Anda di halaman 1dari 17

A.

Siklus menstruasi

Menstruasi adalah keluarnya sedikit atau beberapa cairan darah selama beberapa hari
dari vagina setiap bulannya.

Umumnya menstruasi dimulai ketika seorang wanita berusia antara 10-15 tahun
tergantung dari pesatnya pertumbuhan hormon tubuh. Jangka waktu antara satu menstruasi ke
menstruasi berikutnya biasanya sekitar 28 hari (4 minggu atau sekitar satu bulan). Tapi hal ini
bisa berbeda-beda dari 20 ke 35 hari atau bahkan lebih lama, terutama pada awal menstruasi.
Menstruasi bisa terjadi paling singkat 2 hari dan paling lama 8 hari.

Menstruasi terjadi ketika masa pubertas atau remaja yang disebabkan oleh
pertumbuhan hormon dan peningkatan hormon seks yang menyebabkan terjadinya
menstruasi.

Proses terjadinya menstruasi

Pada dua minggu pertama dalam satu bulan, estrogen membuat lapisan dalam rahim
yang semakin menebal. Lalu, telur yang matang keluar dari salah satu indung telur dan turun
ke tuba fallopi.

Progesteron kemudian lebih mempertebal lapisan rahim. Tetapi, jika sel telur tidak
bertemu dengan sperma dan tumbuh menjadi bayi, sel telur dan kadar estrogen dan
progesteron turun. Hal ini menyebabkan lapisan itu luruh dan menstruasi terjadi.
Menstruasi merupakan siklus yang kompleks karena melibatkan berbagai unsur dalam
tubuh perempuan, diantaranya panca indera, korteks serebri, hipotalamus, aksis hipofisis-
obarium) dan organ tujuan (uterus, endometrium, serta organ seks sekunder).

Patofisiologi siklus menstruasi

Patofisiologi siklus menstruasi merupakan siklus hormonal yang kompleks sebagai mata
rantai dari :

- Pancaindera
- Nukleus amigdale
- Hipotalamus
- Hipofise
- Ovarium
- dan Uterus endometirum

Menstruasi pertama kali disebut dengan menarche. Faktor psikologis cukup berperan ketika
terjadi menarche. Hal ini diperkirakan terjadi karena pengaruh globalsasi dan video-video
asusila yang banyak beredar sehingga megakibatkan menarche terjadi lebih dini yaitu pada
usia kurang dari atau sama dengan 10 tahun.

Nukleus amigdale memegang peranan penting sebagai pubertas inhibitor sehingga


hipotalamus tidak merangsang hipofise untuk mengeluarkan gonadotrophine hormonal
terlalu dini.

Pada permulaan menstruasi sampai dengan usia 17-18 tahun sering tejadi anovulasi
sehingga estrogen yang dominan mempunyai kesempatan untuk merangsang end-organ
seks sekunder untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.

Ciri dari darah menstruasi itu sendiri, seperti :

- Berwarna hitam kemerahan


- encer karean proses fibrinolisis
- Berlangsung sekitar 3-5 atau 7 hari
- Terkadang disertai rasa nyeri
Setelah mensturasi berlangsung selama 4-7 hari, perdarahan perlahan-lahan berkurang.
Perdarahan regional berkurang akibat konstriksi dan trombosis sisa arteriola spiralis yang
tidak rusak, sehingga bercak perdarahan akhirnya berhenti.

Interval antara ovulasi dan menstruasi normalnya hampir tepat 14 hari. Sebaliknya, pada
periode praovulatoir, interval hari pertama menstruasi dengan hari ovulasi dapat beragam dari
7 atau 8 hari hingga lebih dari satu bulan. Variasi periode praovulatoir ini menyebabkan
perbedaan interval antar periode menstruasi.

Fase menstruasi

Ada 3 fase yang dialami setiap wanita selama menstruasi, yaitu :

1. Fase Folikuler adalah dimana kdar FSH ( Folicle Stimulating Hormone ) sedikit
meningkaat sehingga merangsang tumbuhnya 3 30 folikel ovarium ( kantung dinding telur )
yang masing masing mengandung 1 sel telur.

2. Fase Ovulatior adalah dimana kadar LH ( Luteinizing Hormone ) meningkat dan folikel
yang matang akan menonjol ke permukaan ovarium ( dinding telur ) untuk melepaskan sel
telur ( ovulasi ). Sel telur biasanya dikeluarkan dalam waktu 16 32 jam setelah terjai
peningkatan kadar LH. Dalam fase ini biasanya wanita mengalami gangguan nyeri pada perut
bagian bawah, rasa itu bisa berlangsung dalam beberapa menit bahkan sampai beberapa jam.

3. Fase Luteal adalah lepasnya sel telur dari indung telur selama 14 hari, dan folikel ovarium
( kantung induk telur ) akan menutup kembali dan membentuk kopus luteum yang
menghasilkan hormon progesteron dalam jumlah besar.

Tetapi perlu diketahui setelah 14 haari kropus luteum akan hancur dan selama dalam fase ini
seorang wanita juga akan mengalami peningkatan suhu tubuh sampai siklus yang baru akan
dimulai, kecuali jika terjadi pembuahan. Jika telur dibuahi, korpus luteum akan menghasilkan
HCG ( Human Chorionic gonadotropin ) hormon ini akan menjaga kropus luteum yang
menghasilkan hormon progesteron sampai janin bisa menghasilkan hormonnya sendri. Fase
Luteal biasanya ditandai sebagai fase bagi wanita yang ingin hamil.

B. Struktur Organ Reproduksi manusia

1. Struktur dan Fungsi Organ Reproduksi Pria

Organ reproduksi pria meliputi organ reproduksi internal dan organ reproduksi eksternal.
Organ reproduksi internal meliputi testis, saluran pengeluaran (epididimis, vas deferens,
saluran ejakulasi, uretra) dan kelenjar asesoris (vesikula seminalis, kelenjar prostat, kelenjar
Cowper) yang mensekresikan getah esensial bagi kelangsungan hidup dan pergerakan
sperma. Sedangkan organ reproduksi eksternal meliputi penis dan skortum.
organ reproduksi pria tampak dari samping

Testis
Jumlah satu pasang (jamak = testes). Testis merupakan gonade jantan berbentuk oval terletak
dalam skrotum atau kantung pelir yang merupakan lipatan dinding tubuh. Suhu dalam
skrotum 2oC lebih rendah dari suhu dalam rongga perut. Testis mengandung lipatan saluran-
saluran tubulus seminiferus (saluran tempat pembentukan sperma) dan sel-sel Leydig (sel
penghasil hormone testosterone) yang tersebar diantara tubulus seminiferus. Dinding tubulus
seminiferus mengandung jaringan ikat dan jaringan epithelium germinal atau jaringan
epithelium benih yang berfungsi dalam pembentukan sperma (spermatogenesis).

Epididimis
Jumlah satu pasang. Merupakan saluran yang keluar dari testis, berkelok-kelok diluar
permukaan testis sepanjang kurang lebih 6m. Berperan sebagai tempat pematangan sperma.
Selama perjalanan ini sperma menjadi motil dan mendapatkan kemampuan untuk membuahi.

Vas deferens
Jumlah sepasang. Saluran lurus mengarah keatas merupakan kelanjutan epididimis dan ujung
salurannya berada dalam kelenjar prostat. Berperan sebagai saluran jalannya sperma dari
epididimis menuju vesikula seminalis (kantung semen/kantung mani).

Vesikula seminalis
Jumlah sepasang. Kantung ini juga merupakan kelenjar yang berlekuk-lekuk. Dindingnya
mensekresikan cairan kental berwarna kekuning-kuningan dan bersifat basa (alkalis).
Menyumbangkan sekitar 60% total volume semen. Cairan tersebut mengandung mukus
(lendir), gula fruktosa (penyedia energi untuk pergerakan sperma), enzim, vitamin dan
hormon prostagladin.

Saluran ejakulasi
Jumlah sepasang. Berupa saluran pendek menghubungkan duktus vesikula seminalis dan
uretra.

Uretra
Jumlah satu buah. Merupakan saluran yang terdapat disepanjang penis, memiliki lubang
keluar di ujung penis. Berfungsi sebagai saluran keluar urine dan saluran keluar air mani.

Kelenjar prostat.
Jumlah satu buah. Terdapat di bawah kandung kemih. Mensekresikan getahnya secara
langsung ke dalam uretra berupa cairan encer berwarna putih seperti susu mengandung enzim
antikoagulan dan asam sitrat (nutrisi bagi sperma).

Kelenjar Cowper atau kelenjar Bulbouretra.


Jumlah satu pasang. Terletak di bawah kelenjar Prostat. Melalui saluran mensekresikan
getahnya kedalam uretra berupa mukus (lendir) jernih bersifat basa yang dapat menetralisir
urin asam yang tertinggal di sepanjang uretra.

Penis
Jumlah satu buah. Penis tersusun tiga silinder jaringan erektil mirip spons berasal dari vena
dan kapiler yang mengalami modifikasi. Dua terletak di atas disebut korpus kavernosa, satu
buah terletak di bawah dan membungkus uretra disebut korpus spongiosum. Batang utama
penis dilapisi kulit yang relatif lebih tebal. Kepala penis (glands penis) ditutup oleh lipatan
kulit yang jauh lebih tipis dan disebut preputium (prepuce), kulit inilah yang dihilangkan
pada saat dikhitan. Bila terjadi suatu rangsangan jaringan erektil tersebut akan terisi penuh
oleh darah dan penis akan mengembang dan tegang disebut ereksi. Penis dapat berfungsi
sebagai alat kopulasi bila dalam keadaan ereksi.

penampang lintang penis

Skrotum (kantung pelir)


Jumlah sepasang. Merupakan kantung yang didalamnya berisi testis. Antara kantung sebelah
kanan dan kiri dibatasi oleh sekat yang tersusun jaringan ikat dan otot polos (otot dartos).
Otot dartos menyebabkan skrotum dapat mengendur dan berkerut.

Spermatogenesis
atau pembentukan sperma terjadi di dalam testis, tepatnya di dalam tubulus seminiferus. Dua
sampai tiga lapis dinding luar tubulus seminiferus merupakan epithelium germinal, sel-selnya
berdeferensiasi menjadi spermatogonia yang merupakan prekusor sperma.
penampang lintang tubulus seminiferus

Spermatogonia terus-menerus memperbanyak diri dengan membelah secara mitosis.


Spermatogonium (tunggal) mengandung kromosom diploid (2n) atau mengandung 23 pasang
kromosom. Setelah berulangkali membelah akhirnya berubah menjadi spermatosit primer
yang masih diploid.

Setelah beberapa minggu, spermatosit primer membelah secara meiosis (meiosis 1) menjadi 2
buah spermatosit sekunder yang bersifat haploid (n) atau 23 buah kromosom. Spermatosit
sekunder membelah lagi secara meiosis (meiosis 2) menjadi 4 buah spermatid.

spermatogenesis dalam tubulus seminiferus

Spermatid merupakan calon sperma, belum mempunyai ekor dan mengandung kromosom
haploid. Ketika pertama kali terbentuk; spermatid memiliki bentuk seperti sel epithelium.
Namun setelah beberapa minggu mulai memanjang dan berubah bentuk menjadi sperma yang
memiliki kepala dan ekor. Perubahan spermatid menjadi sperma disebut spermiasi

Selama spermatogenesis, sperma yang sedang berkembang secara perlahan-lahan didorong ke


arah tengah tubula seminiferus dan terus ke epididimis tempat sperma mendapatkan
motilitasnya (kemampuan bergerak).
Di antara sel-sel yang sedang mengalami spermatogenesis dalam tubulus seminiferus terdapat
sel-sel sertoli yang berfungsi sebagai penyedia nutrien dan mengatur proses spermatogenesis.

2. Struktur dan Fungsi Organ Reproduksi Wanita

Struktur organ reproduksi wanita terdiri organ reproduksi eksternal dan organ reproduksi
internal. Organ reproduksi luar wanita disebut juga vulva meliputi mons veneris (mons
pubis), labium mayora, labium minora dan clitoris. Organ reproduksi dalam wanita meliputi
ovarium, tuba falopii, uterus dan vagina.

Oogenesis atau pembentukan ovum pada wanita telah dimulai sejak dalam kandungan
ibunya. Setelah bayi lahir, dalam tubuhnya telah ada sekitar satu juta oosit primer. Sebagian
oosit primer mengalami degenerasi sehingga ketika memasuki masa puber jumlah tersebut
menurun hingga tinggal sekitar 200 ribu pada tiap ovariumnya. Oosit primer ini mengalami
masa istirahat (dorman), kemudian proses oogenesis akan dilanjutkan setelah wanita
memasuki masa puber.

Sejak pertama mendapat menstruasi (menarche) yang terjadi antara usia 9-14 tahun organ
reproduksi aktif bekerja hingga wanita tersebut berhenti menstruasi (menophause) yang
terjadi antara usia 46-54 tahun. Menstruasi merupakan pendarahan yang keluar melalui
vagina karena luruhnya dinding rahim (endometrium). Menstruasi juga merupakan pertanda
tidak terjadi kehamilan, tiga perempat bagian jaringan lembut endometrium yang telah
dipersiapkan untuk menerima konsepsi (penanaman embrio) akan terlepas. Kemudian
endometrium akan terbentuk kembali; dipersiapkan untuk menerima kemungkinan konsepsi
berikutnya, demikian seterusnya terulang kembali secara periodik dan dikenal dengan siklus
menstruasi. Remaja putri tidak perlu merasa takut karena menstruasi merupakan peristiwa
biologis yang normal dan biasa seperti halnya bernafas dan darah yang mengalir dalam tubuh.

Seorang wanita harus mengenal anatomi dan fisiologi organ reproduksinya. Dengan
mengetahui anatomi dan memahami fisiologi reproduksinya maka seorang wanita tak perlu
merasa cemas dan gelisah terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja dan
itu adalah suatu hal yang normal.

Struktur Organ Reproduksi Wanita


Struktur organ reproduksi wanita meliputi organ reproduksi internal dan organ reproduksi
eksternal. Keduanya saling berhubungan dan tak terpisahkan. Organ reproduksi internal
terdapat di dalam rongga abdomen, meliputi sepasang ovarium dan saluran reproduksi yang
terdiri saluran telur (oviduct/tuba falopii), rahim (uterus) dan vagina. Organ reproduksi luar
meliputi mons veneris, klitoris, sepasang labium mayora dan sepasang labium minora.
struktur organ reproduksi wanita

Ovarium.
Jumlah sepasang, bentuk oval dengan panjang 3-4 cm, menggantung bertaut melalui
mesentrium ke uterus. Merupakan gonade perempuan yang berfungsi menghasilkan ovum
dan mensekresikan hormon kelamin perempuan yaitu estrogen dan progesteron. Ovarium
terbungkus oleh kapsul pelindung yang kuat dan banyak mengandung folikel. Seorang
perempuan kurang lebih memiliki 400.000 folikel dari kedua ovariumnya sejak ia masih
dalam kandungan ibunya. Namun hanya beberapa ratus saja yang berkembang dan
melepaskan ovum selama masa reproduksi seorang perempuan, yaitu sejak menarche
(pertama mendapat menstruasi) hingga menophause (berhenti menstruasi). Pada umumnya
hanya sebuah folikel yang matang dan melepaskan ovum tiap satu siklus menstruasi (kurang
lebih 28 hari) dari salah satu ovarium secara bergantian.

Selama mengalami pematangan, folikel mensekresikan hormone estrogen. Setelah folikel


pecah dan melepaskan ovum, folikel akan berubah menjadi korpus luteum yang
mensekresikan estrogen dan hormon progesteron. Estrogen yang disekresikan korpus luteum
tak sebanyak yang disekresikan oleh folikel. Jika sel telur tidak dibuahi maka korpus luteum
akan lisis dan sebuah folikel baru akan mengalami pematangan pada siklus berikutnya.

Tuba falopii/oviduct (saluran telur)


jumlah sepasang, ujungnya mirip corong berjumbai yang disebut infundibulum berfungsi
untuk menangkap ovum yang dilepas dari ovarium. Epithelium bagian dalam saluran ini
bersilia, gerakan silia akan mendorong ovum untuk bergerak menuju uterus.

Uterus (rahim)
Jumlah satu buah, berotot polos tebal, berbentuk seperti buah pir, bagian bawah mengecil
disebut cervix. Uterus merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya embrio, dindingnya
dapat mengembang selama kehamilan dan kembali berkerut setelah melahirkan. Dinding
sebelah dalam disebut endometrium, banyak mengasilkan lendir dan pembuluh darah.
Endometrium akan menebal menjelang ovulasi dan meluruh pada saat menstruasi.

Vagina
Merupakan akhir dari saluran reproduksi wanita. Suatu selaput berpembuluh darah yang
disebut hymen menutupi sebagian saluran vagina. Membran ini dapat robek akibat aktivitas
fisik yang berat atau saat terjadi hubungan badan. Vagina berfungsi sebagai alat kopulasi
wanita dan juga sebagai saluran kelahiran. Dindingnya berlipat-lipat, dapat mengembang saat
melahirkan bayi. Pada dinding sebelah dalam vagina bermuara kelenjar bartholin yang
mensekresikan lendir saat terjadi rangsangan seksual.

Mons veneris
Merupakan bagian yang tebal dan banyak mengandung jaringan lemak terletak pada bagian
paling atas dari vulva

Labium mayora
Jumlah sepasang, merupakan suatu lipatan tebal yang mengelilingi vagina dan ditumbuhi
rambut

Labium minora
Jumlah sepasang, merupakan suatu lipatan tipis di sebelah dalam labium mayora, banyak
mengandung pembuluh darah dan saraf. Labium minora menyatu di bagian atas membentuk
clitoris. Labium minora mengelilingi vestibulum, suatu tempat dimana terdapat lubang uretra
di bagian atas dan lubang vagina di bagian bawah.

Clitoris
Berupa sebuah tonjolan kecil, merupakan bagian yang paling peka terhadap rangsang karena
banyak mengandung saraf.

Oogenesis dan Siklus Menstruasi

Oogenesis
Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum di dalam ovarium. Di dalam ovarium atau
indung telur terdapat oogonium (oogonia = jamak). Oogonium bersifat diploid (2n =
mengandung 23 pasang kromosom atau 46 buah kromosom). Oogenesis telah dimulai sejak
bayi perempuan masih dalam kandungan ibunya berusia sekitar 5 bulan. Oogonium akan
memperbanyak diri dengan membelah berulang kali secara mitosis, membentuk oosit primer.
Oosit primer terbungkus dalam folikel yang penuh dengan cairan nutrisi yang diperlukan
untuk pertumbuhan ovum.

Pada saat bayi perempuan lahir, di dalam tiap ovariumnya mengandung sekitar satu juta oosit
primer. Oosit primer ini mengalami dorman atau mengalami fase istirahat beberapa tahun
hingga anak perempuan tersebut mengalami pubertas. Selama pertumbuhan anak perempuan,
beberapa oosit primer akan mengalami degenerasi, hingga ketika mencapai usia pubertas
jumlah oosit primer hanya tinggal sekitar 200.000 buah.

Memasuki usia pubertas sekresi hormon estrogen akan memacu oosit primer untuk
melanjutkan proses oogenesis; oosit primer mengalami meiosis pertama menghasilkan 2 sel
berbeda ukuran yaitu oosit sekunder (berukuran besar) dan polosit primer (berukuran kecil).
Oogenesis terhenti hingga terjadi ovulasi, bila tidak terjadi fertilisasi oosit sekunder akan
mengalami degenerasi. Namun bila ada penetrasi sperma dan terjadi fertilisasi, oogenesis
akan dilanjutkan dengan pembelahan meiosis kedua; oosit sekunder membelah menjadi 2
yaitu ootid (berukuran besar) dan polosit sekunder (berukuran kecil). Sedangkan polosit
primer membelah menjadi 2 polosit sekunder. Sehingga pada akhir oogenesis dihasilkan 3
polosit dan 1 ootid yang berkembang menjadi ovum

C. Fertilisasi, Gestasi, dan Persalinan

Fertilisasi

Kehamilan terjadi didahului fertilisasi atau konsepsi yaitu penyatuan sebuah sel telur dengan
sebuah sperma yang berarti pula terjadi penyatuan materi genetik dari ovum seorang wanita
dengan materi genetik dari sperma seorang pria

Fertilisasi terjadi pada saat wanita dalam periode masa subur yaitu setelah terjadi ovulasi dan
oosit sekunder bergerak disepanjang tuba falopii menuju uterus. Dari 200 hingga 400 juta
sperma hasil ejakulasi di dalam vagina, sebagian yang tertinggal di vagina akan terseleksi
oleh asam vagina dan hanya beberapa ratus ribu sperma yang dapat mencapai uterus. Dengan
bantuan kontraksi otot uterus, sperma akan menyebar diseluruh permukaan uterus. Sebagian
dari sperma ini terseleksi kembali oleh sel darah putih di dalam uterus hingga akhirnya hanya
tinggal beberapa ribu bahkan hanya beberapa ratus yang berhasil mencapai tuba falopii untuk
bertemu dengan ovum.

Sperma harus menembus korona radiata dan zona pelusida yang membungkus oosit sekunder.
Baik sperma maupun oosit sekunder saling mengeluarkan enzim dan zat tertentu yang saling
mendukung sehingga sperma dapat menembus pembungkus oosit sekunder.

Pada sperma, bagian akrosom sperma mengeluarkan:


1. hialuroidase, suatu enzim yang dapat melarutkan senyawa hialuronid pada korona
radiata.

2. akrosin, suatu enzim protease yang dapat menghancurkan senyawa glukoprotein pada
zona pelusida.

3. antifertilizin, antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat pada
oosit sekunder.

Sedangkan oosit sekunder mengeluarkan fertilizin, yang tersusun dari senyawa glikoprotein.
Fertilizin berfungsi:

1. mengaktifkan sperma agar bergerak cepat.

2. menarik sperma secara kemotaksis positif.

3. mengumpulkan sperma di sekeliling oosit sekunder.

Bila sebuah sperma telah menembus oosit sekunder, sel-sel granulosit di bagian kortek oosit
akan mengeluarkan senyawa tertentu yang menyebabkan zona pelusida tidak dapat ditembus
oleh sperma lain. Adanya penetrasi sperma juga akan merangsang penyelesaian meiosis 2
sehingga dihasilkan sebuah ovum yang fungsional dan tiga buah polosit degeneratif.

Fertilisasi berlangsung di dalam tuba falopii

Segera setelah sperma memasuki oosit sekunder, inti nukleus pada kepala sperma akan
membesar dan ekor sperma akan mengalami degenerasi, kemudian terjadi penyatuan inti
sperma yang mengandung kromosom haploid dan ovum yang haploid sehingga terbentuk
zigot yang mengandung kromosom diploid atau 46 buah kromosom.

Terjadi penyatuan sperma dan ovum


Kurang lebih 24 jam setelah fertilisasi, zigot mengalami proses pembelahan (cleavage)
menjadi morula dan selanjutnya menjadi blastula. Mula-mula zigot membelah menjadi
beberapa buah sel dengan ukuran sama berbentuk bulat menyerupai buah arbei yang disebut
morula. Morula terus membelah hingga membentuk rongga yang disebut blastocoel, pada
fase ini embrio disebut blastula. Blastula akan menempel dan terimplantasi pada
endometrium. Sel-sel bagian dalam blastula akan berkembang menjadi embrio yang terdiri
atas tiga lapis jaringan yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm. Ketiga lapis jaringan
tersebut akan mengalami organogenesis atau berkembang menjadi berbagai macam organ.

Pembelahan zigot

Kehamilan atau Gestasi.

Embrio berupa blastula bergerak dari oviduct menuju uterus akhirnya tertanam (mengalami
implantasi/nidasi) dalam dinding endometrium. Setelah implantasi embrio terjadilah
kehamilan.
Sel-sel bagian luar blastula disebut trofoblas mensekresikan enzim proteolitik yang berfungsi
untuk melisiskan sel-sel endometrium, kemudian membentuk tonjolan-tonjolan sebagai alat
kait untuk menempel pada endometrium. Sel-sel di bawah trofoblas dengan cepat membelah
(berproliferasi) membentuk plasenta dan selaput/kantung kehamilan

Macam-macam membran kehamilan:

1. sakus vitelinus atau kantung telur adalah membran berbentuk kantung yang pertama
kali dibentuk dari perluasan lapisan endoderm (lapisan terdalam blastosit). Sakus
vitelinus merupakan tempat pembentukan sel-sel darah dan pembuluh-pembuluh
darah pertama embrio. Sakus vitelinus berinteraksi dengan trofoblas membentuk
korion.

2. korion merupakan membran terluar yang tumbuh melingkupi embrio. Korion


membentuk vili korion atau jonjot-jonjot di dalam endometrium. Vili korion berisi
pembuluh darah embrio yang berhubungan dengan darah ibu yang banyak terdapat di
dalam endometrium uterus. Korion dengan jaringan endometrium uterus membentuk
plasenta, yang merupakan organ pemberi nutrisi embrio.

3. amnion merupakan membran yang langsung melingkupi embrio dalam suatu ruangan
yang berisi cairan amnion (air ketuban). Cairan amnion dihasilkan dari membran
amnion, cairan ini berfungsi untuk menjaga embrio agar dapat bergerak dengan bebas,
menjaga suhu lingkungan embrio dan menjaga dari pengaruh goncangan.

4. alantois merupakan membran pembentuk tali pusat. Didalam alantois terdapat 2


macam pembuluh darah: arteri pusar dan vena pusar. arteri pusar mengalirkan darah
dari jantung fetus menuju plasenta mengandung sisa metabolisme dan
karbondioksida. Vena pusar mengalirkan darah dari plasenta menuju jantung fetus
mengandung nutrisi dan oksigen.

Sel-sel bagian dalam blastula disebut embrioblas atau bakal embrio. Mula-mula terdapat 2
lapisan embrioblas yaitu ektoderm (lapisan luar) dan endoderm (lapisan dalam), lapisan luar
akan melekuk membentuk lapisan tengah atau mesoderm. Pada fase 3 lapisan ini embrio
disebut gastrula. Selanjutnya ketiga lapisan ini akan berkembang membentuk berbagai
macam organ (organogenesis) pada minggu ke empat sampai ke delapan; lapisan ektoderm
membentuk kulit dan rambut, saraf, hidung, mata dsb. Mesoderm berkembang menjadi
tulang, otot, jantung, pembuluh darah, ginjal, limpha dan kelenjar kelamin. Sedangkan
endoderm akan membentuk organ-organ pernafasan dan pencernaan. Selanjutnya mulai
minggu ke sembilan hingga menjelang kelahiran terjadi penyempurnaan berbagai organ dan
pertumbuhan tubuh terjadi sangat pesat, pada masa ini disebut fetus atau janin
organogenesis

Masa kehamilan adalah masa sejak terjadinya fertilisasi/konsepsi dan embrio terimplantasi
dalam endometrium hingga terjadi kelahiran. Rata-rata berlangsung selama 266 hari (38
minggu) dari konsepsi atau 40 minggu dari permulaan siklus menstruasi terakhir. Kehamilan
manusia dibagi menjadi 3 trisemester, masing-masing 3 bulan lamanya;

1. Trisemester pertama
Terjadi perubahan zigot menjadi embrio (morula, blastula, gastrula). Selanjutnya
gastrula mengalami deferensiasi dan organogenesis sehingga akhir trisemester
pertama telah terbentuk fetus (janin) dengan panjang kurang lebih 5 cm. Embrio
memberikan sinyal kehadirannya berupa hormon Human Chorionic Gonadotropin
(HCG) yang bertindak seperti LH pituitari untuk mempertahankan sekresi progesteron
dan estrogen oleh korpus luteum. Tingginya kadar HCG dalam darah ibu
menyebabkan sebagian diekskresikan bersama urine dan dapat dideteksi melalui uji
kehamilan. Sedangkan kadar progesteron yang tinggi menyebabkan perubahan sistem
reproduksi wanita yang hamil seperti: sekresi mukosa dalam servix yang membentuk
sumbatan pelindung, pertumbuhan plasenta, pembesaran uterus, penghentian ovulasi
dan menstruasi (karena memberikan efek negatif terhadap hipotalamus dan pituitari)
dan pembesaran payudara. Diakhir trisemester pertama denyut jantung fetus dapat
dideteksi dengan stetoskup.

2. Trisemester kedua
Diawal trisemester kedua ibu telah dapat merasakan pergerakan janin dalam
kandungannya. Kadar hormon akan stabil ketika HCG menurun, korpus luteum akan
rusak dan perannya akan digantikan oleh plasenta untuk mensekresikan hormon
progesteron yang berfungsi mempertahankan kehamilan. Selama trisemester kedua,
pertumbuhan fetus sangat cepat hingga mencapai panjang sekitar 30 cm.

3. Trisemester ketiga
pertumbuhan fetus sangat cepat, hingga akhir trisemester ketiga panjang fetus dapat
mencapai kurang lebih 50 cm dan berat mencapai sekitar 3 kg. Aktifitas fetus agak
berkurang karena ruangan yang tersedia didalam selaput kehamilan terisi tubuh fetus
yang telah membesar. Hal ini menyebabkan organ-organ disekitar uterus terdesak dan
tertekan, sehingga ibu hamil sering buang air kecil, mengalami hambatan saluran
pencernaan dan merasa pegal pada otot punggung. Kepala fetus merupakan organ
yang berukuran paling besar dan berat dari organ tubuh lainnya, sehingga karena gaya
gravitasi; kepala fetus telah turun ke bawah masuk kedalam rongga pelvis ibunya
untuk siap dilahirkan.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada wanita hamil antara lain:

1. berhenti menstruasi

2. timbul rasa mual dan muntah (nyidam)

3. payudara membesar dan warna kulit sekitar puting bertambah gelap

4. rahim membesar sehingga sering ingin buang air kecil

5. timbul garis gelap dari daerah pusar hingga vagina

6. gigi mudah terinfeksi dan berlubang

7. persendian terasa lebih kaku

Tahapan Proses Persalinan

Proses persalinan terbagi ke dalam empat tahap, yaitu :

kala I; Tahap Pembukaan

In partu (partus mulai) ditandai dengan lendir bercampur darah, karena serviks mulai
membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar karnalis
servikalis karena pergeseran ketika serviks mendatar dan terbuka. Pada kala ini terbagi atas
dua fase yaitu:
Fase Laten: dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai pembukaan 3 cm
Fase aktif: yang terbagi atas 3 subfase yaitu akselerasi, steady dan deselerasi
Kala I adalah tahap terlama, berlangsung 12-14 jam untuk kehamilan pertama dan 6-10 jam
untuk kehamilan berikutnya. Pada tahap ini mulut rahim akan menjadi tipis dan terbuka
karena adanya kontraksi rahim secara berkala untuk mendorong bayi ke jalan lahir. Pada
setiap kontraksi rahim, bayi akan semakin terdorong ke bawah sehingga menyebabkan
pembukaan jalan lahir. Kala I persalinan di sebut lengkap ketika pembukaan jalan lahir
menjadi 10 cm, yang berarti pembukaan sempurna dan bayi siap keluar dari rahim.
Masa transisi ini menjadi masa yang paling sangat sulit bagi ibu. Menjelang berakhirnya kala
I, pembukaan jalan lahir sudah hampir sempurna. Kontraksi yang terjadi akan semakin sering
dan semakin kuat. Anda mungkin mengalami rasa sakit yang hebat, kebanyakan wanita yang
pernah mengalami masa inilah yang merasakan masa yang paling berat. Anda akan
merasakan datangnya rasa mulas yang sangat hebat dan terasa seperti ada tekanan yang
sangat besar ke arah bawah, seperti ingin buang air besar.
Menjelang akhir kala pertama, kontraksi semakin sering dan kuat, dan bila pembukaan jalan
lahir sudah 10 cm berarti bayi siap dilahirkan dan proses persalinan memasuki kala II.

Kala II; Tahap Pengeluaran Bayi

Pada kala pengeluaran janin, rasa mulas terkordinir, kuat, cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3
menit sekali. Kepala janin turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-
otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Anda merasa seperti
mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waku mengedan, kepala janin mulai
kelihatan, vulva (bagian luar vagina) membuka dan perineum (daerah antara anus-vagina)
meregang. Dengan mengedan terpimpin, akan lahirlah kepala diikuti oleh seluruh badan
janin. Sebagai gambaran : Video Melahirkan
Ibu akan merasakan tekanan yang kuat di daerah perineum. Daerah perineum bersifa elastis,
tapi bila dokter/bidan memperkirakan perlu dilakukan pengguntingan di daerah perineum
(episiotomi), maka tindakan ini akan dilakukan dengan tujuan mencegah perobekan paksa
daerah perineum akibat tekanan bayi

Kala III; Tahap Pengeluaran Plasenta

Dimulai setelah bayi lahir, dan plasenta akan keluar dengan sendirinya. Proses melahirkan
plasenta berlangsung antara 5-30 menit. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran
darah kira-kira 100-200 cc. Dengan adanya kontraksi rahim, plasenta akan terlepas. Setelah
itu dokter/bidan akan memeriksa apakah plasenta sudah terlepas dari dinding rahim. Setelah
itu barulah dokter/bidan membersihkan segalanya termasuk memberikan jahitan bila tindakan
episiotomi dilakukan

Kala IV; Tahap Pengawasan

Tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap bahaya perdarahan. Pengawasan
ini dilakukan selam kurang lebih dua jam. Dalam tahap ini ibu masih mengeluarkan darah
dari vagina, tapi tidak banyak, yang berasal dari pembuluh darah yang ada di dinding rahim
tempat terlepasnya plasenta, dan setelah beberapa hari anda akan mengeluarkan cairan sedikit
darah yang disebut lokia yang berasal dari sisa-sisa jaringan.
Pada beberapa keadaan, pengeluaran darah setelah proses kelahiran menjadi banyak. Ini
disebabkan beberapa faktor seperti lemahnya kontraksi atau tidak berkontraksi otot-otot
rahim. Oleh karena itu perlu dilakukan pengawasan sehingga jika perdarahan semakin hebat,
dapat dilakukan tindakan secepatnya.

Anda mungkin juga menyukai