A. Analisis Data
1. Analisa Unit Layanan Keperawatan
a. Ketenagaan (Man-M1)
Kuantitas Ketenagaan
1) Kajian Teori
SDM (Sumber Daya Manusia)
Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu itu
tidaklah mudah. Banyak aspek yang mempengaruhi bermutu
atau tidaknya suatu pelayanan kesehatan. Salah satu aspek
terpenting adalah SDM yakni mencakup seluruh pegawai
rumah sakit, karena sumber daya manusia merupakan
faktorpenentu dari mutu pelayanan di rumah sakit. Sumber
daya manusia merupakan titik sentral dalam penyelenggaraan
rumah sakit, terutama di Unit Admisi Rawat Inap yang
merupakan ujung tombak dari arus pasien di rumah sakit,
dituntut harus mampu memahami keinginan dan kebutuhan
pasien dengan upaya memberikan pelayanan prima, dengan
harapan pasien merasa puas atas pelayanan yang diberikan.
Banyak factor yang mempengaruhi sumber daya manusia di
admisi, diantaranya yaitu: jumlah petugas admisi, kualitas
petugas admisi, beban kerja petugas admisi, pendidikan dan
pelatihan petugas admisi, serta lama kerja petugas admisi.
Menurut Ilyas (2004), salah satu indikator keberhasilan rumah
sakit yang efektif dan efisien adalah tersedianya SDM yang
cukup dengan kualitas yang tinggi, professional sesuai dengan
fungsi dan tugas setiap personil.
Menurut Pandia (2006), bahwa kuantitas para tenaga kerja
juga harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan atau
institusi agar tujuannya dapat tercapai secara efektif dan juga
26 26
efisien. Menurut Ilyas (2000) yang di kutip dalam Suryanti
(2002), kinerja organisasi atau admisi rawat inap berhubungan
dengan proporsi profesional, makin besar proporsi kelompok
profesional makin tinggi kinerja organisasi. Yang dimaksud
profesional adalah personal dengan tingkat pendidikan
minimal diploma 3. Menurut Yoeti (1999) mengadopsi dari
ilmu perhotelan bahwa petugas admisi (Front Office) harus
memiliki kemampuan :
a) Dapat memberikan penjelasan tentang segala yang
menyangkut operasi kegiatan rumah sakit, terutama
produk dan jasa-jasa yang dapat dipakai pasien, seperti
tipe bed yang tersedia daan fasilitas-fasilitasnya,
informasi- informasi rumah sakit lainnya, tarif kamar, dll.
b) Dapat memberikan motivasi atau mencarikan alternative
dari banyak pilihan pada pasien, sehingga dengan
demikian pasien merasa dapat terbantu. Misalnya ketika
bed yang diinginkan pasien tidak ada, staf dapat
mencarikan alternative lainnya.
c) Dapat mengubah pendapat pasien dari “tidak” menjadi
“iya”, hal ini sering terjadi pada pasien yang banyak
pilihan dan rewel. Dengan penjelasan yang baik dan dapat
memberikan alasan yang logis, serta sikap berwibawa
diharapkan pasien dapat menerima usul yang
ditawarkannya.
d) Dapat meyakinkan pasien bahwa produk atau jasa-jasa
yang ada seperti bed yang dimiliki rumah sakit lebih baik
dari pada pesaing rumah sakit.
e) Dapat menilai keinginan dan kebutuhan pasien secara
pasti dan dapat memberikan pelayanan yang sesuai dengan
keinginan pasien. Selain itu petugas di Unit Admisi Rawat
Inap harus mempunyai kemampuan menangani tanggung
jawab yang menghendaki keseksamaan dan ketepatan, dan
27
juga atas ciri-ciri kepribadian tertentu.
Petugas Admisi haruslah sabar, penuh perhatian dan
bersemangat, mengajukan pertanyaan seolah mereka belum
penah menanyakan sebelumnya. Dan karena pekanya
informasi yang dapat dijaring selama proses masuknya
pasien, sehingga seorang petugas harus tetap mentaati batas-
batas kerahasiaan pasien (Wolper (2001) yang dikutip dari
Suryanti (2002)). Menurut Pandia (2006) bahwa uraian
pekerjaan harus ditetapkan secara jelas untuk setiap jabatan,
agar pejabat tersebut dapat mengetahui tugas dan tanggung-
jawab yang harus dilakukannya. Uraian pekerjaan akan
memberikan ketegasan dan standar tugas yang harus dicapai
oleh seorang pejabat yang menjabat jabatan tersebut. Uraian
pekerjaan ini menjadi dasar untuk menetapkan spesifikasi
pekerjaan dan evaluasi pekerjaan bagi pejabat yang menjabat
jabatan itu. Uraian pekerjaan yang kurang jelas akan
mengakibatkan seorang pejabat kurang mengetahui tugas dan
tanggung-jawabnya pada jabatan tersebut. Hal ini
mengakibatkan pekerjaan menjadi tidak beres.
Menurut Azwar (1996), bahwa suatu organisasi dinilai
sebagai organisasi yang baik apabila memenuhi prinsip
pokok organisasi antara lain : mempunyai pendukung,
mempunyai tujuan, mempunyai pembagian tugas,
mempunyai perangkat organisasi, mempunyai pembagian
pendelegasian wewenang dan mempunyai kesinambungan
kegiatan, kesatuan perintah dan arah. Menurut Ilyas (2000)
yang di kutip dalam Suryanti (2002), kualitas pelayanan tidak
hanya tergantung pada kemampuan atau mutu SDM, tetapi
juga tergantung pada beban kerja yang harus dipikul oleh
SDM. Karena dengan beban kerja yang tinggi, SDM menjadi
letih secara fisik dan mental. Sebagai contoh pelayanan pada
Unit Admisi Rawat Inap ini, bila petugas melayani pasien
28
dalam jumlah banyak secara terus-menerus, dengan masalah
yang relatif sama, dapat menimbulkan kejenuhan yang
berakibat menurunnya kualitas pelayanan kepada pasien.
Penyelenggara dan atau pimpinan sarana kesehatan
bertanggung jawabatas pemberian kesempatan kepada
tenaga kesehatan yang ditempatkan atau bekerja pada sarana
kesehatan yang bersangkutan untuk meningkatkan
keterampilan dan pengetahuan melalui pelatihan di bidang
kesehatan (PP No. 32 tentang kesehatan pasal 10 ayat 2).
Pendidikan dan pelatihan bertujuan untuk memelihara dan
meningkatkan kemampuan kerja yang saat ini dilakukan. Hal
ini dapat dilakukan dengan melaksanakan kegiatan on the job
training, ceramah-ceramah di rumah sakit,mengikuti kursus
dan seminar-seminar, serta mengikuti pendidikan formal di
kampus pendidikan (Tjandra Yoga, 2003) Menurut Mutiah
(2007), pelatihan merupakan suatu keharusan karena dengan
mengikuti pendidikan dan pelatihan ini manfaatnya selain
untuk staf itu sendiri maupun untuk organisasi/instansi.
Karena dengan meningkatnya kemampuan atau keterampilan
para staf, dapat meningkatkan produktifitas kerja staf, hal ini
berarti organisasi/instansi yang bersangkutan memperoleh
keuntungan.
2) Kuantitas Ketenagaan
Jumlah perawat yang diperlukan di ruang Berlian
menggunakan rumus:
a) Menurut Gillies
Menurut Gillies Kebutuhan tenaga perawat adalah
secara kuantitatif dapat dirumuskan dengan perhitungan
sebagai berikut:
A x B x 365
29
Rumus Jumlah Tenaga Perawat Menurut Gillies
Keterangan:
A : Jam efektif/24 jam →waktu perawatan yang dibutuhkan
klien/hari
Bangsal A medikal 3,4 jam
Bangsal B, Perawatan Bedah 3,5 jam
Bangsal C Nifas, 3 jam
Bangsal D Bayi, 2,5 jam
Bangsal E Anak 4 jam
Ruang Anggek merupakan Ruang medikal (3,4 jam)
B : Rata-rata jumlah klien perhari → BOR x Jumlah tempat
tidur
BOR ruang perawatan 33,6% Periode Juni – Agustus 2020
C: Jumlah hari libur (12 hari/th), 365 = jumlah hari kerja
dalam 1 tahun
Sehingga Untuk kebutuhan tenaga perawat di ruang
perawatan biasa adalah:
A x B x 365
Gambar 2.5
Rumus Jumlah Tenaga Perawat Menurut Gillies
, (,%
)
Tenaga perawat = (
)
, (,)
=
(
)
,
=
.
. ,
=
.
= 2,02 (2 orang)
30
b) Menurut Douglas
Pada suatu layanan profesional, jumlah tenaga yang
diperlukan bergantung pada jumlah klien dan derajat
ketergantungan klien terhadap keperawatan. Menurut
(Douglas cit. Iiyas, 2000), jumlah perawat yang di
butuhkan dalam suatu runag rawat inap adalah sebagai
berikut :
Tabel 3.1
Jumlah Perawat Dalam Setiap Shift Jaga
Klasifikasi
Jumlah Minimal Parsial Total
pasien
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam
Tabel 3.2
Klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan
KLASIFIKASI DAN KRITERIA
Minimal Care (1-2 jam)
a. Dapat melakukan kebersihan diri sendiri, mandi, ganti pakaian dan minum.
b. Pengawasan dalam ambulasi atau gerakan.
c. Observasi Tanda vital setiap shift.
d. Pengobatan minimal, status psikologi stabil.
e. Persiapan prosedur pengobatan
Intermediet Care (3-4 jam)
a. Dibantu dalam kebersihan diri, makan dan minum, ambulasi.
b. Observasi tanda vital tiap 4 jam.
c. Pengobatan lebih dari 1 kali.
d. Pakai foley kateter.
e. Pasang infuse, intake out-put dicatat.
f. Pengobatan perlu prosedur.
31
KLASIFIKASI DAN KRITERIA
Total Care (5-6 jam)
a. Dibantu segala sesuatunya.
b. Posisi diatur.
c. Observasi tanda vital tiap 2 jam.
d. Pakai NGT.
e. Terapi intravena, pakai suction.
f. Kondisi gelisah/disorientasi/tidak sadar.
Tabel 3.3
Kebutuhan Tenaga perawat di Ruang Anggrek RSUD Tamiang Layang
32
1 adalah perawat yang menjadi kepala ruangan
c) Menurut Lokakarya PPNI
Dalam lokakarya PPNI penentuan kebutuhan tenaga
perawat dihitung dengan mengubah satuan hari dengan
minggu. Jumlah hari kerja efektif dihitung dalam minggu
sebanyak 41 minggu dan jumlah kerja perhari selama 40
jam per minggu. PPNI berusaha menyesuaikan lama kerja
dan libur yang berlaku di Indonesia:
(
) ( )
Tenaga Perawat = x 25%
=
+ 25%
.'',
= + 25%=3,8 (4 orang)
Jumlah tenaga keperawatan yang ada di Ruang
Anggrek ada 10 orang tenaga perawat, dimana didalamnya
sudah termasuk Kepala Ruangan. Jumlah tenaga perawat
pelaksananya sendiri ada 9 orang. Berdasarkan perhitungan
di atas, didapatkan kebutuhan tenaga perawat di Ruang
Anggrek yaitu 9 orang, itu berarti di ruangan Anggrek
untuk tenaga perawat lebih dari cukup.
33
3) Analisa Data
Tabel 3.4. Analisa Data Kebutuhan Perawat
No Rumus/ Kebutuhan Jumlah Jumlah Tenaga
Perhitungan Tenaga Perawat Di Keperawatan
Jumlah Keperawatan Ruang yang Belum
Tenaga Anggrek Terpenuhi
Keperawatan
1. Douglas 7 10 -
2. Gillies 2 10 -
3. Lokakarya 4 10 -
PPNI
8
6
4
2 Jumlah Tenaga Kerja
0
Douglas Gilles Lokakarya
PPNI
34
yang lebih sedikit dari Indonesia, untuk perhitungan PPNI ini
berdasarkan kebutuhan perawat berdasarkan satuan yang
digunakan adalah minggu, sehingga akan menghasilkan jumlah
perawat yang lebih besar dari Gillies yang mana nantinya akan
berpengaruh pada beban kerja perawat.
Kualitas Ketenagaan
1) Kajian Teori
Pendidikan Keperawatan di IndonesiaPendidikan
keperawatan di indonesia mengacu kepada UU No. 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jenis pendidikan
keperawatan di Indonesia mencakup
a. Pendidikan Vokasional Yaitu jenis pendidikan diploma
sesuai dengan jenjangnya untuk memiliki keahlian ilmu
terapan keperawatan yang diakui oleh pemerintah Republik
Indonesia.
b. Pendidikan Akademik Yaitu pendidikan tinggi program
sarjana dan pasca sarjana yang diarahkan terutama pada
penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu
c. Pendidikan Profesi Yaitu pendidikan tinggi setelah
program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk
memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.
Sedangkan jenjang pendidikan keperawatan mencakup
program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis
dan doktor.
35
terapan keperawatan yang diakui oleh pemerintah Republik
Indonesia.
b. Pendidikan Akademik; yaitu pendidikan tinggi program
sarjana dan pasca sarjana yang diarahkan terutama pada
penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu
c. Pendidikan Profesi; yaitu pendidikan tinggi setelah program
sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki
pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.
d. Sedangkan jenjang pendidikan keperawatan mencakup
program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis
dan doktor.
Sesuai dengan amanah UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003
tersebut Organisasi Profesi yaitu Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (PPNI) dan Asosiasi Pendidikan Ners Indonesia
(AIPNI), bersama dukungan dari Kementerian Pendidikan
Nasional (Kemendiknas), telah menyusun dan memperbaharui
kelengkapan sebagai suatu profesi. Perkembangan pendidikan
keperawatan sungguh sangat panjang dengan berbagai dinamika
perkembangan pendidikan di Indonesia, tetapi sejak tahun 1983
saat deklarasi dan kongres Nasional pendidikan keperawatan
indonesia yang dikawal oleh PPNI dan diikuti oleh seluruh
komponen keperawatan indonesia, serta dukungan penuh dari
pemerintah kemendiknas dan kemkes saat itu serta difasilitasi
oleh Konsorsium Pendidikan Ilmu kesehatan saat itu, sepakat
bahwa pendidikan keperawatan Indonesia adalah pendidikan
profesi dan oleh karena itu harus berada pada pendidikan
jenjang Tinggi.dan sejak itu pulalah mulai dikaji dan dirangcang
suatu bentuk pendidikan keperawatan Indonesia yang pertama
yaitu di Universitas Indonesia yang program pertamannya
dibuka tahun 1985.
Sejak 2008 PPNI, AIPNI dan dukungan serta bekerjasama
dengan Kemendiknas melalui project Health Profession
36
Educational Quality (HPEQ), menperbaharui dan menyusun
kembali Standar Kompetensi Perawat Indonesia, Naskah
Akademik Pendidikan Keperawatan Indonesia, Standar
Pendidikan Ners, standar borang akreditasi pendidikan ners
Indonesia. dan semua standar tersebut mengacu pada Peraturan
Presiden Nomor.8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia (KKNI) dan sat ini sudah diselesaikan
menjadi dokumen negara yang berkaitan dengan arah dan
kebijakan tentang pendidikan keperawatan Indonesia.
Standar-standar yang dimaksud diatas juga mengacu pada
perkembangan keilmuan keperawatan, perkembangan dunia
kerja yang selalu berubah, dibawah ini sekilas saya sampaikan
beberapa hal yang tertulis dalam dokumen Naskah Akademik
Pendidikan Keperawatan, yang berkaitan dengan Jenis, jenjang,
Gelar akademik dan Level KKNI;
Jenis Pendidikan Keperawatan Indonesia:
a. Pendidikan Vokasi; yaitu pendidikan yang diarahkan
terutama pada kesiapan penerapan dan penguasaan keahlian
keperawatan tertentu sebagai perawat
b. Pendidikan Akademik; yaitu pendidikan yang diarahkan
terutama pada penguasaan dan pengembangan disiplin ilmu
keperawatan yang mengcakup program sarjana, magister,
doktor.
c. Pendidikan Profesi; yaitu pendidikan yang diarahkan untuk
mencapai kompetensi profesi perawat.
Jenjang Pendidikan Tinggi Keperawatan Indonesia dan
sebutan Gelar:
a. Pendidikan jenjang Diploma Tiga keperawatan lulusannya
mendapat sebutan Ahli Madya Keperawatan (AMD.Kep)
b. Pendidikan jenjang Ners (Nurse) yaitu (Sarjana+Profesi),
lulusannya mendapat sebutan Ners(Nurse),sebutan gelarnya
(Ns)
37
c. Pendidikan jenjang Magister Keperawatan, Lulusannya
mendapat gelar (M.Kep)
d. Pendidikan jenjang Spesialis Keperawatan, terdiri dari:
1. Spesialis Keperawatan Medikal Bedah, lulusannya
(Sp.KMB)
2. Spesialis Keperawatan Maternitas, Lulusannya
(Sp.Kep.Mat)
3. Spesialis Keperawatan Komunitas, Lulusannya
(Sp.Kep.Kom)
4. Spesialis Keperawatan Anak, Lulusannya
(Sp.Kep.Anak)
5. Spesialis Keperawatan Jiwa, Lulusannya (Sp.Kep.Jiwa)
e. Pendidikan jenjang Doktor Keperawatan, Lulusannya
(Dr.Kep)
Lulusan pendidikan tinggi keperawatan sesuai dengan level
KKNI, adalah sebagai berikut :
a. Diploma tiga Keperawatan – Level KKNI 5
b. Ners (Sarjana+Ners) – Level KKNI 7
c. Magister keperawatan – Level KKNI 8
d. Ners Spesialis Keperawatan – Level KKNI 8
e. Doktor keperawatan – Level KKNI 9
2) Kualitas Ketenagaan
Tabel 3.5
Distribusi Pendidikan Formal Tenaga Keperawatan
No Jenis Pendidikan Jumlah %
1 S2 Keperawatan - -
2 S1 Keperawatan + 4 40 %
Ners
3 S1 Keperawatan - -
4 D3 Keperawatan 6 60 %
5 SPK - -
Total 10 100%
38
Tabel 3.6
Distribusi Perawat Berdasarkan Jabatan, Pendidikan, dan Jenis Pelatihan
No Nama PNS/Non Jabatan Pendidikan Lama Pelatihan
PNS Kerja
1 Tria Yulianto, PNS Kepala DIII 27 BTCLS
AMK Ruangan Keperawatan tahun IHT PPI
2 Paskalya H.E, PNS Staf DIII 18 BTCLS
AMK Perawat Keperawatan tahun
3 Mery Kristina, Non PNS Staf DIII 10 BTCLS
AMK Perawat Keperawatan tahun
4 Betini Harianti, Non PNS Staf DIII 7 BTCLS
Amd.Kep Perawat Keperawatan tahun
5 Egi Waroneno, Non PNS Staf S1 6 BTCLS
S.Kep, Ners Perawat Keperawatan + tahun
Ners
6 Emmy Non PNS Staf S1 9 BTCLS
Riawanti,S.kep, Perawat keperawatan + tahun
Ners Ners
7 Nelawia, AMK Non PNS Staf DIII 1 BTCLS
Perawat Keperawatan tahun
8 Lili Karlina, Non PNS Staf S1 2 BTCLS
S.Kep, Ners Perawat Keperawatan + tahun
Ners
9 Rabiatul Non PNS Staf DIII 3 BTCLS
Hasanah, Amd. Perawat Keperawatan tahun
Kep
10 Alsia Kristi D, Non PNS Staf S1 0 BTCLS
S.Kep, Ners Perawat Keperawatan + tahun
Ners
39
Tabel 3.8
Lama Bekerja Perawat
Tabel 3.9
Status Pekerjaan Perawat
Tabel 3.10
Tingkat Kepuasaan Perawat
40
50 % 50%
6 Tersedianya 0 5 5 0 0
fasilitas
pengunjung
seperti kamar 0% 5/10 x 5/10 x 0% 0%
mandi, kantin, 100% = 100% =
parker 50 % 50%
7 Kondisi ruangan 0 4 6 0 0
kerja terutama
berkaitan dengan
ventilasi udara, 0% 4/10x 6/10 x 0% 0%
kebersihan dan 100% = 100% =
kebisingan 40% 60 %
8 Adanya jaminan 0 3 7 0 0
atas kesehatan
atau keselamatan
kerja 0% 3/10 x 7/10 x 0% 0%
100% = 100% =
30 % 70%
9 Perhatian 0 4 5 0 0
institusi rumah
sakit terhadap 0% 4/10 x 6/10 x 0% 0%
saudara 100% = 100% =
40% 60%
10 Hubungan antara 0 5 5 0 0
karyawan dalam
kerja kelompok
0% 5/10 x 5/10 x 0% 0%
100% = 100% =
50% 50%
11 Kemampuan 0 7 3 0 0
dalam
bekerjasama
antar karyawan 0% 7/10 x 3/10 x 0% 0%
100% = 100% =
70% 30%
12 Sikap teman- 0 7 3 0 0
teman sekerja
terhadap saudara
0% 7/10 x 3/10 x 0% 0
100% = 100% =
70% 30%
41
13 Kesesuaian 0 2 8 0 0
antara pekerjaan
dan latar
belakang 0% 2/10 x 8/10 x 0% 0%
pendidikan 100% = 100% =
saudara 20% 80%
14 Kemampuan 0 7 3 0 0
dalam
menggunakan
waktu bekerja 0% 7/10 x 3/10 x 0% 0%
dengan 100% = 100% =
penugasan yang 70% 30%
diberikan
15 Kemampuan 0 5 5 0 0
supervise/
pengawas dalam
membuat 0% 5/10 x 5/10 x 0% 0%
keputusan 100% = 100% =
50% 50%
16 Perlakuan atasan 0 5 5 0 0
selama bekerja
disini
0% 5/10 x 5/10 x 0% 0%
100% = 100% =
50% 50%
17 Kebebasan 0 3 7 0 0
dalam
melakukan suatu
metode sendiri
0% 3/10 x 7/10 x 0% 0%
dalam
100% = 100% =
menyelesaikan
30 % 70%
pekerjaan
18 Kesempatan 0 3 7 0 0
untuk
meningkatkan
kemampuan
kerja melalui
pelatihan atau 0% 3/10 x 7/10 x 0% 0%
pendidikan 100% = 100% =
tambahan 30% 70%
19 Kesempatan 0 8 2 0 0
untuk
mendapatkan
posisi lebih 0% 8/10 x 2/10 x 0% 0%
tinggi 100% = 100% =
80% 20%
42
20 Kesempatan 0 5 5 0 0
membuat suatu
prestasi dan
0% 5/10 x 5/10 x 0% 0%
mendapatkan
100% = 100% =
kenaikan pangkat
50% 50%
1) Analisa Data
Hasil kuesioner pada perawat PNS maupun Non PNS
sebanyak 80% menyatakan sudah puas akan gaji yang diterima
sesuai dengan beban pekerjaannya masing-masing sebagai
kepala ruangan, kepala tim, dan staf perawat. Sebanyak 20%
menyatakan cukup puas terhadap gaji yang diterima
dibandingkan dengan latar belakang pendidikan, sebanyak 50%
menyatakan cukup puas dengan pemberian intensif tambahan
atas suatu prestasi atau kerja ekstra.
Berdasarkan hasil dari 10 responden bahwa sebanyak 50%
puas terhadap hubungan antara karyawan antar kelompok,
sebanyak 70% menyatakan puas dengan kemampuan dalam
bekerja sama antar karyawan dan sebanyak 70% menyatakan
puas terhadap sikap teman-teman sekerja dalam meningkatkan
kualitas pelayanan yang diberikan.
Berdasarkan hasil dari 10 responden sebanyak 80%
menyatakan cukup puas dengan kesesuaian antara pekerjaan
dan latar belakang pendidikan, sebanyak 70% menyatakan
cukup puas karena mendapatkan kesempatan untuk
meningkatkan kemampuan kerja melalui pelatihan dan
pendidikan tambahan, sebanyak 50% menyatakan puas dan
cukup puas dengan kesempatan yang diberikan untuk membuat
suatu prestasi dan mendapatkan kenaikan pangkat.
43
b. Money (M2)
1) Kajian Teori
Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat
diabaikan. Uang merupakan alat tukar menukar yang memiliki
nilai guna tinggi. Besar kecilnya hasil kegiatan dapat diukur
dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena
itu uang merupakan alat yang penting untuk mencapai tujuan
karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional.
Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus
disediakan untuk membiayai gajih tenaga kerja, alat-alat yang
dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan di
capai dari suatu organisasi (Nursalam, 2013).
Menurut Nursalam 2016, M2-Money di fokuskan pada
hal berikut:
a. Pemasukan
b. RAB, yang meliputi dana untuk kegiatan berikut :
1) Oprasional (Kegiatan Pelayanan)
2) Manajemen (Pembayaran pegawai, listrik, air, telepon,
dan lainnya)
3) Pengembangan (Sarana prasarana dan sumber daya
manusia)
1 Juni 35 4
2 Juli 33 2
44
3 Agustus 34 4
Total 340 59
Sumber : Administrasi Ruang Anggrek RSUD Tamiang
Layang
45
Yanmed, Kabag Keuangan, Pejabat Keuangan, selanjutnya
ke Direktur.
Apabila direktur menyetujui, maka untuk permintaan
yang bersifat perbaikan akan dilanjutkan kebagian umum
dan perlengkapan namun apabila bersifat pembelian baru /
pengadaan barang akan diserahkan kebagian sarana
penunjang.
Anggaran
Ideal Kenyataan
Program Kerja
Analisa Data
Menurut data yang di dapat sumber dana pembayaran
pasien selama bulan Januari sampai maret 2020 yang berada di
Ruang anggrek RSUD Tamiang Layang adalah menggunakan
BPJS yaitu sebanyak 85,21%, dan terakhir menggunakan
Umum 14,7%.
Menurut informasi yang didapatkan dari Kepala Ruang
Anggrek RSUD Tamiang Layang, anggaran dana untuk
pembayaran gaji perawat yang PNS sudah diatur oleh pihak
pemerintah, sedangkan untuk pembayaran gaji non PNS
46
(Tenaga Kontrak) dan Honor diatur oleh pihak rumah sakit
sendiri yang langsung dikelola oleh pihak keuangan rumah
sakit (BLUD). Untuk pemeliharaan ruangan seperti sarana
atau prasarana dan alat kesehatan serta perbaikan, pengadaan
dana bagi ruangan biasanya diperoleh dari penghasilan yang
dikelola sendiri oleh rumah sakit (BLUD) dan dari anggaran
pertahun oleh APBN atau APBD. Prosedur pengadaan barang
dan jasa belanja langsung yang dananya bersumber dari BLUD
RSUD Tamiang Layang.
c. Material (M3)
1) Kajian Teori
Material merupakan peralatan penunjang yang
mendukung kelancaran dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien. Secara kualitatif fasilitas yang
tersedia seharusnya sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Fasilitas dan alat-alat kedokteran maupun
keperawatan dipenuhi melalui standar resmi yang telah
ditetapkan oleh masing-masing rumah sakit yang disesuaikan
dengan jenis dan kapasitas unit pelayanan.
Menurut Kementerian Kesehatan RI Tahun 2012
persyaratan Teknis Bangunan Ruang Rawat Inap:
a) Lokasi
Bangunan rawat inap harus terletak pada lokasi yang
tenang, aman dan nyaman, tetapi tetap memiliki
kemudahan aksesibiltas atau pencapaian dari sarana
penunjang rawat inap.
Bangunan rawat inap terletak jauh dari tempat-tempat
pembuangan kotoran, dan bising dari mesin/generator.
b) Denah
Persyaratan umum.
47
Pengelompokan ruang berdasarkan kelompok aktivitas
yang sejenis hingga tiap kegiatan tidak bercampur dan
tidak membingungkan pemakai bangunan.
Perletakan ruangannya terutama secara keseluruhan
perlu adanya hubungan antar ruang dengan skala
prioritas yang diharuskan dekat dan sangat
berhubungan/membutuhkan
Akses pencapaian kesetiap blok/ruangan harus dapat
dicapai dengan mudah
Kecepatan bergerak merupakan salah satu kunci
keberhasilan perancangan, sehingga blok unit
sebaiknya sirkulasinya dibuat secara linier/lurus
(memanjang)
Jumlah kebutuhan ruang harus disesuaikan dengan
kebutuhan jumlah pasien yang akan ditampung.
Sinar matahari pagi sedapat mungkin masuk ke dalam
ruangan.
Alur petugas dan pengunjung dipisah.
c) Pintu
48
d) Tenang
Ruang Anggrek tergolong cukup tenang karena tidak ada
pembangunan yang sedang berlangsung dan tidak ada
pengunjung yang berlalu-lalang. Hanya kadang ada
keributan bila ada klien gelisah atau bila sedang ada
pembersihan/pemangkasan rumput di pekarangan
sekeliling ruang Anggrek.
e) Terjaga kebersihannya
Ruang Anggrek terlihat bersih baik di luar atau di dalam
ruangan, alat kebersihan dan tempat sampah yang terpisah
antara sampah medis dan nonmedis yang tersedia sudah
mencukupi.
f) Sirkulasi udara dan cahaya baik
Sirkulasi udara cukup baik, ,hawa ruangan dimusim panas
memang cukup panas karena diruangan anggrek hanya
menggunakan kipas angin sebagai pendingin ruangan.
Pencahayaan cukup baik, karena sepanjang sisi luar
merupakan jendela kaca dan pada malam hari penerangan
menggunakan listrik dengan 2 bola lampu dalam satu
kamar.
g) Luas ruangan cukup nyaman
Luas ruangan sudah cukup memadai pada kamar tidur
klien yang terdiri dari 3 bed dalam 1 ruangan baik pria dan
wanita dengan kamar yang terpisah, ruang kepala ruangan
dan nurse station.
2) Kajian Data
a) Data Tempat Tidur
Kapasitas tempat tidur di Ruang Anggrek berjumlah 12
tempat tidur dengan kondisi yang baik dan layak untuk
pasien.
b) Peralatan dan Fasilitas untuk Pasien
49
Tabel 3.12
Daftar Peralatan Dan Fasilitas Untuk Pasien Yang Terdapat Di Ruang
Anggrek
No. Nama Barang Jumlah Kondisi Rasio Keterangan
1 Tempat tidur
a. Pasien 12 buah Baik 3/ ruangan Cukup
2 buah
Ruang Isolasi
b.
2 Lemari pasien 11 buah Baik 3/ ruangan Cukup
15 Lantai
Bersih
a. - ya - -
Tidak licin
b. - ya - -
Sumber Data : Ruang Anggrek (2020)
50
c) Peralatan dan Fasilitas Untuk Perawat
Tabel 3.13
Daftar Peralatan dan fasilitas untuk perawat yang terdapat di
Ruang Anggrek
51
1 Bak sampah
a. Medis 2 Baik - -
5 Baik - -
b. Non Medis 1 Baik - -
1 Baik - -
c. Spuit
d. Jarum dan benda tajam
Sumber Data : Ruang Anggrek (2020)
Tabel 3.14
Daftar Obat-obatan dan Bahan Habis Pakai (Comsumable)
No. Nama Barang Jumlah Kondisi
52
e) Administrasi Penunjang
Buku administrasi yang di Ruang Anggrek RSUD Tamiang Layang
sudah cukup lengkap dan mudah dicari bila diperlukan pengumpulan data
atau pemeriksaan.
Tabel 3.15
Daftar buku kelengkapan administrasi yang terdapat di Ruang Anggrek
53
DENAH RUANGAN ANGGREK
TERAS
TOILET
PERAWAT RUANGAN
RUANG ISOLASI PARU
KAMAR 3 KAMAR 1 KEPALA
RUANGAN
TOILET
PASIEN
TOILET
PASIEN
NURSE
KAMAR 2 STATION
RUANG ISOLASI P.DALAM
GUDANG KAMAR 4
TERAS
d. Mutu (M4)
1) Kajian Teori
Kualitas Pelayanan Kesehatan
a. Pasien Safety
Berdasarkan Sasaran keselamatan pasien (SKP) yang dikeluarkan oleh
Standar Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 (Kemenkes, 2011) dan JCI
Acredition, maka sasaran tersebut meliputi 6 elemen berikut :
55
2) Sasaran II: Peningkatan komunikasi yang efektif
a) Perintah lisan dan yang melalui telepon atau pun hasil pemeriksaan
dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil
pemeriksaan tersebut
b) Perintah lisan dan melalui telepon atau hasil pemeriksaan secara
lengkap dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil
pemeriksaan tersebut
c) Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang
memberi perintah atau hasil pemeriksaan tersebut
d) Kebijakan dan prosedur mendukung praktik yang konsisten dalam
melakukan verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan melalui
telepon.
56
b) Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk
melakukan verifikasi praoperasi tepat-lokasi, tepat-prosedur, dan
tepat-pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan
tersedia, tepat-pasien dan semua dokumen serta peralatan yang
diperlukan tersedia, tepat/benar, dan fungsional.
c) Tim operasi yang lengkap menerapkan dan
mencatat/mendokumentasikan prosedur sign in (sebelum induksi),
“sebelum insisi/time out’’ tepat sebelum dimulainya suatu
prosedur/tindakan pembedahan dan sign out (sebelum meninggalkan
kamar operasi).
d) Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung
keseragaman proses guna memastikan tepat-lokasi, tepat prosedur,
dan tepat pasien, termasuk prosedur medis dan tindakan pengobatan
gigi/dental yang dilaksanakan diluar kamar operasi.
57
c) Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik tentang keberhasilan
pengurangan cedera akibat jatuh maupun yang berkaitan secara tidak
sengaja.
d) Kebijakan dan atau prosedur mendukung pengurangan berkelanjutan
dari resiko cedera pasien akibat jatuh dirumah sakit. Berikut adalah
penerapan beberapa parameter pengukuran keselamatan pasien yang
bias digunakan dirumah sakit:
a. Angka kejadian jatuh.
Dari data hasil didapatkan bahwa 100% tidak terjadi pasien
terjatuh selama dilakukan perawatan oleh perawat ruangan di
Ruang Anggrek RSUD Tamiang Layang pada periode bulan juni
sampai dengan bulan Agustus 2020.
b.Kejadian Flebitis
Dari data didapatkan hasil bahwa 100% pasien tidak pernah
mengalami kejadian flebitis selama dilakukan perawatan di
ruangan Anggrek RSUD Tamiang Layang pada periode bulan juni
sampai deengan bulan Agustus 2020.
58
Juni : BOR 123 X 100% = 34,16%
12 x 30
Juli : BOR 102 X 100% = 27,41%
12 x 31
Agustus : BOR 146 X 100% = 39,24%
12 x 31
59
C) Standar Operasional Prosedur (SPO)
Berdasarkan hasil wawancara secara langsung dengan kepala
ruangan mengenai SPO di ruang Anggrek sudah mengikuti SPO yang dibuat
oleh RSUD Tamiang Layang
Tabel 3.17
SPO yang ada di Ruang Anggrek RSUD Tamiang Layang
No
Standar Operasional Prosedur (SPO)
2) Kajian Data
a. Keselamatan Pasien pada tanggal 03 September 2020 kami melakukan
pengkajian pada data keselamatan pasien, dan keselamatan pasien ini
mempunyai 6 sasaran keselamatan pasien. yaitu :
1) Sasaran I : Ketepatan identifikasi pasien
Kajian Data :
Saat pengkajian didapatkan bahwa identifikasi pasien di Ruang Anggrek
RSUD Tamiang Layang menggunakan gelang, yang mana gelang nanti
dicocokkan dengan data yang sama dengan identifikasi pasian pada
status Rekam Medik. Gelang yang digunakan warna pink untuk pasien
60
berjenis kelamin wanita dan warna biru untuk pasien berjenis kelamin
laki-laki.
61
Bila pasien melalui telepon, pengirim pesan/dokter menandatangani pada
saat visite hari berikutnya.
Ba (Baca)
Penerima pesan membaca kembali isi pesan yang telah ditulis
untuk memastikan kebenaran pesan yang ditulis. Bila keadaan tidak
memungkinkan, diperbolehkan tidak melakukan pembacaan kembali
missal keadaan Darurat di ICU dan IGD. Pesan untuk terapi dengan obat-
obatan high alert harus dibacakan 2 kali (Repeat back) dengan mengeja
menggunakan alfabet safety.
K (Konfirmasi)
Penerima pesan membubuhkan stempel TBaK pada formulir
catatan terintegrasi. Pengriim pesan/dokter menandatangani pada saat
visite hari berikutnya.
3) Sasaran III : Peningkatan keamanaan obat yang perlu di waspadai (High
Alert Medication)
Kajian Data
Pada ruang Anggrek penyimpanan obat oral sudah disediakan
ditempat penyimpanan yang memadai. Perawat sudah berhati-hati dalam
memberikan obat-obatan yaitu memvalidasi kembali obat yang diberikan
dengan Klien, obat-obatan Klien sudah disimpan ditempatnya masing-
masing yang sudah diberi identitas Klien.
Untuk penyimpanan obat-obatan High Alert atau obat-obat yang
perlu diwaspadai disimpan pada sebuah wadah berupa box plastik yang
diikat menggunakan klip plastik, namun saat ini ruangan masih belum
memiliki fasilitas troli emergency sehingga tempat penyimpanan obat-
obatan High Alert tidak memenuhi standard. Kepala ruangan sudah
menyampaikan permintaan penyediaan troly emergency ke bagian
penyediaan alat kesehatan. Penyimpanan obat high alert seharusnya
dilakukan sesuai standartnya disimpan pada lemari bertanda khusus serta
berada dilokasi tertentu yaitu di Instalasi Farmasi atau di Ruang Rawat
Inap terrtentu.
62
4) Sasaran IV : Lokasi dan Prosedur Operasi
Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang segera dikenali untuk
identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien dalam proses
penandaan/pemberian tanda. Rumah sakit menggunakan suatu checklist
atau proses lain untuk melakukan verifikasi praoperasi tepat-lokasi, tepat-
prosedur, dan tepat-pasien dan semua dokumen serta peralatan yang
diperlukan tersedia, tepat-pasien dan semua dokumen serta peralatan
yang diperlukan tersedia, tepat/benar, dan fungsional. Tim operasi yang
lengkap menerapkan dan mencatat/mendokumentasikan prosedur sign in
(sebelum induksi), “sebelum insisi/time out’’ tepat sebelum dimulainya
suatu prosedur/tindakan pembedahan dan sign out (sebelum
meninggalkan kamar operasi). Ini sudah sesuai dengan idealnya
kepastian tepat-lokasi, tepat prosedur.
5) Sasaran V : Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Kajian Data
Pada saat ini situasi sedang mengalami pandemic covid 19 maka Perawat
di ruang Anggrek menggunakan APD lengkap seperti handscone,
masker, gown dan face shield saat memberikan tindakan perawatan.
Diruang Anggrek pengadaan wastafel untuk hand hygiene disediakan
oleh rumah sakit wastafel berjumlah 5, diruang tindakan perawat ada
1,dan 4 diruang perawatan pasien. Rumah Sakit sudah menggalangkan
disemua ruangan untuk membudayakan cuci tangan 6 langkah yang
sudah disosialisasikan oleh tim PPI (Pengendalian dan Pencegahan
Infeksi).
6) Sasaran VI : Resiko Pasien Jatuh,
Pada saat observasi dan wawancara dengan Kepala Ruangan Anggrek,
Ruangan ini mempunyai 11 kapasitas tempat tidur, yang terisi hanya 3
bed pada saat observasi tanggal 03 September 2020, dan terdapat 8 bed
yang tidak terisi pada saat pengkajian. Ruangan sudah melaksanakan
SOP resiko jatuh namun tidak berjalan sebagaimana mestinya. Menurut
salah satu perawat jaga di ruang Anggrek bahwa semua pasien disana
tidak mempunyai resiko jatuh perawat hanya menilai pasien secara
63
langsung saja (melihat kondisi pasien pada awal masuk), Tanpa mengkaji
sesuai formulir assessment awal resiko jatuh yang tersedia. Saat
dilakukan observasi pada tanggal 03 september 2020 pada 3 orang pasien
yang di ruang Anggrek RSUD Tamiang Layang tidak ada yang
menggunakan stiker resiko jatuh. Adapun data yang didapat dari IPCN
(Perawat Pencgah Dan Pengendali Infeeksi) RSUD Tamiang Layang
bahwa pada bulan juni, juli, agustus tidak ada pasien yang mengalami
jatuh atau cedera selama menjalaini perawatan di RSUD Tamiang
Layang.
64
2) AVLOS (Length Of Stay = Rata-rata lamanya Klien dirawat)
AVLOS: Jumlah hari perawatan / Jumlah pasien keluar(hidup/mati)
Juni: AVLOS 123 = 3,15 = 4 hari
39
Juli : AVLOS 102 = 3 hari
34
Agustus: AVLOS 146= 3,84 = 4 hari
38
3) BTO (Bed Turn Oven) = Angka Putaran Tempat Tidur
BTO = Jumlah pasien keluar / Jumlah tempat tidur
Juni : BTO 39 = 3,25= 4 kali
12
Juli : BTO 34 = 2,83= 3 kali
12
Agustus : BTO 38 = 3,16 = 4 kali
12
3) Analisa Data
Selama pengkajian tidak ada didapatkan pasien terjatuh, obat-obatan High
Alert Medication sudah disimpan ditempat yang memadai namun tidak sesuai
standar karena tidak menggunakan troli emergency, stiker dan labelnya
terpasang, pemberian obat-obatan sesuai dengan SPO dari segi mempersiapkan
obat dan pemberian obat, perawat sudah menggunakan komunikasi efektif
sesuai standar yaitu SBAR dan juga menggunakan TbaK.
Dari hasil pengkajian dan analisa diatas hasil penjumlahan BOR selama 3
bulan terakhir yaitu bulan Juni, Juli, Agustus tahun 2020 dibawah batas ideal
dimana pada bulan Juni 34,16 % dan pada bulan Juli 27,41 % dan pada bulan
Agustus 39,42%. Hasil penjumlahan BOR selama 3 bulan terakhir tidak sesuai
65
dengan teori. Karena pada teori menurut Depkes 2005 yaitu idealnya BOR
suatu rumah sakit adalah sebesar 60-85%.
Kemudian perhitungan AVLOS (Length Of Stay = Rata-rata lamanya
Klien dirawat), didapatkan hasil bahwa pada bulan Juni rata-rata lamanya
pasien di rawat di ruang Anggrek `±4 hari, sedangkan pada bulan Juli ±3 hari
dan pada bulan Agustus ±4 hari. Teori yang dikemukakan oleh Depkes, 2005
dimana idealnya AVLOS adalah 6-9 hari perawatan ini di karenakan
kebanyakan dari pasien yang dirawat di ruang Anggrek sudah diizinkan oleh
dokter penanggung jawab (DPJP) untuk pulang dan kontrol dipoli yang sudah
ditentukan tanggalnya oleh dokter namun baik saja jika kurang dari hari yang
dirawat.
Selanjutnya perhitungan BTO (Bed Turn Over) = Angka perputaran
tempat tidur, didapatkan hasil pada bulan Juni, Juli dan Agustus 4x/perbulan.
Hasil perhitungan ini termasuk ideal karena sejalan dengan teori Depkes 2005
bahwa rata-rata 1 tempat tidur bisa dipakai 40-50x/tahun.
TOI (Turn Over Interval) = Tenggang perputaran atau disebut dengan
jumlah rata-rata hari tempat tidur tidak dipakai, menurut Depkes 2005 idealnya
rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati 1-3 hari namun data yang didapat
pada bulan Juni, Juli dan Agustus tidak ideal, dimana terdapat tempat tidur
tidak dipakai >5 hari. Ini dikarenakan tidak semua tempat tidur selalu dipakai
dan masa perawatan pasien yang tidak terlalu lama. Di tambah lagi saat ini
sedang mengalami pandemik covid 19 sehingga pasien lebih memilih untuk
perawatan di rumah jika kondisi dan keadaan pasien tidak gawat darurat dan
tidak diharuskan untuk rawat inap.
Lokasi dan Prosedur Operasi Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang
segera dikenali untuk identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien dalam
proses penandaan/pemberian tanda. Rumah sakit menggunakan suatu checklist
atau proses lain untuk melakukan verifikasi praoperasi tepat-lokasi, tepat-
prosedur, dan tepat-pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan
tersedia, tepat-pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan
tersedia, tepat/benar, dan fungsional. Tim operasi yang lengkap menerapkan
dan mencatat/mendokumentasikan prosedur sign in (sebelum induksi),
66
“sebelum insisi/time out’’ tepat sebelum dimulainya suatu prosedur/tindakan
pembedahan dan sign out (sebelum meninggalkan kamar operasi). Ini sudah
sesuai dengan idealnya kepastian tepat-lokasi, tepat prosedur.
67
e. Metode M5
a) Alur Penerimaan pasien Baru
TPPRI konfirmasi tempat ruangan yang dituju, bila tempat penuh TPPRI
konfirmasi ke IGD
Bila ruangan tersedia, pasien diantar ke ruangan oleh petugas tranfer. Setiap
pasien yang diterima untuk rawat inap diantar menuju kamar atau tempat tidur
sesuai pesanan
Perawat menerima klien baru beserta rekam medik klien yang sudah lengkap
terisi keterangan tentang hasil pemeriksaan dan kondisi klien/surat pengantar
rawat inap yang ditanda tangani oleh dokter
Perawat mencatat keterangan identitas dan lain-lain keterangan klien pada buku
mutasi dan melengkapi kebutuhan administrasi
Perawat melaporkan tentang keadaan klien pada dokter DPJP bila diperlukan
Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk menanyakan hal – hal yang tidak
jelas
68
tata tertib. Adapun tujuan dari (PPB) adalah menerima dan menyambut
kedatangan pasien dengan hangat dan terapiutik, menurunkan tingkat
kecemasan pasien saat masuk ke Rumah Sakit (Nursalam, 2014)
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan perawat-
perawat di ruang Anggrek menyatakan bahwa kegiatan proses penerimaan
klien baru sudah optimal dengan adanya serah terima klien untuk perawat
yang mengantar dengan perawat yang jaga serta tersedianya format lembar
serah terima klien, adanya lembar tata tertib klien dan keluarga klien dan
lembar informed consent, sentralisasi obat serta penjelasan mengenai aturan
yang berlaku di ruangan.
Berdasarkan hasil observasi, didapatkan perbedaan antar tiap
perawat dalam penerimaan klien baru, ada juga perawat yang mengantarkan
klien langsung ke ruang perawatan. Saat pertama klien masuk, perawat akan
membaca rekam medik klien yang menjelaskan tentang kondisi klien saat di
IGD, kemudian setelah itu perawat akan memanggil perwakilan keluarga
klien untuk menjelaskan tata tertib ruangan dan sentralisasi obat di ruangan
Nurse Station.
69
penting dalam metode tim yaitu untuk menetapkan standar kinerja yang
diharapkan dari staf.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari atas anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok
pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/group yang terdir atas tenaga
professional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling
membantu. Metode ini memungkinkan pemberian pelayanan keperawatan
yang menyeluruh, mendukung pelaksanaan proses keperawatan, dan
memungkinkan komunikasi antartim, sehingga konflik mudah diatasi dan
memberi kepuasan kepada anggota tim. Namun, komunikasi antartim,
sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.
Namun, komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konfrensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk
dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk. Hal pokok dalam metode tim adalah
ketua tim sebagai perawat professional harus mampu menggunakan berbagai
tiknik kepemimpinanan, pentingnya komunikasi yang efektif agar komunikasi
yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin, anggota tim
harus menghargai kepemimpinan ketua tim, model tim akan berhasil bila di
dukung kepala ruangan.
Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan
perawatan yang berpusat pada klien. Perawatan ini memberikan pengawasan
efektif dari memperkenalkan semua personel adalh media untuk memenuhi
upaya kooperatof antara pemimpin dan anggota tim. Melalui pengawasan
ketua tim nantinya dapat mengidentifikasi tujuan asuhan keperawatan,
mengidentifikasi kebutuhan anggota tim, memfokuskan pada pemenuhan
tujuan dan kebutuhan, membimbing anggota tim untuk membantu menyususn
dan memenuhi standar asuhan keperawatan.
Walaupun metode tim keperawatan telah berjalan secara efektif,
mungkin pasien masih menerima fragmentasi pemberi asuhan keperawatan
jika ketua tidak dapat menjalin hubungan yang lebih baik dengan pasien,
keterbatasan tenaga dan keahlian dapat menyebabkan kebutuhan pasien tidak
terpenuhi.
70
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada tanggal 4
september 2020 didapatkan bahwa model asuhan keperawatan yang di
gunakan diruang Anggrek RSUD Tamiang Layang masih menggunakan
metode fungsional dan berproses ke metode tim. Metode fungsional masih
dilaksanakan karena kurangnya tenaga perawat di ruang Anggrek RSUD
Tamiang Layang, jadi masih kombinasi metode tim dan metode fungsional,
pada jaga pagi dapat dilaksanakan metode tim karena perawat shift jaga
berjumlah 4 (empat) orang sedangkan untuk sore malam masih menggunakan
metode fungsional karena jumlah perawat per shift hanya 2 (dua) orang.
Di ruang Anggrek RSUD Tamiang Layang dipimpin oleh kepala
ruangan dan wakil kepala ruangan dan terdiri dari 8 perawat fungsional.
Model asuhan keperawatan yang digunakan di ruang Anggrek
RSUD Tamiang Layang tidak menyulitkan ataupun memberatkan beban kerja
perawat karena metode fungsional perawat bekerja sama dalam tugas
keperawatan yang ada di ruangan tersebut. Pada wawancara juga didapatkan
bahwa model asuhan keperawatan yang digunakan saat ini juga tidak
memberatkan dalam pembiayaan, dan selama model asuhan keperawatan ini
berjalan tidak pernah mendapatkan kritikan dari klien dan klien merasa puas
akan kinerja dari perawat.
Kesimpulannya dari observasi dan wawancara didapatkan bahwa
di Ruang anggrek perawat masih melakukan metode fungsional dan masih
berproses ke metode tim, di karenakan kurangnya tenaga perawat di ruang
tersebut, namun metode fungsional masih dapat di lakukan dengan baik
berkat kerja sama perawat di ruang Anggrek.
c) Timbang Terima
Timbang terima adalah merupakan teknik atau cara menyampaikan
dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan klien antar shif dinas
(RSUD H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin . 2015).
Timbang terima merupakan cara penyampaian dan menerima suatu
laporan yang berkaitan dengan keadaan klien. Tujuan timbang terima adalah
sebagai berikut:
71
1) Menyampaikan kondisi dan keadaan klien
2) Menyampaikan hal-hal yang sudah dilakukan dalam asuhan keperawatan
pada klien
3) Menyampaikan permasalahan keperawatan klien yang masih belum
dilakukan dan yang sudah terselesaikan.
4) Menyampaikan hal-hal penting yang harus ditindak lanjuti oleh perawat
yang dinas berikutnya, berupa tindakan yang sudah dilakukan, tindakan
yang direncanakan selanjutnya dan hal yang perlu diobservasi atau di
laporkan kepada dokter.
5) Menyusun rencana untuk timbang terima dengan jadwal dinas berikutnya
Timbang terima yang efektif dapat dilakukan secara lisan atau
tulisan. Timbang terima yang baik bila semua perawat dapat mengikuti
perkembangan klien secara kontinu dan dpat meningkatkan kemampuan
komunikasi perawat, kerja sama yang bertanggung jawab antara anggota
tim perawat, ketentuan dalam timbang terima itu adalah sebagai berikut :
1) Dilaksanakam setiap pergantian shift
2) Dipimpin oleh kepala ruangan sebagai penanggung jawab (shif siang)
3) Diikuti perawat, mahasiswa dinas yang telah maupun yang akan berdinas
4) Terdapat unsur bimbingan dan pengarahan dari penanggung jawab
5) Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis,
menggambarkan keadaan klien saat ini tetap menjaga kerahasiaan.
Berdasarkan pengkajian timbang terima dilakukan 3 kali dalam
sehari yaitu pada setiap pergantian shift. Untuk timbang terima dari
pergantian shift pagi ke siang, siang ke malam dan malam ke pagi. Pagi ke
siang selalu di ikuti oleh kepala ruangan beserta wakil kepala ruangan dan
perawat. Sedangkan untuk shift sore dan malam hanya dilakukan antara
perawat yang berdinas. Dari hasil observasi yang dimulai pada tanggal 4
september di Ruang Anggrek timbang terima hanya dilakukan di nurse
station (metode tradisional) mengingat saat ini kondisi pandemic C19.
Observasi kegiatan overan di Ruang Anggrek RSUD Tamiang
Layang selama masa pandemic C19 yaitu tersedianya buku laporan pasien
ruang Anggrek dan perawat selalu menulis buku laporan pasien beserta
72
mengisi status pasien. Serah terima overan di tandatangani oleh perawat
jaga yang memberikan overan saat itu. Pada saat overan perawat jaga yang
dinas saat itu sudah kumpul dan selama pandemic C19 overan hanya di
lakukan di nurse stasion dan tidak memungkinkan lagi melakukan overan
di depan pasien karena untuk menghindari kontak yang lama dengan
pasien. Untuk nilai total observasi kegiatan perawat saat timbang terima
yaitu 5 dengan persentase 100%.
d) Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat sambil
melibatkan klien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan
(Nursalam, 2014).
Kriteria klien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan sebagai
berikut : mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun
sudah dilakukan tindakan keperawatan : pasien dengan kasus baru atau
langka dan metode yang dipakai adalah diskusi (Nursalam, 2014).
Sedangkan menurut dari SPO RSUD Tamiang Layang Tahun 2019,
ronde keperawatan adalah kegiatan dalam mengatasi masalah keperawatan
klien yang dilaksanakan disamping klien, membahas dan melaksanakan
asuhan keperawatan pada kasus tertentu yang dilakukan oleh PP (perawat
primer), kepala ruangan, PA (perawat Associate) serta melibatkan seluruh
anggota tim.
Berdasarkan hasil pengkajian di Ruang Anggrek RSUD Tamiang
Layang untuk ronde keperawatan di ruang Anggrek pada masa pandemic C19
tidak di lakukan di karenakan menghindari kontak yang lama dengan pasien.
Dapat dijalankan dan dilakukan saat tertentu saja dan dilakukan sesuai
dengan kriteria, serta protocol kesehatan di ruang Anggrek. Ruang Anggrek
tidak memiliki jadwal ronde keperawatan secara periodik.
73
e) Sentralisasi Obat
Sentraliasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang
dilakukan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh
perawat (Nursalam, 2011)
Berdasarkan hasil pengkajian di Ruang Anggrek RSUD Tamiang
Layan sentralisasi obat yang dilakukan pada ruang Anggrek sudah terlaksana
dengan baik, dimana sentralisasi obat memiliki tempat khusus, sehingga obat-
obatan yang digunakan sudah tertata dengan rapi didalam lemari sesuai
dengan nama pasien sehingga perawat dengan mudah memberikan obat ke
pasien dengan teratur. Obat-obatan dalam bentuk oral dan injeksi dipegang
oleh perawat dengan pembayaran umum atau BPJS dan keluar masuknya obat
sudah ada dokumentasinya. Pada saat pemberian obat, perawat mencatat
macam dan jumlah obat yang telah terpakai serta spuit yang hanya di gunakan
sekali pakai kemudian di buang ke tempat khusus pembuang limbah spuit.
Memang seharusnya obat yang telah diresepkan dan telah diambil
oleh keluarga diserahkan kepada perawat dengan menerima lembar serah
terima obat, yang kemudian perawat menulis nama klien, registrasi, jenis
obat, jumlah dan sediaan dalam kartu kontrol yang diketahui oleh keluarga
(ditanda tangani) dalam buku masuk obat. Obat yang diserahkan selanjutnya
disimpan oleh perawat dalam kotak obat dan obat yang telah diterima
kemudian disalin dalam buku daftar penerimaan obat, obat yang telah
disimpan selanjutnya diberikan oleh perawat dengan memperhatikan alur
yang tercantum dalam buku daftar pemberian obat dengan terlebih dahulu
dicocokkan dengan terapi di instruksi oleh dokter dan kartu obat yang ada
pada klien.
Jadi dapat disimpulkan untuk sentralisasi obat di Ruang Anggrek
RSUD Tamiang Layang dikelola dengan baik dan maksimal.
f) Supervisi
Supervisi adalah suatu proses kemudahan untuk penyelesaian
tugas-tugas keperawatan. Suvervisi adalah upaya untuk membantu pembinaan
dan peningkatan kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat
74
melaksanakan tugas kegiatan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Tujuan dilaksanakannnya supervise dalam memberikan bantuan kepada
bawahan secara langsung sehingga bawahan memiliki bekal yang cukup
untuk dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik. Dan
salah satu manfaatnya adalah meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja itu
sendiri (Nursalam, 2014).
Berdasarkan hasil observasi di Ruang Anggrek pada tanggal 4
september 2020, pelaksanaan supervise tidak di lakukan karena lagi dalam
masa pandemic C19. Sebelum masa pandemic C19 pelaksanaan supervisi
sudah berjalan dengan baik, dan tersusun dengan baik dengan adanya jadwal
supervisi yang sudah tersusun. Tugas yang dilakukan oleh supervivi adalah
seperti berkeliling mengelilingi setiap ruangan pada pagi, siang dan malam
hari. Supervisi melihat SDM yang ada diruangan seperti perawat stand by di
nurse station, mengenakan seragam lengkap sesuai peraturan rumah sakit,
melihat masalah pasien di setiap ruangan, seperti pasien meninggal, pasien
pulang, pasien baru, dan pasien yang memiliki diagnosa yang serius. Alur
penanganan atau penyelesaiaan masalah dari supervisi adalah jika masalah itu
ringan dan dapat diatasi makan supervisi dapat menanganinya sendiri dan
juga dapat berkolaborasi dengan Karu yang ada diruangan tersebut beserta
kepala bidang, jika masalah tersebut cukup serius maka supervisi dapat
berkolaborasi dengan kepala bidang beserta wakil direktur untuk
penyelesaikan. Sedangkan masalah yang sangat serius maka pihak supervisi
akan bekerjasama dengan Direktur.
75
2) Diagnosa Keperawatan
Perencanaan diagnosa untuk ruangan Anggrek menggunakan
acuan dari diagnosa SDKI atau Standar Asuhan Keperawatan Indonesia
terbitan tahun 2017.
3) Perencanaan
Perencanaan asuhan keperawatan yang baik tidak lengkap adalah
pada poin rumusan tujuan mengandung komponen klien/subjek,
perubahan, perilaku, kondisi klien dan kriteria waktu. Tujuan pada berkas
klien tidak mengandung komponen-komponen tersebut secara utuh.
Selain itu pada rencana tindakan sebagian besar tidak mengacu pada
tujuan dengan kalimat perintah, terinci dengan jelas dan juga rencana
tindakan sebagian tidak menggambarkan keterlibatan klien/keluarga.
4) Tindakan dan Evaluasi
Dalam tindakan dan evaluasi keperawatan terlihat cukup baik,
dalam tindakan dan evaluasi selalu dilakukan dari tercantum pada berkas
tersebut.
5) Catatatan Perkembangan Keperawatan
Dalam catatan perkembangan keperawatan terlihat cukup baik
yaitu status klien dalam catatan keperawatan sudah terisi.
h) Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi merupakan catatan otentik dalam penerapan manajemen
asuhan keperawatan profesional. Ners profesional diharapkan dapat
menghadapi tuntutan tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap segala
tindakan yang dilaksanakan. Kesadaran masyarakat terhadap hukum semakin
meningkat sehingga dokumentasi yang lengkap dan jelas sangat dibutuhkan.
Komponen penting dalam pendokumentasian adalah komunikasi, proses
keperawatan, dan standar asuhan keperawatan (Nursalam, 2014).
Efektivitas dan efisiensi sangat bermanfaat dalam mengumpulkan
informasi yang relevan serta akan meningkatkan kualitas dokumentasi
keperawatan. Salah satu bentuk kegiatan keperawatan adalah dokumentasi
keperawatan profesional yang akan tercapai dengan baik apabila sistem
76
pendokumentasian dapat dilakukan dengan benar. Kegiatan
pendokumentasian meliputi keterampilan berkomunikasi dan keterampilan
mendokumentasikan proses keperawatan sesuai dengan standar asuhan
keperawatan (Nursalam, 2014).
Konsep solusi terhadap masalah di atas, perlu disusun standar dokumentasi
keperawatan agar dapat digunakan sebagai pedoman bagi ners dengan
harapan asuhan keperawatan yang dihasilkan mempunyai efektivitas dan
efisiensi (Nursalam, 2014).
Hasil evaluasi penerapan Standar Asuhan Keperawtan (SAK) pada masa
pandemic C19 di ruang Anggrek aspek yang di nilai yaitu pengkajian,
diagnose, perencanaan, tindakan, evaluasi dan catatan perkembangan pada
kelengkapan dari nomor satu sampai dengan enam semuanya ada.
77
B. Analisis Data SWOT Before
1. Ketenagaan (M 1)
Tabel. 3.18 Analisis SWOT M1
No Analisa SWOT Bobot Rating Bobot X Rating
1 M1 (MAN)
Factor internal (IFAS) :
Kekuatan
a) Sudah mempunyai tenaga keperawatan lulusan Sarjana Keperawatan Ners 4 orang dan
Diploma III Keperawatan 6 orang 0,2 3 0,6
b) Sebanyak 10 orang perawat pernah mengikuti pelatihan BTCLS, dan 1 orang sudah IFAS
pernah mengiuti pelatihan IHT PPI 0,2 3 0,6 S–W=
c) Banyak perawat yang sudah memiliki pengalaman kerja lebih dari 2 tahun 0,2 3 0,6 3,2 – 3 = 0,2
d) Pelatihan tenaga perawat yang merata 0,2 3 0,6
e) Jumlah tenaga perawat mencukupi 0,2 4 0,8
Total 1 16 3,2
Kelemahan
Masih adanya tenaga DIII yang berjumlah 6 orang perawat 1 3 3
Total 1 3 3
Faktor eksternal (EFAS)
Peluang
a) Penambahan jumlah tenaga perawat secara bertahap setiap tahun melalui tambahan
CPNS dan tenaga RSUD 0,5 4 2 EFAS
b) Adanya perawat yang sedang melanjutkan pendidikan S1 0,25 4 1 O–T
c) Adanya kesempatan untuk mengikti workshop dan seminar 0,25 4 1 4 – 2,5 =1,5
Total 1 12 4
Ancaman
a) Adanya tuntutan yang tinggi dari masyarakat untuk pelayanan yang berkualitas 0,25 2 0,5
b) Klien sudah mengetahui Hak klien 0,25 2 0,5
c) Adanya peraturan pemerintah adanya Akreditasi Rumah Sakit 0,5 3 1,5
Total 1 7 2,5
78
2. Money ( M 2 )
Tabel 3. 18 Analisis SWOT M2
TOTAL 1 13 3,6
S–W
Weakness
3,6 – 2,0
1) Jasa intensif untuk pelayanan dan jasa medik yang diberikan sama 1 2 2
= 1,6
untuk semua perawat
TOTAL 1 2 2
79
a. Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity
1) RSUD tamiang layang sebagai rumah sakit tipe C dan merupakan
0,6 4 2,4 O–T
satu-satunya rumah sakit di wilayah Kabupaten Barito Timur dan
mempunyai Mou dengan perguruan tinggi kesehatan untuk menjadi 3,6 – 1,3
lahan praktik yang dapat meningkatkan penghasilan rumah sakit = 2,3
TOTAL 1 7 3,6
Treathened
1) Tuntutan dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan 0,7 1 0,7
yang lebih professional
TOTAL 1 3 1,3
80
3. Material ( M 3 )
Tabel 3. 19 Analisis SWOT M3
a. Tersedia sarana dan prasarana untuk pasien dan tenaga kesehatan dalam kondisi baik 0,3 3 0,9
b. Mempunyai peralatan yang mendukung tindakan keperawatan dan semua perawat 0,3 3 0,9
mampu menggunakannya
d. Memiliki administrasi penunjang ( Buku register pasien, buku register klaim BPJS, buku 0,2 4 0,8
visite, buku sensus, buku register pengembalian status, SAK, SPO )
b. Beberapa peralatan masih belum mencukupi dan sebagian ada yang rusak 0,2 3 0,6
81
e. Nurse station terlalu sempit 0,1 2 0,2
Total 1 7 2,5
82
4. Mutu (M4)
Tabel 3.21 Analisis SWOT M4
1. M 4 (MUTU)
a. Internal Factor (IFAS)
Kekuatan 0,3 4 1,2
1) Adanya SPO yang jelas
S–W
3) Tingkat keamanan pasien 100% tidak terjadi pasien jatuh dan 0,3 4 1,2 4,0– 3,8
mengalami flebitis selama dilakukan perawatan. = 0,2
4) Perhitungan BTO dalam rentang ideal 0,1 4 0,4
TOTAL 1 16 4,0
Kelemahan
1) Sebagian perawat tidak melakukan tindakan keperawatan sesuai SPO 0,4 4 1,6
Resiko Jatuh hanya dilakukan berdasarkan melihat kondisi pasien tanpa
menggunakan formulir resiko jatuh
2) Penyimpanan obat-obatan High Alert Medications tidak memenuhi
standar
3) Perhitungan BOR, AVLOS dan TIO tidak ideal 0,4 4 1,6
0,2 3 0,6
TOTAL 1 11 3,8
83
b. Eksternal Faktor (EFAS)
Peluang
1) Adanya kerjasama RS dengan mengadakan pelatihan
pengendalian dn pencegahan infeksi (PPI) 0,6 4 2,4
2) Adanya usaha RS dalam pengadaan barang atau alat kesehatan
(APD: masker, hazmat, headcap, handscoon, face shield, O–T
googles,shoecover) 0,4 4 1,6 4,0 – 1,0
= 3,0
TOTAL 1 8 4,0
Ancaman
1) Tingginya tuntutan masyarakat akan peningkatan mutu pelayanan 1 1 1
kesehatan pada masa pandemik covid 19
TOTAL 1 1 1,0
84
5. Metode ( M 5 )
a. Penerimaan Pasin Baru
Tabel 3.22 Analisis SWOT M5 – Penerimaan Pasien Baru
TOTAL 1 12 3,0
Weakness
S–W
1) Kurangnya pemberian informasi tentang fasilitas, anjuran atau 3,0 - 3,0
larangan terhadap pasien selama di RS serta orientasi ruangan =0
1 3 3,0
85
TOTAL 1 3 3,0
b. Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity
1) Adanya mahasiswa yang praktik manajemen keperawatan 1 3 3
O–T
TOTAL 1 3 3,0 3,0 – 1,0
Treathened = 2,0
1) Adanya tuntutan masyarakat yang semakin tinggi terhadap
peningkatan pelayanan keperawatan yang lebih profesional 1 1 1,0
TOTAL 1 1 1,0
86
3) Mempunyai standar asuhan keperawatan dan protap setiap
tindakan 0,2 4 0,8
TOTAL 1 19 3,8
Weakness S–W
1) Belum ada evaluasi yang terkait dengan pelaksaanaan 3,8 – 3,0
metode di ruangan 0,5 3 1,5 = 0,8
87
3) Adanya sosialisasi mengenai pendokumentasian asuhan
keperawatan
0,3 3 0.9
TOTAL 1 10 3,2
Treathened
1) Adanya penerapan system MAKP
0,4 3 1,2
c. Timbang Terima
Tabel 3.24 Analisis SWOT M5 – Timbang Terima
88
2) Adanya buku khusus untuk laporan timbang terima
0,3 4 1,2
3) Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang terima setiap pagi
0,2 4 0,8
TOTAL 1 11 3,7
b. Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity
0,5 4 2,0
1) Kerja sama dengan lembaga terkait mengenai proses timbang
terima
2) Adanya SOP yang terstruktur dan jelas 0,5 3 1,5
TOTAL 1 7 3,5
Treathened
1 3 3,0
1) Proses timbang terima yang dengan tepat dan benar
89
TOTAL
O–T
1 3 3,0
3,5 – 3,0
= 0,5
d. Ronde Keperawatan
Tabel 3.25 Analisis SWOT M5 – Ronde Keperawatan
TOTAL 1 4 4,0
90
b. Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity
0,5 4 2,0
1) Komunikasi antar profesi baik
TOTAL 1 7 3,5
Treathened
1) Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk O–T
mendapatkan pelayanan yang lebih professional 0,5 3 1,5 3,5 – 3,0
= 0,5
TOTAL 1 6 3,0
91
C. Diagram Layang Before
92
D. POA (Planning Of Action)
Tabel 3. 26 POA ( Planning Of Action)
93
menggunakan formulir menggunakan Jatuh dan dengan
resiko jatuh formulir resiko menggunakan formulir
jatuh resiko jatuh
2. Penyimpanan obat-obatan Obat tersimpan rapi dan
High Alert Medications aman
tidak memenuhi standar
94
3 Metode (M5)
Penerapan Model Keperawatan
1. Belum ada evaluasi terkait
dengan pelaksanaan metode Melakukan Perawat membuat Dilaksanakannya evaluasi
di ruangan. evaluasi terkait evaluasi terkait terkait pelaksanaan metode
pelaksanaan pelaksanaan di ruangan
metode di ruangan metode diruangan
Timbang Terima Keluarga merasa puas
2. Masih ada beberapa perawat Melakukan inovasi Perawat melakukan dengan pelayanan dan
yang masih kurang timbang terima timbang terima di merasa percaya dengan
memperhatikan dengan kombinasi nurse station dan di perawat yang akan
penyampaian hasil laporan tradisional dan ruang pasien memberikan asuhan
timbang terima. bedside handover dengan melibatkan keperawatan
keluarga
Supervisi
4. Belum ada jadwal yang Membuat jadwal Mengusulkan Adanya jadwal yang jelas
jelas untuk supervisor yang jelas untuk adanya jadwal dan baku untuk supervisor
95
supervisor sesuai yang jelas untuk
standar yang telah supervisor
ditetapkan
Dokumentasi Keperawatan Membuat Kepala ruangan Ada persamaan persepsi
5. Tidak samanya persepsi dari persamaan persepsi melakukan dalam menentukan
setiap perawat dalam dari setiap perawat supervise dan masalah keperawatan
menentukan masalah dalam menentukan menganalisa berdasarkan NANDA NIC
keperawatan berdasarkan masalah terhadap hasil NOC
NANDA NIC NOC terbaru keperawatan pendokumentasian
berdasarkan asuhan
NANDA NIC keperawatan agar
NOC adanya persamaan
persepsi dalam
menentukan
masalah
keperawatan
96
Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan
Model atau sistem layanan keperawatan di ruang Anggrek dengan
mengunakan model keperawatan model Metode Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP)
MAKP (Model Metode Asuhan Keperawatan Profesional) adalah suatu
kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur, yakni: standar, proses
keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP. Ke empat hal tersebut
harus menjadi bahan pertimbangan karena merupakan suatu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan.
Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada pasien sangat ditentukan
oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan professional. Ada 5 (lima)
metode pemberian asuhan keperawatan professional yang sudah ada dan akan
terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan
keperawatan. Untuk memberikan asuhan keperawatan yang lazim dipakai
meliputi metode fungsional, metode tim, metode primer, metode kasus,
modifikasi tim - primer.
a. Metode fungsional (MAKP)
Metode fungsional merupakan manajemen klasik yang menekankan
efisiensi, pembagian tugas yang jelas, dan pegawasan yang baik. Metode ini
sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga. Perawat senior
menyibukan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien
diserahkan kepada perawat junior dan atau belum berpengalaman. Kelemahan
dari metode ini adalah pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat
menerapkan proses keperawatan. Setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis
intervensi (misalnya merawat luka) metode ini tidak memberikan kepuasan
kepada pasien maupun perawat dan persepsi perawat cenderung kepada
tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja.
b. Metode Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari atas anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok
pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/group yang terdiri atas tenaga
97
professional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling
membantu. Metode ini memungkinkan pemberian pelayanan keperawatan
yang menyeluruh, mendukung pelaksanaan proses keperawatan, dan
memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah diatasi dan
memberi kepuasan kepada anggota tim. Komunikasi yang baik antar tim,
sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.
Namun, komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konfrensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk
dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk. Hal pokok dalam metode tim adalah
ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai
tiknik kepemimpinanan, pentingnya komunikasi yang efektif agar komunikasi
yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin, anggota tim
harus menghargai kepemimpinan ketua tim, model tim akan berhasil bila di
dukung kepala ruangan.
Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan
yang berpusat pada klien. Perawatan ini memberikan pengawasan efektif dari
memperkenalkan semua personel adalah media untuk memenuhi upaya
kooperatif antara pemimpin dan anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim
nantinya dapat mengidentifikasi tujuan asuhan keperawatan, mengidentifikasi
kebutuhan anggota tim, memfokuskan pada pemenuhan tujuan dan
kebutuhan, membimbing anggota tim untuk membantu menyusun dan
memenuhi standar asuhan keperawatan.
Walaupun metode tim keperawatan telah berjalan secara efektif,
mungkin pasien masih menerima fragmentasi pemberi asuhan keperawatan
jika ketua tidak dapat menjalin hubungan yang lebih baik dengan pasien,
keterbatasan tenaga dan keahlian dapat menyebabkan kebutuhan pasien tidak
terpenuhi.
c. Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh
selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai pasien masuk
sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada
98
kejelasan antara pembuat rencana asuhan keperawatan dan pelaksana. Metode
primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kata dan terus menerus antara
pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan
koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Konsep dasar metode
primer adalah ada tanggung jawab dan tanggung gugat, ada otonomi, dan
ketertiban pasien dan keluarga.
Metode primer membutuhkan pengetahuan dan keterampilan
manajemen, bersifat kontinuitas dan komprehensif, perawat primer
mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan
memungkinkan pengembangan diri sehingga pasien marasa
dimanusiakan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu.
Perawat primer mempunyai tugas mengkaji dan membuat prioritas
setiap kebutuhan klien, mengidentifikasi diagnosa keperawatan,
keperawatan primer, mengembangkan rencana keperawatan, dan
mengevaluasi keefektifan keperawatan. Sementara perawat yang
lain memberikan tindakan keperawatan, perawat primer
mengkoordinasikan keperawatan dan menginformasikan tentang
kesehatan klien kepada perawat atau tenaga kesehatan lainnya.
Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu tinggi, dan tercapai
pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi,
informasi dan advokasi.
d. Metode kasus
Metode kasus ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan
pasien setiap saat dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang
berbeda untuk setiap shift, dan tidak ada jaminan bahwa klien
dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode
penugasan kasus biasanya diterapkan satu pasien satu perawat, dan
hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk
keperawatan khusus seperti: isolasi, intensive care. Kelebihannya
adalah perawat lebih memahami kasus per kasus, sistem evaluasi
dari manajerial menjadi lebih mudah. Kekuranganya adalah belum
99
dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab, perlu tenaga cukup
banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama.
e. Metode modifikasi Tim – Primer
Pada model MAKP tim digunakan secara kombiasi dari kedua
sistem. Penetapan sistem model MAKP ini didasarkan pada beberapa
alasan yaitu:
1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena
perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1
keperawatan atau setara
2) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung
jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai
tim
3) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas
asuhan keperawatan terdapat pada primer. Disamping itu, karena
saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar adalah lulusan
Diploma III, maka akan mendapat bimbingan dari perawat
primer/ketua tim tentang asuhan keperawatan.
Berdasarkan wawancara dan observasi yang telah dilakukan,
model manajemen keperawatan yang digunakan di ruang Anggrek
adalah metode Fungsional dan Tim dengan rincian :
Pada dinas pagi, menggunakan tim yaitu kepala ruangan dan
kepala tim yang menjalankan tugas manejerial dan asuhan keperawatan,
sedangkan perawat pelaksana murni bertugas menjalankan asuhan
keperawatan namun salah satu perawat pelaksana ada juga yang harus
dipahami adalah masing-masing posisi sebagai acuan untuk
melaksanakan pendelegasian tugas.
Untuk dinas shift sore dan malam, menggunakan metode
fungsional karena perawat jaga hanya 2 (dua) orang, jadi seluruh
pekerjaan dibebankan kepada perawat yang jaga tersebut.
Kapasitas Unit Ruang Anggrek terdiri dari ruang perawat dan
ruang rawat inap yang terdiri dari 2 Tim (Tim 1 dan 2). Secara
keseluruhan kapasitas tempat tidur setiap Tim memiliki 6 bed jadi
100
secara keseluruhan terdapat 12 bed. Selain itu terdapat 1 ruang kepala
ruangan, 1 ruang jaga (Nurse Station), 3 kamar mandi (1 kamar mandi
digunakan oleh perawat, 3 kamar mandi digunakan oleh pasien dan
keluarga pasien).
101
3. Timbang Terima
Timbang Terima merupakan cara menyampaikan dan menerima suatu
laporan yang berkaitan dengan keadaan klien baik dari perawat malam ke
perawat pagi atau perawat pagi ke perawat siang. Tujuan timbang terima
adalah sebagai berikut :
a. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien terakhir.
b. Menyampaikan hal-hal yang sudah dilakukan dalam asuhan
keperawatan pada pasien.
c. Menyampaikan permasalahan keperawatan pasien yang masih ada dan
yang sudah terselesaikan.
d. Menyampaikan hal-hal penting yang harus ditindak lanjuti oleh dinas
berikutnya.
e. Menyusun rencana untuk dinas berikutnya.
Timbang Terima yang efektif dapat dilakukan secara lisan atau
tulisan. Timbang terima yang baik bila semua perawat dapat mengikuti
perkembangan klien secara kontinu dan dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi perawat, kerjasama yang bertanggung jawab antar anggota tim
perawat. Ketentuan dalam timbang terima itu adalah sebagai berikut :
a. Dilaksanakan pada setiap pergantian shift
b. Dipimpin oleh perawat primer sebagai penanggung jawab.
c. Dikuti perawat, mahasiswa dinas yang telah maupun yang akan
berdinas.
d. Terdapat unsur bimbingan dan pengarahan dari penanggung jawab.
e. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis,
menggambarkan keadaan klien saat ini dan tetap menjaga kerahasiaan
pasien
f. Timbang terima yang dilakukan harus berorientasi pada permasalahan
keperawatan, rencana, tindakan dan perkembangan kesehatan pasien.
102
Mekanisme Timbang Terima :
Deskripsi:
103
hal ini perawat senior sebagai konsultan, perawat primer, materi yang
dibutuhkan dan laporan dokumentasi hasil ronde.
104
105
106
107