Anda di halaman 1dari 20

ASKEP KEJANG DEMAM PADA ANAK

KELOMPOK 5

1. PRAMUTI A.S HARIMU (1714201068)


2. PATHRICIA J.N. LUMOLOS ( 1714201061)
3. DENISA E.H PAPUTUNGAN (1714201072)
4. IRENE TATAMBIHE (1714201017)
5. NOVIA I. MAHIPE (1714201052)
6. RAHAYU SION ( 1714201066)
7. TRIVENA SAHIONGE ( 1714201058 )
8. FEBRILIANA KADARI (1714201057)
PENGERTIAN

• Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan


sementara sebagai akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal
dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan (Betz &
Sowden,2002).
 
ETIOLOGI
1. Demam itu sendiri
Demam yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas,
otitis media, pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran
kemih, kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.
2. Efek produk toksik dari pada mikroorganisme
3. Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh
infeksi.
4. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.
5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang
tidak
diketahui atau enselofati toksik sepintas.
PATOFISIOLOGI

• Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel/organ otak


diperlukan energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku
untuk metabolisme otak yaitu glukosa sifat proses ini adalah
oksidasi dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan
ke otak melalui sIstem kardiovaskuler.
MANIFESTASI KLINIK

1. Kejang parsial (fokal, lokal)


a. Kejang parsial sederhana :
Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini :
• Tanda-tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi tubuh; umumnya
gerakan setiap kejang sama.
• Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.
• Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa seakan
jatuh dari udara, parestesia.
• Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.
b. Kejang parsial kompleks
• Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai
kejang parsial simpleks
• Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik :
mengecap–ngecapkan bibir, mngunyah, gerakan menongkel
yang berulang–ulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya.
• Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku
2. Kejang umum (konvulsi atau non konvulsi)

a. Kejang absens
• Gangguan kewaspadaan dan responsivitas
• Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari
15 detik
• Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan konsentrasi
penuh

b. Kejang mioklonik
• Kedutan–kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi
secara mendadak.
• Sering terlihat pada orang sehat selama tidur tetapi bila patologik berupa
kedutan kedutan sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan kaki.
• Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam kelompok
• Kehilangan kesadaran hanya sesaat.
c. Kejang tonik klonik
• Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku
umum pada otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang
berlangsung kurang dari 1 menit
• Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih
• Saat tonik diikuti klonik pada ekstremitas atas dan bawah.
• Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal

d. Kejang atonik
• Hilangnya tonus secara mendadak sehingga dapat
menyebabkan kelopak mata turun, kepala menunduk, atau
jatuh ke tanah.
• Singkat dan terjadi tanpa peringatan
KOMPLIKASI
• Aspirasi
• Asfiksia
• Retardasi mental
PENATALAKSANAAN MEDIS

 Memberantas kejang secepat mungkin


 Pengobatan penunjang
 Mencari dan mengobati penyebab
a. Pencegahan berulang
1. Mengobati infeksi yang mendasari kejang
2. Penkes tentang :
• Tersedianya obat penurun panas yang didapat atas resep dokter.
• Tersedianya obat pengukur suhu dan catatan penggunaan
termometer, cara pengukuran suhu tubuh anak, serta keterangan
batas-batas suhu normal pada anak ( 36-37ºC).
• Anak diberi obat anti piretik bila orang tua mengetahuinya pada
saat mulai demam dan jangan menunggu sampai meningkat.
• Memberitahukan pada petugas imunisasi bahwa anaknya
pernah mengalami kejang demam bila anak akan diimunisasi.
b. Mencegah cedera saat kejang berlangsung
kegiatan ini meliputi :
• Baringkan pasien pada tempat yang rata
• Pertahankan lidah untuk tidak menutupi
jalan napas
• Lepaskan pakaian yang ketat
• Jangan melawan gerakan pasien guna
menghindari cedera
A S U H A N K E P E R AWA T A N P A D A A N A K D E N G A N K E J A N G D E M A M

A. PENGKAJIAN
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan kejang demam
menurut Greenberg (1980 : 122 – 128) :
1. Riwayat Keperawatan
2. Pengkajian fisik
3. Riwayat Psikososial atau Perkembangan
4. Pengetahuan keluarga
Pengkajian neurologik :

1. Tanda – tanda vital


2. Hasil pemeriksaan kepala
3. Reaksi pupil
4. Tingkat kesadaran
5. Afek
6. Aktivitas kejang
7. Fungsi sensoris
8. Refleks
9. Kemampuan intelektual
DIAGNOSA

• Resiko tinggi terhadap cedera b/d aktivitas kejang


• Hipertermi b/d efek langsung dari sirkulasi
endotoksin pada hipotalamus
• Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan
dengan penurunan kinerja ventrikel kiri
• Difisit Pengetahuan berhubungan dengan Kurang
terpapar informasi
INTERVENSI

1. Resiko tinggi terhadap cedera b/d aktivitas kejang


 Manajemen kejang
• Monitor terjadinya kejang berulang
• Monitor karakteristik kejang (mis. Aktifitas motori dan
progresi kejang).
• Monitor status neurologis
• Monitor tanda-tanda vital
 Kolaboasi pemberian antikonvulsan, jika perlu
2. Hipertermi b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada
hipotalamus
 Majemen hipertermia :
• Identifikasi penyebab hipertemia (mis. Dehidrasi terpapar
lingkungan, penggunaan incubator)
• Monitor suhu tubuh
• Monitor kadar eletrolit
• Monitor haluara urine
• Monitor kompliksasi terhadap hipertermia
• Anjurkan tirah baring
• Kolaborasi pemberian cairan dan eletrolit
3. Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan
penurunan kinerja ventrikel kiri
• Manajemen Peningkatan tekanan Intrakranial
• Identifikasi penyebab peningkatan TIK
• Monitor tanda/gejala peningkatan TIK
• Monitor status pernapasan
• Monitor intake dan output cairan
• Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang tenang
• Berikan posisi semi flower
• Cegah terjadinya kejang
• Pertahankan suhu tubuh normal
4. Difisit Pengetahuan berhubungan dengan Kurang terpapar
informasi
 Edukasi Kesehatan
• Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
• Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan sehat.
• Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
• Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
• Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
• Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
• Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat.
• Berikan kesempatan untuk bertanya
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai