KELOMPOK 5
BANTEN
2021
KATA PENGHANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang sudah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Promosi Kesehatan ini
dengan baik serta tepat waktu.
Makalah yang berjudul “Pengantar Pendidikan Kesehatan, Konsep, Teori, dan Domain
Belajar Mengajar”. Pada kesempatan yang baik ini kami ingin mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, terutama kepada :
1. Ibu Dedeh Hamdiah, S.Kp.,M.Kep selaku dosen mata kuliah Promosi Kesehatan
2. Kepada para orang tua kami yang selalu mendukung dan mendoakan kami dalam
setiap langkah kami
3. Dan kepada seluruh anggota kelompok 5 yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih memiliki banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kritik dan saran membangun sangat kami harapkan demi hasil yang lebih
baik lagi. Kami mohon maaf atas segala kekurangan dari makalah ini.
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGHANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
A. Pendapat Para Ahli Mengenai Pendidikan Kesehatan...............................2-3
B. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan .......................................................3
C. Pengertian Belajar Menurut Para Ahli.......................................................3-5
D. Konsep Belajar..............................................................................................5
E. Konsep Belajar Menurut Psikologi Humanistik……….………………..5-6
BAB III..................................................................................................................13
PENUTUP..............................................................................................................13
A. Kesimpulan.................................................................................................13
B. Saran............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Agar kita lebih memahami apa itu pendidikan kesehatan, karena itu sangat
penting bagi kita untuk mengetahuinya terlebih kepada para calon perawat.
Mengetahui lebih dalam konsep belajar mengajar.
Mengetahui apa saja macam-macam domain belajar.
1
BAB II
PEMBAHSAN
2
Proses pembelajaran pada konsep pendidikan kesehatan ini dapat diparaktikan
oleh siapa pun, di mana pun, dan kapan pun. Menurut Mubarak dkk (2007),
adanya perubahan dari tahu menjadi tidak tahu dan dari ridak mampu melakukan
menjadi mampu merupakan ciri perubahan dari seseorang yang sedang melakukan
proses pembelajaran.
1. B.F Skinner
Belajar menurut Skinner adalah menciptakan kondisi peluang dengan
penguatan (reinforcement), sehingga individu akan bersungguh-sungguh dan
lebih giat belajar dengan adanya ganjaran (funnistment) dan pujian (rewards)
dari guru atas hasil belajarnya. Skinner membuat perincian lebih jauh dengan
membedakan adanya dua macam respons. Pertama, respondent response, yaitu
respons yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu yang disebut
eliciting stimuli menimbulkan responsrespons yang secara relatif tetap,
misalnya makanan yang menimbulkan keluarnya air liur. Pada umumnya,
perangsang-perangsang yang demikian itu mendahului respons yang
ditimbulkannya. Kedua, operant response, yaitu respons yang timbul dan
berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu yang disebut
reinforcing stimuli atau reinforce, karena perangsang-perangsang tersebut
3
memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme. Jadi, seorang akan
menjadi lebih giat belajar apabila mendapat hadiah sehingga responsnya
menjadi lebih intensif atau kuat.
Belajar menurut pandangan Skinner adalah kesempatan terjadinya
peristiwa yang menimbulkan respons belajar, baik konsekuensinya sebagai
hadiah maupun teguran atau hukuman. Dengan demikian, pemilihan stimulus
yang deskriminatif dan penggunaan penguatan dapat merangsang individu
lebih giat belajar, sehingga belajar merupakan hubungan antara stimulus
dengan respons (S-R).
2. Robert M. Gagne
Gagne sebagai yang dikutip oleh Sagala memandang bahwa belajar adalah
perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara
terus-menerus yang bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja.
Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan
memengaruhi individu sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari
waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu setelah ia mengalami situasi
tadi.
Pandangan Gagne di atas menunjukkan bahwa belajar adalah adanya
stimulus yang secara bersamaan dengan isi ingatan memengaruhi perubahan
tingkah laku dari waktu ke waktu. Karena itu, belajar dipengaruhi oleh faktor
internal berupa isi ingatan dan faktor ekternal berupa stimulus yang bersumber
dari luar diri individu yang belajar.
Gagne membagi segala sesuatu yang dipelajari individu yang disebut the
domains of learning itu menjadi lima kategori. Pertama, keterampilan motoris
(motor skill), yaitu koordinasi dari berbagai gerakan badan. Kesua, informasi
verbal, yaitu menjelaskan sesuatu dengan berbicara, menulis, dan
menggambar. Ketiga, kemampuan intelektual, yaitu menggunakan simbol-
simbol dalam mengadakan interaksi dengan dunia luar. Keempat, strategi
kognitif, yaitu belajar mengingat dan berpikir memerlukan organisasi
keterampilan yang internal (internal organized skill). Kelima, sikap, yaitu
sikap belajar yang penting dalam proses belajar.
Berdasarkan uraian di atas, Gagne memandang bahwa belajar dipengaruhi
oleh faktor dalam diri dan faktor dari luar diri individu belajar yang saling
berintekasi, sehingga kondisi eksternal berupa stimulus dari lingkungan
belajar dan kondisi internal yang berupa keadaan internal dan proses kognitif
individu yang saling berinteraksi dalam memperoleh hasil belajar yang
dikategorikan sebagai keterampilan motoris (motorik skill), informasi verbal,
kemampuan intelektual, strategi kognitif, dan sikap.
4
3. Jerume S. Bruner
Bruner beranggapan bahwa belajar merupakan pengembangan kategori-
kategori yang saling berkaitan sedemikian rupa hingga setiap individu
mempunyai model yang unik tentang alam dan pengembangan suatu sistem
pengodean (coding). Sesuai dengan model ini, belajar baru dapat terjadi
dengan mengubah model yang terjadi melalui pengubahan kategori-kategori,
menghubungkan kategori-kategori dengan suatu cara baru, atau dengan
menambahkan kategori-kategori baru.
D. Konsep Belajar
Belajar dalam arti luas merupakan suatu proses yang memungkinkan timbulnya
atau berubahnya suatu tingkah laku baru yang bukan disebabkan oleh kematangan dan
sesuatu hal yang bersifat sementara sebagai hasil dari terbentuknya respons utama.
Belajar merupakan aktivitas, baik fisik maupun psikis yang menghasilkan perubahan
tingkah laku yang baru pada diri individu yang belajar dalam bentuk kemampuan
yang relatif konstan dan bukan disebabkan oleh kematangan atau sesuatu yang
bersifat sementara.
Perubahan kemampuan yang disebabkan oleh kematangan, pertumbuhan, dan
perkembangan seperti anak yang mampu berdiri dari duduknya atau perubahan fisik
yang disebabkan oleh kecelakaan tidak dapat dikategorikan sebagai hasil dari
perbuatan belajar meskipun perubahan itu berlangsung lama dan konstan. Menurut
Slameto bahwa belajar ialah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
dari pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil dari perbuatan belajar terjadi
secara sadar, bersifat kontinu dan fungsional, bersifat positif dan aktif, bersifat
konstan, bertujuan atau terarah, serta mencakup seluruh aspek tingkah laku. Ciri-ciri
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari perbuatan belajar tersebut tampak dengan
jelas dalam berbagai pengertian belajar menurut pandangan para ahli pendidikan dan
psikolog.
Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk
kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, teori belajar
humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori
kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi belajar. Teori
humanistik lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk
membentuk manusia yang dicitacitakan, serta tentang proses belajar dalam bentuknya
yang paling ideal. Contoh dalam pelaksanaannya bisa diambil dari teori kognitifnya
Ausubel tentang belajar bermakna atau meaningful learning yang mengatakan bahwa
belajar merupakan asimilasi bermakna. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan
dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Faktor motivasi
5
dan pengalaman emosional sangat penting dalam peristiwa belajar, sebab tanpa
motivasi dan keinginan dari pihak si pembelajar, maka tidak akan terjadi asimilasi
pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimilikinya. Budiningsih
(dalam Sri Hayati, 2017 : 63).
Pandangan humanistik ini merupakan antitesa pandangan behavioristik. Dalam
pandangan ini, belajar dapat dilakukan sendiri oleh siswa, siswa diharapkan
senantiasa menemukan sendiri mengenai sesuatu tanpa banyak campur tangan dari
guru. Peranan guru dalam mengajar dan belajar demikian relatif rendah. Kedaulatan
siswa dalam belajar demikian relatif tinggi, sementara kedaulatan guru relatif rendah.
Belajar dilakukan dengan cara memberikan kebebasan yang sebesar-besarnya kepada
individu. Imron (dalam Sri Hayati, 2017 : 63).
Irawan (dalam Sri Hayati, 2017 : 63) teori humanistik menekankan pentingnya
“isi” yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri. Teori humanistik bersifat
eklektik, artinya memanfaatkan teori apapun asal tujuannya memanusiakan manusia
yaitu mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang
belajar, secara optimal.
Tokoh psikologi humanistik adalah Carl Rogers, Benjamin Bloom dan David
Krathwohl (taksonomi Bloom), Kolb (belajar empat tahap), Honey dan Mumford
(macam-macam siswa),dan Habermas (tiga macam tipe belajar).
6
2. Teori Gestalt
Teori belajar Gestalt lahir di Jerman pada tahun 1912 yang dipelopori dan
dikembangkan oleh Max Wertheimer yang diikuti oleh Koffka dan Kohler
yang berpandangan bahwa keseluruhan lebih penting dari bagian-bagian,
sebab keberadaan bagian-bagian itu didahului oleh keseluruhan. Hal
terpenting dalam belajar adalah penyesuaian pertama, yaitu mendapatkan
respons atau tanggapan yang tepat, bukan mengulangi hal-hal yang harus
dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh insight.
Teori belajar menurut Ilmu Jiwa Gestalt seringkali disebut field theory atau
insight full learning yang memandang manusia yang bukan hanya sekedar
makhluk reaksi yang hanya berbuat atau beraksi jika ada perangsang yang
memengaruhinya. Menurut para ahli Ilmu Jiwa Daya, manusia adalah individu
yang merupakan kebulatan jasmani dan rohani (psiko-fisik) yang berinteraksi
dengan dunia luar menurut kepribadiannya yang unik dan dengan caranya
yang unik pula. Tidak ada dua orang yang mempunyai pengalaman yang
benar-benar sama atau identik terhadap objek atau realita yang sama.
Singkatnya, belajar menurut Ilmu Jiwa Gestalt bahwa faktor pemahaman
atau pengertian (insight) merupakan faktor yang penting dalam
menghubungkan antara pengetahuan dan pengalaman. Pribadi atau organisme
memegang peranan penting dalam belajar karena belajar tidak hanya
dilakukan secara reaktif-mekanistis, tetapi dilakukan dengan sadar, bermotif,
dan bertujuan.
3. Teori Asosiasi
Teori belajar menurut Ilmu Jiwa Asosiasi disebut juga teori Sarbond, yaitu
stimulus (rangsangan), respons (tanggapan), dan bond (dihubungkan).
Rangsangan diciptakan untuk memunculkan tanggapan kemudian
dihubungkan antara keduanya dan terjadilan asosiasi. Teori ini berprinsip
bahwa keseluruhan itu sebenarnya terdiri atas penjumlahan bagian-bagian atau
unsur-unsurnya.
4. Teori Connectionism
Teori Connectionism ditemukan dan dikembangkan oleh Edward L.
Thorndike berdasarkan eksperimen yang ia lakukan dengan menggunakan
hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena belajar. Seekor kucing
yang lapar ditempatkan dalam sangkar berjeruji besi yang dilengkapi dengan
pengungkit, gerendel pintu, dan tali yang menghubungkan pengungkit dengan
gerendel. Peralatan tersebut ditata sedemikian rupa sehingga memungkinkan
kucing tersebut memperoleh makanan yang ada di depan pintu. Berdasarkan
hasil eksperimennya, Thorndike menyimpulkan bahwa belajar adalah
hubungan antara stimulus dan respons.
7
Menurut Thorndike, belajar berproses melalui trial and error (mencoba-
coba dan mengalami kegagalan) dan law of effect yang berarti bahwa segala
tingkah laku yang berakibatkan suatu keadaan yang memuaskan (cocok
dengan tuntutan siatuasi) akan diingat dan dipelajari dengan sebaik-baiknya.
Teori Connectionism memandang bahwa organisme (juga manusia)
sebagai mekanismus yang hanya bergerak atau bertindak jika ada perangsang
yang memengaruhi dirinya. Terjadinya otomatisasi dalam belajar disebabkan
adanya law of effect tersebut. Karena adanya law of effect terjadilah hubungan
(connection) atau asosiasi antara tingkah laku atau reaksi yang dapat
mendatangnya sesuatu hasil (effect).
5. Teori Conditioning
Teori Conditioning ini dipelopori oleh Pavlov, seorang ahli psikologi-
refleksologi dari Rusia yang menggunakan anjing dalam melakukan
eksperimen. Seekor anjing dimasukkan ke dalam kamar gelap yang hanya
tersedia satu lubang yang terletak di depan moncongnya sebagai tempat
menyodorkan makanan atau menyorotkan cahaya pada saat diadakan
percobaan. Dengan demikian, dapat diketahui keluar tidaknya air liur dari
moncong anjing itu pada saat diadakan percobaan.
Pada percobaan-percobaan yang dilakukan terhadap anjing itu, Pavlov
mendapatkan kesimpulan bahwa gerakan-gerakan refleks dapat dipelajari dan
dapat berubah karena mendapat latihan. Terdapat dua macam refleks, yaitu
refleks wajar (unconditioned reflex) sebagaimana air liur anjing yang keluar
ketika melihat makanan yang lezat, dan refleks bersyarat atau refleks yang
dipelajari (conditioned reflex) sebagaimana air liur anjing yang keluar karena
menerima atau bereaksi dengan warna sinar tertentu atau terhadap suatu bunyi
tertentu.
Penganut teori Conditioning ini memandang bahwa segala tingkah laku
manusia tidak lain adalah hasil dari conditioning, yaitu hasil dari latihan-
latihan atau kebiasaan-kebiasaan mereaksi terhadap perangsang-perangsang
tertentu yang dialami di dalam kehidupannya.
Setiap teori belajar menurut pandangan Ilmu Jiwa merupakan hasil
eksperimen para ahli yang dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran
dengan memperhatikan kelebihan dan kekurangan teori masing-masing. Teori
belajar menurut Ilmu Jiwa Daya dapat diterapkan dalam pembelajaran yang
menuntut hafalan, sedangkan teori belajar menurut Ilmu Jiwa Gestalt tepat
diterapkan dalam pembelajaran yang memerlukan pemahaman. Adapun teori
belajar menurut Ilmu Jiwa Asosiasi tepat digunakan dalam pembelajaran yang
menuntut penerapan.
8
G. Macam-macam Domain Belajar
Pembelajaran dapat dilihat dalam domain atau dimensi yang berbeda. Domain atau
dimensi pembelajaran pada umumnya terdiri atas dimensi kognitif, dimensi afektif,
dan dimensi psikomotor. Masing-masing domain pun terdiri atas tingkatan berbeda
yang bergantung pada tingkat kemampuan yang dapat ditampilkan. Tingkatan
pembelajaran dari masing-masing domain ini diperkenalkan oleh Bloom pada tahun
1956 yang dikenal dengan Bloom’s taxonomy (Eldemen & Mandle, 2006).
9
d) Analisis (Analysis)
Dalam tingkat analisis, seseorang sudah mampu menjabarkan suatu
materi atau objek yang kompleks ke bagian yang lebih sederhana atau
menyelesaikan sesuatu materi atau masalah yang kompleks ke bagian
yang lebih sederhana. Tahap ini dapat ditandai pembelajar yang dapat
menjawab dan melaksanakan pertanyaan atau kegiatan yang
menggunakan kata kerja seperti mendeskripsikan, membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya (Kholid, 2012).
e) Sintesis (Synthesis)
Pada tingkat sintesis seseorang mampu mengumpulkan komponen
yang sama guna membentuk satu pola pemikiran baru. Tahap sintesis
ini ditandai dengan kemampuan untuk membuat sesuatu,
mengintegrasikan ide-ide menjadi solusi atas masalah yang ditemui,
merancang rencana tindakannya dan merumuskan sebuah skema
klasifikasi baru.
f) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi adalah kemampuan untuk membuat pendapat mandiri
berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan. Kriteria tersebut dapat
berupa kriteria internal maupun eksternal. Tingkatan tertinggi ini
ditandai dengan kemampuan menilai sesuatu berdasarkan nilai, logika
dan fungsinya sesuai dengan pengetahuan yang telah diketahui
sebelumnya. Tahap ini dapat ditandai pembelajar yang dapat
menjawab dan melaksanakan pertanyaan atau kegiatan yang
menggunakan kata kerja seperti membandingkan, membedakan,
menguji, memberikan argument dan lainnya (Rankin & Stallings,
2001).
10
c) Pemberian Nilai (Valuing)
Pemberian nilai berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan
pada suatu objek, fenomena, atau tingkah laku. Contoh dari tahap
memberi nilai adalah ketika seseorang memberikan nilai pada suatu
objek atau perilaku yang ditunjukkan kepadanya.
d) Pengorganisasian (Organization)
Pengorganisasian bermakna kemampuan memadukan nilai-nilai yang
berbeda, menyelesaikan konflik, dan membentuk suatu sistem untuk
menyelesaikan masalah.
e) Karakterisasi (Characterization)
Pengarakteristikan bermakna kemampuan untuk menghayati nilai
kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi dan
menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupan sendiri.
kemampuan ini juga didukung dengan mampu bereaksi dan merespon
sistem nilai yang ditemuinya.
11
c) Presisi
Kategori ini merupakan kategori mandiri dimana pembelajar sudah
mampu melakukan keterampilan atau menghasilkan produk dengan
akurasi, proporsi, dan ketepatan yang sesuai. Contoh kata kerja yang
sesuai dengan kategori ini ialah ahli, mahir, terampil, mengontrol,
mempraktikkan dan lain-lain.
d) Artikulasi
Kategori artikulasi merupakan kategori dimana pembelajaran mampu
memodifikasi keterampilan yang dimilikinya sesuai dengan situasi
baru yang dihadapi atau menggabungkan beberapa keterampilan dalam
bentuk dan urutan yang harmonis dan konsisten. Contoh kata kerja
yang sesuai dengan kategori ini ialah membangun, mengembangkan,
memodifikasi, meningkatkan, dan lain-lain.
e) Naturalisasi
Tingkatan tertinggi dalam domain psikomotorik ini ditandai dengan
kemampuan pembelajar untuk menyelesaikan satu atau lebih
keterampilan dengan mudah dan membuat keterampilan otomatis
dengan tenaga fisik atau mental yang dimiliki. Contoh kata kerja yang
mencirikan kategori ini ialah mendesain, menentukan, mengatur,
menemukan, mengelola, dan lain-lain.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Berdasarkan materi yang sudah kelompok 5 bahas. Bahwa di dalam makalah ini
terdapat pengertian mengenai apa itu pendidikan kesehatan, konsep belajar, teori
belajar yang di kemukakan oleh para ahli,dan macam-macam domain belajar. Dengan
ini kami seluruh anggota kelompok 5 sekaligus tim penulis ingin menyampaikan
saran kepada pembaca untuk memahami isi dari makalah kami, supaya kita para calon
perawat dapat memperaktikkannya dengan baik sehingga ketika suatu saat kita
melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien atau masyarakat umum, mereka dapat
memahami dengan baik.
13
DAFTAR PUSTAKA
Hanafy, Muh Sain. 2021. Konsep Belajar dan Pembelajaran.
https://media.neliti.com/media/publications/145621-ID-konsep-belajar-dan-pembelajaran.pdf.
(1 Juni 2014).
Hayati, Sri. 2017. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Cooperative Learning. Magelang :
Graha Cendekia.
Nurmala, Iren, dkk. 2018. Promosi Kesehatan. Surabaya : Airlangga University Press.
14