Anda di halaman 1dari 8

GAMETOGENESIS PADA PREPARAT AWETAN TESTIS MONYET (Macaca facicularis)

DAN OVARIUM KELINCI (Oryctolagus cuniculus)

Emilda Firdiana Avis (160342606272)


Offering I / 2016
Pembina : Dra. Dwi Listyorini, M.Si, D.Sc
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri
Malang, Malang, Indonesia
email : emildafa@gmail.com

PENDAHULUAN
Gamet merupakan produk akhir dari gametogenesis yang berlangsung di dalam gonad
(testis atau ovarium). Gamet yang merupakan spermatogenesis disebut sperma, sedangkan
gamet yang mereupakan produk dari oogenesis disebut ovum. Gamet berfungsi sebagai
pembawa informasi genetic dari kedua parental kepada keturunannya. Gamet jantan disebut
spermatozoid dan gamet betina yaitu sel telur. Spermatozoa diproduksi di dalam tubulus
seminiferus.

Spermatogenesis berlangsung di dalam testis, tepatnya pada dinding tubulus


seminiferus. Proses tersebut berlangsung mulai dari dinding tepi sampai ke lumen tubulus
seminiferus. Dinding tubulus seminiferus tersusun atas dua komponen utama yaitu sel somatic
berupa sel-sel sertoli dan sel germa. Proses dari pembentukan sel kelamin atau yang biasa
disebut gametogenesis ini melibatkan dua tipe pembentukan gamet yaitu spermatogenesis
dan oogenesis. Dimana spermatogenesis (pada hewan jantan) berlangsung pada
gonad(testis) dan hasilnya adalah sperma, sedangkan oogenesis (pada hewan betina)
berlangsung pada gonad(ovarium) dan hasilnya adalah ovum. (Campbell, 2010)

TUJUAN
Mempelajari proses pembentukan sel kelamin jantan dan betina melalui pengamatan
preparat histologis.

BAHAN DAN METODE


Penelitian dilaksanakan pada hari Kamis, 30 Agustus 2017 berlokasi di Laboratorium
Zoologi FMIPA UM. Alat dan bahan yang digunakan adalah mikroskop, 2 preparat awetan
testis monyet dan 2 ovarium kelinci, kamera, dan buku atlas. Metode observasi dilakukan
dengan mengamati preparat histologi di bawah mikroskop menggunakan pembesaran lemah
dan kuat, kemudian difoto.
HASIL PENGAMATAN

d
e
a

Preparat awetan ovarium


kelinci, 10x15

Keterangan:

a) Folikel sekunder
b) Folikel primer
c) Folikel primodial
d) Folikel de graaf
e) Corpus lutheum
a

Preparat awetan testis monyet,


10x15

Keterangan:

a) Spermatozoa
b) Sel sertoli
c) Sel leydig

PEMBAHASAN

Gametogenesis adalah proses pembentukan gamet atau sel kelamin. Sel gamet terdiri
dari gamet jantan (spermatozoa) yang dihasilkan di testis dan gamet betina
(ovum) yang dihasilkan di ovarium. Terdapat dua jenis proses pembelahan sel
yaitu mitosis dan meiosis. Mitosis yaitu pembelahan sel dari induk menjadi 2
anakan tetapi tidak terjadi reduksi kromosom, contohnya yaitu apabila ada sel
tubuh kita yang rusak maka akan terjadi proses penggantian dengan sel baru
melalui proses pembelahan mitosis. Sedangkan pembelahan meiosis yaitu
pembelahan sel dari induk menjadi 2 anakan dengan adanya reduksi kromosom,
contohnya yaitu pembelahan sel kelam in atau gamet sebagai sarana utama dalam
proses reproduksi manusia. Pada pembelahan mitosis menghasilkan sel baru
yang jumlah kromosomnya sama persis dengan sel induk yang bersifat diploid (2n)
yaitu 23 pasang / 46 kromosom. Sedangkan pada meiosis jumlah kromosom pada
sel baru hanya bersifat haploid (n) yaitu 23 kromosom. Gametogenesis terdiri dari
4 tahapan yaitu : perbanyakan, pertumbuhan, pematangan, dan perubahan
bentuk. Gametogenesis dibagi menjadi dua yaitu spermatogenesis untuk ja ntan
dan oogenesis untuk betina. (Balinsky, 1976)
Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel spermatozoa yang terjadi di organ
kelamin (gonad) jantan yaitu testis tepatnya di bagian tubulus seminiferous. Sel spermatozoa
yang bersifat haploid (n) dibentuk di dalam testis dengan melewati sebuah proses yang yang
cukup kompleks. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal dengan melalui
proses pembelahan dan diferensiasi sel. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang
kemudian disimpan di dalam epididimis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel
germinal yang disebut spermatogonia (jamak). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapis
luar sel-sel epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap
perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.
Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon,
diantaranya yaitu : 1) Kelenjar hipofisis yang menghasilkan hormon perangsang folikel
(Folicle Stimulating Hormon/FSH) dan hormone lutein (Luteinizing Hormon/LH); 2) LH
merangsang sel leydig untuk menghasilkan hormone testosteron. Pada masa pubertas,
androgen/testosterone memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder; 3) FSH merangsang sel
sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan memacu
spermatogonium untuk memulai spermatogenesis; 4) Hormon pertumbuhan yang secara
khusus meningkatkan pembelahan awal pada spermatogenesis. (Mader, 2004)
Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium. Oogenesis
dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur yang disebut oogonia (tunggal : oogonium).
Pembentukan sel telur pada manusia dimulai sejak di dalam kandungan, yaitu di dalam ovari
fetus perempuan. Pada akhir bulan ketiga usia fetus, semua oogonia yang bersifat diploid telah
selesai dibentuk dan siap memasuki tahap pembelahan. Semula oogonia membelah secara
mitosis menghasilkan oosit primer. Pada perkembangan fetus selanjutnya, semua oosit primer
membelah secara meiosis, tetapi hanya sampai fase profase. Pembelahan meiosis tersebut
berhenti hingga bayi dilahirkan. Ovariumnya mampu menghasilkan sekitar 2 juta oosit primer
dan mengalami kematian setiap hari sampai masa pubertas. Memasuki masa pubertas, oosit
melanjutkan pembelahan meiosis I. Hasil pembelahan tersebut berupa dua sel haploid, satu
sel yang besar disebut oosit sekunder dan satu sel berukuran lebih kecil yang disebut badan
kutub primer. (Carlson, 1988)
Pada tahap selanjutnya, oosit sekunder dan badan kutub primer akan mengalami
pembelahan meiosis II. Pada saat itu, oosit sekunder akan membelah menjadi dua sel, yaitu
satu sel berukuran normal disebut ootid dan satu lagi berukuran lebih kecil disebut badan polar
sekunder. Badan kutub tersebut bergabung dengan dua badan kutub sekunder lainnya yang
berasal dari pembelahan badan kutub primer sehingga diperoleh tiga badan kutub sekunder.
Ootid mengalami perkembangan lebih lanjut menjadi ovum matang, sedangkan ketiga badan
kutub mengalami degenerasi (hancur). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada
oogenesis hanya menghasilkan satu ovum.
Proses pembentukan oogenesis dipengaruhi oleh kerja beberapa hormone,
diantaranya yaitu : pada wanita usia reproduksi terjadi adanya siklus menstruasi oleh aktifnya
aksis hypothalamus-hipofisis-ovarium. Hypothalamus menghasilkan hormone GnRH
(Gonadotropin Releasing Hormone) yang menstimulasi hipofisis mensekresi hormone FSH
dan LH. FSH dan LH menyebabkan serangkaian proses di ovarium sehingga terjadi sekresi
hormon estrogen dan progesteron. LH merangsang korpus luteum untuk menghasilkan
hormone progesteron dan merangsang ovulasi. Pada masa pubertas, progesterone memacu
tumbuhnya sifat kelamin sekunder. FSH merangsang ovulasi dan merangsang folikel untuk
membentuk estrogen, memacu perkembangan folikel. Hormon prolactin merangsang produksi
susu. (Lytle, 2005)

Folikel Ovarium
Folikel ovarium terdiri dari satu oosit dan sel folikel disekitarnya. Perkembangan folikel
dapat dibagi menjadi beberapa tahap yaitu folikel primer, folikel sekunder, folikel tersier, dan
folikel De Graff.

 Folikel Primer
Folikel ini di bawah pengaruh hormon FSH. Ciri-ciri dari folikel primer yaitu:
1. Sel-sel follikel turut berkembang yang tadinya berbentuk pipih selapis, berubah
menjadi kubis sebaris.
2. Membran basal masih tetap tipis.

 Folikel Sekunder.
Periode ini disebut Growing follicle dan dibedakan menjadi tiga stadium menurut (Mader,
2004) yaitu:
1. Stadium permulaan
Oosit primer terus berkembang, sel folikel mulai berkembang biak sehingga tampak
dua lapis. Di luar selaput vitelin mulai terjadi zona pelusida yang dihasilkan oleh sel
folikel. Di sebelah dalam selaput vitelin kuning telur bertambah banyak, membran basal
sedikit menebal. Penambahan diameter keseluruhan follikel, demikian juga oosit
primer.
2. Stadium pertengahan
Perkembangan oosit primer terus berjalan, dengan bertambahnya kuning telur posisi
inti yang sentris mulai bergeser agak ke tepi. Zona pelusida agak menebal dan sel
folikel berlapis mencapai tiga sampai enam lapis.
3. Stadium akhir
Perkembangan oosit primer berakhir, zona pelusida tebal. Sel folikel yang ada ditengah
mulai tampak tanda degenerasi yang berakhir dengan hancur (lisis) sehingga terbentuk
rongga sebagai permulaan dari antrum folikuli.

 Folikel Tersier
Seperti halnya dengan follikel sekunder, stadium ini dibagi dalam 3 sub stadium menurut
(Mader, 2004) yaitu:
1. Stadium permulaan
Perkembangan oosit primer telah berhenti, zona pelusida sudah cukup tebal. Pada
waktu yang bersamaan sel follikel yang terdapat di tengah berdegenerasi, membentuk
antrum follikuli yang baru. Antrum follikuli yang telah terbentuk mulai meluas dan berisi
cairan Liquor follikuli.
2. Stadium pertengahan
Pada stadium ini Sel folikel yang langsung mengelilingi zona pelusida telah teratur
letaknya, disebut : Corona radiata. Diluar corona radiata, sel folikel selanjutnya disebut
sel granulosa, membentuk dinding antrum folikuli. Dengan bergabungnya antrum
folikuli dan bertambahnya liquor folikuli maka posisi sel telur terhadap folikel menjadi
eksentris.
3. Stadium terakhir
Stadium ini sering dikenal sebagai Folikel renier de graaf yaitu suatu folikel yang sudah
siap mengalami ovulasi. Keadaannya hampir sama dengan substadium sebelumnya,
hanya pada yang terakhir ini terdapat adanya stigma, berupa dinding folikel yang paling
tipis yang nantinya akan pecah dan merupakan jalan keluar bagi oosit sekunder.

 Folikel de draff
Folikel ini merupakan tingkatan terakhir dalam fase folikuli. Folikel ini terbentuk karena
adanya peningkatan FSH pada ovarium. Folikel de graaf yang matang berisi likuor folikel,
mengandung estrogen dan siap berovulasi.
 Folikel atresia

Atresia adalah nama untuk proses degeneratif yaitu suatu keadaan dimana oocyte dan
kelenjar-kelenjarnya binasa tanpa harus mengalami proses ovulasi.

 Corpus Luteum

Corpus luteum adalah masa jaringan kuning di dalam ovarium yang dibentuk oleh
sebuah folikel yang telah masak dan mengeluarkan ovumnya. Corpus luteum akan berhenti
memproduksi progesteron pada saat ovum tidak dibuahi dan berkembang menjadi corpus
albikan. Pada saat ini, lapisan uterus akan meluruh. (Balinsky, 1976)

KESIMPULAN

 Spermatogenesis adalah proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa.


Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus.
 Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :
a) Spermatocytogenesis
b) Tahapan Meiois
c) Tahapan Spermiogenesis
 Tahap– tahap spermatogenesis :
a) Pada dinding tubulus seminiferus telah ada calon
sperma(spermatogonium/spermatogonia) yang berjumlah ribuan.
b) Setiap spermatogonia melakukan pembelahan mitosis kemudian mengakhiri
sel somatisnya membentuk spermatosit primer yang siap miosis.
c) Spermatosit primer (2n) melakukan pembelahan meiosis pertamamembentuk
2 spermatosit sekunder (n).
d) Tiap spermatosit sekunder melakukan pembelahan meiosis
kedua,menghasilkan 2 spermatid yang bersifat haploid (n).
e) Keempat spermatid ini berkembang menjadi sperma matang yang bersifat
haploid yang semua fungsional , yang berbeda dengan oogenesis yang hanya
1 yang fungsional.
 Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormone yang
dihasilkan kelenjar hipofisis yaitu:
a) LH (Luteinizing Hormone)
b) FSH (Folicle Stimulating Hormone)
c) Hormon Testosteron
DAFTAR RUJUKAN
Balinsky. (1976). An Introduction to Embryology. Fourth Edition. W.B. Saunders Company :
Philadelphia.
Campbell, Reece, dan Mitchel. 2010. Biologi Edisi 5 Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Carlson, Bruce M. (1988). Patten's Foundations of Embryology. Fifth Edition. Mc Graw-Hill
Book Company : New York.
Lytle, Charles F dan John R. Meyer. 2005. General Zoology. McGraw- Hill Company : New
York.
Mader, S.S. 2004. Human Biology. McGraw-Hill : New York.

Anda mungkin juga menyukai