyeri 4 durasi 5-10 menit intensitas hilang timbul.
penglihatan pasien baik, pendengaran baik, indera pembau baik, dan tidak
selama sakit juga tidak ada gangguan panca indera, pasien mampu melihat
dengan baik, indera pembau baik, dan selalu menjawab ketika di ajak
berbicara.
Pada pengkajian pola persepsi dan konsep diri diperoleh data, pada
64
aktivitas karena keadaan tubuhnya yang lemah. Pada pengkajian ideal diri
agar dirinya cepat sembuh dan segera pulang. Dalam peran diri pasien
ibu rumah tangga. Pada pengkajian identitas diri yaitu pasien mengatakan
sebagai ibu rumah tangga dan pasien mampu mengenali dirinya sendiri. Pada
pengkajian harga diri yaitu pasien mengatakan tidak merasa malu sehubungan
pasien mengatakan sebelum sakit tidak ada gangguan dalam hubungan seksual
65
lima waktu dan selalu berdoa. Selama sakit pasien mengatakan menjalankan
kepala mesochepal, tidak ada luka pada kulit kepala, rambut tampak hitam,
lengket dan kotor. Mata berdiameter kanan dan kiri sama, palpebra normal,
konjungtiva tidak anemis, sklera putih, pupil isokor, reflek terhadap cahaya
positif, dan tidak menggunakan alat bantu penglihatan. Hidung simetris, tidak
ada polip,dan tidak ada secret. Mulut tampak kotor, mukosa bibir kering, bau
tidak sedap, gigi tampak kotor, tidak ada gigi berlubang, dan tidak ada carries
gigi. Telinga kotor, bau, dan ada sedikit serumen. Leher tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid.
dada kanan dan kiri simetris, tidak terdapat luka dan lesi, pergerakan dada
kanan dan kiri sama, tidak terdapat pernafasan cuping hidung dan penggunaan
otot bantu pernafasan, regular, dan RR 20 x/menit. Palpasi yaitu tidak terdapat
nyeri tekan, vocal fremitus kanan dan kiri teraba sama. Perkusi yaitu suara
sonor pada area ICS I-VI dextra, redup pada ICS III-V sinistra. Auskultasi
inspeksi diperoleh data ictus cordis tidak tampak. Palpasi diperoleh data ictus
cordis teraba pada ICS V medial linea midclavicula sinistra, tidak kuat angkat.
66
reguler, tidak terdapat suara jantung tambahan, suara jantung dan denyut nadi
perifer sama. Pemeriksaan perkusi jantung didapatkan data pekak mulai dari
ICS II linea parasternal dextra sampai ICS IV linea parasternal dextra, ICS II
asites, dan tidak terdapat lesi. Pengkajian auskultasi yaitu bising usus
13x/menit. Pengkajian palpasi yaitu tidak terdapat nyeri tekan, hepar tidak
teraba. Pengkajian perkusi yaitu suara timpani pada kuadran II, III, IV, serta
pekak pada kuadran I. pemeriksaan fisik genetalia yaitu genetalia bersih, tidak
ada edema, terpasang DC ukuran 16 sejak 10 April 2014, Rectum bersih, dan
tidak ada edema, terpasang infus Nacl 20 tpm dan dapat bergerak bebas,
kekuatan otot 5, capillary reffile < 2 detik, tidak ada perubahan bentuk tulang,
perabaan akral hangat. Ekstremitas atas tangan kiri tidak ada edema, kekuatan
otot 5, capillary reffile < 2 detik, tidak ada perubahan bentuk tulang, perabaan
mengeluh nyeri pada kedua kaki saat aktivitas, nyeri seperti di tusuk-tusuk,
skala nyeri 4 dengan kriteria sedang, nyeri hilang timbul dengan frekuensi
kadang-kadang.
07 April 2014 adalah kimia urine berat jenis 1,006 (Normal 1,015-1,025), PH
67
7,0 (Normal 4,5-8,0), leukosit negatif, nitrit negatif, protein 25 mg/dl, glukosa
103/ul (Normal 4,5-11 103/ul), trombosit 197 103/ul (Normal 150-450 103/ul),
eritrosit 4,76 106/ul (Normal 4,5-5,9 106/ul), GDS 300 mg/dl (Normal 60-
140), creatinin 0,8 mg/dl (Normal 0,8-1,3 mg/dl), ureum 38 mg/dl (Normal
<50 mg/dl), Natrium 138 mmol/l (Normal 136-145 mmol/l), kalium 4,5
mmol/l), dan GDP 129 mg/dl (Normal 70-110 mg/dl), kolestrol total 151
mg/dl (Normal 50-200 mg/dl), LDL 90 mg/dl (Normal 88-201 mg/dl), HDL
40 mg/dl (Normal 37-92 mg/dl), trigliserida 155 mg/dl (Normal < 150 mg/dl).
Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 10 April 2014 jam 07.00 WIB yaitu
GDP 160 mg/dl (Normal 70-110 mg/dl) dan GDS 200 mg/dl.
Program terapi tanggal 10 April 2014 adalah infus Nacl 0,9% 1500
cc/24 jam dengan dosis tetesan 20 tetes per menit, injeksi novorapid dosis 8-8-
8 IU (SC), injeksi ceftriaxone 2gr/24jam (IV) (tanggal 4-6 April 2014), injeksi
Pada kasus Ny.S hasil pengkajian didapatkan data subyektif dan data
obyektif. Data subyektif yaitu pasien mengatakan nyeri pada kedua telapak
68
hilang timbul dengan skala nyeri 4, durasi 5-10 menit, dengan frekuensi hilang
timbul. Data obyektif diperoleh data pasien tampak meringis menahan nyeri,
Diabetes Melitus sejak 2 tahun yang lalu. Berdasarkan data fokus tersebut
data obyektif. Data subyektif yaitu pasien mengatakan nafsu makan berkurang
dan pasien mengatakan badan terasa lemas. Data obyektif diperoleh data
pasien tampak lemah, pasien terlihat menghabiskan setengah porsi dari menu
rumah sakit, pasien terlihat kurangnya minat pada makanan, berat badan
sebelum sakit 55 kg, berat badan selama sakit 50 kg, tinggi badan 160 cm,
IMT : 19,53, Hb 12,5 ( Normal 12,0 18,0 g/dl ), Hematokrit 40% (33-45%),
GDP 160 mg/dl, GDS 200 mg/dl, kulit kering, turgor kulit elastis, mukosa
bibir kering. Konjungtiva tidak anemis, sclera putih, badan terlihat lemah.
data obyektif. Data subyektif yaitu pasien mengatakan badan terasa lelah dan
69
ambulasi dibantu oleh keluarga. Data obyektif diperoleh data pasien terlihat
lemah, terpasang infuse NACL 0,9% 20 tpm pada tangan kanan. GDS 200
D. Intervensi
berkurang atau teratasi dengan kriteria hasil yaitu ekspresi wajah rileks, skala
nyeri 1, TTV dalam batas normal (Tekanan darah : 120/80 mmHg, nadi 60-
100 kali/menit, suhu 36oC, dan respirasi 16-20 x/menit). Intervensi untuk
pilihan, keefektifan intervensi serta untuk mengetahui berapa berat nyeri yang
informasikan kepada pasien bila nyeri timbul lakukan teknik relaksasi nafas
70
jam diharapkan tidak terjadi gangguan nutrisi dengan kriteria hasil yaitu
dalam batas normal, GDS dalam rentang normal (80-110 mg/dl). Intervensi
untuk diagnosa ini antara lain kaji pola nutrisi ( A, B, C, D ) (Rasional : untuk
diet dari rumah sakit dan makan sedikit tapi sering (rasional: agar pasien
mengerti makanan apa saja yang boleh dimakan dan menambah asupan
nutrisi), kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah dan nutrisi
mobilitas fisik dapat teratasi dengan kriteria hasil badan tidak terasa lelah dan
71
dalam latihan ROM aktif dan ROM pasif (rasional : Meningkatkan sirkulasi
keterbatasan klien). Ubah posisi secara periodik sesuai keadaan klien (rasional
pneumonia)).
E. Implementasi
April 2014 pukul 07.00 WIB sampai dengan 12 April 2014 pukul 14.00 WIB
pernafasan 20 x/menit, suhu 36OC. Pukul 07.40 WIB mengkaji nyeri, respon
pasien pasien mengatakan nyeri pada kedua telapak kaki, nyeri bertambah
pasien tampak meringis menahan nyeri. Pukul 09.30 WIB memberikan obat
72
oral paracetamol 500 mg dan captopril 25 mg, obat masuk peroral. Pukul
10.00 WIB melakukan teknik relaksasi berupa masase kaki, respon pasien
mengatakan nyeri sudah berkurang dengan skala nyeri dari 4 menjadi 3, nyeri
(DM) yaitu pukul 08.00 WIB memberikan injeksi omeprazole 40 mg, obat
masuk melalui intravena. Pukul 08.10 WIB mengkaji intake nutrisi pasien,
Antropometri berupa berat badan sebelum sakit 55 kg, berat badan selama
sakit 50 kg, tinggi badan 160 cm, IMT : 19,53. Biochemical data yaitu Hb
12,5 ( Normal 12,0 18,0 g/dl ), Hematokrit 40% (33-45%), GDS 200 mg/dl,
GDP 160 mg/dl. Clinical Sign yaitu distribusi rambut merata, lengket, kotor.
kulit kering, turgor kulit elastis, mukosa bibir kering, konjungtiva anemis,
sklera putih, badan terlihat lemah, pasien mengatakan selama sakit nafsu
makan berkurang, badan terasa lemas, pasien terlihat kurangnya minat pada
makanan, pasien hanya menghabiskan setengah dari porsi menu RS. Dietary
history yaitu pasien mengatakan diberi diit makan nasi, sayur, dan lauk, pasien
minum air putih 1000 cc/hari, susu 200cc/hari sesuai menu rumah sakit, dan
73
pemeriksaan kadar gula darah dan memberikan insulin 8 UI, respon pasien
200 mg/dl, dan injeksi insulin masuk lewat sub cutan. Pukul 09.15 WIB
pasien berkurang tetapi akan mematuhi diit dari RS, diit rumah sakit habis
setengah porsi dari porsi menu RS. Pukul 12.00 WIB melakukan pemeriksaan
kadar gula darah dan memberikan insulin 8 UI, respon pasien mengatakan
bersedia untuk dilakukan pemeriksaan kadar gula darah, GDS 190 mg/dl, dan
insulin masuk 8 UI melalui sub cutan. Pukul 12.45 WIB memberikan diet
pasien terlihat lemah, terpasang infuse NACL 0,9% 20 tpm pada tangan kanan
dan kekuatan otot 5. Pukul 09.20 WIB membatu pasien makan, respon pasien
bersedia dibantu oleh perawat, pasien terlihat lemah. Pukul 12.45 WIB
perawat, pasien terlihat lemah. Pukul 14.00 WIB membantu mengubah posisi
pasien sesuai keadaan klien, respon pasien mengatakan badan masih terasa
74
lemas dan lelah terkadang untuk mengubah posisi masih dibantu oleh
nyeri pada kedua telapak kaki sudah berkurang, dirasakan nyeri apabila
hilang timbul dengan durasi 5 menit dan frekuensi jarang-jarang, wajah pasien
x/menit, suhu 36,5OC. Pukul 08.45 WIB mengajarkan pasien teknik relaksasi
relaksasi nafas dalam bila nyeri timbul, respon pasien mengatakan sudah
mengerti tentang teknik relaksasi nafas dalam dan akan melakukan teknik
relaksasi nafas dalam apabila nyeri dirasakan, pasien tampak aktif dalam
perawatan. Pukul 09.50 WIB memberikan obat captopril 25 mg, obat masuk
melalui oral. Pukul 10.00 WIB melakukan teknik relaksasi masase kaki,
respon pasien mengatakan nyeri pada kedua telapak kaki sudah berkurang
dengan skala nyeri 3, nyeri dirasakan saat aktivitas berlebih, nyeri seperti
75
jarang, pasien mengatakan kaki terasa lebih nyaman setelah dipijat, pasien
tampak rileks.
(DM) yaitu pukul 08.00 WIB mengkaji intake pasien dengan melakukan
55 kg, berat badan selama sakit 50 kg, tinggi badan : 160 cm, IMT : 19,53.
40% (33-45%), GDS 180 mg/dl, GDP 160 mg/dl. Clinical Sign yaitu distribusi
rambut merata, lengket, kotor. kulit kering, turgor kulit elastis, mukosa bibir
kering, konjungtiva tidak anemis, sclera putih, badan terlihat masih lemah,
pasien mengatakan akan mematuhi diet sesuai diet dari RS, badan terasa
lemas, porsi RS hanya sisa 3 sendok. Dietary history yaitu pasien mengatakan
diberi diit makan nasi, sayur, dan lauk, pasien minum air putih 1000 cc/hari,
susu 200cc/hari sesuai menu rumah sakit, dan pasien tidak menyukai makanan
bersantan.
gula darah dan memberikan injeksi insulin 8 UI, respon pasien mengatakan
bersedia untuk dilakukan pemeriksaan kadar gula darah, GDS 180 mg/dl, dan
insulin masuk 8 UI melalui sub cutan. Pukul 09.15 WIB memberikan diet
kepada pasien, respon pasien mengatakan akan mematuhi diet sesuai diet dari
76
RS, porsi RS hanya sisa 3 sendok. Pukul 12.00 WIB melakukan pemeriksaan
kadar gula darah dan memberikan injeksi insulin 8 UI, respon pasien
185 mg/dl, dan insulin masuk 8 UI melalui subcutan. Pukul 12.30 WIB
memberikan diit kepada pasien, respon pasien mengatakan akan mematuhi diit
dan membantu cuci rambut pasien), respon pasaien mengatakan badan terasa
segar setelah sibin dan mandi, pasien tampak rileks, rambut bersih tidak
lengket, badan bersih, pasien tampak aktif dalam perawatan dan berusaha
di tempat tidur, berpindah, dan ambulasi dibantu oleh keluarga, untuk makan
dan minum pasien sudah mandiri, pasien tampak menghabiskan 1 porsi menu
dari RS, pasien terlihat lemah, terpasang infuse NACL 0,9% 20 tpm pada
tangan kanan dan kekuatan otot 5. Pukul 13.00 mengajarkan pasien dalam
77
07.35 WIB melakukan pengkajian nyeri, respon pasien mengatakan nyeri pada
kedua telapak kaki, nyeri timbul hanya saat melakukan aktivitas berlebih, jika
nyeri timbul terasa seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 3, nyeri dirasakan
hilang timbul dengan durasi 5 menit dan frekuensi jarang, wajah pasien
mmHg, nadi 90 x/menit, suhu 36,8 OC, respirasi 18 x/menit. Pukul 10.00 WIB
nyeri pada kedua telapak kaki sudah berkurang, nyeri timbul hanya saat
nyeri dari 3 menjadi 2, nyeri dirasakan hilang timbul dengan durasi 5 menit
(DM) yaitu pukul 08.00 WIB melakukan pemeriksaan kadar gula darah dan
dilakukan pemeriksaan kadar gula darah, GDS 175 mg/dl, dan insulin masuk 8
mg, obat masuk melalui intravena. Pukul 08.20 WIB memonitor intake nutrisi
pasien, Antropometri meliputi berat badan sebelum sakit 55 kg, berat badan
selama sakit 50 kg, tinggi badan 160 cm, IMT : 19,53. Biochemical data yaitu
78
Hb 12,5 ( Normal 12,0 18,0 g/dl ), Hematokrit 40% (33-45%), GDS 175
mg/dl, GDP 160 mg/dl. Clinical Sign yaitu distribusi rambut merata, bersih,
tidak kotor, kulit kering, turgor kulit elastis, mukosa bibir lembab,
konjungtiva tidak pucat, sclera putih, badan tampak rileks dan bertenaga,
mengatakan badan terasa segar, pasien menghabiskan semua porsi menu RS.
Dietary history yaitu pasien mengatakan diberi diit makan nasi, sayur, dan
lauk, pasien minum air putih 1000 cc/hari, susu 200cc/hari sesuai menu rumah
sakit. Pukul 09.30 WIB memberikan diet kepada pasien, respon pasien
sesuai menu RS. Pukul 12.00 WIB melakukan pemeriksaan kadar gula darah
untuk dilakukan pemeriksaan kadar gula darah, GDS 160 mg/dl, dan insulin
masuk 8 UI melalui sub cutan. Pukul 12.50 WIB memberikan diet kepada
pasien, respon pasien mengatakan akan mematuhi diet sesuai program, semua
dibantu juga oleh keluarga pasien, respon pasien mengatakan badan terasa
segar setelah sibin dan mandi, pasien tampak rileks, rambut bersih tidak
lengket, badan bersih, pasien tampak aktif dalam perawatan dan berusaha
79
tempat tidur seperti merubah posisi miring kanan atau kiri sudah bias mandiri,
badan terasa segar dan sudah tidak lemas, pasien tampak menghabiskan 1
porsi menu dari RS, pasien terlihat rileks, terpasang infuse NACL 0,9% 20
tpm pada tangan kanan dan kekuatan otot 5. Pukul 11.00 WIB membantu
pasien dalam mobilisasi duduk, pasien terlihat rileks dan aktif dalam
F. Evaluasi
Evaluasi hasil pada tanggal 10 April 2014 pukul 14.00 WIB yaitu :
nyeri hilang timbul dengan skala nyeri dari 4 menjadi 3, durasi 5-10 menit,
80
lemas, pasien tampak lemah, pasien terlihat menghabiskan setengah porsi dari
menu rumah sakit, pasien terlihat kurangnya minat pada makanan, berat badan
sebelum sakit 55 kg, berat badan selama sakit 50 kg, tinggi badan 160 cm,
12,5 g/dl, Hematokrit 40%, GDP 160 mg/dl, GDS tanggal 10 April 2014 190
mg/dl, kulit kering, turgor kulit elastis, mukosa bibir kering. konjungtiva tidak
anemis, sclera putih, badan terlihat lemah, masalah belum teratasi, intervensi
dilanjutkan yaitu monitor intake nutrisi, monitor kadar Hb, Ht, dan GDS,
perubahan metabolisme sel pasien mengatakan badan terasa lelah dan lemas,
ambulasi dibantu oleh keluarga, pasien terlihat lemah, terpasang infuse NACL
0,9% 20 tpm pada tangan kanan, tekanan darah 145/80 mmHg, nadi 90
81
ajarkan pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif, latih pasien dalam
kebutuhan aktivitas dan latihan, ubah posisi secara periodik sesuai keadaan
pasien.
Evaluasi hasil pada tanggal 11 April 2014 pukul 14.00 WIB yaitu :
skala nyeri masih 3, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri hilang timbul dengan
sesuai diet dari RS, badan terasa lemas, porsi RS hanya sisa 3 sendok, berat
badan sebelum sakit 55 kg, berat badan selama sakit 50 kg, tinggi badan 160
cm, IMT : 19,53. Pemeriksaan laborat tanggal 07 April 2014 meliputi Hb 12,5
g/dl, Hematokrit 40%, GDP 160 mg/dl, GDS tanggal 11 April 2014 180
mg/dl, turgor kulit elastis, mukosa bibir kering, konjungtiva tidak anemis,
sclera putih, badan terlihat masih lemah, masalah teratasi sebagian, intervensi
dilanjutkan yaitu monitor intake nutrisi, monitor kadar Hb, HT, dan GDS,
82
ambulasi dibantu oleh keluarga, untuk makan dan minum pasien sudah
mandiri pasien tampak rileks, rambut bersih tidak lengket, badan bersih,
rileks, terpasang infuse NACL 0,9% 20 tpm pada tangan kanan dan kekuatan
mobilisasi pasien, ajarkan pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif, latih
pasien dalam kebutuhan aktivitas dan latihan, ubah posisi secara periodik
Evaluasi hasil pada tanggal 12 April 2014 pukul 14.00 WIB yaitu :
telapak kaki sudah berkurang, nyeri timbul hanya saat melakukan aktivitas
berlebih, jika nyeri timbul terasa seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri dari
dan akan melakukan teknik relaksasi nafas dalam apabila nyeri timbul, wajah
pasien tampak rileks, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 90 x/menit, suhu 36,8
83
O
C, respirasi 18 x/menit, masalah teratasi sebagian, intervensi dilanjutkan
berat badan sebelum sakit 55 kg, berat badan selama sakit 50 kg, tinggi badan
160 cm, IMT : 19,53. Pemeriksaan laborat tanggal 07 April 2014 meliputi Hb
12,5 g/dl, Hematokrit 40%, GDP 160 mg/dl, GDS tanggal 12 April 2014 160
mg/dl, kulit kering, turgor kulit elastis, mukosa bibir lembab, konjungtiva
tidak pucat, sclera putih, pasien menghabiskan semua porsi menu RS, masalah
untuk aktivitas di tempat tidur seperti merubah posisi miring kanan atau kiri
sudah bias mandiri, makan dan minum pasien sudah mandiri, pasien
pasien mengatakan badan terasa segar dan sudah tidak lemas, pasien tampak
menghabiskan 1 porsi menu dari RS, pasien tampak rileks, rambut bersih tidak
lengket, badan bersih, pasien tampak aktif dalam perawatan dan berusaha
84
perawat, terpasang infuse NACL 0,9% 20 tpm pada tangan kanan dan
kemampuan mobilisasi pasien, ajarkan pasien dalam latihan ROM aktif dan
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang Pemberian Masase Kaki
Melitus Tipe II Di Ruang Melati I Rsud Dr. Moewardi Surakarta. Disini penulis
akan membahas prioritas diagnosa keperawatan yang utama yaitu nyeri kronis
berhubungan dengan agen injuri biologis (neuropati perifer). Hal ini dilakukan
dengan alasan bahwa penulis membahas diagnosa tersebut sesuai aplikatif jurnal
pada penelitian yang telah dilakukan oleh Mulyati (2012) dengan judul Pengaruh
Masase Kaki Secara Manual Terhadap Sensasi Proteksi, Nyeri, Dan Ankle
Brachial Index (ABI) Pada Diabetes Melitus Tipe II di RSUD Curup Bengkulu
2012. Prinsip dari pembahasan ini dengan memperhatikan aspek tahapan proses
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat
keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Dermawan, 2012).
07.00 WIB. Dalam pengambilan kasus ini penulis mengumpulkan data dengan
telapak kaki, nyeri bertambah saat beraktifitas, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri
hilang timbul dengan skala nyeri 4, durasi 5-10 menit, dengan frekuensi kadang-
kadang.
perifer meliputi distalparastesia, nyeri seperti kesakitan atau terbakar atau seperti
Pada kasus Ny. S mengeluh badan terasa lelah dan lemas, pasien
oleh keluarga. Hal ini disebabkan karena defisiensi insulin akan menggangu
kalori sehingga terjadi kelelahan dan kelemahan (Smeltzer, 2002). Rasa lelah dan
87
besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi. Aliran darah yang buruk
2009).
dari defisiensi insulin yang menggangu metabolisme protein dan lemak menurun
akibat dari berkurangnya glukosa dalam sel/jaringan. Kadar gula yang tinggi
menyebabkan glukosa tidak bisa secara optimal masuk ke dalam sel sehingga
keperawatan.
emosi yang tidak menyenangkan, akibat kerusakan jaringan aktual dan potensial
study of pain), awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan
sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan
durasinya lebih dari enam bulan. Diagnosa ini dapat dimunculkan apabila terdapat
88
batasan karakteristik berupa pasien mengeluh nyeri baik secara verbal maupun
nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak
perifer meliputi distal parastesia, nyeri seperti kesakitan atau terbakar atau seperti
berupa asupan makanan yang tidak adekuat, berat badan dibawah berat badan
89
makan, adanya bukti asupan makanan yang kurang, kurangnya minat terhadap
mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam, pergerakan fisik mandiri dan terarah
pada tubuh atau satu ekstremitas atau lebih (NANDA, 2011). Hal ini disebabkan
karena defisiensi insulin akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang
Rasa lelah dan kelemahan otot akibat katabolisme protein di otot dan
Aliran darah yang buruk pada pasien Diabetes kronis juga berperan menyebabkan
90
merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan, bagaimana
yang menjelaskan suatu tindakan yang dapat diukur berdasarkan kemampuan dan
SMART meliputi specific yaitu dimana tujuan harus spesifik dan tidak
dirasakan, dan dibau), achievable yaitu tujuan harus dapat dicapai, dan hasil yang
realistis dengan cepat memberikan klien dan perawat suatu rasa pencapaian. time
yaitu batas pencapaian harus dinyatakan dalam penulisan kriteria hasil dan
adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri
dapat berkurang atau teratasi dengan kriteria hasil yaitu ekspresi wajah rileks,
91
skala nyeri 0, TTV dalam batas normal (Tekanan darah : 120/80 mmHg, nadi 60-
berhubungan dengan agen injury biologis (neuropati perifer) adalah kaji nyeri P
(skala keparahan) ,T (time atau waktu) rasional : untuk mengetahui berapa berat
nyeri yang dialami pasien, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam rasional :
nyeri, dan meningkatkan kontrol terhadap nyeri yang mungkin berlangsung lama,
informasikan kepada pasien bila nyeri timbul lakukan teknik relaksasi nafas dalam
obat.
dengan kriteria hasil Asupan nutrisi adekuat, nafsu makan meningkat, Hb,
92
mengetahui BB, Hb, turgor kulit dan tingkat keadekuatan pemasukan makanan,
monitor kadar gula darah sewaktu rasional : untuk menmantau fluktuasi kadar
gula darah, menginformasikan kepada pasien untuk makan diet dari rumah sakit
dan makan sedikit tapi sering rasional: agar pasien mengerti makanan apa saja
yang boleh dimakan dan menambah asupan nutrisi, kolaborasi dengan ahli gizi
pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat penurunan gula darah dan
mencegah komplikasi.
sehari-hari.
mobilisasi pasien, ajarkan pasien dalam latihan ROM aktif dan ROM pasif
sesuai kondisi keterbatasan klien. Ubah posisi secara periodik sesuai keadaan
93
atelektasis, penumonia.
pasien, merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang dimulai setelah
2014. Implementasi yang akan dibahas pada pembahasan ini adalah tentang
mengkaji nyeri dalam hal ini untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami
dilakukan apabila nyeri timbul, hal ini bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri
masase yang bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien.
Pemberian teknik masase yang dilakukan pada pasien ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Mulyati (2012) dengan judul Pengaruh Masase Kaki Secara
Manual Terhadap Sensasi Proteksi, Nyeri, Dan Ankle Brachial Index (ABI) Pada
Diabetes Melitus Tipe II di RSUD Curup Bengkulu 2012. Berdasarkan dari hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa dimana masase kaki secara manual dapat
94
neuropati diabetik pada pasien yang mengalami nyeri adalah dengan cara terapi
adalah touch teraphy khususnya masase. Selain pengendalian kadar glukosa darah
dapat juga dilakukan masase pada daerah kaki secara rutin sertiap hari (Black &
Hawks, 2005).
dalam hal ini diindikasikan untuk keadaan tubuh yang sangat lelah, otot yang
kaku dan rasa nyeri pada persendian serta gangguan pada persarafan (Prihatin,
2013).
stimulasi kutaneus tubuh secara umum, masase dapat membuat pasien lebih
kulit, meningkatkan sirkulasi atau peredaran darah pada area yang di masase.
Maka dari itu dalam hal ini teknik relaksasi berupa masase kaki diterapkan dalam
95
dan relaksasi otot, mengurangi tegangan otot, dan tingkat stress. Masase dapat
oksigen dan zat makanan kedalam sel tubuh, sekaligus juga meningkatkan
penebalan dinding pembuluh darah, dan pembentukkan plak atau thrombus yang
Menurut Ganong (2008) dalam jurnal penelitian Laksmi (2012) endorfin memiliki
efek narkotika alami yaitu mengurangi rasa sakit dan meningkatkan kegembiraan.
perlu saja. Menurut ISO (2012) pemberian paracetamol diindikasikan juga untuk
96
yang terlibat dalam proses pengiriman pesan rasa sakit ke otak, dengan
mengatasi nyeri pada Ny. S. Skala nyeri pasien 3 (nyeri ringan), hanya timbul saat
saja.
dari kebutuhan berhubungan dengan penyakit kronis (DM) adalah kaji pola nutrisi
untuk makan diet dari rumah sakit dan makan sedikit tapi sering rasional : agar
pasien mengerti makanan apa saja yang boleh dimakan dan menambah asupan
nutrisi, kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah dan nutrisi yang
mobilisasi pasien, Ajarkan pasien dalam latihan ROM aktif maupun pasif
97
kondisi keterbatasan klien, Ubah posisi secara periodik sesuai keadaan klien
atelektasis, penumonia).
diberikan pada Ny. S ini dilakukan dalam bentuk catatan perkembangan, dengan
membandingkan tujuan yang ingin dicapai dan kenyataan yang ada secara
S (Subjective data atau data subyektif), O (Objective data atau data obyektif), A
Evaluasi hasil pada tanggal 10 April 2014 pukul 14.00 WIB yaitu Untuk
(neuropati perifer). S : pasien mengatakan nyeri pada kedua telapak kaki, nyeri
pasien tampak meringis menahan nyeri, tekanan darah 145/80 mmHg, nadi 90
98
mengatakan nafsu makan berkurang dan pasien mengatakan badan terasa lemas.
O : pasien tampak lemah, pasien terlihat menghabiskan setengah porsi dari menu
rumah sakit, pasien terlihat kurangnya minat pada makanan, berat badan sebelum
sakit 55 kg, berat badan selama sakit 50 kg, IMT : 19,53, tinggi badan 160 cm,
18,0 g/dl ), Hematokrit 40% (33-45%), GDP 160 mg/dl, GDS tanggal 10 April
2014 190 mg/dl, kulit kering, turgor kulit elastis, mukosa bibir kering. konjungtiva
tidak anemis, sclera putih, badan terlihat lemah. A : masalah belum teratasi. P :
intervensi dilanjutkan yaitu monitor intake nutrisi, monitor kadar Hb, HT, dan
GDS, informasikan kepada pasien untuk mematuhi diitnya, kolaborasi dengan ahli
perubahan metabolisme sel. S : pasien mengatakan badan terasa lelah dan lemas,
pasien mengatakan aktivitas dan kemampuan untuk merawat diri, makan minum,
oleh keluarga. O : pasien terlihat lemah, terpasang infuse NACL 0,9% 20 tpm
pada tangan kanan, tekanan darah 145/80 mmHg, nadi 90 kali/menit, suhu 36oC,
dalam latihan ROM aktif dan pasif, latih pasien dalam kebutuhan aktivitas dan
99
Evaluasi hasil pada tanggal 11 April 2014 pukul 14.00 WIB yaitu untuk
(neuropati perifer). S : pasien mengatakan nyeri pada kedua telapak kaki sudah
berkurang, dirasakan nyeri apabila beraktivitas, dengan skala nyeri 3, nyeri seperti
ditusuk-tusuk, nyeri hilang timbul dengan durasi 5 menit dan frekuensi jarang-
jarang. O : wajah pasien terlihat sedikit tegang, tekanan darah 140/80 mmHg, nadi
pada makanan, badan terasa lemas, pasien mengatakan akan mematuhi diit sesuai
diet dari RS. O : porsi RS hanya sisa 3 sendok, berat badan sebelum sakit 55 kg,
berat badan selama sakit 50 kg, tinggi badan 160 cm, IMT : 19,53. Pemeriksaan
laborat tanggal 07 April 2014 meliputi Hb 12,5 ( Normal 12,0 18,0 g/dl ),
Hematokrit 40% (33-45%), GDP 160 mg/dl, GDS tanggal 11 April 2014 180
mg/dl, turgor kulit elastis, mukosa bibir kering. konjungtiva tidak anemis, sclera
dilanjutkan yaitu monitor intake nutrisi, monitor kadar Hb, Ht, dan GDS,
informasikan kepada pasien untuk mematuhi dietnya, kolaborasi dengan ahli gizi
pemberian diet.
100
ambulasi dibantu oleh keluarga, untuk makan dan minum pasien sudah mandiri. O
: pasien tampak rileks, rambut bersih tidak lengket, badan bersih, pasien tampak
meskipun dibantu keluarga dan perawat, pasien terlihat rileks, terpasang infuse
NACL 0,9% 20 tpm pada tangan kanan dan kekuatan otot 5. A : masalah teratasi
ajarkan pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif, latih pasien dalam kebutuhan
aktivitas dan latihan, ubah posisi secara periodik sesuai keadaan pasien.
Evaluasi hasil pada tanggal 12 April 2014 pukul 14.00 WIB yaitu untuk
(neuropati perifer). S : pasien mengatakan nyeri pada kedua telapak kaki sudah
berkurang, nyeri timbul hanya saat melakukan aktivitas berlebih, jika nyeri timbul
terasa seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 2, nyeri dirasakan hilang timbul
dengan durasi 5 menit dan frekuensi jarang, pasien mengatakan kaki terasa
nyaman setelah di masase, dan akan melakukan teknik relaksasi nafas dalam
apabila nyeri timbul. O : wajah pasien tampak rileks, tekanan darah 120/80
mmHg, nadi 90 x/menit, suhu 36,8 OC, respirasi 18 x/menit. A : masalah teratasi
dilakukan Mulyati (2012) dengan judul Pengaruh Masase Kaki Secara Manual
Terhadap Sensasi Proteksi, Nyeri, Dan Ankle Brachial Index (ABI) Pada Diabetes
101
Melitus Tipe II di RSUD Curup Bengkulu 2012, hasil evaluasi akhir masalah
program, pasien mengatakan badan terasa segar, berat badan sebelum sakit 55 kg,
berat badan selama sakit 50 kg, tinggi badan 160 cm, IMT : 19,53. O :
Pemeriksaan laborat tanggal 07 April 2014 meliputi Hb 12,5 ( Normal 12,0 18,0
g/dl ), Hematokrit 40% (33-45%), GDS tanggal 12 April 2014 160 mg/dl, kulit
kering, turgor kulit elastis, mukosa bibir lembab, konjungtiva tidak pucat, pasien
dilanjutkan yaitu monitor intake nutrisi, monitor kadar Hb, HT, dan GDS.
untuk merawat diri, toileting, berpakaian, berpindah, dan ambulasi dibantu oleh
keluarga, untuk aktivitas di tempat tidur seperti merubah posisi miring kanan atau
kiri sudah bias mandiri, makan dan minum pasien sudah mandiri, pasien
pasien mengatakan badan terasa segar dan sudah tidak lemas. O : pasien tampak
menghabiskan 1 porsi menu dari RS, pasien tampak rileks, rambut bersih tidak
lengket, badan bersih, pasien tampak aktif dalam perawatan dan berusaha untuk
102
terpasang infuse NACL 0,9% 20 tpm pada tangan kanan dan kekuatan otot 5. A :
mobilisasi pasien, ajarkan pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif, latih pasien
BAB V
Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang kesimpulan dan saran
Keperawatan Ny. S Dengan Diabetes Melitus Tipe II Di Ruang Melati I Rsud Dr.
Moewardi Surakarta.
A. Simpulan
1. Pengkajian
yaitu pasien mengatakan nyeri pada kedua telapak kaki, nyeri bertambah
setengah porsi dari menu rumah sakit, pasien terlihat kurangnya minat
pada makanan, berat badan sebelum sakit 55 kg, berat badan selama sakit
103
104
50 kg, tinggi badan 160 cm, IMT : 19,53, Hb 12,5 ( Normal 12,0 18,0
g/dl ), Hematokrit 40% (33-45%), GDP 160 mg/dl, GDS 200 mg/dl, kulit
kering, turgor kulit elastis, mukosa bibir kering. Konjungtiva tidak anemis,
sclera putih, badan terlihat lemah. Berdasarkan data fokus tersebut penulis
data obyektif. Data subyektif yaitu pasien mengatakan badan terasa lelah
data pasien terlihat lemah, terpasang infuse NACL 0,9% 20 tpm pada
2. Diagnosa keperawatan
105
metabolisme sel.
3. Intervensi
berhubungan dengan penyakit kronis (DM) antara lain kaji pola nutrisi (
kepada pasien untuk makan diet dari rumah sakit dan makan sedikit tapi
sering (rasional: agar pasien mengerti makanan apa saja yang boleh
106
dimakan dan menambah asupan nutrisi), kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat penurunan gula darah dan
nmencegah komplikasi).
latihan ROM aktif dan ROM pasif (rasional: Meningkatkan sirkulasi darah
4. Implementasi
107
berhubungan dengan penyakit kronis (DM) antara lain kaji pola nutrisi (
kepada pasien untuk makan diet dari rumah sakit dan makan sedikit tapi
sering (rasional: agar pasien mengerti makanan apa saja yang boleh
dimakan dan menambah asupan nutrisi), kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat penurunan gula darah dan
nmencegah komplikasi).
latihan ROM aktif dan ROM pasif (rasional: Meningkatkan sirkulasi darah
108
5. Evaluasi
6. Analisa
perifer) sesuai aplikatif jurnal yang telah dilakukan Mulyati (2012) dengan
Nyeri, Dan Ankle Brachial Index (ABI) Pada Diabetes Melitus Tipe II di
bahwa pasien mengatakan nyeri pada kedua telapak kaki, nyeri bertambah
109
kedua telapak kaki sudah berkurang, nyeri timbul hanya saat melakukan
skala nyeri 2, nyeri dirasakan hilang timbul dengan durasi 5 menit dan
masase, dan akan melakukan teknik relaksasi nafas dalam apabila nyeri
timbul, wajah pasien tampak rileks sehingga hasil evaluasi akhir yaitu
masalah teratasi sebagian tetapi hal ini belum sesuai dengan jurnal
B. Saran
1. Bagi penulis
110
tipe II.
mengontrol nyeri pada pasien Diabetes Melitus tipe II, pasien dan keluarga
perawatan di rumah.
DAFTAR PUSTAKA
Ar-Ruzz Media.
april 2014.
13 April 2014.
Corwin, J.E. (2009). Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3. Jakarta : EGC.
Publishing.
Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., and Gelssler, A.C. (2000). Rencana Asuhan
EGC.
Laksmi, dkk. (2012). Pengaruh Foot Massage Terhadap Ankle Brachial Index
Ilmu Keperawatan.
Mulyati, Leli. (2012). Pengaruh Masase Kaki secara Manual Terhadap Sensasi
Proteksi, Nyeri, dan Ankle Brachial Index (ABI) pada Diabetes Melitus
Medika.
Jakarta: EGC.
http:/majalahkesehatan.com/paracetamol-analgesik-danantipiretik-
Sudoyo. (2006). Buku Ajar Penyakit Ilmu dalam (edisi 3). Jakarta : pusat Penerbit
Ilmu.