Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA PASIEN DENGAN

CORPUS ALIENUM

DI SUSUN OLEH :
DEWI ZAKIYAH (20181420146013)

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Asri Kusyani,M.Kep

S1 KEPERAWATAN STIKES BAHRUL ULUM


TAMBAK-BERAS JOMBANG
2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat taufik dan hidayah-Nya sehingga makalah ini selesai tepat pada waktunya.
Penulisan makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA
GANGGUAN CORPUS ALIENUM”, bertujuan untuk memenuhi tugas Kritis
Kami menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, itu
dikarenakan kemampuan yang terbatas.Namun berkat dorongan dan bimbingan
dari berbagai pihak, akhirnya pembuatan makalah ini tepat pada waktunya. Kami
berharap dalam penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi kami sebagai
penyusun sendiri dan bagi para pembaca pada umumnya serta semoga dapat
menjadi bahan pertimbangan untuk mengembangkan atau meningkatkan prestasi
di masa yang akan datang.

Penyusun

Jombang, 13 April 2021

1
DAFTAR ISI
Cove
r
Kata pengantar.......................................................................................................1
Daftar isi..................................................................................................................2
BAB I Pendahuluan...............................................................................................3
1.1 Latar belakang.............................................................................................3
1.2 Rumusan masalah........................................................................................3
1.3 Tujuan..........................................................................................................3
1.4 Manfaat........................................................................................................4
BAB II Tinjauan Teori..........................................................................................5
2.1 Definisi Corpua Alienum............................................................................5
2.2 Etiologi........................................................................................................6
BAB III Asuhan keperawatan.............................................................................25
3.1 Pengkajian.................................................................................................25
3.2 Analisa Data..............................................................................................28
3.3 Diagnosa keperawatan...............................................................................28
3.4 Intervensi keperawatan..............................................................................28
3.5 Implementasi.............................................................................................30
3.6 Evaluasi.....................................................................................................30
BAB IV Penutup...................................................................................................31
4.1 Kesimpulan................................................................................................31
Daftar pustaka......................................................................................................32
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Corpus Alienum (benda asing) pada saluran pernapasan merupakan istilah


yang seringdigunakan di dunia medis. Benda asing di saluran pernapasan
adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang
dalam keadaan normal tidak ada pada saluran pernapasan tersebut.Benda
asing pada saluran napas dapat terjadi pada semua umur terutama anak-
anakkarena anak-anak sering memasukkan benda ke dalam mulutnya bahkan
sering bermain atau menangis pada waktu makan. Sekitar 70% kejadian
aspirasi benda asingterjadi pada anak berumur kurang dari 3 tahun. Hal ini
terjadi karena anak seumur itusering tidak terawasi, lebih aktif, dan cenderung
memasukkan benda apapun ke dalammulutnya.Benda asing dalam saluran
pernapasan dapat menyebabkan keadaan yang berbahaya,seperti penyumbatan
dan penekanan ke jalan napas. Gejala sumbatan benda asing disaluran napas
tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan, sifat, bentuk danukuran
benda asing. Pada prinsipnya benda asing di esofagus dan saluran
napasditangani dengan pengangkatan segera secara endoskopik dalam kondisi
yang palingaman dan trauma yang minimal.
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Apa yang di maksud dengan corpus alineum?
1.2.2 Bagaimana asuhan keperawatan pada corpus jalan napas
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Setelah di lakukan penulisan makalah mahasiswa di harapkan mampu
mengimplementasikan asuhan keperawatan pada corpus alineum jalan
napas.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mampu mengetahui dan memahami apa itu corppus alineum
2. Mampu mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada corpus
alineum
1.4 Manfaat
Agar mahasiswa mampu memahami dan meningkatkan wawasan mengenai
asuhan keperawatan kritis pada pasien dengan corpus alineum pada jalan
napas.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Corpus Alienum (benda asing) pada saluran pernafasan merupakan istilah
yang sering digunakan di dunia medis. Benda asing di saluran pernafasan
adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam
keadaan normal tidak ada pada saluran pernafasan tersebut.
Benda asing pada saluran napas dapat terjadi pada semua umur terutama
anak-anak karena anak-anak sering memasukkan benda ke dalam mulutnya
bahkan sering bermain atau menangis pada waktu makan. Sekitar 70%
kejadian aspirasi benda asing terjadi pada anak berumur kurang dari 3 tahun.
Hal ini terjadi karena anak seumur itu sering tidak terawasi, lebih aktif, dan
cenderung memasukkan benda apapun ke dalam mulutnya.
Corpus Alienum adalah terdapatnya suatu benda asing di dalam rongga
mulut baik tajam maupun tumpul atau makanan yang tersangkut dan terjepit
di esophagus karena tertelan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
2.2 Etiologi
1) Faktor individual : Umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempat
tinggal.
2) Kegagalan mekanisme proteksi yang normal : Keadaan tidur, kesadaran
menurun,alkoholisme dan epilepsi.
3) Faktor fisik : Kelainan dan penyakit neurologik.
4) Proses menelan yang belum sempurna pada anak.
5) Faktor dental, medical dan surgical : tindakan bedah, ekstrasi gigi,
belumtumbuhnya gigi molar pada anak usia kurang dari 4 tahun.
6) Faktor kejiwaan : emosi dan gangguan psikis.
7) Ukuran, bentuk dan sifat benda asing. 
8) Faktor kecerobohan : meletakkan benda asing di mulut, persiapan
makanan yang kurang baik, makan atau minum tergesa-gesa, makan
sambil bermain,memberikan kacang atau permen pada anak yang gigi
molarnya belum tumbuh.
2.3 Patofisiologi
Benda asing baik itu benda mati, hidup atupun komponen tubuh dapat
masuk kerongga mulut karena faktor kesengajaan, kecerobohan maupun
faktor kebutuhan. Ketika benda asing itu tertelan dan masuk keesophagus
yang menyebabkan tersangkutnya beda itu, maka akan dilakukan ektraksi
untuk menghindari komplikasi yang lebih lanjut ekstraksi tersebut dapat
menimbulkan lesi pada esopagus sehingga akan terasa nyeri jika digunakan
untuk menelan.
Betz, Cecily Lynn dan Linda. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri.
Jakarta: EGC. Pada saat menelan yang terjadi adalah jalan napas akan tertutup
oleh epiglotissehingga makanan tidak akan salah jalan masuk ke jalan napas.
Akan tetapi jika anakatau orang dewasa tersebut menarik naspas yang kuat
secara tiba-tiba, misalnyateriak, tertawa, terkejut, atau menangis maka laring
akan terbuka dan benda yang berada di dalam mulut akan ikut terhirup
masuk.Jika benda asing tersebut terjepit pada pita suara atau subglotik, akan
terjadisuara parau, batuk, dan sesak napas serta sianosis.
Jika benda asing telah masuk kedalam trakea-bronkus, juga akan terjadi
batuk-batuk hebat yang mendadak dan bertubi-tubi yang
sering kali diikut dengan sianosis. Selama periode ini, benda asing bergerak
dari satu bagian ke bagian lain dari trakeo-bronkial dan akhirnya
sering kali berhenti pada bronkus kanan.
Pada dewasa benda asing cenderung tersangkut pada bronkus utama
kanankarena lebih segaris lurus dengan trakea dan posisi karina yang lebih
kekiri sertaukuran bronkus kanan yang lebih besar. Sampai umur 15 tahun
sudut yang di bentuk bronkus dengan trakea antara kiri dan kanan
hampir sama, sehingga pada anak,frekuensi lokasi tersangkutnya benda asing
hampir sama kejadian antara bronkusutama kiri dan kanan. Lokasi
tersangkutnya benda asing juga di pengaruhi posisi saatterjadi aspirasi.
Obstruksi dapat terjadi obstruksi parsial atau total. Obstruksi total jalan
napas biasanya terjadi di jalan napas atas dan dapat mengancam hidup. Atelek
tasis dapatterjadi di bagian distal dari tempat obstruksi sehingga udara tidak
dapat masuk lagi. Udara yang terperangkap atau hiperinflasi terjadi bila udara
dihirup masuk tetapihanya sebagian yang dikeluarkan. Bila aspirasi benda
asing cepat didiagnosis danobjek arau subtansi itu dikeluarkan dengan cepat,
keadaan itu akan kembali berjalan biasa.Jika benda asing berhenti, batuk
menjadi jarang dan saat ini disebut fasetenang (latent period), penderita
relative tanpa gejala. Keadaan ini membuat keluarga atau dokter mengira
benda asing terlah keluar, tetapi jika dilakukan pemeriksaan fisikyang teliti
akan terdengar mengi yang ekspiratoir dan tanda-tanda lain dari
obstruksi bronkus. Jenis benda asing juga menentukan berat-ringan gejala yan
g akan timbul. Benda asing organic seperti kacang, atau kecik mempunyai
sifat higroskopis, mudahmenjadi lunak dan mengambang dan menimbulkan
iritasi pada mukosa traktus respiratorius. Dalam waktu kurang lebih 24 jam
setelah fase tenang akan terjadi batukdisertai sekret purulen, sedangkan benda
asing berupa logam atau plastik yang dapatmenyebabkan obstruksi pasrsial,
biasanya dapat ditoleransi untuk waktu yang cukuplama. Benda asing
anorganik akan menimbulkan iritasi lebih ringan dan lebih mudahdidiagnosis
dengan pemeriksaan radio-opak.
Semakin lama benda asing itu tersangkut, semakin banyak kompikasi
yang akan muncul, berkaitan dengan peningkatan edema, peradangan, dan
ancaman infeksi,selain itu dapat menyebabkan perubahan patologik jaringan antara lain
bronkiektasis, pnemonitis yang berulang, abses paru dan emfisema.
2.4 WOC

Menarik napss yang


kuat secar tiba-tiba Umur terlalu Penyakit
ketiaka (makan, muda atau tua neurologik
tertawa, dan terkejut)

Benda asing masuk ke


saluran pernapasan (Corpus
alinenum jalan napas)

Bersihan jalan Obstruksi jalan


napas tidak efektif napas

Mekanisme tubuh unntuk Asietas


mengeluarkan benda Benda asing tidak
asing : batuk keluar

Benda asing akan dapat


cepat di keluarkan
Obstruksi total Obstruksi parsial
yang berlangsung
Pembebasan lama
kembali jalan
napas Obstruksi
Bronkospasme menetapa di
daerah yang
sempit Benda asing
Pengaktifan turun ke
respon inflamasi : trakea atau
edema dan bronkus
peradangan

Latent period

Mengganggu Benda organik


fungsi fentilasi menjadi lunak atau
benda non organik
menetap
Penurunan suplai O2 dan peningkatan
Menimbulkan
CO2 di paru-paru menimbulkan sesak
isritasi dan erosi
napas
mukosa

Gangguan
pertukaran gas Resiko tinggi
infeksi

Gangguan perfusi Penurunan suplai


jaringan O2 di jaringan Menimbulkan
bronkiektasis,
pneomonia yang
Sianosis berulang, abses paru
dan emfisema
kematian
2.5 Klasifikasi
1) Corpus alienum esophagus
Banyak terjadi pada anak – anak. Hal ini disebabkan anak – anak
mempunyai kebiasaan sering memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya.
Pada umumnya benda asing yang tertelan berupa uang logam, peniti,
tutup bollpoin dan lain – lain. Pada orang tua hal ini juga dapat terjadi,
kebanyakan terjadi pada golongan lansia yang giginya sudahj habis
sehingga makanan tidak dapat dikunyah dengan baik. Benda yang tertelan
biasanya daging yang liat, bakso, abon, tulang ayam/bebek, paku, jarum,
kawat gigi palsu dan lain – lain.
2) Corpus alienum di trakea-bronkus
Benda asing yang masuk ke trakea atau bronkus kebanyakan karena
terhirup. Banyak terjadi pada anak kecil karena gigi gerahamnya belum
tumbuh sehingga makanan tidak dapat dikunyah dengan baik. Secara
tidak sadar karena menangis, berteriak atau terjatuh makanan akan
terhirup dan masuk ke jalan nafas. Benda yang terhirup pada umumnya
adalah makanan misalnya kacang, nasi dan lain – lain. Pada orang dewasa
hal ini juga dapat terjadi terutama saat bekerja. Benda yang terhirup
misalnya jarum pentul, paku.
2.5 Manifestasi Klinis
Gejala sumbatan tergantung pada ukuran, bentuk dan jenis benda asing, lokasi
tersangkutnya, komplikasi yang timbul dan lama tertelan.
1) Nyeri di daerah leher.
2) Rasa tidak enak di daerah substernal atau nyeri di punggung.
3) Rasa tercekik.
4) Rasa tersumbat di tenggorokan.
5) Batuk, muntah, disfagia.
6) BB turun.
7) Regurgitasi.
8) Gangguan nafas.
9) Ronchi/mengi.
10) Demam.
11) Abses leher.
2.6 Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi berupa foto polos esophagus servikal dan
torakal anteroposterior dan lateral harus dilakukan pada semua pasien
yang diduga tertelan benda asing. Bila benda asing radioopak mudah
diketahui lokasinya, sedangkan bila radiolusen dapat diketahui tanda
inflamasi periesofagus atau hiperinflamasi hipofaring dan esophagus
bagian proksimal. Esofagogram dilakukan untuk benda asing radiolusen,
yang akan memperlihatkan filling detect persisten. Dapat dilakukan MRI
dan tomografis computer.
2) Tindakan endoskopi dilakukan untuk tujuan diagnostik dan terapi.
2.7 Penatalaksanaan
Pasien dirujuk ke rumah sakit untuk dilakukan esofaguskopi dengan
menamai cunam yang sesuai agar benda asing tersebut dapat dikeluarkan.
Kemudian dilakukan esofagoskopi ulang untuk menilai kelainan – kelainan
esophagus yang telah ada sebelumnya.
Untuk benda asing tajam yang tidak bisa dikeluarkan dengan esophagus
harus segera dilakukan pembedahan sesuai lokasi benda asing tersebut. Bila
dicurigai adanya perforasi kecil, segera dipasang pipa nasogaster agar pasien
tidak menelan dan diberikan antibiotik berspektrum luas selama 7 – 10 hari
agar tidak terjadi sepsis. Bila letak benda asing menetap selama 2 kali 24 jam
maka benda asing tersebut harus dikeluarkan secara pembedahan.
2.8 Komplikasi
Benda asing dapat menimbulkan laserasi mukosa, pedarahan, perforasi
lokal dengan akses leher atau mediastinistis. Perforasi esofagus dapat
menimbulkan selulitis lokal, fistel trakeoesofagus. Benda asing bulat atau
tumpul dapat juga menimbulkan perforasi, sebagai akibat sekunder dari
inflamasi kronik dan erosi. Jaringan granulasi disekitar benda asing timbul
bila benda asing berada diesofagus dalaam waktu yang lama.
Gajala dan tanda perforasi esofagus servikal dan torakal oleh karena
benda asing atau alat, antara lain emfisema subkutis atau mediatinum,
krepitasi kulit didaerah leher atau dada, pembengkakan leher, kaku leher,
demam dan menggigil, gelisah, nadi dan nafas cepet, nyeri yang menjalar
kepunggung, retrostenalndan epigastrium. Bila terjadi perforasi ke pleura
dapat timbul pneumotoraks atau pyotoraks.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1) Identitas Pasien : (Nama, Umur, Jenis kelamin, Agama, Alamat, Diagnosa
medis)
2) Pengkajian kondisi mental
- A = Alert /sadar Pasien dikatakan alert atau sadar apa bila pasien dapat
berorientasi terhadap tempat, waktu dan orang.
- V= verbal/respon terhadap suara Pasien ini dalam keadaaan disorientasi
namun maasih dapat diajak bicara
- P=Pain/respon terhadap nyeri pasin hanya berespon terhadap
rangsangan nyeri
- U= Uresponsif/tidak sadar Tentukan keadaan korban apakah berada
dalam keadaan alert, verbal, pain atau unresponsif
3) Primary Survey
- Airway : (bebasnya jalan nafas) dengan kontrol servikal.
- Breathing : (adekuat pernapasan).
- Circulation : (adekuat jantung dan sirkulasi tubuh) dengan kontrol
pendarahan.
4) Secondary Survey
- Dissability/ dehidration
- EKG/ Exposure
- Fluid / Farenheit
- Get vital sign
5) Keluhan utama
6) Riwayat penyakit :
- Riwayat penyakit sekarang
- Riwayat penyakit dahulu
- Riwayat penyakit keluarga
7) Pengkjian Bio-psiko-sosial
8) Pemeriksaan Fisik (Head to toe) :
9) Pemeriksaan penunjang (Radiologi)
3.2 Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mucus dalam
jumlah berlebihan dan benda asing dalam jalan napas
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan
3) Nyeri akut berhubunga dengan agen cedera fisik (benda asing pada
esophagus)
3.3 Intervensi
1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mucus dalam
jumlah berlebihan dan benda asing dalam jalan napas

INTERVENSI RASIONAL
1.Buka jalan napas dengan 1. Agar mendapat keadekuatan
menggunakan teknik chin lift atau ventilasi 
jaw thrust  2. Untuk meningkatkan perfusi 
2.Berikan O2 dengan menggunakan 3. Memperlancar saluran jalan
nasal kanul  nafas
3.Keluarkan secret dengan batuk atau 4. Suara napas tambahan dapat
suction  menjadi indikator gangguan
4.Monitor suara napas tambahan  kepatenan jalan napas yang
5.Kaji TTV  tentunya akan berpengaruh
6.Berikan posisi yang nyaman untuk terhadap kecukupan pertukaran
memaksimalkan ventilasi  udara. 
7.Berkolaborasi dalam pemberian 5. Melihat keadaan umum klien 
bronkodilator 6. Meningkatkan pengembangan
paru
7. Broncodilator meningkatkan
ukuran lumen percabangan
trakeobronkial sehingga
menurunkan tahanan terhadap
aliran udara.
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji status nutrisi pasien  Jaga 1. Pengkajian penting dilakukan
kebersihan mulut, anjurkan untuk untuk mengetahui status nutrisi
selalu melalukan oral hygiene.  pasien sehingga dapat menentukan
2. Delegatif pemberian nutrisi yang intervensi yang diberikan. 
sesuai dengan kebutuhan pasien : 2. Mulut yang bersih dapat
diet pasien diabetes mellitus.  meningkatkan nafsu makan 
3. Berian informasi yang tepat 3. Untuk membantu memenuhi
terhadap pasien tentang kebutuhan kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan
nutrisi yang tepat dan sesuai.  pasien.
4. Anjurkan pasien untuk 4. Informasi yang diberikan dapat
mengkonsumsi makanan tinggi zat memotivasi pasien untuk
besi seperti sayuran hijau  meningkatkan intake nutrisi. 
5. Kaji frekuensi mual, durasi, tingkat 5. Zat besi dapat membantu tubuh
keparahan, faktor frekuensi, sebagai zat penambah darah
presipitasi yang menyebabkan sehingga mencegah terjadinya
mual.  anemia atau kekurangan darah 
6. Anjurkan pasien makan sedikit 6. Penting untuk mengetahui
demi sedikit tapi sering.  karakteristik mual dan faktor-faktor
7. Diskusikan dengan keluarga dan yang menyebabkan mual.
pasien pentingnya intake nutrisi 7. Apabila karakteristik mual dan
dan hal-hal yang menyebabkan faktor penyebab mual diketahui
penurunan berat badan.  maka dapat menetukan intervensi
8. Timbang berat badan pasien jika yang diberikan. 
memungkinan dengan teratur. 8. Makan sedikit demi sedikit dapat
meningkatkn intake nutrisi. 
9. Membantu memilih alternatif
pemenuhan nutrisi yang adekuat.

3) Nyeri akut berhubunga dengan agen cedera fisik (benda asing pada
esophagus)
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji nyeri (PQRST)  1. Untuk mengetahui skala,
2. Ajarkan tentang teknik non instensitas, gambaran, lokasi serta
farmakologi (teknik relaksasi)  waktu nyeri 
3. Kontrol lingkungan yang dapat 2. Untuk mengurangi atau
mempengaruhi nyeri seperti suhu mengalihkan rasa nyeri 
ruangan, pencahayaan dan 3. Lingkungan yang nyaman dapat
kebisingan mengurangi nyeri
4. Kolaborasi dengan tim medis 4. Dapat mengurangi skala nyeri
lainnya dalam pemberian analgeti
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Benda asing dalam saluran pernapasan dapat menyebabkan keadaan yang
berbahaya,seperti penyumbatan dan penekanan ke jalan napas. Gejala
sumbatan benda asing disaluran napas tergantung pada lokasi benda asing,
derajat sumbatan, sifat, bentuk danukuran benda asing. Pada prinsipnya benda
asing di esofagus dan saluran napasditangani dengan pengangkatan segera
secara endoskopik dalam kondisi yang palingaman dan trauma yang minimal.
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, Heather. 2015. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-


2017 Edisi 10. EGC : Jakarta. http ://undip.ac.id./440321/Suryati
Nugroho.220104312543 Bab 2 Corpuus Alineum Esofagus scribd.
Nasarif, A. dan Kusman H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosis NANDA NIC NOC. Jogjakarta : Mediaction.
Penelitian : dr. Andi Rizal CORPUS ALIENUM GIGI PALSU DI
OESOPHAGUS DENGAN PEMERIKSAAN X-RAY DAN
OESOPHAGOGRAFI BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014
Penelitian : Ramschie , Meydi dan Olivia C. Pelealu. TINDAKAN OPERASI
THT-KL DI BLU RSUP PROF DR. R.D.KANDOU MALALAYANG
Wilkinson, Judith M.. Nancy R. Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan :
Diagnosis Nanda, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai