DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 7
KELAS A1
SAMARINDA
2021
i
ANGGOTA KELOMPOK 7
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami kelompok 7 dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul KORUPSI DI BIDANG POLITIK untuk melengkapi Tugas Diskusi Mata Kuliah
Kewarganegaraan Semester III.
Terima kasih kami ucapkan kepada bapak dosen pembimbing yang telah membantu
kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada temen -
teman seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah
ini tepat waktu.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan
selesainya makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca.
Penyusun
Kelompok 7
3
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara yang di dasarkan pada UUD 1945 dan Pancasila sebagai
falsafah negara. Indonesia sampai saat ini belum menemukan cara agar menuntaskan korupsi
yang paling utama dalam bidang politik. Berbagai upaya pemberantasan dari sejak dulu tidak
mampu mengikis habis korupsi karena memang tindak pidana korupsi sangatlah rumit sebab
pelaku korupsi tersebut melakukan dengan sangat rapi. Tidak adanya bukti membuat aparat
kesulitan dalam mengungkap kebenaran dan untuk tetap konsisten serta penuh rasa tanggung
jawab. Alm. Presiden Abdurrahman Wahid menyatakan bahwa cara pemberantasan korupsi
adalah dengan melakukan pembuktian terbalik terhadap tindak pidana korupsi.
Korupsi terjadi karena adanya faktor kekuasaan dan monopoli yang tidak dibarengi
dengan akuntabilitas. Teori ini menyatakan bahwa korupsi merupakan suatu perilaku manusia
yang diakibatkan oleh tekanan sosial sehingga menyebabkan pelanggaran norma-norma.
Teori ini dikembangkan oleh Emile Durkehim (1858-1917).
1
hukum bukan disebabkan oleh lemahnya undangundang, melainkan karena faktor kelemahan
sistem. Faktor kelemahan sistem merupakan produk integritas moral. Upaya yang seharusnya
dilakukan dalam perbaikan sistem tergantung pada integritas moral, karena yang memiliki
pemikiran bahwa sistem harus diperbaiki adalah orang yang bermoral. Orang yang berilmu
namun tidak bermoral tidak akan terdorong untuk memperbaiki sistem, bahkan akan
menggunakan kesempatan dari kelemahan sistem tersebut. Upaya pemberantasan korupsi
memerlukan keteladanan yang dimulai dari kalangan atas. Dewasa ini kasus korupsi sudah
terjadi diberbagai kalangan mulai dari kalangan eksekutif, legislatif, yudikatif, dan swasta.
Menurut Arif (1997: 4) dalam Nurdjana (2005: 70), korupsi berkaitan erat dengan
tingkat kompleksitas masalah, diantaranya: masalah sikap moral, pola hidup dan budaya
sosial, kebutuhan dan sistem ekonomi, lingkungan sosial dan kesenjangan sosial-ekonomi,
budaya politik, peluang yang ada di dalam mekanisme pembangunan, kelemahan birokrasi
atau prosedur administrasi di bidang keuangan dan pelayanan umum
Korupsi bukan hal yang baru bagi indonesia. Tanpa di sadari korupsi ada karena
kebiasaan yang dianggap lumrah dan wajar oleh masyarakat umum. Seperti memberi hadiah
kepada pejabat/pegawai negeri atau keluarganya sebagai imbal jasa sebuah pelayanan (KPK,
2006:1). Mengapa indonesia tidak mengambil langkah besar dalam menghukum pelaku
korupsi dengan cara memberikan hukuman mati? Jawabannya adalah tentu saja indonesia
tidak mengambil keputusan setegas itu karena hal tersebut merupakan pelanggaran hak asasi
manusia, menurut Dr. Iyus Akhmad Haris, M.Pd,. Menjelaskan permasalahan sosial yang
terjadi di daerah yang lain walaupun pokok masalahnya sama belum tentu solusinya sama.
Lalu apa yang harus dilakukan pemerintah? Pertanyaan ini yang masih dalam tanda tanya
karena sampai saat ini pun indonesia belum mampu menuntaskan permasalahan korupsi ini.
Karena itulah korupsi yang dianggap hal sepele membuat Koruptor tidak mempunyai rasa
malu dan takut malah memamerkan hasil korupsinya secara demonstratif, partai politik yang
dijadikan alat untuk agar memperjuangkan kepentingan rakyat, melainkan ajang untuk
mengeruk harta dan ambisi pribadi. Korupsi adalah masalah yang sangatlah serius yang
dimana tindak pidana korupsi dapat membahayakan bagi keamanan dan stabilitas Negara dan
juga masyarakat serta membahayakan pembangunan sosial, politik, dan ekonomi masyarakat,
merusak nilai nilai demokrasi serta moralitas bangsa yang berdampak membudayakan tindak
korupsi tersebut. Perbuatan korupsi ini merupakan pelanggaran terhadap hak hak sosial,
ekonomi masyarakat, sehingga tindak pidana korupsi ini tidak lagi di golongkan sebagai
kejahatan biasa (ordinary crimes) melainkan kejahatan luar biasa (extra-ordinary crimes),
2
dan cara pemberantasannya pun juga harus di ubah yang dimana tidak dapat lagi dilakukan
dengan secara biasa, tetapi dibutuhkan cara-cara yang luar biasa.
1. Pengertian korupsi ?
2. Penyebab Terjadinya Korupsi ?
3. Alasan bidang politik dianggap rentan terjadinya korupsi ?
4. Dampak Korupsi di Bidang Politik ?
5. Bentuk-Bentuk Korupsi dibidang Politik ?
6. Solusi agar terhindar dari praktik korupsi ?
PEMBAHASAN
“Korupsi merupakan satu tantangan terbesar dunia pada zaman kini. Hal ini merusak
pemerintahan yang baik, secara fundamental menyimpang dari kebijakan publik, mengarah
pada penyalahgunaan sumber daya, merugikan sektor swasta dan pembangunan sektor swasta
dan khususnya melukai masyarakat miskin”.
Istilah korupsi memiliki etimologi aslinya dalam bahasa latin yaitu corrumpere yang
berarti merusak atau menghacurkan. Menurut Heidenheimer istilah ini memiliki sejarah yang
digunakan dalam berbagai cara yang berbeda. Pada masa kuno, korupsi terkait dengan
penyuapan, sedangkan pada masa kini analisis telah begeser pada fokus tentang perbedaan
perilaku amoral dan illegal diantara pemimpin politik. Pada tahun 74 sebelum Masehi,
Markus Tulluis Cicero Advokat Roma terkemuka, menggunakan istilah corrumpere untuk
menggambarkan tindakan melakukan penilaian untuk menentukan keinginan seseorang. Pada
saat ini Beberapa perluasan dari definisi korupsi telah dirumuskan pada banyak kamus. Tiga
arti korupsi yang paling terkait dengan penelitian ini didefinisikan dalam Oxford English
Dictionary sebagai:
Definisi Korupsi Politik dalam konsep klasik istilah korupsi politik dimaknai sebagai
hubungan permasalahan antara sumber-sumber kekuasaan dan hak-hak moral penguasa.
berdasarkan inspirasi dari pemikiran Machiavelli, Montesquieu dan Rousseau menunjukkan
bahwa korupsi politik ditandai sebagai permasalahan moral diantara kekuasaan. Machiavelli
menyatakan bahwa korupsi politik merupakan proses dimana kebaikan warga negara
diabaikan dan bahkan dirusak. Ia menyatakan bahwa bahkan individu terbaik dapat disuap
oleh ambisi kecil dan keserakahan karena manusia tidak pernah puas. Pada hal yang sama,
Rousseau mengakui bahwa korupsi politik merupakan suatu akibat perebutan kekuasaan yang
tidak dapat dielakkan.
1. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor penyebab terjadinya korupsi, yang berasal dari dalam
diri pribadi seseorang. Hal ini ditandai dengan sifat manusia yang terbagi menjadi dua
aspek, yakni:
2. Faktor Eksternal
Penyebab terjadinya korupsi dilihat dari faktor eksternal, lebih condong terhadap pengaruh
dari luar yang terbagi dalam aspek berikut:
a. Aspek Sikap Masyarakat terhadap Korupsi
Penyebab korupsi dalam aspek ini ialah saat nilai-nilai di masyarakat itu kondusif
untuk terjadinya korupsi. Masyarakat tidak menyadari, bahwa yang paling rugi atau
korban utama dari adanya korupsi adalah mereka sendiri. Selain itu, ada pula
masyarakat yang tidak menyadari kalau mereka sedang terlibat korupsi.
b. Aspek Ekonomi
Penyebab terjadinya korupsi berikutnya, dari aspek ekonomi. Hampir mirip dengan
perilaku konsumtif pada faktor internal. Bedanya, di sini lebih ditekankan pada
pendapatan seseorang. Bukan kepada sifat konsumtifnya. Pendapatan yang dinilai
tidak mencukupi, bisa menjadi penyebab terjadinya korupsi dilakukan seseorang.
c. Aspek Politis
Selanjutnya pada aspek politis, penyebab terjadinya korupsi karena kepentingan
politik serta haus kekuasaan, ingin meraih dan mempertahankan jabatan. Biasanya
dalam aspek politis ini, bisa membentuk rantai-rantai korupsi yang tak terputus. Dari
seseorang kepada orang lainnya.
d. Aspek Organisasi
Penyebab terjadinya korupsi dari aspek organisasi, bisa terjadi karena beberapa hal.
Termasuk di antaranya sebagai berikut:
1) Kurang adanya sikap keteladanan pemimpin.
2) Tidak adanya kultur budaya organisasi yang benar.
3) Kurang memadainya sistem akuntabilitas.
4) Kelemahan sistem pengendalian manajemen.
5) Pengawasan yang terbagi menjadi dua, yaitu pengawasan internal
(pengawasan fungsional dan pengawasan langsung oleh pemimpin) dan
pengawasan eksternal (pengawasan dari legislatif dalam hal ini antara lain
KPKP, Bawasda, masyarakat dll).
Korupsi ini juga memiliki dampak-dampak yang dapat merugikan negara di segala bidang
yang ada. Mulai dari bidang ekonomi, sosial, pemerintahan, politik, pendidikan dan lain-lain.
Berikut adalah dampak korupsi dari segala bidang.
Penyuapan
Penyuapan dapat dijelaskan sebagai suatu pertukaran yang rahasia dan tidak
bertanggung jawab. Penyuapan selalu dilakukan melalui berbagai strategi tergantung
dimana pertukaran dilakukan, oleh karena itu, perbedaan yang terjadi antara negara
yang berbeda yang terkait dengan penyuapan lebih bersifat kuantitatif daripada
struktural.
Trading in Influence
Ketika keuntungan diberikan pada beberapa individu (koruptor) daripada orang lain,
pejabat public (truster) menjajakan pengaruhnya kepada orang yang
bertanggungjawab untuk membuat proses keputusan (fiduciary). Dengan
mempengaruhi proses ini, pejabat publik (truster) menjamin pelaksanaan pertukaran
sebagai hasil pertukaran korupsi. Fidusiari aktivitas hubungan pertukaran suatu
jaringan kerja operasional (truster) di dalam institusi publik untuk memenuhi janjinya
dengan pemberi suap
Pembelian Suara
Sejak politisi harus bekerja keras memenangkan dan menguasai pemilih mereka.
Pemimpin politik terkadang percaya bahwa tidak terdapat alternatif lain daripada
membeli suara untuk memenangkan Pemilu. Pembelian suara dapat dilihat sebagai
suatu strategi yang digunakan oleh partai politik mempertahankan kekuasaan mereka
Nepotisme/Patronage
Ketika nepotisme digunakan untuk membantu kerabat ditunjuk pada pekerjaan
tertentu, dalam kasus patronage penerima manfaat pertukaran korupsi bukan
merupakan hubungan keluarga. Ketika jabatan akan ditunjuk dalam kedua kasus
tersebut, pejabat public (truster) harus mengikuti perintah politisi (fiduciary) untuk
melaksanakan pelayanan khusus kepada pendukung pemilih pemimpin politik
(koruptor). Terkadang, pemimpin politik juga membutuhkan suatu persentase gaji
klien untuk mendukung pergerakan politik mereka.
Pembiayaan Kampanye
Hubungan kedua hal ini menimbulkan perdebatan tentang apakah dukungan politik
uang selama Pemilu merupakan pelanggaran pidana atau apakah hal ini merupakan
ekspresi dari perhatian pribadi atau dukungan politik.
2.6 Solusi Agar Terhindar Dari Praktik Korupsi Di Bidang Politik
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Alasan pemilih memilih politisi korup yaitu mayoritas pemilih dapat salah meyakini
bahwa tujuan korupsi yaitu untuk melayani kepentingan materi atau untuk kesejahteraan
mereka, pemilih sering tidak konsisten memilih kontestan pemilu karena pemilih sering
mencari mana yang lebih menguntungkan untuk memenuhi semua kebutuhan mereka,
terdapatnya upaya dengan menggunakan berbagai sumber daya dan kewenangan untuk
membujuk atau menekan pemilih secara tersebunyi untuk memilih kontestan tertentu, dan
faksionalisme dalam sistem kepartaian yang lemah menghalangi kemampuan perwakilan
pemilih untuk membuat kebijakan yang selaras dan mengurangi kesejahteraan pemilih yang
menentang kebijakan perwakilan pemilih tersebut. Bentuk-bentuk korupsi politik terdiri dari
penyuapan terhadap panjangnya prosedur dan antrian untuk mendapatkan pelayanan publik,
pengawasan oleh birokrasi publik, dan meningkatkan kekuasaan ekonomi, menjajakan
pengaruh (trading in influence) pejabat public kepada orang yang membuat keputusan untuk
menjamin pelaksanaan pertukaran korupsi dari orang yang memberi suap, pembelian suara
untuk mempertahankan kekuasaan partai politik, nepotisme atau patronage untuk membantu
kerabat dan orang yang satu kelompok atau satu gagasan ditunjuk pada pekerjaan tertentu,
dan korupsi pembiayaan partai politik.
Untuk memberantas korupsi politik maka perlu disusun regulasi atau pengaturan
keuangan partai politik dan pendanaan kampanye sehingga terwujud suatu sistem keuangan
partai politik yang transparan dan akuntabel untuk menghindari pengumpulan dana dari
berbagai sumber akibat besarnya biaya politik di Indonesia. Kesejahteraan pejabat publik
juga harus diperhatikan karena tugas-tugas pejabat public yang besar dan banyak “godaan”
membutuhkan dana yang besar pula untuk menghindari pejabat publik melakukan transaksi
yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan. Pengawasan rutin dan regular baik dari
dalam institusi maupun dari luar institusi sangat perlu dilakukan untuk menghindari
terjadinya penyimpangan terhadap penggunaan uang dan kekayaan negara.
Aparatur negara, pejabat public dan masyarakat sangat perlu diberikan pendidikan
anti korupsi yang dilakukan secara berkesinambungan. Di sisi lain penegakan hukum tetap
harus dilakukan untuk memberikan efek jera setiap orang, agar tidak melakukan tindak
pidana korupsi.
DAFTAR PUSTAKA