Anda di halaman 1dari 10

LATAR BELAKANG

Gametogenesis merupakan proses pembentukan gamet (sel kelamin). Proses


pembentukan gamet jantan disebut spermatogenesis, sedangkan proses pembentukan gamet
betina adalah oogenesis. Tahapan gametogenesis terjadi tiga

tahap yaitu: tahap

poliferasi,tahap meosis dan tahap transformasi. Proliferasi pembelahan gametogonia beberapa


kali secara mitosis menjadi gametosit I. Tahap meiosis yaitu proses pembelahan gametosit I
menjadi gametosit II dan membelah menjadi gametid. Transformasi ialah proses pematangan
gametid untuk jadi gamet. Pada ovarium gametid mendapat banyak makanan cadangan (yolk,
deutoplasma), sehingga memilki bagian kepala, leher, dan ekor (Yatim, 2007:17).
Secara keseluruhan gametogenesis secara berurutan dapat dibagi menjadi tiga periode
yaitu periode perbanyakan, tumbuh dan pematangan. Fase perbanyakan yaitu bakal sel
kelamin bermigrasi ke gonad dengan melakukan beberapa kali pembelahan untuk membentuk
spermatogonia atau oogenesis. Fase dimana gametosit primer mengalami dua kali
pembelahan meiosis pertama menghasilkan gametosit sekunder sedang membelah meiosis
kedua menghasilkan gamet yang haploid disebut fase pertumbuhan. Fase pemasakan yaitu
individu baru yang akan berkembang dari sel telur yang sudah dibuahi akan mempunyai
kromosom yang sama jumlahnya dengan kromosom induk. Gamet yang haploid ini disebut
ootid atau ovum dan spermatid (Gani, 1989:283).
Proses pembentukan sperma disebut spermatogenesis. Spermatogonium yang terletak
paling luar di tubulus seminiferus dan melekat pada membrane basalis mengalami mitosis
berulang-ulang. Kemudian tumbuh menjadi spermatosit, spermatid mengalami perubahan
kearah spermiogenesis menjadi sperma yang dipelihara oleh sel sertoli. Satu sel sertoli
memelihara banyak spermatid (Jasin. 1984:287).
Spermatozoid atau sel sperma atau spermatozoa (berasal dari Bahasa Yunani Kuno
yang berarti benih dan makhluk hidup) adalah sel dari sistem reproduksi jantan. Sel sperma

akan membentuk zigot. Zigot adalah sebuah sel dengan kromosom lengkap yang akan
berkembang menjadi embrio. Peran aktif spermatozoon sebagai gamet jantan sehingga
penting pada keberhasilan munculnya individu baru oleh karena itu di dalam reproduksi
sering diperlukan adanya standar kualitas spermatozoa. Analisis sperma yang dimaksud
meliputi pemeriksaan jumlah milt yang dapat distriping dari seekor ikan jantan masak
kelamin, kekentalan sperma, warna, bau, jumlah spermatozoa mati, motilitas (bila mungkin
kemampuan gerak per menit) dan morfologi (ukuran dan bentuk kepala, ukuran ekor,
berbagai penyimpangan, ada tidaknya akrosoma ( Sherwood, 2001 : 110 ).
Pada pria, sel benih primordial tetap berada pada stadium embrional di dalam jaringan
testis yang dikelilingi oleh sel-sel penunjang sampai saat sesudah lahir dan menjelang
pubertas. Diferensiasi lanjutan dari sel benih primordial dan penunjangnya baru mulai pada
masa pubertas. Pada masa pubertas, sel penunjang berkembang menjadi sel-sel sustentakuler
sertoli untuk nutrisi gamet. Sel benih primordial berkembang menjadi spermatogonium
kemudian menjadi spermatosit primer. Spermatosit primer ini kemudian mengadakan mitosis
untuk memperbanyak diri secara terus-menerus (Soewardiati, 1989:17).
Pada wanita, setelah tiba di gonad, sel benih primordial segera berdiferensiasi menjadi
oogonium. Oogonium kemudian mengalami beberapa kali mitosis dan pada akhir
perkembangan embrional bulan ketiga setiap oogonium dikelilingi oleh selapis sel epitel yang
berasal dari permukaan jaringan gonad, yang nantinya menjadi sel folikuler (Pratiwi,
1986:24).
Setelah fertilisasi, sel telur burung mengalami pembelahan meroblastik dimana
pembelahan sel hanya terjadi dalam daerah kecil sitoplasma yang bebas kuning telur di atas
massa besar kuning telur. Pembelahan awal menghasilkan tudung sel yang yang disebut
blastodisk (blastodisc), yang berada diatas kuning telur yang tidak terbagi itu. Blastomer
kemudian memisah menjadi dua lapisan, yaitu lapisan atas dan lapisan bawah atau epiblas

dan hipoblas. Rongga diantara kedua lapisan ini disebut blastosel versi unggas (analog
dengan blastosel vertebrata tanpa amnion), dan tahapan embrionik ini adalah ekuivalen
blastula pada unggas, meskipun bentuknya berbeda dari bola berlubang pada embrio awal
katak ( Campbell, 2002 ).

VI. METODE PENGAMATAN


A. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat- alat yang digunaikan pada praktikum pengamatan sel gamet dapat dilihat pada
tabel 1.
Tabel 1. Alat dan kegunaan pada praktikum pengamatan sel gamet.
No Nama Alat
Kegunaan
.
1
Cawan Petri
Meletakkan telur ayam ras dan ayam
buras setelah dipecahkan
2
Jarum pentul
Menusuk kulit telur ayam
3
Alat tulis
Menggambar dan menulis hasil
pengamatan

2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum pengamatan sel gamet, ialah sebagai
berikut :
a. Telur ayam ras
b. Telur ayam buras

B. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini, ialah sebagai berikut.:
1. Menyiapkan alat dan bahan di atas meja praktikum.
2. Mengambil telur ayam ras dan telur ayam buras dan menggambar morfologinya.
3. Setelah mengamati morfologinya, memecahkan telur tersebut secara hati-hati dengan
menusuk kulit telur tersebut menggunakan jarum pentul pada bagian kutub animal.
4. Menuangkan isi telur ayam ras dan telur ayam buras pada cawan petri.
5. Mengamati dan menggambar isi telur tersebut kemudian, membandingkan perbedaan antara
kedua telur tersebut.

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan
1. Telur Ayam Ras

a.

Morfologi

Keterangan :
1.
2.
3.
4.

Kutub animal
Kutub Vegetal
Cangkang
Pori

b. Anatomi
Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kutub animal
Kutub vegetal
Rongga udara
Selaput cangkang
Albumin
Yolk
Membran vitelin
Cangkang

2. Pengamatan pada telur ayam ras ( ayam kampung )


a. Morfologi
Keterangan :
1.
2.
3.
4.

Kutub animal
Kutub Vegetal
Cangkang
Pori

b.

Anatomi
Keterangan :

1. Kutub animal
2. Kutub vegetal
3. Rongga udara
4. Selaput cangkang
5. Albumin
6. Yolk
7. Membran vitelin
8. Cangkang
9. Blastodiskus
10. Kalaza

3. Tabel perbedaan telur ayam ras dan telur ayam buras


No. Perbedaan
Ayam Ras
Ayam Buras
1.

Ukuran

Lebih kecil

Tekstur

Lebih besar dan


gemuk
Kasar

2.
3.

Pori-pori

Agak besar

Kecil

4.

Kecoklatan

Putih

5.

Warna
cangkang
Warna yolk

Kuning Pekat

Kuning pucat

6.

Jumlah yolk

7.

Sifat albumin

Lebih banyak
dan tebal
Lebih kental

Lebih sedikit dan


tipis
Lebih cair

Licin / halus

B. Pembahasan
Gametogenesis adalah proses dirubahnya plasma (plasma germinal) yang nantinya
akan menjadi sel kelamin. Gametogenesis merupakan proses pembentukan gamet (sel
kelamin). Proses pembentukan gamet jantan disebut spermatogenesis, sedangkan proses

pembentukan gamet betina adalah oogenesis. Pembentukan sel gamet jantan dan sel gamet
betina adalah awal terjadinya fertilisasi. Dimana sebelum bertemu terjadi peleburan yaitu
proses pematangan dari sel gamet jantan maupun sel gamet betina.
Pembentukan sel gamet jantan maupun betina melalui empat tahap yaitu asal dan
migrasi bakal sel kelamin ke gonad, perbanyakan sel kelamin secara mitosis dalam gonad,
reduksi kromosom sel kelamin secara meiosis di dalam gonad serta perbanyakan dan
diferensiasi menjadi sperma atau sel ovum. Proses pembentukan dipengaruhi oleh hormon
yaitu hormon testosteron dan androgen pada pria dan pada wanita dipengaruhi oleh hormon
estrogen dan progesteron.
Fertilisasi pada berbagai jenis hewan vertebrata dibagi menjadi dua berdasarkan
tempat terjadinya yakni fertilisasi internal dan fertilisasi eksternal. Fertilisasi internal adalah
fertilisasi yang terjadi di dalam tubuh organisme yang melakukan kopulasi atau coitus dan
fertilisasi eksternal adalah fertilisasi yang terjadi di luar tubuh organisme yang melakukan
kopulasi atau coitus. Fertilisasi internal biasanya menghasilkan sel telur dalam jumlah yang
terbatas atau jumlah sel telur (ovum) yang dihasilkan lebih sedikit dibandingkan jumlah sel
telur (ovum) yang dihasilkan dari fertilisasi eksternal.
Pada Aves atau unggas proses fertilisasinya berlangsung secara internal. Proses ini
mempertemukan kedua macam gamet dan sekaligus mempertahankan jumlah kromosom
anakan tetap diploid seperti induknya. Pertemuan kedua macam gamet terjadi di saluran
reproduksi hewan betina. Dalam hubungan ini gamet jantan (spermatozoa) dipindahkan ke
dalam saluran reproduksi betina melalui proses kawin atau coitus untuk dapat bertemu
dengan gamet betina (sel telur).
Pada praktikum ini dilakukan pengamatan pada telur ayam buras dan telur
ayam ras. Secara umum telur memiliki cangkang yang tersusun oleh zat kapur (CaCo3 ).
Secara morfologi, telur ayam buras ukurannya kecil, warna cangkang putih dan pori-pori

cangkang lebih rapat dan tipis. Sedangkan pada telur ayam ras ukurannya besar, warna
cangkang kecoklatan dan pori-pori cangkang kurang rapat dan tebal.
Telur ayam buras maupun telur ayam ras selain dari cangkang yang berfungsi
sebgai pelindung utama telur, juga memiliki bagian-bagian berikut: membrane cangkang, ,
albumin, kalaza, selaput vitelin, yolk dan blastodiskus atau keeping germinal. Cangkang telur
mempunyai pori yang penting untuk pertukaran udara. Didalam cangkang terdapat selaput
tipis di salah satu ujung telur selaput tersebut tidak menempel pada cangkang sehingga
membentuk rongga udara. Rongga udara berfungsi sebagai sumber oksigen untuk embrio.
Albumin berfungsi untuk melindungi zigot atau embrio dari goncangan dan sebagai cadangan
makanan. Sedangkan kuning telur (yolk) berfungsi sebagai persediaan makanan bagi
perkembangan embrio. Kalaza befungsi sebagai penahan kuning telur agar tetap pada
tempatnya dan menjaga embrio agar tetap berada di bagian atas kuning telur.
Viskositas albumin pada telur ayam buras lebih cair, yolknya besar berwarna kuning
terang dan albuminnya sedikit, sedangkan pada telur ayam ras viskositas albumin kental,
yolknya kecil berwarna kuning gelap dan jumlah albumin lebih banyak. Di antara albumin
dan yolk terdapat selaput yang disebut selaput vitelin yang berfungsi sebagai pelindung
kuning telut agar tidak pecah dan bercampur dengan albumin. Sedangkan dibagian atas
kuning telur terdapat keping germinal (blastodiskus) yang merupakan bakal calon individu
baru.
Selaput telur terbagi menjadi 3 macam, yaitu selaput primer, selaput sekunder, dan
selaput tersier. Selaput primer dihasilkan oleh telur sendiri, disebut oolema atau membran
vitellin. Selaput sekunder dihasilkan oleh sel pemelihara telur (sel folikel) bersama telur
sendiri. Selaput sekunder terletak di sebelah luar selaput primer. Pada Mamalia disebut zona
pellucida. Pada Insecta dan Cyclostomata disebut chorion. Pada Amphibia, Reptilia dan
Aves disebut zona radiata. Selaput tersier terbentuk setelah pembuahan. Dihasilkan oleh

kelenjar saluran kelamin betina. Selaput lendir (jelly) pada Pisces dan Amphibia, serta lapisan
albumen dan shell telur Reptilia, Aves, dan Monotremata adalah selaput tersier.
Tipe-tipe telur terdiri dari empat macam, yaitu

Homolecithal, Mesolecithal,

Megalecithal, dan Centrolecithal. Homolecithal, disebut juga oligolecithal atau isolecithal.


Deutoplasma sedikit, tersebar rata diseluruh sitoplasma (ooplasma). Terdapat pada
Amphioxus dan Metatheria dan Eutheria. Mesolecithal, berdeutoplasma sedang berupa
lapisan di daerah kutub vagetal telur. Terdapat pada Amphibia. Megalecithal disebut juga
telolecithal. Deutoplasmanya banyak sekali, membentuk lapisan yang hampir mengisi hampir
semua telur; sedangkan inti dan sedikit sitoplasma menempati hanya daerah puncak kutub
animal. Terdapat pada Pisces, Reptilia, Aves, dan Monotremata. Centrolecithal,
deutoplasmanya relatif banyak dibandingkan dengan volume telur, tapi letaknya dibagian
tengah. Sitoplasma berada sebelah luar. Terdapat pada Insecta.

VIII. Penutup
a. Simpulan
Dari hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan
1.

bahwa :
Gametogenesis merupakan proses pembentukan gamet (sel kelamin). Proses pembentukan
gamet jantan disebut spermatogenesis, sedangkan proses pembentukan gamet betina adalah
oogenesis.

2. Bagian-bagian telur terdiri atas cangkang, selaput cangkang, rongga udara, albumin, kalaza,
membran vitelin, yolk dan keping germinal (blastodiskus).
3. Tipe-tipe telur terdiri dari empat macam, yaitu Homolecithal, Mesolecithal, Megalecithal,
dan Centrolecithal.
b. Saran
Saran yang dapat saya ajukan pada praktikum ini agar bahan
praktikum yang seharusnya diadakan jika memang susah untuk disiapkan agar dicarikan
alternatif pengganti sehingga pengamatan terhadap bahan yang dimaksud tetap berlangsung.
Kendari,
April 2014
Asisten Pembimbing
( La Ode Imba S. Pd. )

Daftar Pustaka
Campbell. 2002. Biologi. Erlangga: Jakarta.
Gani, yarnelly. 1989. Embriologi Dasar. FMIPA UNAND: Padang.
Jasin, Maskoeri. 1984. Sistematik Hewan ( Invertebrata dan Vertebrata). Sinar Wijaya: Surabaya.
Pratiwi, 1986. Ilmu Reproduksi Hewan. Tarsito: Bandung.
Sherwood, lauralee. 2001. Fisiologi Hewan. EGC: Jakarta.
Soewardiati.1989. Reproduksi dan Embriologi. IKIP: Surabaya.
Yatim, Wildan. 1990. Reproduksi dan Embryologi. Tarsito: Bandung

Anda mungkin juga menyukai