Kelas : 5A
NPM : A1D021002
Mata Kuliah : Etnobiologi
Dosen Pengampu : Dra. Kasrina, M.Si
Alif Yanuar Sukmadini
Interaksi budaya dan hewan: Konsep ini mungkin sulit dipahami karena memerlukan
pemahaman yang mendalam tentang budaya dan keyakinan masyarakat yang berbeda di
seluruh dunia dan berkaitan sejarah..
2. BAB II “Pemanfaatan Hewan Oleh Suku Enggano”
Konsep yang telah saya pahami dari BAB II:
Pada bab II telah dijelaskan beberapa materi mengenai pemanfaatan hewan oleh suku
engganomeliputi seperti dibawah ini;
1. Profil Suku Enggano
Pulau Enggano adalah salah satu pulau terluar Indonesia yang terletak di samudra Hindia.
Pulau Enggano ini merupakan bagian dari wilayah pemerintah Kabupaten Bengkulu Utara,
Provinsi Bengkulu, dan merupakan satu kecamatan Enggano. Pulau ini berada di sebelah barat
daya dari kota Bengkulu dengan koordinat 05° 23′ 21″ LS, 102° 24′ 40″ BT. Berdasarkan data
Badan Pusat Statistik tahun 2020, jumlah penduduk Enggano sebanyak 4.035 jiwa.
Penduduk asli Pulau Enggano adalah Suku Enggano, yang terbagi menjadi lima puak asli
(penduduk setempat menyebutnya suku). Semuanya berbahasa sama, bahasa Enggano. Suku
atau Puak Kauno yang mulai menempati tempat ini pada zaman Belanda (sekitar tahun
1934). Di Pulau Enggano masyarakat terbagi atas sukusuku dimana masing-masing suku
dikepalai seorang Ketua Suku. Penduduk asli Pulau Enggano terdiri dari Suku Kauno, Suku
Kaahoao, Suku Kaharuba, Suku Kaitaro, Suku Kaaruhi, dan Suku Kaamay
Triton terompet adalah jenis kerang laut. Alat tiup sejenis terompet yang
mampu menghasilkan suara dibuat dari cangkang triton oleh suku Enggano yang
disebut Kemiu . Suku Enggano menggunakan kemiu untuk memanggil warga atau
memberi tahu tentang suatu peristiwa atau kejadian.
3. Hewan untuk konsumsi suku enggano
Terdapat beberapa jenis hewan lainya yang biasa dikonsumsi suku enggano yaitu:
kerbau dan sapi, beberapa jenis burung seperti panokeh dan emiko. hewan rawa
antara lain kura-kura, dan beberapa jenis burung yaitu burung ubik-ubik, eyakhai,
akomah, dan bakdit. Beberapa fauna air tawar ikan garin, mungkus, pelus, barau,
bentutu,lele, mujair, tawes, ketam, udang dan siput sungai.
1. Hewan untuk pengobatan tradisional suku enggano
Salah satu hewan yang dijadikan sebagai pengobatan yaitu kalong, di daerah
enggano, daging codot juga digemari sebagai salah satu menu makanan yang
istimewa. Selain rasanya yang gurih, codot goreng juga memiliki khasiat untuk
menyembuhkan berbagai macam 7 penyakit. Daging codot dipercayai dapat
menyembuhkan berbagai penyakit seperti asma, gatal-gatal, atau alergi pada
kulit.
2. Hewan untuk aksesoris,pajangan dan peralatan suku enggano
Selain untuk pengobatan tradisional terdapat banyak jenis hewan yang dapat
di manfaatkan oleh suku enggano sebagai aksesoris,hiasan dan peralatan,sepeeti
kalung,gelang asbak dan masih banyak lagi.berikut beberapa jenis hewan yang
dapat di manfaatkan sebagai hiasan suku enggano seperti sapi bali, ayam
kampung, kerang Mutiara, kerang kimo, dll.
3. Hewan mitologi suku enggano
Salah satu hewan mitologi dalam konteks suku Enggano, burung bangau
memiliki peran dalam mitologi dan kepercayaan tradisional mereka. Burung
bangau adalah salah satu mitologi hewan yang dianggap sebagai pertanda akan
terjadinya peristiwa tertentu atau digunakan sebagai simbol dalam cerita rakyat.
Burung bangau dianggap sebagai tanda kematian. Mereka percaya bahwa jika
burung bangau terbang melintasi perkampungan pada sore atau malam hari dan
terdengar seperti bunyi "kwakwakwak", itu merupakan pertanda akan adanya
kematian seseorang dalam waktu dekat.
4. Hewan buruang dan tangkapan suku enggano
Suku Enggano memiliki aktivitas berburu dan menangkap hewan, hewan-
hewan tersebut dimanfaatkan sebagai bahan makanan, diperjual belikan, dan
juga dijadikan peliharaan. Adapun hewan-hewan yang biasanya dijadikan
buruan dan tangkapan oleh suku Enggano. yaitu; babi hutan, penyu hijau, beo
enggano, dll.
Etnotaksonomi
Etnotaksonomi mengacu pada subdisiplin dalam etnologi yang mempelajari sistem
taksonomi yang ditentukan dan digunakan oleh kelompok etnis individu, atau pada
taksonomi individu yang beroperasi itu sendiri, yang merupakan objek studi langsung ahli
etnologi. Selain dikenal taksonomi biologi, dikenal pula taksonomi rakyat (Folk
Taxonomies), yaitu suatu sistem penamaan yang menggunakan nama daerah atau nama
lokal tergantung bahasa yang di gunakan dalam Masyarakat.
Tingkatan Dalam Etnotaksonomi
folk taxonomy menggunakan model Berlin et al., 1973. Pada model Berlin dikategorikan
beberapa tingkatan sebagai berikut:
2. Kategori bentuk kehidupan (life - form) terdapat pada tingkat satu, merupakan yang
membedakan makhluk hidup berdasarkan bentuk dan karakteristik morfologinya
3. Kategori istilah umum (generic) pada tingkat dua, merupakan tingkatan dasar dalam
folk taxonomy, terkadang pada tingkatan ini merupakan jenis (spesies), marga (genus),
bahkan suku (famili)
4. Istilah khusus (specific) terdapat pada tingkat 3, biasanya dibedakan dengan jenis
lainnya oleh beberapa karakteristik yang dapat teramati
5. Lebih khusus lagi tingkat atau level klasifikasi dapat mencapai tingkat varietas
(varietal).
e. Burung Bangau
Jawaban :
Jawaban :