TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Biodata
1. Identitas Klien
Nama : An “E”
Umur : 1 hari
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Makassar
Alamat : Jl. P. Kemerdekaan 2 No. 12 A
Tgl. Masuk : 5 Mei 2002
Tgl. Pengkajian : 6 Mei 2002
No. Register : 1657
Diagnosa Medik : Asfiksia Neonatorium
2. Identitas Penanggung
Nama Ayah : H. Fahrul
Umur : 40 th
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Penghasilan : Rp. 1.000.000 per bulan
Agama : Islam
Alamat : jl. P. Kemerdekaan 2 No. 12 A
Nama Ibu : Hj. Zamsiah
Umur : 38 th
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Riwayat keluhan utama : Sesak nafas (sulit bernafas)
Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluarga klien (tantena) mengatakan pada waktu lahir klien tidak langsung menangis, tampak
sesak nafas, bibir, dan jari-jari tangan kebiruan. Diberikan pertolongan pertama dengan
pengisapan lendir dan pemberian oksigen tetapim hal itu tidak berhasil tgl 5 Mei 2002 pukul
12.00 Wita klien dibawa ke RSUP. Wahidin di IRD dan diberi Oksigen I ltr per menit, infus
dextroce 5 % + nabic 20 cc dalam botol infus. Selanjutnya dirawat di ruang perawatan anak.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
F Riwayat kehamilan atau kelahiran
Prenatal care
- Usia kehamilan 37 minggu
- Selama kehamilan tidak ada keluhan yang serius
- Obat yang dikonsumsi adalah vitamin (penambah darah)
- Ibu hanya dua kali memeriksakan kehamilan pada saat hamil yaitu trimester I dan
trimester II
- Imunisasi TT satu kali pada umur kehamilan 5 bulan.
Natal
- Lamanya persalinan kurang lebih 24 jam
- Ibu melahirkan agak lambat / letak bokong.
- Ibu ditolong dengan dukun terlatih
- Tidak ada obat-obat penghilang rasa sakit.
- Komplikasi pada ibu tidak ada.
Neonatal
- Keadaan bayi waktu lahir tidak langsung mengais.
- Nilai afgar score 4
- Masalah yang terjadi waktu lahir adalah asfiksia berat.
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Meninggal
Kedua nenek dari klien sudah meninggal, satu saudara dari pihak ayah meninggal
karena penyakit asma
d. Riwayat Imunisasi
BCG
DPT
Polio
Campak
Hepatitis.
Kesemuanya itu belum didapat.
e. Riwayat tumbuh kembang
Pertumbuhan fisik
- Berat badan waktu masuk 3 kg
- Tinggi badan 52 Cm
- Gigi belum ada
Perkembangan usia anak : belum dapat diketahui/diamati/dilihat.
f. Riwayat nutrisi
Pemberian ASI
- Pertama kali disusui ibunya 6 jam setelah lahir.
- Lamanya pemberian 3 menit
- Cara pemberian tidak menentu.
Pemberian susu formula.
- Susu formula (laktogen 1) diberikan sejak masuk rumah sakit karena ASI ibu klien masih
kurang.
- Jumlah pemberian 8 kali 50 CC (1,25 takar)
- Diberikan melalui sonde
g. Riwayat psikososial
1. Yang mengasuh klien adalah orang tua
2. Hubungan orang tua dengan keluarga lain baik
3. penerapan disiplin
4. Latihan toilet
5. Pola bermain
3,4,5 tidak dikaji karena bayi belum mengenal (bayi baru berumur 1 hari)
h. Riwayat spritual
- Orang tua klien rajin sholat 5 waktu sebelum anaknya sakit dan ia berharap bahwa Tuhan
akan menyelamatkan anaknya.
- Klien sendiri belum bisa sembahyang.
i. Reaksi hospitalisasi
Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap.
- Ibu membawa bayinya kerumah sakit karena ingin bayinya diotolong
- Dokter menceritakan penyakit anaknya bahwa penyakitnya agak berat.
- Ibu klien mengatakan bahwa selama ia berada dirumah sakit perasaannya tidak enak melihat
dan memikirkan penyakit anaknya. Dan ia berharap agar anaknya bisa diberikan pengobatan /
perawatan sebaik mungkin sehingga kesehatan anaknya pulih kembali.
- Ibu klien masih bertanya-tanya tentang penyakit anaknya.
Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap tidak dikaji karena anak belum bisa menjawab.
j. Aktivitas sehari-hari
Tidak pernah
4. Mandi Tidak pernah dimandikan
dimandikan
5. Eliminasi BAK
7. Rekreasi/olahraga. s.d.d
Tidak dikaji karena
belum bisa rekreasi /
olahraga.
k. Pemeriksaan fisik
1. Sistem kardiovasikuler
- Bibir dan kuku sianosis
- Vena jugularis tidak membesar
- Bunyi jantung : S1 dan S2 murni reguler.
- Mur-mur tidak ad.
KLASIFIKASI DATA
DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF
Ibu klien mengatakan anaknya masih Klien masih sesak nafas
sesak safas. Lendir masih banyak
Ibu klien mengatakan anaknya tidak Whezing (+)
pernah dimandikan. Ronchi basah (+)
Ibu klien mengatakan selama ia berada Hidung sekret (+)
dirumah sakit perasaannya tidak enak melihat Retraksi intercostalis (+)
dan memikirkan penyakit anaknya. Kulit sedikit kotor
Ibu klien mengatakan waktu anaknya baru
Kuku jari-jari tangan/kaki panjang.
lahir tidak langsung menangis. Ibu klien masih bertanya-tanya tentang
penyakit anaknya.
Tanda-tanda vital : suhu 36 derajat, nadi
156 kali per menit, pernafasan 45 kali per
menit.
ANALISA DATA
No. Data Etiologi Masalah
1. D.S : Ibu klien mengatakan Pola nafas tidak
Faktor Ibu, neonatus,
anaknya masih sesak efektif
plasenta dan fetus
D.O : Klien masih sesak
Lendir masih banyak
Whezing (+)
PO2 dan PCO2
Sekret hidung (+)
Retraksi dada (+)
Posisi tidur semi fowler
Tanda-tanda vital : SB 36
Drjt, Nadi 156 kl per mnt,
Nafas 45 kl per mnt.
PH
Cemas
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI PRIORITAS
Pola nafas tidak efektif R/T produksi lendir yang meningkat.
Personal hygiene kurang R/T Takutnya orang tua memandikan anaknya.
Cemas R/T Kurangnya informasi tentang penyakit anaknya.
CP. II
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : An. “E” Ruangan rawat : -
Umur : 1 hari No. RM : -
Dx. Medik : Asfiksia neonatorium Alamat : Jl. P. Kemerdk. 2 No. 12 A
No NDX Ditemukan Teratasi
.
1. Pola nafas tidak efektif R/T produksi Tgl, 06-05-2002 07-05-2002
lendir yang meningkat. sebagian teratasi
(RENCANA KEPERAWATAN)
Tanggal No. NDX Tujuan Intervensi Rasional
06-05-2002 1 Pola nafas efekti 06-05-2002 Pernafasan yang
dengan kriteria : Kaji pernafasan dan cepat dangkal serta
Sesak berkurang/hilang bunyi nafas bunyi yang abnormal
Lendir tidak ada abnormal menandakana
Ronchi basah produksi lendir
berkurang atau hilang masih banyak.
06-05-2002 Ketidakakuratan O2
pertahankan masuk kedalam
keakuratan O2 yang tubuh menyebabkan
telah diberikan kurangnya suplai O2
kejaringan sel
06-05-2002 Air hangat dapat
Anjurkan ibu klien mengencerkan lendir
untuk memberikan sehingga mudah
air hangat lewat oral untuk dikeluarkan.
kepada anaknya.
06-05-2002 Dengan
Dengarkan dengan mendengarkan
baik keluhan orang keluhan , orang tua
tua klien. klien merasa puas &
merasa diperhatikan
TINDAKAN KEPERAWATAN (IMPLEMENTASI)
CATATAN PERKEMBANGAN
Sabtu 2
07-05-2002
1.pengertian
Asfiksia neonatorium adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir (Hutchinson, 1967). Keadaan ini disertai dengan hipoksia,
hiperkapnia, dan berakhir dengan asidosis. Asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan
bayi tak dilakukan secara sempurna, sehingga tindakan perawatan dilaksanakan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup dan mengatasi gejala lanjut yang mungkin timbul.
2.Etiologi
Penyebab secara umum disebabkan adanya gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 dari
ibu ke janin, pada masa kehamilan, persalina, atau segera setelah lahir.
Menurut Mein Toweil (1966), penyebab kegagalan pernafasan pada bayi :
a. Faktor Ibu
· Hipoksia ibu
· Usia ibu kurang dari 20 th, atau lebih dari 35 tahun.
· Gravida empat atau lebih
· Gangguan aliran darah uterus, mis :
- Gangguan kontraksi uterus, mis : hipotoni atau tetani uterus akibat penyakit atau obat.
- Hipotensi mendadak karena perdarahan.
- Hipertensi pada eklamsia.
b. Faktor placenta.
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. Mis : plasenta
tipis, placenta kecil, plasenta tak menempel. Asfiksia janin akan terjadi bila tedapat gangguan
mendadak pada plasenta mis : solusio plasenta, perdarahan plasenta.
c. Faktor fetus
Terjadi kompresi umbilikus mis : keadaan tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher,
kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir, dll.
d. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal yaitu
· Pemakaian obat anastesia atau analgetik yang berlebihan pada ibu.
· Trauma yang terjadi pada persalinan.
· Kelainan kongenital pada bayi mis : hernia diafragmatika, atresia atau stenosis saluran
pernafasan, hipoplasia paru, dll.
e. Faktor persalinan
· Partus lama
· Partus tindakan
4. Anatomi Fisiologi
a. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung berlapis
selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat
(kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat saluran
pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel
kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah
yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk. Di sebelah belakang rongga hidung
terhubung dengan nasofaring melalui dua lubang yang disebut choanae.
b. Faring (Tenggorokan)
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu
saluran pernapasan(nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan (orofarings) pada
bagian belakang. Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat
terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita
suara bergetar dan terdengar sebagai suara.
Fungsi utama faring adalah menyediakan saluran bagi udara yang keluar masuk dan juga
sebagi jalan makanan dan minuman yang ditelan, faring juga menyediakan ruang
dengung(resonansi) untuk suara percakapan.
c. Batang Tenggorokan (Trakea)
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di leher dan sebagian
di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan,
dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing
yang masuk ke saluran pernapasan.
Batang tenggorok (trakea) terletak di sebelah depan kerongkongan. Di dalam rongga dada,
batang tenggorok bercabang menjadi dua cabang tenggorok (bronkus). Di dalam paru-paru,
cabang tenggorok bercabang-cabang lagi menjadi saluran yang sangat kecil disebut bronkiolus.
Ujung bronkiolus berupa gelembung kecil yang disebut gelembung paru-paru (alveolus).
d. Pangkal Tenggorokan (laring)
Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan. Laring berada diantara
orofaring dan trakea, didepan lariofaring. Salah satu tulang rawan pada laring disebut epiglotis.
Epiglotis terletak di ujung bagian pangkal laring. Laring diselaputi oleh membrane mukosa yang
terdiri dari epitel berlapis pipih yang cukup tebal sehingga kuat untuk menahan getaran-getaran
suara pada laring. Fungsi utama laring adalah menghasilkan suara dan juga sebagai tempat keluar
masuknya udara.
e. Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus)
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri.
Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya
tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen
dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus.
Batang tenggorokan bercabang menjadi dua bronkus, yaitu bronkus sebelah kiri dan sebelah
kanan. Kedua bronkus menuju paru-paru, bronkus bercabang lagi menjadi bronkiolus. Bronkus
sebelah kanan(bronkus primer) bercabang menjadi tiga bronkus lobaris (bronkus sekunder),
sedangkan bronkus sebelah kiri bercabang menjadi dua bronkiolus. Cabang-cabang yang paling
kecil masuk ke dalam gelembung paru-paru atau alveolus. Dinding alveolus mengandung kapiler
darah, melalui kapiler-kapiler darah dalam alveolus inilah oksigen dan udara berdifusi ke dalam
darah. Fungsi utama bronkus adalah menyediakan jalan bagi udara yang masuk dan keluar paru-
paru.
f. Paru-paru (Pulmo)
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot dan
rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian
yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo
sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut
pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura
visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk
disebut pleura luar (pleura parietalis). Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan
elastik, dan pembuluh darah. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan,tetapi ronga bronkus
masih bersilia dan dibagian ujungnya mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Setiap
bronkiolus terminalis bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus respirasi, kemudian menjadi
duktus alveolaris.Pada dinding duktus alveolaris mangandung gelembung-gelembung yang
disebut alveolus.
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bayi baru lahir dengan asfiksia sedang menurut Wiknjosastro (2005) adalah
sebagai berikut :
a. Tindakan umum
1) Pengawasan suhu
Bayi baru lahir secara relatif kehilangan panas yang diikuti oleh penurunan suhu tubuh, sehingga
dapat mempertinggi metabolisme sel jaringan sehingga kebutuhan oksigen meningkat, perlu
diperhatikan untuk menjaga kehangatan suhu BBL dengan :
a) Mengeringkan bayi dari cairan ketuban dan lemak.
b) Menggunakan sinar lampu untuk pemanasan luar.
c) Bungkus bayi dengan kain kering.
2) Pembersihan jalan nafas
Saluran nafas bagian atas segera dibersihkan dari lendir dan cairan amnion, kepala bayi harus
posisi lebih rendah sehingga memudahkan keluarnya lendir.
3) Rangsangan untuk menimbulkan pernafasan
Rangsangan nyeri pada bayi dapat ditimbulkan dengan memukul kedua telapak kaki bayi,
menekan tendon achilles atau memberikan suntikan vitamin K. Hal ini berfungsi memperbaiki
ventilasi.
b. Tindakan khusus
1) Asfiksia berat (nilai apgar 0-3)
Resusitasi aktif dalam hal ini harus segera dilakukan yaitu dengan :
a) Memperbaiki ventilasi paru-paru dengan memberikan O2 secara langsung dan berulang atau
dengan melakukan intubasi endotracheal dan O2 dimasukkan dengan tekanan tidak lebih dari 30
ml. Hal ini mencegah terjadinya iritasi paru berlebihan sehingga dapat terjadi ruptur aveoli.
Tekanan positif ini dilakukan dengan meniupkan udara ke dalam kateter dari mulut ke pipa atau
ventilasi kantong ke pipa.
b) Memberikan natrikus bikarbonat dengan dosis 2-4 mEQ/kg BB
c) Masase jantung dikerjakan dengan melakukan penekanan diatas tulang dada secara teratur 80-
100 x/mnt. Tindakan ini berselingan dengan nafas buatan, yaitu setiap 5 x masase diikuti 1x
pemberian nafas. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan kemungkinan timbulnya komplikasi
pneumotoracks jika tindakan ini dilakukan bersamaan.
d) Memberikan obat-obatan 1/10.000 andrelin dengan dosis 0,5- 1 cc secara intravena (sebegai
obat inotropik) dan kalsium glukonat 50-100 mm/kg BB secara intravena, untuk meningkatkan
frekuensi jantung.
2) Asfiksia sedang (Nilai Apgar 4-6)
Dilakukan rangsangan untuk menimbulkan reflek pernafasan dengan:
a) Melakukan rangsangan 30-60 detik setelah penilaian APGAR 1 menit.
b) Melakukan nafas buatan dengan memasukkan pipa ke dalam hidung, O 2 dialirkan dengan
kecepatan 1-2 liter/menit. Bayi diletakkan dengan kepala dalam dorsofleksi, dilakukan dengan
membuka dan menutup lubang hidung dan mulut disertai dengan menggerakkan dagu ke atas
dan kebawah dalam frekuensi 20 x/ menit.
c) Melakukan pernafasan mulut ke mulut yag seharusnya dalam mulut bayi dimasukkan
pharingeal airway yang berfungsi mendorong pangkal lidah ke depan, sebelum mulut penolong
diisi O2 sebelum peniupan, peniupan dilakukan secara teratur dengan frekuensi 20-30 x/menit.
c. Tindakan lain dalam resusitasi
1) Pengisapan cairan lambung dilakukan pada bayi-bayi tertentu yaitu pada bayi prematur,
sebelumnya bayi mengalami gawat janin, pada ibu yang mendapatkan anastesia dalam
persalinan.
2) Penggunaan obat Nalorphin diberikan pada bayi yang disebabkan oleh penekanan pernafasan
akibat morfin atau petidin yang diberikan selama proses persalinan.
Menurut Hidayat (2005), Cara pelaksanaan resusitasi sesuai tingkatan asfiksia, antara lain
1) Asfiksi Ringan (Apgar score 7-10)
Caranya:
a) Bayi dibungkus dengan kain hangat
b) Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir pada
hidung kemudian mulut
c) Bersihkan badan dan tali pusat.
d) Lakukan observasi tanda vital dan apgar score dan masukan ke dalam inkubator.
2) Asfiksia sedang (Apgar score 4-6)
Caranya :
a) Bersihkan jalan napas.
b) Berikan oksigen 2 liter per menit.
c) Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki apabila belu ada reaksi,bantu pernapasan
dengan melalui masker (ambubag).
d) Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis berikan natrium bikarbonat 7,5%sebanyak
6cc.Dextrosa 40% sebanyak 4cc disuntikan melalui vena umbilikus secara perlahan-lahan, untuk
mencegah tekanan intra kranial meningkat.
3) Asfiksia berat (Apgar skor 0-3)
a) Bersihkan jalan napas sambil pompa melalui ambubag.
b) Berikan oksigen 4-5 liter per menit.
c) Bila tidak berhasil lakukan ETT (Endotracheal Tube)
d) Bersihkan jalan napas melalui ETT.
e) Apabila bayi sudah mulai benapas tetapi masih sianosis berikan natrium bikarbonat 7,5%
sebanyak 6cc. Dextrosa 40% sebanyak 4cc.
6. Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :
a. Edema otak & Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut sehingga terjadi
renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan menurun, keadaaan ini akan
menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat
menimbulkan perdarahan otak.
b. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan ini dikenal istilah
disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada
keadaan ini curah jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal.
Hal inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan
ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit.
c. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O2
sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat
menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak efektif.
d. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan meyebabkan koma karena
beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.
7. patofisiologi
Asfiksia pada bayi bergantung pada masa kehamilan dan persalinan, sehingga keadaan ini perlu
mendapat perhatian, gejala umum terjadinya asfiksia yaitu : menurunnya tekanan O2 darah
(PaO2), dan meningginya tekanan CO2 darah (PaCO2), sehingga terjadi penurunan pH (akibat
asidosis respiratorik dan metabolik)dipakainya sumber glikogen tubuh untuk metabolisme
anaerobik, terjadinya perubahan sistem kardiovaskuler.
8.Pathway