Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM PERKEMBANGAN HEWAN


GAMETOGENESIS

OLEH :
NAMA : YELLA PRASTIKA YUDA
NO. BP : 1710423031
KELOMPOK : 7A
ANGGOTA KELOMPOK : 1. PANJI CHRISTY (1710422007)
2. WILKA RAMADHIA (1710422031)
3. ANNISA ARYANI PITRI (1710423017)
3. INDAH FADHILA (1710423032)
ASISTEN : ARDEA MUSFAR

LABORATORIUM PENDIDIKAN II
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2019
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makhluk hidup mulai dari tingkat uniseluler sampai tingkat multiseluler memiliki
kemampuan untuk mempertahankan jenisnya. Hal itu dimaksudkan agar tetap dapat
mempertahankan kelangsungan spesiesnya di muka bumi. Proses mempertahankan jenis
itu dapat dikategorikan ke dalam proses reproduksi atau perkembangbiakan. Tiap jenis
hewan memiliki cara reproduksi yang berbeda satu sama lain. Pada hewan avertebrata
proses reproduksi masih sederhana, sedangkan pada hewan vertebrata prosesnya
kompleks dan melibatkan banyak tahapan salah satu tahapan dalam proses reproduksi
adalah gametogenesis (Sherwood, 2001).
Spermatozoid atau sel sperma atau spermatozoa (berasal dari Bahasa Yunani Kuno
yang berarti benih dan makhluk hidup) adalah sel dari sistem reproduksi jantan. Sel
sperma akan membentuk zigot. Zigot adalah sebuah sel dengan kromosom lengkap yang
akan berkembang menjadi embrio. Peran aktif spermatozoon sebagai gamet jantan
sehingga penting pada keberhasilan munculnya individu baru oleh karena itu di dalam
reproduksi sering diperlukan adanya standar kualitas spermatozoa. Analisis sperma yang
dimaksud meliputi pemeriksaan jumlah milt yang dapat distriping dari seekor ikan jantan
masak kelamin, kekentalan sperma, warna, bau, jumlah spermatozoa mati, motilitas (bila
mungkin kemampuan gerak per menit) dan morfologi (ukuran dan bentuk kepala, ukuran
ekor, berbagai penyimpangan, ada tidaknya akrosoma (Sherwood, 2001).
Sperma adalah sel yang diproduksi oleh organ kelamin jantan dan bertugas membawa
informasi genetik jantan ke sel telur dalam tubuh betina. Spermatozoa berbeda dari telur
yang merupakan sel terbesar dalam tubuh organisme adalah gamet jantan yang sangat
kecil ukurannya dan mungkin terkecil. Spermatozoa secara struktur telah teradaptasi
untuk melaksanakan dua fungsi utamanya yaitu menghantarkan satu set gen haploidnya
ke telur dan mengaktifkan program perkembangan dalam sel telur (Guyton, 2006).
Secara struktur spermatozoa dicirikan sebagai sel yang “terperas”, sangat sedikit
sekali kandungan sitoplasmanya. Spermatozoa memiliki organel-organel yang sangat
sedikit dibandingkan sel lainnya. Spermatozoa tidak memiliki ribosom, retikulum
endoplasmik dan golgi. Sebaliknya spermatozoa memiliki banyak sekali mitokondria
yang letaknya sangat strategis untuk pengefisiensian energi yang diperlukan. Secara
struktur ada dua bagian yaitu kepala dan ekor (Wahyu, 1990). Kepala spermatozoa
bentuknya bervariasi. Isinya adalah inti (di dalamnya terkandung material genetik)
haploid yang berupa kantong berisi sekresi-sekresi enzim hidrolitik. Spermatozoa yang
kontak dengan telur, isi akrosomnya dikeluarkan secara eksositosis yang disebut dengan
reaksi akrosom (Tenzer, 2003). Ekor sperma terdiri atas tiga bagian yaitu middle piece,
principal piece dan end piece. Ekor ini berfungsi untuk pergerakan menuju sel telur. Ekor
yang motil itu pada pusatnya sama seperti flagellum memiliki struktur axoneme yang
terdiri atas mikrotubul pusat dikelilingi oleh Sembilan doblet mikrotubul yang berjarak
sama satu dengan yang lainnya (Bachtiar, 2003).
Spermatogenesis dimulai dengan pembuahan spermatogenium menjadi sel yang lebih
besar yang disebut spermatosit primer. Sel-sel ini membelah (pertama secara mitosis)
menjadi dua spermatosit sekunder yang sama besar, yang kemudian mengalami
pembelahan meiosis menjadi empat spermatid yang sama besar pula. Spermatid ini adalah
sebuah sel bundar dengan sejumlah sitoplasma, merupakan gamet dewasa dengan
sejumlah kromosom haploid. Suatu proses pembuahan dan diferensiasi yang rumit, tetapi
bukan merupakan pembelahan sel. Mengubah spermatid menjadi sperma yang fungsional.
Ovum atau telur berkembang dalam ovarium dalam sel kelamin yang belum dibuahi yaitu
oogenium. Dalam perkembangan awal, oogenium mengalami banyak pembelahan
meiosis yang berurutan untuk membentuk oogenium tambahan yang kesemuanya
mempunyai jumlah kromosom yang haploid. Beberapa atau semua oogonium
berkembang menjadi oosit primer dan memulai pembelahan meiosi pertama (Barnes,
2005). Berdasarkan latar belakang diatas tentunya diperlukannya praktikum mengenai
gametogenesis. Agar lebih memahami struktur serta proses pembentukan sperma dan
ovum serta komparasi dengan famili lain.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui proses yang terjadi pada
Spermatogenesis dan Oogenesis.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Gametogenesis adalah proses pembentukan gamet, dikenal 2 tipe yaitu (1)


Spermatogenesis yang berlangsung pada gonad (testis) hewan jantan dan hasilnya adalah
sperma (2) oogenesis yang berlangsung pada ovarium hewan betina dan hasilnya adalah
ovum (Adnan dan Mu’nisa, 2013). Tahap perbanyakan (polifrasi) berlangsung secara
mitosis berulang-ulang. Gametagonium membelah menjadi 2, 2 menjadi 4, 4 menjadi 8
dan seterusnya. Gametogonium ini akan tumbuh, menjadi gametosit I. Gametosit I akan
mengalami tahap pematangan, berlangsung secra miosis. Akhir miosis I membentuk
gametosit II, perubahan berbentuk (transformasi) menjadi gamet (Yatim, 1994).
Gametogenesis dikontrol oleh hormon yang digetahkan tiga organ berikut:
hipotalamus, hipofisa, dan gonad. Hipotalamus adalah bagian dasar otak yang berada di
atas hipofisa. Kelenjar ini mengontrol pekerjaan gonad lewat pengontrolan hipofisa.
Hipofisa menghasilkan hormon gonadotropin, yang bekerja mengontrol pekerjaan gonad.
Selain menghasilkan gamet, gonad juga menghasilkan hormon kelamin: testosteron pada
jantan, estrogen pada betina (Yatim, 2001).
Proses pembentukan gonad (sel kelamin) dinamakan gametogenesis. Proses
pembentukan ovum (sel telur) dinamakan oogenesis dan proses pembentukan
spermatozoid dinamakan spermatogensis. Secara keseluruhan gametogenesis secara
berurutan dapat dibagi menjadi tiga periode yaitu periode perbanyakan, tumbuh dan
pematangan (1). Fase perbanyakan / proliforasi, Pada fase ini bakal / primordium dari sel-
sel yang telah bermigrasi ke gonad melakukan beberapa kali pembelahan untuk embentuk
spermatogonia atau oogenesis. (2). Fase tumbuh (growth): Sementara sebagian
spermatogenesis atau oogenesis terus melakukan pembelahan, sebagian lagi mengalami
fase tumbuh dimana ukuran dari sel bertambah besar dari semula dan DNA dari
kromosom menjadi dua kali semula. Sel yang telah mengalami fase tum buh ini disebut
gametosit primer dan berada pada stadium profase dari pembelahan meiosis. (3). Fase
pemasakan : Fase dimana gametosit primer mengalami dua kali pembelahan meiosis
pertama menghasilkan gametosit sekunder, sedang membelah meiosis kedua
menghasilkan gamet yang haploid. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa tujuan utama
dari fase pemasakan imi yaitu agar individu baru yang akan berkembang dari sel telur
yang sudah dibuahi akan mempunyai kromosom yang sama jumlahnya dengan kromosom
induk. Gamet yang haploid ini disebut ootid atau ovum dan spermatid. (4). Fase
Transformasi / perubahan bentuk ;Pada fase ini, spermatid yang merupakan hasil dari
meiosis II akan berubah bentuk dengan terbentuknya bagian kepala, leher atau bagian
tengah dan ekor, sehingga terbentuk sperma yang bergerak (spermatogenesis)( Yarnelly
Gani.1989).
Sperma terbentuk melalui serangkaian pembelahan meosis dalam saluran sperma
(spermatic tubule) yang sangat panajang tapi tersusun dalam kumparan yang ekstensif.
Sel intertisial yang tersebar dalam saluran testis, terus-menerus mensekresikan
testosterone, androgen utama pada laki-laki. Androgen disintesis dan disekresikan pada
laju yang tinggi setelah pubertas, saat terjadinya kematangan seksual (Fried, 2005).
Menurut Adnan (2008), spermatogenesis berlangsung didalam testis. Tepatnya pada
dinding tubulus seminiferus. Proses ini berlangsung mulai dari dinding tepi sampai lumen
tubulus seminiferus yang tersusun atas dua komponen utama yaitu sel somatik berupa sel
sertoli dan sel germa. Tingkatan perkembangan sel germa dalam tubulus seminiferus
adalah sebagai berikut : (1). Spermatogonium : Ukuran relative kecil, bentuk agak oval,
inti berwarna kurang terang, terletak berderet didekat/melekat membran basalis. (2).
Spermatosit I : Ukuran paling besar, bentuk ulat, inti berwarna kuat, letak agak menjauh
dari membran basalis. (3). Spermatosit II : Ukuran agak kecil (½ x spermatosit I), bentuk
bulat, warna inti lebih kuat, letak makin menjauhi membran basalis (mendekati lumen).
(4). Spermatid : Ukuran kecil, bentuk agak oval, warna inti kuat, kadang-kadang pignotis,
letak didekat lumen. (5). Spermatozoid : Spermatozoa muda melekat secara bergerombol
pada sel sertoli, yang muda terdapat didalam lumen.
Spermatogenesis dimulai dengan pertumbuhan spermatogonium menjadi sel yang
lebih besar disebut spermatosit primer. Sel-sel ini membelah menjadi dua spermatosit
sekunder yang sama besar yang kemudian mengalami pembelahan meiosis menjadi empat
spermatid yang sama besar pula. Spermatid ini yaitu sebuah sel bundar dengan sebagian
besar protoplasma merupakan gamet dewas dengan sejumlah kromosom haploid . suatu
proses pertumbuhan dan diferensiasi yang rumit, tetapi bukan merupakan pembelahan sel,
mengubah spermatid menjadi sperma yang fungsiolnal (Ville, 1984).
Semua tahap spermatogenesis terjadi karena adanya pengaruh sel-sel sertoli yang
memiliki fungsikhusus untuk menyediakan makanan dan mengatur proses
spermatogenesis. FSH merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen
Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk memulai proses
spermatogenesis (Ville, 1984). Berdasarkan keadaan kuning telur, terdapat telur-telur
isolesithal (kuning telur sedikit dan tersebar merata), telolesithal (kuning telur bamyak
dan lebih terhimpun di kutub vegetative berwarna putih/ kuning, kutub animal berpigmen
sehingga tampak berwarna hitam/ coklat), megalesithal (kuning telur sangat banyak
sehingga ooplasma dan inti terdesak ke kutub animal) (Yatim, 1994).
Spermatogenesis dikontrol oleh hormon steroid seks, yaitu tostesteron. Tostesteron
disintesis oleh sel-sel intertisial testis atau sel-sel leydig. Sel-sel leydig terdapat diantara
tubulus seminiferus testis. Tostesteron berdifusi ke dalam tubulus seminiferus, ia
merangsang spermatogenesis.produksi testosterone oleh sel leydig diatur oleh hormon
gonadotropin, yaitu Luiteinizing hormone (LH) sering pula dinamakan Inteticial Cell
Simulating Hormone (ICSH) (Adnan, 2008).
Oogenesis adalah proses pembentukan gamet betina atau sel telur yang berlangsung
di dalam gonad betina atau ovarium. Mula-mula oogenia mengalami poliferasi secara
mitosis, kemudian tumbuh menjadi oosit primer lalu memasuki tahapan pematangan
(miosis). Pembelahan miosis pertama menghasilkan satu sel spermatosit sekunder, dan
satu sel polosit atau badan polar pertama. Pada pembelahan miosis kedua, oosit sekunder
membelah menghasilkan satu sel ootid dan satu badan polar pertama atau polosit. Badan
polar sering kali mengalami denegenrasi sebelum memasuki pembelahan miosis kedua.
Pada oogenesis, sel germa berkembang di dalam folikel telur( Adnan dan Mu’nisa, 2013).
Oogenesis berbeda dari spermatogenesis dalam tiga hal penting. Pertama, selama
pembelahan miosis oogenesis, sitokinesis bersifat tidak sama (unequal), dengan hampir
semua sitoplasma dimonopoli oleh satu sel anak, yaitu oosit sekunder. Sel besar tersebut
dapat terus berkembang menjadi ovum; produk lain miosis, yaitu sel yang lebih kecil yang
disebut badan polar (polar body) akan mengalami degenerasi. Hal tersebut berbeda dari
spermatogenesis, ketika keempat produk miosis I dan II berkembang menjadi sperma yang
dewasa. Kedua, sementara sel-sel asal sperma berkembang terus membelah melalui
mitosis sepanjang hidup laki-laki, hal ini tidak berlaku bagi oogenesis pada betina. Saat
lahir, ovarium telah mengandung semua sel yang akan berkembang menjadi telur. Ketiga,
oogenesis mempunyai periode “istirahat” yang panjang, berlawanan dengan
spermatogenesis yang menghasilkan sperma dewasa dari sel prekursor dalam urutan yang
tidak berhenti (Campbell, 2004).
Perkembangan sel telur terjadi di dalam folikel-folikel telur. Folikel telur yang matang
akan mengalami ovulasi, sel telur yang dilepaskan dari ovarium akan masuk ke dalam
oviduk. Seperti sel yang lain, sel telur dilengkapi dengan membrane sel yang disebut
plasmalemma atau oolema. Untuk melindungi sitoplasma, inti, yolk, dan organel-organel
dalam sel. Disamping oolema, kebanyakan sel telur dikelilingi oleh membrane–membrane
telur. Membrane telur yang disekresi oleh sel telur sendiri, disebut membrane telur primer.
Membrane vitelin yang mengelilingi oolema termasuk membrane telur primer. Membrane
telur yang disekresi oleh sel-sel folikel disebut membrane telur sekunder, misalnya zona
pelusida yang terletak disebelah luar membrane vitelin (Guyton, 2006).
Dalam tahap pertama perkembangan folikel terjadilah folikel primer yang berasal dari
satu sel epitel benih yang membelah diri. Sel yang nantinya aka menjadi ovum (telur)
berada di tengah-tengah dikelilingi oleh sel-sel kecil hasil pembelahan tadi. Sel-sel kecil
ini merupakan lapisan sel yang tebal yang disebut membrane granulose. Folikel perimer
ini kebanyakan berada langsung di bawah kulit ovarium yang tipis sekali dan disebut
tunika albuginea. Folikel primer ini dapat dibedakan dari folikel sekunder dari letaknya
dan membrane yang membungkus ovumnya. Folikel primer terletak dekat atau melekat
pada permukaan ovarium dan ovanya tidak terbungkus oleh membrane viteline
(Partodiharjo, 1987).
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Gametogenesis ini dilakukan pada hari Rabu, 20 Februari 2018 di


Laboratorium Teaching II, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Andalas, Padang.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan untuk praktikum adalah gunting bedah, bak bedah, object glass,
mikroskop, killing bottle, dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan adalah satu ekor
Mus Musculus jantan, dua pasang Fejervarya sp., satu pasang Valanga sp., dan NACL
0,9%.

3.3 Cara kerja


Disiapkan hewan uji yang akan diisolasi gonadnya. Dimasukkan hewan uji ke dalam
kiliing bottle. Kemudian dilakukan pembedaan terhadap hewan uji dan diisolasi masing-
masing gonadnya (testis dan ovarium). Diletakkan gonad jantan di atas kaca arloji dan
dicacah. Ditambahkan larutan NaCl 0,9% secukupnya. Selanjutnya diletakkan hasil
cacahan testis di atas object glass dan ditutup denga cover glass. Diamati di bawah
mikroskop. Diletakkan gonad betina di atas petridish dan dibandingkan masing-masing
gonad betina hewan yang dibawa.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Spermatogenesis
4.1.2 Sperma Mus musculus

Sumber: Kelompok 4a Sumber : Tutintik, 2009


Gambar. 1 Sperma Mus musculus
Berdasarkan gambar diatas dapat diamati bahwa pada sel sperma mencit memiliki bentuk
kepala sperma yang sangat khas, yaitu bentuk kepala oval dan memiliki seperti kait di
ujung kepalanya. Namun, kait di ujung kepalanya tidak tampak jelas. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan Oakberg (1956) bahwa pada umumnya morfologi sperma mencit sama
seperti morfologi sperma manusia. Yaitu terdapat kepala, leher dan ekor. Akan tetapi
terjadi perbedaan bentuk pada kepala sperma. Pada sperma mencit mempunyai kepala
yang berbentuk kait berbeda dengan bentuk kepala sperma pada manusia yaitu bulat telur.
Spermatogenesis yang terjadi pada tubulus seminiferus mencit berlangsung selama 35 hari
dengan empat kali siklus epitel seminiferus. Satu kali siklus epitel seminiferus
berlangsung selama 207±6 jam. Pada mencit (Mus musculus), epitel germinal tubulus
seminiferus merupakan tempat berlangsungnya spermiogenesis yang terbagi dalam 12
stadium, yaitu stadium I sampai dengan stadium XII. Pembagian stadium didasarkan atas
perkembangan akrosom selama proses spermatogenesis
4.1.2 Sperma Valanga sp.

Gambar.2 Sperma Valanga sp.


Sumber : fineartamerica
Sumber: kel 7b

Berdasarkan gambar diatas dapat diamati bahwa pada sel sperma belalang memiliki
bentuk kepala bulat dan memanjang juga memiliki ekor yang panjang. Menurut Sherwood
(2001), Organ reproduksi pada belalang jantan merupakan sepasang testis yang terletak
diujung belanag abdomen yang bewarna kuning keputih-putihan. Setiap testis
mengandung unit- unit fungsional (folikel) dimana sperma dihasilkan. Sperma matang
yang keluar dari testis melewati saluran pendek (vas efferentia) dan mengumpul diruang
penyimpanan (vesikula seminalis) saluran yang sama (vas deferens) mengarah keluar dari
vesikula seminalis , bergabung satu sama lain di sekitar pertengahan tubuh , dan
membentuk saluran ejakulasi (ejaculatory duct) tunggal yang mengarah keluar dari tubuh
melalui organ kelamin jantan (aedeagus). Satu atau lebih pasangan kelenjar aksesori
(accessory glands) biasanya berhubungan dengan sistem reproduksi jantan, yaitu organ-
organ sekretori yang terhubung dengan sistem reproduksi melalui saluran pendek
beberapa mungkin menempel didekat testis atau vesikula seminalis, yang lainnya
mungkin berhubungan dengan saluran ejakulasi . Sistem reproduksi belalang jantan ini
juga memiliki kelenjar pelengkap yang terletak di dekat pertemuan komponen lateral.
Saluran ejakulasi ini bermuara pada gonopore.
4.1.3 Sperma Fejervarya sp.

Gambar 3. Sperma p Fejervarya sp Sumber : Tutintik, 2009


Sumber: Kelompok 5b

Berdasarkan gambar diatas dapat diamati bahwa pada sel sperma katak memiliki bentuk
kepala lonjong dan memanjang juga memiliki ekor yang pendek dengan ujung ekor
menebal. Menurut Rohen (2001), Organ reproduksi pada katak jantan merupakan
sepasang testis yang berbentuk oval dan berwarna kuning keputih-putihan. Testis tersebut
terletak disebelah atas ginjal yang digantungkan oleh mesorsium. Sperma yang dihasilkan
testis berjumlah sepasang dan nantinya akan disalurkan ke dalam vas deferens, yang
selanjutnya akan bermuara di kloaka. Di dekat kloaka, duktus mesonefrus pada beberapa
spesies akan membesar membentuk vasikula seminalis (penyimpan sperma sementara).

4.2 Oogenesis

Gambar 4. Ovum Fejervarya sp. Sumber : Ramadani,


2012
Sumber: doc.pribadi
Gambar 5. Ovum Fejervarya sp. Sumber : alamystocphoto
Sumber: doc.pribadi

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dapat di komparasikan bentuk ovum pada
2 spesien yang berbeda. Menurut Adnan dan Mu’nisa (2013), oogenesis adalah proses
pembentukan gamet betina atau sel telur yang berlangsung di dalam gonad betina atau
ovarium. Mula-mula oogenia mengalami poliferasi secara mitosis, kemudian tumbuh
menjadi oosit primer lalu memasuki tahapan pematangan (miosis). Pembelahan miosis
pertama menghasilkan satu sel spermatosit sekunder, dan satu sel polosit atau badan polar
pertama. Pada pembelahan miosis kedua, oosit sekunder membelah menghasilkan satu sel
ootid dan satu badan polar pertama atau polosit. Badan polar sering kali mengalami
denegenrasi sebelum memasuki pembelahan miosis kedua. Pada oogenesis, sel germa
berkembang di dalam folikel telur. Berdasarkan teori dari Adnan dan Mu’nisa (2013),
Folikel telur dibedakan atas dua jenis:
a) Folikel primordial, merupakan folikel yang terdapat sebelum lahir yang diliputi oleh
satu lapisan se-sel berbentuk pipih.
b) Folikel tumbuh, memiliki folikel yang sedang tumbuh yang terdiri atas sel-sel folikel,
oosit primer dan stroma yag menelilingi folikel. Dimana folikel tumbuh ini terdiri dari:
· Folikel primer: terdiri dari sebuah oosit yang dilapisi oleh selapis sel folikel yang
dipisahkan oleh zona pellusida.
· Folikel sekunder: terdiri dari sebuah oosit I yang dilapisi oleh beberapa sel granulose.
· Folikel tersier: volume stratum granulosum yang melapisi oosit I bertambah besar atau
banyak. Terdapat beberapa celah diantara sel-sel granulose. Jaringan ikat stroma yang
terdapat diluar stratum granulosum menyusun diri membentuk teka interna yang berperan
dalam jaringan penyambung bagian dalam dan teka eksterna berperan sebagai jaringan
penyambung bagian luar.
c) Folikel matang (folikel Graff): berukuran paling besar, antrum menjadi sebuah rongga
besar yang berisi cairan folikel. Oosit dikelilingi oleh sel granulose yang disebut corona
radiate yang berfungsi sebagai pelindung oosit pada saat ovulasi, saat-saat pembuahan,
dan pada saat bergerak di dalam tuba fallopi, selanjutnya dihubungkan oleh sel-sel
granulose tetapi oleh tangkai penghubung yang disebut Cumulus ooforus.
BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah kami lakukan maka dapat disimpulkan bahwa proses
pembentukan sel kelamin jantan dan betina disebut juga Gametogenesis. Proses
gametogenesis terdiri atas dua pembentukan yaitu Spermatogenesis dan Oogenesis, terdiri
atas beberapa tahap antara lain:
1. Spermatogenesis yang terjadi di testis jantan memiliki beberapa tahap yaitu
spermatogonium, spermatosit primer, spermatosit sekunder, spermatid dan spermatozoa.
Struktur spermatozoa pada setiap hewan uji memiliki perbedaan.yaitu: (a) Spermatozoa
pada Mus musculus memiliki bentuk kepala oval dan memiliki kait di ujung kepalanya
serta ekor yang panjang. (b) Spermatozoa pada Fejervarya sp. memiliki kepala lonjong
dan ekor yang pendek dengan ujung yang menebal. (c) Spermatozoa pada Valanga sp.
memiliki kepala bulat dan ekor yang panjang.
Bentuk sel sperma tersebut berhubungan dengan fungsinya.
2. Oogenesis yang terjadi pada ovarium betina memiliki beberapa tahap yang meliputi
oogonium, oosit primer, oosit sekunder, ootid an ovum. Dalam oogenesis sel germa
berkembang didalam folikel telur yakni folikel primordial, folikel primer, folikel
sekunder, folikel tersier, dan folikel matang (folikel Graff).
5.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan yaitu sebaiknya sebelum melaksanakan praktikum
praktikan memahami materi struktur spermatozoa yang akan diamati dan memeriksa
mikroskop yang digunakan agar sampel tidak diam terlalu lama.
DAFTAR PUSTAKA

Adnan. 2006. Reproduksi dan Embriologi. JurusanBiologi. FMIPA UNM: Makasar


Adnan dan Mu’nisa. 2013. Penuntun Praktikum Perkembangan Hewan. Makassar:
Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Adnan. 2008. Perkembangan Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Bachtiar, Imam. 2003. Reproduksi Seksual Karang Scleractinia: Telaah Pustaka. Jurnal
Biota. Vol VIII. No. 3. Hal 131
Barnes. 2005. Zoologi Umum. Jakarta: Erlangga.
Campbell, N. A.2004. Biologi Edis ike 5 Jilid III. Erlangga: Jakarta
Gani, yarnelly. 1989. Embrio Dasar. FMIPA UNAND.Padang
Fried, George, dkk. 2005. Scaum Out Lines Biologi Edisi Kedua. Erlangga: Jakarta.
Guyton & Hall. 2006. Medical Physiology. ( Alih bahasa: Adji Dharma dan P. Lukmanto)
:Mataram
Oakberg, E.P. 1956. A Description of Spermatogenesis in the Mouse and Its Use in
Analysis of the Cycle of Seminiferous Epithellium and Germ Cell Renewal.
Messachuset: American Jurnal of Anatomy
Partodihardjo, Soebadi. 1987. Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya.
Rohen, Lǖtjen – Drecoll. 2001. Atlas Foto Anatomi Struktur dan Fungsi Tubuh
Manusia. EGC: Jakarta.
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi manusia: dari sel ke system. Jakarta: EGC
Tenzer, Amy. 2003. Petunjuk Praktikum Struktur Hewan II. Malang. Jurusan Biologi UM
Villee, Walker, dan Barnes. 1984. Zoology umum edisi keenam jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Wahyu, Hary. 1990. Diktat asistensi anatomi hewan-zoologi. Yogyakarta. Jurusan
zoologi UGM
Wildan Yatim. 1994. Reproduksi & Embryologi untuk Mahasiswa Biologi & Kedokteran.
Edisi 3. Bandung: penerbit tarsio. Hal 28-43

Anda mungkin juga menyukai