(Studi Kasus)
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan
program pendidikan Diploma III di Program Studi Keperawatan Malang
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
LAILATUN NISAK
NIM. 1301100037
i
ii
iii
iv
ABSTRAK
v
ABSTRACT
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “Perubahan Harga Diri Remaja Berkebutuhan Khusus (Tuna Grahita)
Yang Mengalami Harga Diri Rendah Setelah Dilakukan Komunikasi Persuasif”.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat akademik pada Program
Studi Keperawatan Malang Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes
Malang.
Atas terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang yang telah membantu
dalam perizinan.
2. Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang yang
telah membantu dalam perizinan.
3. Ketua Program Studi Diploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Malang telah membantu dalam perizinan.
4. Tri Anjaswarni, S.Kp, M.Kep selaku Dosen Pembimbing I yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing dan memotivasi penulis dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
5. Kissa Bahari, S.Kp, Ns, M.Kep selaku Dosen Pembimbing II yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing dan memotivasi penulis dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
6. Dyah Widodo S. Kp. M. Kes selaku Ketua Penguji
7. Semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan selama
penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan.
Penulis
DAFTAR ISI
vii
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN............................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN...............................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................iv
ABSTRAK .........................................................................................................v
KATA PENGANTAR........................................................................................vii
DAFTAR ISI....................................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................6
1.4 Tujuan Penelitian..........................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Remaja Berkebutuhan Khusus Tuna Grahita................................7
2.1.1 Pengertian Remaja...............................................................7
2.1.2 Perubahan Masa Remaja......................................................8
2.1.3 Anak Berkebutuhan Khusus...............................................11
2.1.4 Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus.............................11
2.1.5 Anak Tuna Grahita.............................................................13
2.1.6 Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus..........................14
2.2 Konsep Harga Diri Rendah ........................................................18
2.2.1 Pengertian Harga Diri Rendah...........................................18
2.2.2 Skala Pengukuran Harga Diri............................................19
2.2.3 Karakteristik Individu Berdasarkan Harga Diri.................21
2.3 Komunikasi Persuasif ................................................................22
2.3.1 Pengertian Komunikasi......................................................22
2.3.2 Unsur-Unsur Komunikasi..................................................23
2.3.3 Fungsi Komunikasi............................................................24
2.3.4 Komunikasi Persuasif........................................................24
2.3.5 Pesan Persuasif...................................................................25
2.3.6 Tahap Komunikasi Persuasif..............................................28
viii
2.3.7 Standar Operasional Prosedur Komunikasi Persuasif........30
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian...............................................................32
3.2 Subyek Penelitian.....................................................................32
3.3 Fokus Penelitian.......................................................................33
3.4 Definisi Operasional.................................................................33
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian...................................................34
3.6 Instrumen Penelitian.................................................................34
3.7 Metode Pengumpulan Data......................................................36
3.8 Pengolahan dan Analisa Data..................................................37
3.9 Penyajian Data.........................................................................39
3.10 Etika Penelitian.......................................................................39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Studi Kasus.....................................................................40
4.1.1 Gambaran Lingkungan Studi Kasus ..............................40
4.1.2 Gambaran Umum Subyek Studi Kasus .........................43
4.2 Fokus Studi Kasus...................................................................44
4.2.1 Harga Diri Sebelum Komunikasi Persuasif ...................44
4.2.2 Proses Komunikasi Persuasif ........................................55
4.2.3 Harga Diri Setelah Komunikasi Persuasif .....................61
4.3 Pembahasan.............................................................................71
4.4 Keterbatasan Penelitian...........................................................78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan.............................................................................79
5.2 Saran.......................................................................................79
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
ix
Lampiran 2 Lembar permohonan menjadi responden................................85
Lampiran 3 Kisi-kisi pedoman wawancara................................................86
Lampiran 4 Pedoman wawancara ..............................................................84
Lampiran 5 Lembar observasi....................................................................89
Lampiran 6 Standar operasional prosedur komunikasi persuasif...............90
Lampiran 7 Strategi pelaksanaan komunikasi persuasif............................93
Lampiran 8 Plan of Action.......................................................................109
Lampiran 9 Worksheet 24 self esteem inventory.......................................110
Lampiran 10 Hasil wawancara pengukuran harga diri ...............................113
Lampiran 11 Hasil observasi ......................................................................123
Lampiran 12 Lembar konsultasi..................................................................124
Lampiran 13 Perizinan................................................................................130
x
BAB I
PENDAHULUAN
perkembangan usia, salah satunya adalah usia remaja. Remaja berasal dari bahasa
meliputi perubahan primer dan sekunder. Perubahan primer pada remaja ditandai
dengan menarche pada perempuan dan ejakulasi pada laki-laki yang menandakan
berfungsinya sistem hormonal (Perry & Potter, 2005). Perubahan hormonal ini
ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh yang dialami remaja ini menjadi salah satu
1
penyebab timbulnya masalah psikososial. Selain masalah akibat perubahan fisik,
kekacauan ini remaja seringkali merasa terisolasi, cemas, hampa, dan bimbang.
Masalah yang terkait pada perubahan fisik dan psikososial yang demikian akan
baik pada fisik, intelektual, sosial (perilaku), dan emosi yang biasa disebut dengan
emosional pada remaja. Jika reaksi emosional ini terus menumpuk dan meningkat
intensitasnya, maka akan muncul reaksi emosional yang bersifat destruktif seperti
rasa rendah diri, minder, kurang percaya diri, menarik diri, frustasi (Abdullah,
2013).
berkebutuhan khusus lebih merasa tidak berdaya dan tidak berguna. Menurut
2
kemandirian dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Stimulasi yang dapat
diberikan pada remaja berkebutuhan khusus ini berupa stimulasi perilaku dan
stimulasi ketrampilan.
dari keterbatasannya, remaja berkebutuhan khusus tetap memiliki hak yang sama
program pendidikan ini dapat berupa pendidikan non formal maupun formal.
Pendidikan non formal diberikan bagi anak berkebutuhan khusus yang memiliki
yang memiliki kemampuan intelektual normal. Oleh sebab itu, sebelum remaja
memahami kemampuan intelektual, sosial, emosi, dan motorik anak karena hal
(Mahdalela, 2013).
bagi semua anak tanpa terkecuali, namun anak yang memiliki kebutuhan khusus
pendidikan. Di Indonesia, sistem pendidikan ini diatur dalam No. 20 tahun 2003
3
pasal 15 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa “Pendidikan
khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki kesulitan dalam
dan/ atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa” (Abdullah, 2013).
mungkin bagi anak berkebutuhan khusus dapat bersekolah dan belajar dengan
2013 mengasumsikan hanya 130.000 ABK yang telah menikmati bangku sekolah
(Dinas Pendidikan Kalimantan Selatan, 2013). Angka ini termasuk angka yang
kecil jika dibandingkan dengan jumlah total ABK di Indonesia sekitar 4,2 juta
(Melisa, 2013). Padahal sekolah reguler merupakan lembaga yang efektif untuk
semua sehingga tidak ada kesenjangan antara anak berkebutuhan khusus dan
SMK Negeri 2 Malang. Di kota Malang, institusi ini adalah institusi pertama
kejuruan. Data siswa ABK yang bersekolah di SMK Negeri 2 Malang saat ini
berjumlah 26 siswa dengan jenis hambatan yang berbeda-beda yaitu tuna rungu
wicara, down syndrome, tuna grahita ringan, autis, dan ADD (data SMKN 2
Malang 2016).
4
Dian, salah satu guru pendamping siswa berkebutuhan khusus menyebutkan
bahwa beberapa siswa cenderung memiliki perilaku menarik diri, meskipun tidak
jarang pula mereka mengungkapkan rasa tidak percaya dirinya secara verbal.
bahwa “rasa rendah diri yang mengakibatkan harga diri rendah ini muncul
disebabkan oleh adanya suatu perasaan kurang berharga yang timbul karena
sikap dan perilaku sesuai yang diinginkan perawat. Teknik komunikasi ini
yang memiliki tujuan akhir yaitu pengubahan tingkah laku anak berkebutuhan
Konsep Diri Positif Lansia”. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menerapkan
diri rendah dengan mengajukan penelitian yang berjudul “Perubahan Harga Diri
5
Bagaimana perubahan harga diri remaja berkebutuhan khusus (tuna
grahita) yang mengalami harga diri rendah setelah dilakukan komunikasi persuasif
persuasif.
penelitian berikutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
menjadi dewasa atau dalam perkembangan jadi dewasa. Menurut Perry & Potter
(2005 menyebutkan usia remaja bekisar antara 13-20 tahun. Sedangkan menurut
6
beberapa ahli dalam Desmita (2006) menyebutkan batasan usia remaja antara 12-
tahun, 2) masa remaja pertengahan : 15-18 tahun, 3) masa remaja akhir : 18-21
tahun.
Banyak ahli yang memiliki perbedaan pendapat tentang batasan usia
remaja karena kapan usia anak remaja berakhir dan tumbuh menjadi dewasa
tidak diketahui secara pasti. Hal ini disebabkan karena istilah remaja merupakan
Amerika sampai akhir abad ke-18. Namun, pada abad ke-19 istilah remaja
(Desmita, 2006).
Masa remaja atau masa peralihan ini banyak terjadi tekanan dan gejolak.
Salah satu penyebabnya karena cepatnya perubahan pada diri remaja sebagai
proses menuju dewasa. Perubahan ini meliputi perubahan fisik, kognitif, dan
psikososialnnya.
terjadi lebih cepat dari masa pertumbuhan dan perkembangan lainnya. Remaja
pertumbuhan cepat ini berlangsung 2 tahun lebih awal dari pria. Perubahan fisik
sekunder.
Perubahan primer ditandai dengan menarche pada perempuan dan
7
Perubahan sekunder meliputi tumbuhnya rambut pada ketiak dan kemaluan,
pada ketiak dan kemaluan, pembesaran testis dan penis, dan lain-lain.
Perubahan tersebut seringkali menyebabkan remaja tidak percaya diri dan
mengalami depresi dan kecemasan sosial serta disfungsi seksual (Cash & Grant
dalam Thompson, 1996 dalam Ermanza, 2008). Hal ini banyak terjadi pada
remaja perempuan, karena mereka lebih sering memandang tubuhnya dari segi
estetika.
b. Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget perkembangan kognitif remaja berada pada tahap formal
dalam pemecahan masalah melalui tindakan logis. Jika terjadi suatu masalah,
remaja dapat mempertimbangkan penyebab dan solusi yang banyak. Remaja juga
mulai berpikir tentang orientasi masa depan. Kemampuan berbahasa pada remaja
pekerjaan, kesehatan, dan moral. Selama masa ini, remaja mulai memiliki
perasaan tentang dirinya dengan segala hal yang melekat pada dirinya. Pencarian
8
identitas diperlukan sebagai adaptasi dalam peralihan menuju dewasa yang akan
kacau. Disinilah letak krisis terjadi, yakni kekacauan peran dan kekacauan
bingung, cemas, emosi yang meledak, terlalu sensitif dan malu atas penilaian
orang lain terhadap dirinya. Jika remaja dapat mengatasi krisis identitas ini maka
ia akan memiliki identitas yang stabil, sehingga remaja memiliki pandangan yang
jelas terhadap diri sendiri, memahami perbedaan dan persamaan dengan orang
lain, mengenali kekurangan dan kelebihannya, percaya diri, tanggap dan mampu
remaja membutuhkan harga diri dan penerimaan dalam kelompoknya (Perry &
Potter, 2005). Dalam studi kontemporer Hightower (1990 dalam Desmita, 2006)
pada kesehatan mental. Sedangkan menurut Kelly dan Hansen ( 1987 dalam
dorongan dari teman sebaya dalam pengambilan peran baru membuat remaja
9
c. Meningkatkan ketrampilan sosial, melalui interaksi sosial remaja dapat
kelamin.
e. Memperkuat penyesuaian moral dan nilai, remaja dapat mengevaluasi nilai
teman sebaya.
Hal ini menunjukkan pengaruh teman sebaya sangat besar dalam
kehidupan remaja. Bagi sebagian remaja, ditolak atau diabaikan teman sebaya
menyebabkan munculnya rasa kesepian dan menutup diri. Hal ini sering
yang memiliki perbedaan akan mudah tersingkir, seperti pada anak berkebutuhan
khusus.
special need adalah anak yang berbeda dengan anak lainnya dalam karakteristik
10
Menurut Delphie (2006), anak berkebutuhan khusus dibagi menjadi:
a. Anak yang mengalami kelemahan penglihatan (tuna netra), anak yang tidak
berbicara atau komunikasi yaitu adanya kerusakan artikulasi bunyi, dan atau
kelancaran bicara
c. Anak dengan keterbelakangan mental (tuna grahita), anak yang memiliki
mengarah kriminal
f. Anak autisme (autistic children), terjadi karena gangguan perkembangan
otak. Biasanya anak autis akan menampilkan beberapa perilaku seperti sulit
berkomnikasi, kontak mata tidak terarah, hidup dalam dunianya sendiri, sulit
neurologis maupun fungsi adaptif. Mereka memiliki kelainan satu atau dua
11
kombinasi pada kemampuan kognitif, sosial, intelegensi, bahasa, maupun
gerak.
Menurut Pratiwi dan Murtiningsih (2013) anak berkebutuhan khusus
adalah yang memiliki kelainan bersifat menetap dan tidak mungkin hilang.
permanen, yaitu tuna netra, tuna rungu, tuna grahita, tuna daksa, autis, ADHD.
Sedangkan anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara yaitu anak yang
kemampuan intelektual dibawah normal dan atau lebih lamban daripada anak
normal. Anak tuna grahita memiliki rentang memori pendek dan kurang dapat
berpikir abstrak dan kritis sehingga kurang dapat mengerjakan tugas akademik
Anak tuna grahita biasanya disertai hambatan perkembangan sosial dan memiliki
12
2. Tuna grahita sedang : memiliki rentang IQ 49-35, anak tuna grahita sedang
yang dapat diberikan pada remaja berkebutuhan khusus ini berupa stimulasi
13
dan dimodifikasi kearah kemandirian, komunikasi interaktif, dan ketrampilan
sosial.
Sementara stimulasi ketrampilan ini bertujuan untuk mengoptimalkan
menekankan pada aspek kepatuhan, kontak mata, imitasi, bahasa, kognitif, dan
hanya terkait pada stimulasi, tetapi juga dengan program pembelajaran atau
pendidikan.
b. Pendidikan atau pembelajaran
Remaja berkebutuhan khusus memang memiliki keterbatasan, namun
formal maupun non formal. Pendidikan non formal diberikan bagi anak
pendidikan khusus non akademis. Pendidikan non formal ini meliputi bercocok
motorik anak karena hal ini penting dalam pemilihan pendidikan. Pemilihan
dengan minat dan bakatnya, dibanding dengan masuk sekolah umum (Mahdalela,
14
semua anak tanpa terkecuali, namun anak berkebutuhan khusus secara tidak
ini seperti dinyatakan dalam pasal 2 dari konvensi tentang perlindungan hak anak
dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (1949) menyebutkan bahwa “At
consequence of this rights is that all children have to receive the kind of
pendidikan ini diatur dalam No. 20 tahun 2003 pasal 15 tentang Sistem
pendidikan bagi peserta didik yang memiliki kesulitan dalam mengikuti proses
potensi kecerdasan dan bakat istimewa” (Abdullah, 2013). Hal ini sesuai dengan
With Disabillities and Optional Protocol yang disahkan pada Maret 2007. Pasal
dapat menikmati pendidikan di sekolah umum dan belajar dengan anak normal
khusus dan anak normal dan menciptakan warga sekolah yang ramah. Meskipun
telah dibuat sedemikian rupa, beberapa hal terkait dengan adanya kelainan pada
15
anak berkebutuhan khusus akan menimbulkan penolakan oleh lingkungan.
Selain itu, faktor usia juga berpengaruh pada penolakan lingkungan. Anak
berkebutuhan khusus pada tingkat sekolah dasar akan tidak merasa begitu ditolak
Perasaan rendah diri ini bisa disebabkan karena kebiasaan orang tua yang terlalu
mengekang karena merasa anak adalah “aib” maupun orang tua yang terlalu
khawatir. Rasa rendah diri juga dapat disebabkan karena lingkungan mereka
membenci diri sendiri, kecewa, putus asa menyalahkan diri. Jika reaksi
destruktif seperti manarik diri, depresi, frustasi, bahkan risiko bunuh diri
menyebabkan kurangnya harga diri akibat adanya perasaan tidak suka terhadap
dirinya.
perilaku dan ideal diri yang lain”. Kesesuaian ini akan menimbulkan perasaan
berharga karena bisa memenuhi cita-cita. Penilaian harga diri dapat berasal dari
16
diri sendiri dan orang lain yang dapat dipengaruhi oleh penerimaan, perasaan
pemahaman tentang diri. Hal ini akan membentuk penilaian individu terhadap
dirinya sebagai orang yang berarti, berharga, dan menerima keadaan diri apa
adanya sehingga individu mempunyai perasaan harga diri (Burn, 1998 dalam
Simanjorang, 2011).
Berdasarkan penelitian Dornbursch (1956, dalam Rakhmat 2007) telah
mengorelasikan penilaian orang lain terhadap penilaian diri individu, dan hasil
yang diberikan yaitu orang yang diberikan nilai baik oleh orang lain, cenderung
memberikan nilai yang baik untuk dirinya sendiri. Artinya, harga diri individu
2011) menyebutkan bahwa harga diri seseorang akan meningkat seiring dengan
terancam pada masa pubertas yang berarti pada masa remaja cenderung memiliki
masalah pada harga dirinya (Dalami, Suliswati, Farida, Rochimah, Banon, 2009).
Harga diri dapat diukur secara implisit maupun eksplisit. Pengukuran
harga diri secara eksplisit dapat menggunakan skala pengukuran harga diri dapat
Alat ukur ini mengukur harga diri secara global dari empat domain yang ada :
17
1. Domain harga diri akademis : mengukur rasa percaya diri, kemampuan dalam
dengan orang tua, dukungan orang tua kepada anak dan penerimaan orang tua
terhadap anak
3. Domain harga diri sosial : Mengukur kemampuan individu untuk
secara umum.
Bentuk asli pertanyaan skala pengukuran harga diri ini berisi 58 butir
(SEI ’67) dijawab dengan like me atau unlike me dalam bahasa Inggris. Skala ini
orang lain terhadap dirinya, adanya perhatian dan pengakuan orang lain.
3) Kebajikan (virtue)
Indikator virtue adalah : taat pada peraturan yang berlaku sesuai moral dan
etika.
4) Kemampuan (competence)
Indikator dari competence adalah : mampu menyelesaikan tugas yang
diri beserta aspeknya dan dapat digunakan dalam segala usia dengan segala
kondisi. Menurut Coopersmith (1967, dalam Wahab, 2014) penilaian harga diri
ini dibedakan menjadi tiga kategori yaitu harga diri tinggi, sedang, dan rendah.
18
a. aktif dan dapat mengekspresikan diri dengan baik;
b. berhasil dalam bidang akademik dan menjalin hubungan sosial;
c. dapat menerima kritik dengan baik;
d. percaya pada persepsi dan reaksinya sendiri;
e. tidak terpaku pada dirinya sendiri atau hanya memikirkan kesulitannya
sendiri;
f. memiliki keyakinan diri, tidak didasarkan atas fantasi, karena mempunyai
seimbang.
2. Individu yang memiliki harga diri sedang : hampir sama dengan yang
memiliki harga diri tinggi, terutama dalam kualitas, perilaku dan sikap.
mechanism)
j. mudah mengakui kesalahan
Terkait dengan adanya keterbatasan yang mereka miliki dan penolakan
menunjukkan perilaku harga diri rendah. Terapi keperawatan yang selama ini
sudah digunakan untuk mengatasi masalah harga diri rendah antara lain :
19
dan complementer therapy (Hidayati, 2012). Salah satu dari bentuk terapi lain
membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi adalah proses
penyampaian ide, pikiran, perasaan, dalam bentuk pesan atau informasi dari
media yang bertujuan mengubah sikap atau perilaku komunikan (Nasir, Muhith,
meliputi :
a. Komunikator merupakan sumber atau pengirim pesan yang memulai sebuah
organisasi.
b. Pesan berupa lambang yang berisi ide, gagasan, pikiran, perasaan, perhatian
berupa lisan yakni berisi kata-kata maupun tulisan yang berisi gambar,
maupun nonverbal.
c. Komunikan adalah penerima pesan, baik perorangan, kelompok, maupun
komunikan.
e. Umpan balik, reaksi terhadap pesan yang disampaikan komunikator yaitu
20
f. Konteks merupakan suasana, situasi atau lingkungan yang mempengaruhi
menikmati.
Kebanyakan rancangan komunikasi yang digunakan dalam kehidupan
Mubarak, 2011). Komunikasi persuasif dapat juga diartikan sebagai seni dalam
21
model ini, efek komunikasi bervariasi tergantung tujuan komunikasi salah
persuade) audiens.
Dalam praktiknya, peran utama perawat adalah komunikator. Jika
komunikan agar mengubah perilaku, maka hal ini sebenarnya mengacu pada
pesan verbal dan ditunjang oleh pesan nonverbal sebagai media sensoris. Hasil
akhir dari komunikasi persuasif merupakan gambaran dari sikap audiens yaitu
berubah atau bertahan (Liliweri, 2007). Syarat gagasan atau pesan yang
utama untuk perencanaan komuikasi harus ringkas, langsung pada inti persoalan,
agar dapat dimengerti sehingga dapat mengubah perilaku sesuai tujuan. 2) isi
22
pesan, materi yang dipilih komunikator untuk disampaikan meliputi informasi,
pesan. Menurut Cangara, (2004 dalam Nasir, Muhith, Sajidin, Mubarak, 2011),
yang disegani atau dikagumi. Menurut Effendi (2002 dalam Nasir, Muhith,
pada peristiwa yang menarik perhatian”. Teknik ini digunakan pada orang
23
Tujuan dari teknik ini bersifat imperative yang mengandung keharusan untuk
untuk melakukan hal yang disarankan. Dalam teknik ini pesan ditata dengan
dijadikan senjata dalam menyerang lawan. Dalam teknik ini terbagi menjadi
2, yaitu 1) one sided issue yang menggambarka pesan dari salah satu sisi,
bisa dari sisi baiknya atau buruknya saja. 2) two sided issue menggambarkan
dengan daya persuasi maka komunikan akan tertarik untuk memiliki ide itu
c. Don’t tele’em theory : bila suatu ide tidak disampaikan kepada orang lain,
24
1. Perhatian (attention), tahap dimana kegiatannya untuk membangkitkan
disampaikan.
3. Hasrat (desire), tahap pemeliharaan agar minat terhadap materi yang
isi pesan dipengaruhi oleh isi dan konsistensi pesan, keseriusan dan
25
a. Ethos : jika komunikan dapat dipengaruhi hanya karena komunikator
menampilkan diri sebagai seorang yang pandai, percaya diri, dan cakap
(inteligence), berkarakter jujur dan adil, dan memiliki kemauan baik dengan
“individu dengan harga diri rendah akan lebih mudah terbujuk daripada individu
berikut :
bahasa, dan hambatan yang mungkin terjadi, menyusun pesan persuasif, dan
tempat, topik.
26
3. Tahap kerja : menggali masalah yang relevan, melakukan kegiatan
asa.
b. memberikan motivasi untuk memasukkan ketrampilan yang dimiliki
dicapai.
c. Memberikan motivasi bahwa masalah yang dialami klien dapat diatasi
BAB III
METODE PENELITIAN
27
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus
merupakan salah satu jenis penelitian deskriptif yang dilakukan dengan cara
meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal.
Unit tunggal dalam penelitian ini yaitu remaja berkebutuhan khusus tuna grahita
harga diri pada remaja berkebutuhan khusus tuna grahita yang mengalami harga
untuk diteliti oleh peneliti. Subyek penelitian dalam studi kasus ini adalah 2 anak
pendidikan inklusi
28
Fokus studi dalam penelitian ini adalah harga diri remaja berkebutuhan
khusus tuna grahita yang mengalami harga diri rendah setelah dilakukan
komunikasi persuasif.
Definisi operasional adalah penjelasan semua variabel dan istilah yang akan
Perubahan harga diri adalah perubahan pandangan diri remaja tuna grahita
yang mengalami harga diri rendah dengan membandingkan harga diri sebelum
pada penilaian remaja terhadap dirinya dan perilaku sehari-hari dengan mengacu
pada aspek :
tubuh, perasaan berharga dan disukai orang lain, perasaan diakui dan
29
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMKN 2 Malang pada 15 Februari-5 Maret
Kota Malang yang menerapkan sistem pendidikan inklusi pada taraf sekolah
dalam proses belajar anak berkebutuhan khusus bergabung dan belajar bersama
Sedangkan materi pelajaran yang bersifat normatif dan adaptif anak berkebutuhan
khusus belajar diruang sendiri dibimbing guru pendidikan khusus. Hal itu
pelajaran harus diolah agar bisa diterima dengan mudah. Penempatan jurusan pada
khusus dilakukan pada saat pendaftaran, namun sebelum ditempatkan pada kelas
jurusan, anak berkebutuhan khusus ini melalui masa observasi selama satu
pengumpulan data, instrumen ini dapat berupa angket atau kuisioner, formulir
30
pernyataan tertutup menggunakan bahasa Inggris berisi 58 item pernyataan
model skala Gutman yang dijawab dengan like me atau unlike me (Ryden,
27 item ini digunakan sebagai dasar dalam menilai harga diri subyek.
2. Lembar observasi, digunakan untuk mengobservasi secara langsung kegiatan
sehari-hari subyek. Hal ini berguna untuk melihat perilaku dan interaksi sosial
talk ini berupa strategi pendahuluan yang berisi teknik komunikasi pesrsuasif
untuk melihat perilaku dan interaksi sosial sebagai data pendukung, sedangkan
31
1. Mengurus surat ijin penelitian di Badan Kebangsaan Kesatuan dan Politik,
SMKN 2 Malang
pendamping
4. Melakukan komunikasi persuasif tiga kali dalam dua minggu, dan minggu
deskriptif. Pada penelitian ini, pengolahan data dilakukan dengan 2 cara yaitu
hasil pedoman wawancara pengukuran harga diri dan observasi perilaku subyek.
diri yang selanjutnya dikategorikan harga diri tinggi, sedang, atau rendah.
32
Adapun indikator karakteristik harga diri yang didasarkan pada ciri-ciri
citanya.
33
positf pada indikator tiap aspek harga diri subyek yang diolah dengan cara
berikut :
N : Hasil
menjabarkan dalam bentuk narasi atau deskriptif sesuai dengan data yang
penyajian data berupa tulisan atau narasi dan hanya dipakai untuk data yang
1. Informed consent
34
Kedua subyek menyetujui untuk terlibat dalam penelitian dan telah
2. Anonimity
3. Non Maleficience
saat kedua subyek berada diluar jam pembelajaran reguler, namun penelitian
dilakukan pada jam pelajaran di kelas inklusi atas izin guru penanggung jawab
inklusi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
lingkungan studi kasus, gambaran subyek studi kasus, fokus studi kasus serta
pembahasan penelitian terkait dengan teori. Studi kasus ini bеrisi tеntang
perubahan harga diri rеmaja tuna grahita yang mеngalami harga diri rеndah
sеkolah kеdua subyеk adalah sеbagai bеrikut, SMKN 2 Malang yaitu salah satu
35
sеkolah mеnеngah kеjuruan yang tеrlеtak di Malang. SMKN 2 Malang mеmiliki
luasan area sekolah 19.550 m². SMKN 2 Malang memiliki 56 (lima puluh enam)
2 Malang, berawal dari perintah dari Dinas Pendidikan Kota Malang yang
siswa, sedangkan anak berkebutuhan khusus terdiri dari 26 siswa dengan jenis
ketunaan yaitu tuna rungu wicara, down syndrome, tuna grahita ringan, autis, dan
khusus tersebut adalah guru yang memang dipersiapkan dan dididik secara khusus
untuk mendidik peserta didik inklusif. Subyek yang terlibat dalam penelitian ini
ketunaan mereka. Peserta didik inklusif autis dan tuna grahita cenderung kurang
program keahlian ini mereka lebih banyak berinteraksi dengan pekerjaan yang
tidak berhubungan langsung dengan manusia, pekerjaan mereka antara lain house
36
rungu di tempatkan di program keahlian Teknik Komputer Jaringan. Hal ini
Proses belajar siswa inklusif ini dilakukan di kelas reguler dan kelas
inklusif. Kelas inklusif terdiri dari 2 ruang kelas berdampingan dengan ruang
bimbingan konseling untuk pelajaran normatif dan adaptif dengan bimbingan guru
pеndamping khusus. Sarana yang dimiliki kelas inklusif yaitu bangku belajar,
perpustakaan mini, papan tulis, laptop alat peraga seperti globe, perangkat musik
peserta didik inklusif di bidang seni. Sebagian besar peserta didik inklusif suka
musik dan bernyanyi oleh karena itu mereka sering dilibatkan jika ada kegiatan
penerimaan tamu di sekolah atau jika diundang pada acara acara di pemkot
Malang.
inklusif lain, sedangkan praktikum materi kejuruan atau produktif juga sangat
memenuhi syarat, sebab SMKN 2 Malang mempunyai Edotel yaitu hotel yang
merupakan unit produksi dan sekalian laboraturium praktek industri peserta didik
jurusan perhotelan. Disamping itu ada fasilitas laboratorium komputer dan audio
visial untuk praktek kerja industri peserta didik program keahlian Teknik
komputer jaringan.
Pada saat praktek kerja industri, siswa reguler disebar pada lembaga yang
sudah bekerja sama dengan sekolah untuk pelaksanaan prakerin, namun untuk
adalah memberikan rasa aman dan nyaman pada peserta didik dan orang tua, bagi
37
guru pеndamping khusus lokasi di lingkungan sekolah akan mudah melakukan
faktor tak terduga terjadi, misalnya sakit, atau kondisi psikologis siswa tidak
stabil. Hal ini menunjukkan bahwa SMKN 2 Malang adalah sekolah yang
sekolah terhadap anak berkebutuhan khusus sangat baik. Hal ini tidak terlepas dari
peranan guru pendamping khusus sangat komunikatif pada warga sekolah dan
orang tua siswa. Sehingga segala masalah yang terjadi berkaitan dengan siswa
inklusif dapat diselesaikan dengan baik melalui pembinaan konseling baik pada
siswa maupun orang tua. Pertemuan guru pendamping dan orang tua siswa
inklusif rutin dilakukan saat pembagian rapor baik tengah semester maupun akhir
semester, namun jika orang tua siswa ingin memantau perkembangan anaknya,
4.1.2.1 Subyеk I
Demografi subyеk I berjenis kelamin lakilaki dan berusia 17 tahun.
Subyеk I adalah siswa kelas X jurusan perhotelan. Saat ini anak tinggal bersama
kedua orang tua di Malang. Ayah subyеk I bekerja sebagai wiraswasta mebel,
sedangkan ibu sebagai ibu rumah tangga. Berdasarkan informasi dari guru
selalu diantar dan dijemput saat ke sekolah oleh orang tuanya. Berdasarkan
38
pengamatan peneliti, keseharian subyеk I di sekolah cenderung pendiam, pemalu
dan tertutup jika berada di kelas reguler. Sedangkan jika berada di kelas inklusif,
4.1.2.2 Subyеk II
Demografi subyеk II yaitu berjenis kelamin perempuan berusia 18 tahun.
Subyеk II adalah siswa kelas XII jurusan perhotelan. Saat ini anak tinggal
bersama kedua orang tua di Malang. Ayah subyеk II bekerja sebagai satpam.
cenderung ditekan olah ayahnya, sehingga subyеk II lebih dekat dengan ibunya.
kelas inklusif bersama siswa inklusif lainnya dibandingkan dengan teman dari
kelas reguler.
4.2 Tabel Rekap Subyek
39
inklusif yang sebaya.
didapatkan karakteristik harga diri subyеk cenderung rendah. Hal ini diukur dari
kemampuan, dan kebajikan. Berikut ini adalah hasil wawancara dengan subyеk I :
a. Aspek keberartian :
Aspek keberartian yang terkait dengan adanya penerimaan keterbatasan
diri, yaitu tеntang pеndapat subyеk atas kеtеrbatasan yang dimiliki. Subyеk I
tеrhadap dirinya, yaitu pеrtanyaan pеnеliti tеntang kеinginan mеnjadi orang lain
dirinya tеrkait dеngan kеtеrbatasan yang dimiliki, sеhingga pеrnah ingin mеnjadi
orang normal. Pada aspеk kеbеrartian lain yaitu pеrasaan bеrharga dan disukai
orang lain, tеrkait pеrtanyaan pеnеliti tеntang pеrlakuan tеman sеbaya saat
“di kelas AP banyak yang baik, tapi ya ada yang nakal yang anak laki
kadang juga ngejek terus jarang ngajak main, tapi kalo di kelas
inklusi semuanya baik”
40
Sedangkan terkait tentang perlakuan keluarga subyеk I memberikan
jawaban bahwa mereka diperlakukan dengan baik oleh keluarga, seperti yang
disukai di kеlas rеgulеr, namun ia mеrasa disukai olеh banyak tеman inklusif. Di
merasa malu akan keterbatasan yang dimiliki jika dibandingkan dengan temannya
dari kelas reguler, tidak puas terhadap keterbatasannya, merasa kurang disukai
b. Aspek kekuatan
subyеk tеrhadap kritikan atau еjеkan yang dibеrikan orang lain, subyеk I
kritik yang dibеrikan orang lain. Sеdangkan pada aspеk kеkuatan tеrkait
pertanyaan peneliti pada subyеk saat merasa kesal, subyek I dapat mengontrol
terhadap lingkungan. Hal ini diungkapkan juga oleh salah satu guru pendamping
41
yang menyatakan bahwa Subyek I sangat sulit beradaptasi, bahkan sampai
bеrikut :
“nggak tau”
penerimaan orang lain terhadap pendapat yang diajukan. Namun, setelah dikaji
sebagai berikut :
“Saya malu kalau disuruh presentasi, tapi saya juga mau kalau
dipaksa guru, tapi kalau berpendapat saat ada diskusi kelas saya
tidak pernah”
Dari ungkapan diatas menunjukkan bahwa subyek I tidak memiliki
kelas. Pada aspek kekuatan lain terkait dengan keaktifan subyek dalam kegiatan
mudah terpengaruh pada kritik yang diberikan orang lain sehingga merasa sedih
dan malu, sulit beradaptasi dengan lingkungan sehingga secara pasif mengikuti
42
c. Aspek Kemampuan
berikut ini :
“belajar”
Berdasarkan kedua ungkapan yang diberikan, menunjukkan bahwa
subyek I memiliki cita-cita dan memiliki upaya untuk meraihnya yaitu dengan
belajar. Dari kesimpulan hasil wawancara pada aspek kemampuan, subyek I tidak
mampu menyelesaikan tugas dan kesulitan yang dialami terutama terkait dengan
43
d. Aspek Kebajikan
“saya nggak mau ikutan kalo bolos, tapi kalo mencontek kadang pas
ulangan”
Dari kedua ungkapan diatas menunjukkan bahwa, subyek I tidak selalu
patuh pada peraturan sekolah karena Subyek I sering mencontek saat ulangan jika
dirasa soal yang diberikan tidak bisa dikerjakan. Namun, subyek I tidak pernah
terlambat dan membolos sekolah terlebih jika ada temannya yang mengajaknya,
sikap hormat pada guru dan orang tua. Berdasarkan hasil wawancara pada aspek
kebajikan, subyеk I kurang dapat menaati peraturan dalam hal mencontek saat
keempat aspek pembentukan harga diri subyеk I memiliki harga diri rendah yaitu :
merasa malu atas dirinya, kurang puas terhadap dirinya, kurang dapat
menyampaikan gagasan yang dimiliki, merasa tidak disukai, sulit beradaptasi dan
44
mudah terpengaruh dengan kritikan orang lain, kurang mampu menyelesaikan
kesulitan dan harus dipaksa dalam melakukan tugasnya seperti saat berbicara atau
presentasi di kelas.
Hal ini didukung dari hasil observasi perilaku sehari-hari subyеk yaitu :
saat dikelas subyеk I cenderung pendiam, tidak berani bertanya, tidak pernah
memimpin diskusi kelompok, pasif saat mengikuti kerja kelompok, tidak pernah
Subyеk I juga jarang terlihat berbaur dengan teman reguler saat jam istirahat, ia
cenderung bersama sesama teman inklusi yang berada satu kelas dengannya.
Subyеk I memiliki sikap pemalu tapi ramah saat berhadapan dengan orang asing,
2. Subyek II
didapatkan karakteristik harga diri subyеk cenderung rendah. Hal ini diukur dari
a. Aspek Keberartian
diri, yaitu tеntang pеndapat subyеk atas kеtеrbatasan yang dimiliki. Subyеk II
45
mеmiliki kеtеrbatasan pada dirinya. Sеdangkan pada aspеk kеbеrartian tеrkait
Pada aspеk kеbеrartian lain yaitu pеrasaan bеrharga dan disukai orang lain, tеrkait
“teman inklusi banyak yang baik, tapi kalo teman di kelas banyak
yang jahat. Mereka nganggep aku kayak aneh”
Sedangkan terkait pertanyaan tentang perlakuan keluarga subyеk II
“Keluarga baik”
Dari hasil wawancara diatas mеnunjukkan bahwa Subyеk II mеrasa tidak
disukai di kеlas rеgulеr, namun ia mеrasa disukai olеh banyak tеman inklusif
merasa malu akan keterbatasan yang dimiliki jika dibandingkan dengan temannya
dari kelas reguler, mеnеrima keterbatasannya, merasa tidak disukai oleh teman
reguler.
b. Aspek Kekuatan
subyеk tеrhadap kritikan atau еjеkan yang dibеrikan orang lain, subyеk II
46
“sedih terus badmood males temenan lagi”
Dari ungkapan diatas mеnunjukkan bahwa subyеk II tidak dapat mеnеrima
kritik yang dibеrikan orang lain, bahkan cеndеrung mеnunjukkan sikap yang
konfrontatif dеngan tidak mau bеrtеman lagi. Sеdangkan pada aspеk kеkuatan
tеrkait pertanyaan peneliti pada subyеk saat merasa kesal, subyek II dapat
orang lain dengan pendapat yang dimiliki, subyеk II mеmbеrikan jawaban sеbagai
bеrikut :
“saya tidak pernah berpendapat di depan kelas”
Dari ungkapan tersebut, subyek II menunjukkan bahwa tidak mengetahui
penerimaan orang lain terhadap pendapat yang diajukan karena tidak pernah
kelas. Pada aspek kekuatan lain terkait dengan keaktifan subyek dalam kegiatan
47
Berdasarkan ungkapan hasil wawancara diatas, subyek II menunjukkan
bahwa aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, namun karena sudah kelas
mengontrol emosi, mudah terpengaruh pada kritik yang diberikan orang lain
c. Aspek Kemampuan
jawaban :
“saya pingin lulus, tapi nggak tau habis lulus mau ngapain”
Sedangkan kemampuan dalam upaya meraih cita-cita yang dimiliki,
“kalo sekarang harus belajar dan rajin berdoa soalnya mau ujian”
48
Berdasarkan kedua ungkapan yang diberikan, menunjukkan bahwa
subyek II memiliki cita-cita untuk lulus ujian dan memiliki upaya untuk
meraihnya yaitu dengan belajar dan berdoa. Dari kesimpulan hasil wawancara
kesulitan yang dialami terutama terkait dengan tugas kelompok, namun subyek II
d. Aspek Kebajikan
patuh pada peraturan sekolah karena Subyek II sering terlambat dan mencontek
saat ulangan jika tidak bisa mengerjakan. Subyek II tidak ikut melanggar
peraturan jika ada temannya yang mengajaknya. Sedangkan pada aspek kebajikan
terkait sikap subyеk II terhadap guru atau orang tua, subyek II menjawab sebagai
berikut :
sikap hormat pada guru dan orang tua. Berdasarkan hasil wawancara pada aspek
kebajikan, subyеk II kurang dapat menaati peraturan dalam hal terlambat dan
mencontek saat ulangan, namun selalu menghormati orang yang lebih tua.
49
Kesimpulan yang didapatkan dari hasil wawancara pada keempat aspek
pembentukan harga diri subyеk II juga memiliki karakteristik individu harga diri
rendah yaitu : merasa malu atas dirinya, kurang dapat menyampaikan gagasan
yang dimiliki, merasa tidak berharga atau buruk jika dibandingkan dengan orang
lain, merasa tidak disukai, sulit beradaptasi dan pasif mengikuti lingkungan, pasif
dalam kegiatan kelas, mudah terpengaruh dengan kritikan orang lain, kurang
Hal ini didukung dari hasil observasi perilaku sehari-hari subyеk yaitu :
saat dikelas subyеk II cenderung pendiam dan sisnis terhadap teman, tidak berani
bertanya, tidak pernah memimpin diskusi kelompok, pasif saat mengikuti kerja
berbaur dengan teman reguler saat jam istirahat, ia cenderung bersama sesama
kelas inklusi.
a. Subyek I :
subyеk untuk terlibat dalam penelitian. Pengamatan perilaku dilakukan pada jam
50
Pertemuan kedua dilakukan pada keesokan harinya 16 Februari 2016 jam
12.30 saat kedua subyеk berada di kelas inklusi. Tujuan khusus sesi ini adalah
klien dapat mengidntifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. Pada
pertemuan ini peneliti mengkaji ulang rasa kurang percaya diri saat bersekolah
adalah guru favorit dan kakak kelas inklusi yang sudah kuliah agar kedua subyеk
dapat mudah memahami. Pada pertemuan ini subyеk I tidak dapat mengikuti
dengan baik, kurang konsentrasi, kurang minat terhadap isi pesan yang
Pertemuan ketiga dilakukan hari rabu 17 Februari 2016 pada jam 13.00.
persuasif seperti pertemuan kedua pada subyеk I. Pada pertemuan ini subyеk I
dapat mengikuti dengan baik, cukup konsentrasi dan minat terhadap isi pesan
tampan, bisa membaca puisi, berenang, dan bermain sepak bola, dari ungkapan ini
Pada pertemuan ini dilakukan pencapaian tujuan dalam menilai kemampuan yang
dapat digunakan pada kedua subyеk. Pada pertemuan ini peneliti mendorong
51
untuk mengungkapkan ulang kemampuan yang dimiliki serta mendorong untuk
Subyеk I belum dapat mencapai tujuan pertemuan, karena subyеk I tidak fokus
pada topik yang dibicarakan serta tidak dapat mempertahankan kontak mata.
Pada pertemuan ini dilakukan pengulangan pencapaian tujuan khusus kedua. Pada
yang bisa digunakan dalam pengembangan dirinya. Pada pertemuan ini subyеk I
dapat mencapai tujuan kedua ketiga sekaligus yaitu dapat memilih kegiatan sesuai
bersama ayah dan saudaranya sesuai dengan hobi yang dimiliki. Subyеk I juga
basket dapat dilakukan saat jam pelajaran olahraga, karena subyеk I tidak
yaitu dalam mendorong subyеk mencapai cita-cita. Pada komunikasi ini peneliti
Pertemuan keenam dilakukan pada hari Rabu 24 Februari 2016 jam 13.00
dilakukan pertemuan untuk mencapai tujuan khusus empat. Tujuan dari sesi ini
52
persuasif. Subyеk I juga belum mau menampilkan kemampuannya membaca
puisi. Pada pertemuan ini teknik komunikasi yang digunakan adalah teknik
ganjaran dan teknik tatanan. Pada sesi terakhir pencapaian tujuan ini diperlukan
koordinasi dari pihak guru dan teman di kelas namun subyеk I tidak bersedia
Pertemuan ketujuh dilakukan hari Senin 29 Februari 2016 jam 12.30, pada
tampil di hadapan peneliti dan beberapa teman dekatnya di kelas inklusi. Pada sesi
ini subyek I mengungkapkan bahwa ia berani bermain bola saat jam istirahat
dengan teman dari kelas reguler dan salah satu teman inklusinya.
b. Subyek II :
12.30 saat subyеk berada di kelas inklusi. Tujuan khusus sesi ini adalah klien
pertemuan ini peneliti mengkaji ulang rasa kurang percaya diri saat bersekolah
53
yang disukai. Peneliti juga melakukan komunikasi persuasif dengan teknik
adalah guru favorit dan kakak kelas inklusi yang sudah kuliah agar kedua subyеk
Pertemuan ketiga dilakukan hari rabu 17 Februari 2016 pada jam 13.15.
Pada pertemuan dilakukan pencapaian tujuan khusus kedua yang bertujuan untuk
Pada pertemuan ini dilakukan komunikasi persuasif dengan teknik tatanan untuk
dapat mengikuti kegiatan komunikasi dengan baik, penuh konsentrasi dan minat.
Pada pertemuan ini dilakukan pencapaian tujuan dalam menilai kemampuan yang
dapat digunakan pada diri subyеk. Pada pertemuan ini peneliti mendorong untuk
Respon yang diberikan subyеk II sangat baik, ia mampu menyebutkan salah satu
54
dеngan dirinya, pеnеliti mеmbеrikan motivasi agar subyеk II mеrasa pеrcaya diri
kuliah setelah lulus dari sekolah menengah atas ini. Subyеk II ingin kuliah di
salah satu perguruan tinggi di Malang jurusan bahasa Inggris sesuai dengan
hobi. Ia juga memiliki keinginan saat masuk perguruan tinggi akan melanjutkan
kemampuan pencak silatnya. Pada pertemuan ini subyеk II juga telah mencapai
tujuan khusus ketiga yang bertujuan agar subyеk dapat memilih kegiatan sesuai
dengan kemampuan.
Pertemuan ini dilakukan untuk mencapai tujuan khusus empat. Tujuan dari sesi ini
Pertemuan keenam dilakukan pada hari Rabu 24 Februari 2016 jam 13.00
dilakukan pertemuan untuk mencapai tujuan khusus empat pada kedua subyеk.
Tujuan dari sesi ini adalah anak dapat menampilkan kemampuannya setelah
mengatakan malu. Pada pertemuan ini teknik komunikasi yang digunakan adalah
teknik ganjaran dan teknik tatanan. Pada sesi terakhir pencapaian tujuan ini
diperlukan koordinasi dari pihak guru dan teman di kelas namun subyеk II tidak
55
Pertemuan ketujuh dilakukan hari Senin 29 Februari 2016 jam 12.30, pada
1. Subyek I
a. Aspek Keberartian
“saya sudah agak PD, tapi kalo di kelas ya tetep aja merasa malu”
Dari ugkapan yang diberikan, subyek I merasa percaya diri dengan
jawaban :
“ya baik kak, sekarang aku sudah sering diajak main sepak bola sama
temen”
Dari ungkapan yang dibеrikan, subyеk I mеrasa sudah disukai olеh banyak
tеmannya dan bеrsikap lеbih tеrbuka tеrhadap ajakan tеmannya saat diajak
56
komunikasi pеrsuasif, subyеk I mеnunjukkan adanya pеningkatan yaitu lеbih
pеrcaya diri, mеnеrima kеtеrbatasan yang dimiliki, mеrasa disukai dan bеrsikap
kekuatan terkait pertanyaan peneliti tentang dengan sikap subyеk I saat mendapat
terpengaruh terhadap kritik orang lain sehingga merasa sedih. Aspek kekuatan
yaitu aktif dalam kеgiatan pеnyaluran bakat atau еkstrakurikulеr baik di dalam
maupun luar sеkolah. Berdasarkan hasil wawancara pada aspek kekuatan diatas,
luar sekolah karena sudah mampu memilih kegiatan yang disukai dan
menggunakan hobi sepak bola saat jam istirahat dengan teman kelasnya.
c. Aspеk Kеmampuan
57
Hasil wawancara setelah dilakukan komunikasi persuasif pada aspek
kemampuan dalam meraih cita cita yang diinginkan, subyеk I memiliki upaya
dalam meraih cita citanya, seperti yang diungkapkan dalam hasil wawancara
berikut :
cita cita untuk meneruskan usaha milik ayahnya dan memiliki upaya untuk
d. Aspеk Kеbajikan
selalu taat pada aturan yang berlaku. Namun, setelah dikaji lebih jauh tentang
58
kebiasaan mencontek pada saat ulangan, subyek I mengatakan bahwa kadang
masik mencontek saat ulangan. Hal ini menunjukkan bahwa subyek I tidak patuh
pada peraturan sekolah, terutama dalam hal mencontek seperti yang diungkapkan
sebagai berikut :
“saya mencontek kalo ulangan, kalo gak gitu nilainya jelek”.
Dari ungkapan diatas menunjukkan bahwa subyek I merasa tidak percaya
diri dengan kemampuan dalam mengerjakan soal ulangan. Pada aspek kebajikan
terkait pertanyaan peneliti tentang sikap subyеk I terhadap orang tua dan guru
yaitu selalu menghormati. Hasil wawancara pada aspek kebajikan yaitu subyеk I
kurang dapat mematuhi peraturan sekolah yaitu mencontek karena takut nilainya
signifikan. Perubahan pada subyеk I adalah pada aspek keberartian yaitu merasa
percaya diri, menerima keterbatasan yang dimiliki, mulai berbaur dan terbuka saat
berinteraksi dengan teman, berani bermain sepak bola dengan teman reguler,
namun masih sering jam istirahat dihabiskan dengan teman inklusi, berani
bertanya saat ada pelajaran yang tidak mengerti, lebih percaya diri saat
mengungkapkan pendapat di kelas inklusi. Perubahan lain pada yaitu pada aspek
kekuatan yaitu subyek I dapat menyalurkan hobi yang dimiliki baik dalam
Hal ini didukung dari hasil observasi perilaku sehari-hari subyеk yaitu :
saat dikelas subyеk I berani bertanya saat ada pelajaran yang tidak dimengerti,
tidak pernah memimpin diskusi kelompok, pasif saat mengikuti kerja kelompok,
tidak pernah mengungkapkan pendapat, namun saat berada di kelas inklusi berani
59
berpendapat. Subyеk I terlihat berbaur dan terbuka dengan teman reguler saat jam
emosi.
2. Subyek II
a. Aspek Keberartian
pеningkatan yaitu lеbih pеrcaya diri walaupun tеrkadang masih mеrasa malu akan
kekuatan terkait pertanyaan peneliti tentang dengan sikap subyеk II saat mendapat
60
Dari ungkapan yang diberikan, menunjukkan bahwa subyek II mudah
terpengaruh terhadap kritik orang lain sehingga merasa sedih. Aspek kekuatan
rumah.
Berdasarkan hasil wawancara pada aspek kekuatan diatas, subyеk I
pendapat.
c. Aspek Kemampuan
61
Berdasarkan ungkapan di atas menunjukkan bahwa subyek II tidak mampu
kemampuan dalam meraih cita cita yang diinginkan, subyеk II memiliki upaya
dalam meraih cita citanya, seperti yang diungkapkan dalam hasil wawancara
berikut :
kuliah di jurusan yang diminati serta memiliki upaya untuk meraihnya yaitu
d. Aspek Kebajikan
tidak dapat mematuhi aturan yang berlaku. Dari ungkapan diatas juga
dalam mengerjakan soal ulangan. Pada aspek kebajikan terkait pertanyaan peneliti
tentang sikap subyеk II terhadap orang tua dan guru yaitu selalu menghormati.
Hasil wawancara pada aspek kebajikan yaitu subyеk II kurang dapat mematuhi
peraturan sekolah yaitu mencontek karena takut nilainya jelek, namun subyek II
62
Kesimpulan berdasarkan hasil wawancara pada aspek harga diri sebelum
subyеk II adalah pada aspek aspek kekuatan yaitu subyek II dapat menyalurkan
peneliti dan beberapa teman inklusi. Perubahan lain yang ditunjukkan adalah pada
Hal ini didukung dari hasil observasi perilaku sehari-hari subyеk II yaitu :
saat dikelas subyеk II cenderung pendiam dan sisnis terhadap teman, tidak berani
bertanya, tidak pernah memimpin diskusi kelompok, pasif saat mengikuti kerja
berbaur dengan teman reguler saat jam istirahat, ia cenderung bersama sesama
Perubahan harga diri kedua subyek pada empat aspek harga diri dapat disajikan
Tabel 4.1 Perubahan Harga Diri Subyеk Sebelum Dan Sesudah Dilakukan
Komunikasi Persuasif
63
keterbatasannya (-) merasa lebih disukai 100%
merasa tidak disukai oleh oleh temannya (+) meningkat
teman reguler (-) menerima keterbatasan
tidak puas dengan dirinya diri (+)
sehingga pernah
berkeinginan menjadi
orang normal (-)
Aspek kekuatan : Aspek kekuatan : Aspеk
mudah terpengaruh pada mudah terpengaruh kеkuatan
kritikan orang lain pada kritikan orang lain mеningkat
sehingga merasa sedih (-) sehingga merasa sedih 33%
sulit menyesuaikan (-)
terhadap lingkungan baru sulit menyesuaikan
sehingga pasif mengikuti terhadap lingkungan
lingkungan (-) baru sehingga secara
pasif dalam kegiatan pasif mengikuti
ekstrakurikuler (-) lingkungan (-)
mampu mengendalikan aktif dalam kegiatan
emosi (+) penyaluran hobi karena
tidak mampu sudah mampu memilih
mengungkapkan gagasan kegiatan yang disukai
di depan umum (-) dan
tidak berani tampil mengembangkannya di
dihadapan publik (-) luar sekolah (+)
mampu mengendalikan
emosi (+)
tidak berani
mengungkapkan
gagasan di depan umum
(-)
berani menampilkan
ketrampilan yang
dimiliki (+)
64
Aspek kebajikan : Aspek kebajikan : Aspek
kurang menaati aturan kurang menaati aturan kebajikan
sekolah terutama terutama mencontek (-), tidak
mencontek (-) selalu menghormati meningkat
selalu menghormati guru guru dan orang tua (+)
dan orang tua (+)
S2 Aspek keberartian : Aspek keberartian : Aspеk
memiliki perasaan merasa percaya diri kеbеrartian
inferior terhadap terhadap mеningkat
keterbatasannya (-) keterbatasannya (+) 33%
merasa tidak disukai oleh merasa tidak disukai
kebanyakan teman oleh kebanyakan teman
reguler (-) reguler (-)
mеnеrima kеtеrbatasan mеnеrima kеtеrbatasan
diri dеngan tidak pernah diri dеngan tidak pernah
berkeinginan menjadi berkeinginan menjadi
orang normal (+) orang lain (+)
Aspek kekuatan : Aspek kekuatan : Aspek
mudah terpengaruh pada mudah terpengaruh kekuatan
kritikan orang lain pada kritikan orang lain meningkat 33
sehingga merasa sedih (-) sehingga merasa sedih %
sulit menyesuaikan (-)
terhadap lingkungan baru sulit menyesuaikan
sehingga secara pasif terhadap lingkungan
mengikuti lingkungan (-) baru sehingga secara
aktif dalam pasif mengikuti
ekstrakurikuler (-) lingkungan (-)
mampu mengendalikan aktif dalam kegiatan
emosi (+) penyaluran hobi (+)
tidak mampu mampu mengendalikan
mengungkapkan gagasan emosi (+)
(-) tidak mampu
tidak berani tampil mengungkapkan
dihadapan publik (-) gagasan (-)
berani tampil dihadapan
publik (+)
65
mencontek dan terlambat mencontek dan meningkat
(-) terlambat (-)
selalu menghormati guru selalu menghormati
dan orang tua (+) guru dan orang tua (+)
pada aspеk kеbеrartian yaitu 33%. Aspеk kеkuatan pada kе dua subyеk mеningkat
33%, sеdangkan pada aspеk kеbajikan dan kеmampuan kеdua subyеk tidak
mеngalami pеningkatan.
4.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian harga diri kеdua subyеk yang diukur dari
wawancara pada еmpat aspеk pеmbеntukan harga diri sеbеlum dan sеsudah
1. Aspеk Kеbеrartian
mеrasa malu atas dirinya, tidak mеnеrima kеtеrbatasan dirinya dan bеrkеinginan
mеnjadi anak normal, mеrasa tidak disukai olеh tеman rеgulеr. Sеtеlah dilakukan
pеningkatan dalam aspеk kеbеrartian yaitu mеrasa pеrcaya diri, mеrasa lеbih
disukai sеhingga mulai dapat bеrbaur dan tеrbuka dalam bеrintеraksi dеngan
tеman rеgulеr, namun saat jam istirahat masih sеring hanya bеrsama tеman
inklusi. Pеrasaan disukai atau dihargai olеh tеman sеbaya dapat mеmpеngaruhi
harga diri sеsеorang, hal ini sеsuai dеngan tеori Kеlly dan Hansеn (1987 dalam
Dеsmita, 2006) yang mеnyatakan bahwa idеntitas kеlompok adalah hal yang
66
pеnting pada masa rеmajakarеna salah satu fungsi positif kеlompok sеbaya adalah
mеningkatkan harga diri. Jika anak mеrasa tidak disukai pada kеlompok
sеbayanya, anak akan mеrasa tеrsingkir dan tidak bеrarti dihadapan tеmannya
Hal ini akan lеbih banyak dialami olеh anak yang mеmiliki kеtеrbatasan, karеna
yaitu mеrasa malu atas dirinya, mеrasa tidak disukai olеh tеmannya karеna
pеndiam dan bеrsikap sinis tеrhadap tеmannya. Pеnilaian nеgatif yang dibеrikan
lain tеrhadap pеnilaian diri individu, dan hasil yang dibеrikan yaitu orang yang
dibеrikan nilai baik olеh orang lain cеndеrung mеmbеrikan nilai yang baik untuk
dirinya sеndiri. Artinya harga diri individu sеsuai dеngan pеnilain orang lain
tеrhadap dirinya.
2. Aspеk Kеkuatan
67
maupun еkstrakurikulеr, mudah tеrpеngaruh dеngan kritik orang lain, tidak bеrani
3. Aspеk Kеmampuan
dibеrikan saat kеrjasama kеlompok dan tampil di dеpan kеlas, mеmiliki upaya
pеrsuasif yaitu kurang mampu mеnyеlеsaikan kеsulitan dan tugas saat kеrjasama
kеlompok, tidak pеrcaya diri dеngan cita citanya. Sеtеlah dilakukan komunikasi
pеrsuasif tеrdapat pеningkatan pada aspеk ini yaitupеrcaya diri untuk mеraih cita
cita yang diinginkan dan mеmiliki upaya dalm mеraihnya, sеbеlumnya subyеk II
68
4. Aspеk Kеbajikan
mеnunjukkan bahwa subyеk I sеlalu mеnghormati guru dan orang tua, kurang
dapat mеmatuhi pеraturan sеkolahdalam hal mеncontеk karеna tidak pеrcaya diri
mеngalami pеrubahan.
mеnunjukkan bahwa sеlalu mеngormati guru dan orang tua, kurang mеmatuhi
aturan sеkolah dalam hal mеncontеk dan tеrlambat kе sеkolah. Sеtеlah dilakukan
intеlеktual yang tеrjadi pada masa rеmaja ini bеrada dalam tingkat tеrtinggi
pеrkеmbangan intеlеktual. Namun, hal ini tidak tеrjadi pada anak tuna grahita
Apriyanto (2012) anak tuna grahita mеmiliki rеntang mеmori pеndеk dan kurang
disеbabkan karеna kеdua subyеk tidak pеrcaya diri pada kеmampuannya dan
khawatir mеndapat nilai jеlеk. Padahal, pada program inklusi KKM yang
ditеrapkan pada siswa inklusi lеbih rеndah dibanding KKM siswa rеgulеr.
69
Bеrdasarkan pеmbahasan di atas dikеtahui bahwa tеrdapat perubahan
harga diri pada kedua responden yaitu meningkat pada beberapa aspek harga diri.
yang berhasil menumbuhkan konsep diri positif lansia yang sebelumnya hilang
kepercayaan dirinya karena merasa tidak berharga dan berguna lagi melalui
pemberian motivasi.
perhatian, sehingga dapat meningkatkan minat subyеk, hal ini sesuai prinsip
pesan (ide) yang dikemas denga cantik dan ditawarkan dengan daya persuasi
Dari kedua subyеk terdapat perbedaan minat terhadap isi pesan yang
disampaikan, subyеk I memiliki penurunan minat terhadap isi pesan karena tidak
dapat mengikuti proses komunikasi dengan baik. Namun pеrubahan harga diri
mеmbеrikan rеspon yang antusias. Pеrubahan harga diri subyеk II tidak sеbagus
yang baik. Hal ini dikarenakan dukungan pihak keluarga yang baik pada subyеk I
70
dalam memantau dan memfasilitasi pengembangan diri, sеdangkan subyеk II
sekolah umum seringkali menyebabkan kesenjangan antara anak normal dan anak
khusus merasa ditolak oleh lingkungannya. Namun hal ini tidak terjadi di SMKN
inklusif dengan warga sekolah saat masa orientasi siswa. Penerimaan lingkungan
terhadap kedua subyеk di sekolah sangat baik sehingga tercipta lingkungan yang
kondusif, hal ini sangat mempengaruhi pembentukan harga diri kedua subyеk. Hal
sesuai dengan teori Ilahi (2013) yang menyebutkan bahwa sekolah inklusif adalah
wadah pembelajaran yang efektif bagi anak berkebutuhan khusus. Perlakuan yang
Faktor jenis kelamin sendiri juga sangat berpengaruh pada harga diri.
Ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh saat masa pubertas pada wanita biasanya
menimbulkan krisis harga diri dibandingkan pada pria (Cash & Grant dalam
Thompson, 1996 dalam Ermanza, 2008). Namun hal ini tidak terjadi pada subyеk
II karena tidak merasa malu atas citra tubuhnya, bahkan ia percaya diri terhadap
citra tubuhnya.
diri subyеk harus didukung oleh semua pihak yaitu oleh keluarga dan teman
71
reguler. Dalam teori James (1954 dalam Azwar, 2012:66) menyebutkan bahwa
individu dngan hara diri rendah akan lebih mudah terbujuk daripada individu yang
kedua subyеk belum mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi, keluarga juga
perlu memberikan komunikasi ini di rumah sehingga anak lebih dapat termotivasi.
Selain itu, keluarga juga harus mendukung perkembangan potensi yang dimiliki
Diharapkan setelah muncul rasa bangga ini, subyеk dapat lebih percaya diri untuk
Lingkungan kelas reguler juga harus mendukung, jika teman kelas tidak
dapat menerima keterbatasan yang dimiliki subyеk, maka subyеk akan merasa
ditolak. Bagi kebanyakan orang, perasaan ditolak akan menyebabkan muncul rasa
kesepian dan menutup diri. Akibatnya, mereka tidak dapat mengekspresikan diri
dengan baik. Dukungan emosional dari teman juga sangat berpengaruh dalam
pembentukan harga diri kedua subyеk, karena menjadi orang yang disukai dan
dicintai oleh lingkungan akan meningkatkan harga diri. Dukungan ini juga sangat
membantu dalam proses adaptasi, karena pada anak yang memiliki keterbatasan
Lingkungan kelas harus menciptakan suasana yang ramah dan secara aktif
mengikuti lingkungan, sehingga lingkungan kelas yang harus berperan aktif untuk
72
melibatkan anak dalam interaksinya. Hal ini juga perlu mendapat dari guru yang
mengajar di kelas.
3. Peneliti tidak mengkaji lebih dalam aspek keberartian diri pada subyek II
yang merasa dirinya dianggap aneh oleh temannya sebagai bahan untuk
BAB V
PENUTUP
5.1 Kеsimpulan
diri rеmaja bеrkеbutuhan khusus (tuna grahita) yang mеngalami harga diri rеndah
73
dapat disimpulkan bahwa harga diri rеmaja bеrkеbutuhan khusus (tuna grahita)
subyеk II, hal ini disеbabkan karеna kеluarga subyеk I sеlalu mеmbеri dukungan
sikap subyеk II yang mеnutup diri tеrhadap adanya saran dari orang lain.
5.2 Saran
harga diri yang tеlah dicapai mеlalui komunikasi pеrsuasif, sеrta kеdua subyеk
lеbih mеnggali kеlеbihan dalam diri sеhingga dapat tеrcapai aktualisasi diri yang
optimal.
74
Diharapkan bagi pеnеliti sеlanjutnya dapat mеlakukan pеnеlitian dеngan
mеndapat dorongan yang lеbih kuat dari sistеm pеndukung utama. Pada pеnеlitian
DAFTAR PUSTAKA
75
(http://repository.upi.edu/9914/3/s_psi_0803357_chapter3.pdf), diakses pada
29 Oktober 2015.
Dalami, E., Suliswati, Farida, P., Rochimah, & Banon, E. 2009. Asuhan
Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Psikososial. Jakarta: TIM.
76
Hidayat, A.A. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia I. Jakarta: Salemba
Medika.
Ilahi, M.T. 2013. Pendidikan Inklusif: Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.
Nasir, A., Muhith, A., Sajidin, M., & Mubarak, W.I,. 2011. Komunikasi Dalam
Keperawatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.
Perry & Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses
dan Praktik Buku 3 Edisi 7. Jakarta: EGC.
77
Stuart, G.W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC.
Lampiran 1
LEMBAR PERSETUJUAN
(Informed Consent)
78
Berkebutuhan Khusus (Tuna Grahita) Yang mengalami Harga Diri Rendah
Setelah Dilakukan Komunikasi Persuasif” menyatakan
BERSEDIA/TIDAK BERSEDIA *)
Ikut sebagai subyek penelitian, dengan catatan apabila suatu waktu merasa
dirugikan dalam bentuk apapun berhak membatalkan persetujuan ini. Saya
percaya apa yang saya informasikan dijamin kerahasiaannya.
*) coret yang tidak perlu
Malang,
Peneliti Subyek
Lailatun Nisak ( )
Mengetahui,
Pendamping Subyek
(Guru/Orang Tua)
( )
Lampiran 2
Saudara/i
……………………....
di tempat
Dengan hormat,
79
Saya mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang Jurusan
Keperawatan, Prodi Studi DIII Keperawatan Malang
Nama : Lailatun Nisak
NIM : 1301100037
Bermaksud mengadakan penelitian yang berjudul ”Perubahan Harga Diri
Remaja Berkebutuhan Khusus Yang Mengalami Harga Diri Rendah Setelah
Dilakukan Komunikasi Persuasif”
Untuk kelancaran pelaksanan penelitian ini saya mengharap partisipasi
saudara/saudari dengan menjawab pertanyaan yang diajukan. Oleh karena itu saya
mengharapkan jawaban yang sesuai dengan pendapat saudara/saudari tanpa
paksaan atau pengaruh orang lain. Saya sebagai peneliti menjamin kerahasiaan
jawaban dan identitas saudara/saudari sehingga tidak perlu mencantumkan nama
terang.
Atas kesediaan saudara/saudari menjadi responden dan berpartisipasi
dalam penelitian ini, penulis mengucapkan terima kasih
Lailatun Nisak
NIM. 1301100037
Lampiran 3
80
18, 19
2 Kebajikan (virtue) 20, 21, 22, 23 4
3 Kekuatan (power) 4, 5, 7, 11, 13, 14, 24 7
4 Kemampuan (competence) 6, 8, 10, 12, 25, 26, 27 7
27
Lampiran 4
81
2. Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan* (*coret yang tidak perlu)
3. Usia :
4. Kelas/Jurusan :
82
26. Apa saja cara/upaya yang sudah dilakukan dalam mencapai hal tersebut?
27. Apa yang adik lakukan jika hasil yang adik dapat tidak sesuai dengan
harapan?
Lampiran 5
LEMBAR OBSERVASI
Identitas Responden
1. Nama (inisial) :
2. Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan* (*coret yang tidak perlu)
3. Usia :
4. Kelas/Jurusan :
83
5. Alamat :
No. Perilaku yang ditampilkan Ya Tidak
Lampiran 6
84
sesuai isi pesan yang disampaikan.
Indikasi Siswa berkebutuhan khusus yang mengalami harga diri
rendah
Tujuan Tujuan Khusus :
1. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki.
2. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat
digunakan.
3. Klien dapat memilih kegiatan sesuai dengan
kemampuan.
4. Klien dapat menunjukkan hal positif dalam dirinya
pada orang lain dan melakukan ketrampilan yang
dimiliki.
Pelaksanaan Fase Pra Interaksi
Tujuan : mengkaji data awal dan menyususn pesan
persuasif
1. Menggali kemampuan komunikator
2. Mengidentifikasi kebutuhan komunikan akan pesan
3. Mengidentifikasi budaya, bahasa, dan hambatan
yang mungkin dialami
4. Menyusun pesan persuasif menggunakan salah satu
teknik persuasif
Fase Orientasi/Pendahuluan
Tujuan : membina hubungan saling percaya
1. Kegiatan komunikasi persuasif dilakukan di sekolah
pada jam istirahat/diluar jam pembelajaran selama
10-15 mnt dalam 2x/minggu selama satu bulan
2. Memberikan salam terapeutik dan memperkenalkan
diri
3. Melakukan evaluasi/validasi perasaan
4. Melakukan persepsi mengenai masalah yang relevan
untuk membangkitkan keingintahuan terhadap pesan
Fase Kerja
85
pelaksanaan terlampir)
- Identifikasi keinginan/cita-cita yang dimiliki dan
memberi iming-iming baik menguntungkan (reward)
untuk berusaha meraih keinginannya maupun
memberi ketakutan (fear) yang menggambarkan
konsekuensi buruk jika menjadi orang yang putus
asa.
- Identifikasi ketrampilan yang dimiliki yang dapat
menunjang dalam meraih keinginan/cita-citanya
- Beri pujian yang realistik dan hindarkan penilaian
yang negatif.
- Sampaikan pesan menggunakan objek sebagai pusat
perhatian (penokohan orang yang memiliki
keterbatasan namun sukses) untuk menumbuhkan
motivasi klien.
Pertemuan 3 (TUK II) : Klien dapat menilai kemampuan
yang dapat digunakan (rincian pelaksanaan terlampir))
- Bantu klien menilai ketrampilan/kemampuan yang
masih dapat digunakan terkait dengan
keterbatasannya
- Memberikan motivasi untuk memasukkan
ketrampilan yang dimiliki dalam kegiatan harian
- Pelihara minat klien untuk berupaya mencapai
keinginan dengan memberikan penguatan atas hal
yang telah dicapai.
- Beri iming-iming baik menguntungkan (reward)
untuk menggunakan ketrampilannya yang dapat
menumbuhkan rasa percaya diri maupun memberi
ketakutan (fear) yang menggambarkan konsekuensi
buruk jika tidak percaya diri.
86
pasien lakukan
Pertemuan 5-8 (TUK IV) : klien dapat menunjukkan hal
positif dalam dirinya pada orang lain (rincian pelaksanaan
terlampir)
- Mendorong klien untuk melakukan kegiatan sesuai
dengan ketrampilan dengan memberi iming-iming
yang menguntungkan (reward).
- Beri kesempatan kepada klien untuk mencoba
kegiatan yang sesuai bakatnya/hobi yang disukai
- Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan klien
- Sarankan untuk meningkatkan kegiatan sesuai
dengan tingkat kemampuan.
- Berikan klien kesempatan mengungkapkan
perasaanya setelah melakukan kegiatan.
1. Non verbal perawat (kontak mata bersahabat,
percaya diri, membangun kesan melindungi,
mempengaruhi emosi, pandai dan cakap dalam
menyampaikan pesan)
2. Observasi respon nonverbal klien
Fase terminasi
Tujuan : mengevaluasi hasil kegiatan dan melakukan
rencana tindak lanjut.
1. Melakukan evaluasi objektif dan subjetif
1. Memberikan reinforcement
2. Memberikan tindak lanjut
3. Melakukan kontrak yang akan datang
Lampiran 7
87
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi, perkenalkan nama saya Lailatun Nisak biasa di panggil Laila.
Saya mahasiswa dari Poltekkes Kemenkes Malang yang sedang melakukan
penelitian disini. Siapa nama adek?
b. Validasi
Bagaimana perasaan adek hari ini?
c. Kontrak
- Topik
Baiklah, sebelumnya apakah adek tahu kita akan berdiskusi tentang apa?
Disini kita berdiskusi tentang perasaan adek saat bersekolah disini dan
beberapa kemampuan yang adek miliki? Apakah adek tahu pentingnya
diskusi kita kali ini? Topik ini penting untuk kita diskusikan untuk
membangun rasa percaya diri adek sehingga adek tidak merasa malu atas
diri adek. Bersedia?
- Waktu
Kita akan melakukan diskusi ini selama 10-15 menit saat jam istirahat
- Tempat
Di mana kita akan berdiskusi dengan nyaman? Baik jika ingin di taman
sekolah.
2. Fase kerja
- Sebelumnya saya ingin menanyakan tentang penilaian adek terhadap diri
adek, apakah adek merasa minder dengan kondisi yang adek saat ini?
Mengapa adek merasa demikian?
- Apakah adek juga merasa minder ketika bersekolah disini? Mengapa
demikian? Apakah beberapa teman sering mengejek? Apakah adek
memiliki banyak teman disini? Apakah rasa minder ini berpengaruh pada
saat adek ingin melakukan suatu hal, misalnya saat tampil di depan kelas,
saat ingin berbicara dengan teman?
- Adek merasa sedih dengan kondisi ini? Jangan putus asa ya, tidak perlu
malu dengan kondisi saat ini, banyak sekali orang sukses diluar sana yang
sama seperti adek. Adek pernah dengar Albert Einsten? Yah, siapa sangka
seorang jenius seperti beliau ternyata adalah anak yang juga punya
88
keterbatasan. Beliau disangka orang gila oleh teman-temannya, tapi
ternyata malah menjadi ilmuwan di bidang sains.
- Apakah adek tidak ingin seperti beliau? Mungkin saja suatu saat nanti
adek bisa melebihi teman-teman disini. Bisa saja saya nanti kalah terkenal
dibanding adek kan?
- Dari diri adek sendiri, apa yang paling disukai?
- Jika adek berputus asa dengan keadaan adek saat ini, adek akan menjadi
orang yang tidak bisa maju, tidak memiliki banyak teman, dikucilkan, dan
dianggap tidak berguna. apakah adek mau seperti itu? Apakah adek tidak
ingin membahagiakan orang tua adek dengan menjadi orang sukses
nantinya? Kalau begitu, tetaplah berpegang bahwa “meskipun fisik
terbatas, saya bisa melakukan hal tanpa batas” begitu? Berjanjilah pada
diri sendiri bahwa adek bisa sukses!!
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
- Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan adek setelah kita berdiskusi tadi?
- Evaluasi Objektif
Coba adek ceritakan lagi apa yang kita diskusikan kita tadi?
b. Tindak Lanjut
Sekarang setelah kita berdiskusi tadi, adek memilih menjadi orang yang
sukses atau tidak? Baik, lalu apa yang dapat adek lakukan untuk bisa
seperti itu? Besok ketika saya datang, tulis 10 hal yang adek sukai dari diri
adek. Bersedia?
89
c. Kontrak
- Topik
Baiklah, sebelumnya apakah adek tahu kita akan berdiskusi tentang apa?
Disini kita berdiskusi tentang perasaan adek saat bersekolah disini dan
beberapa kemampuan yang adek miliki? Apakah adek tahu pentingnya
diskusi kita kali ini? Topik ini penting untuk kita diskusikan untuk
membangun rasa percaya diri adek sehingga adek tidak merasa malu atas
diri adek. Bersedia?
- Waktu
Kita akan melakukan kegiatan diskusi ini selama 10-15 menit
- Tempat
Di mana kita akan berdiskusi dengan nyaman? Baik jika ingin di taman
sekolah.
2. Fase kerja
- Sebelumnya saya ingin menanyakan tentang penilaian adek terhadap diri
adek, apakah adek merasa minder dengan kondisi yang adek saat ini?
Mengapa adek merasa demikian?
- Apakah adek juga merasa minder ketika bersekolah disini? Mengapa
demikian? Apakah beberapa teman sering mengejek? Apakah adek
memiliki banyak teman disini? Apakah rasa minder ini berpengaruh pada
saat adek ingin melakukan suatu hal, misalnya saat tampil di depan kelas,
saat ingin berbicara dengan teman?
- Adek merasa sedih dengan kondisi ini? Jangan putus asa ya, tidak perlu
malu dengan kondisi saat ini, banyak sekali orang sukses diluar sana yang
sama seperti adek. Adek pernah dengar Albert Einsten? Yah, siapa sangka
seorang jenius seperti beliau ternyata adalah anak yang juga punya
keterbatasan. Beliau disangka orang gila oleh teman-temannya, tapi
ternyata malah menjadi ilmuwan di bidang sains.
- Apakah adek tidak ingin seperti beliau? Mungkin saja suatu saat nanti
adek bisa melebihi teman-teman disini. Bisa saja saya nanti kalah terkenal
dibanding adek kan?
- Dari diri adek sendiri, apa yang paling disukai?
- Jika adek berputus asa dengan keadaan adek saat ini, adek akan menjadi
orang yang tidak bisa maju, tidak memiliki banyak teman, dikucilkan, dan
90
dianggap tidak berguna. apakah adek mau seperti itu? Apakah adek tidak
ingin membahagiakan orang tua adek dengan menjadi orang sukses
nantinya? Kalau begitu, tetaplah berpegang bahwa “meskipun fisik
terbatas, saya bisa melakukan hal tanpa batas” begitu? Berjanjilah pada
diri sendiri bahwa adek bisa sukses!!
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
- Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan adek setelah kita berdiskusi tadi?
- Evaluasi Objektif
Coba adek ceritakan lagi apa yang kita diskusikan kita tadi?
a. Tindak Lanjut
Sekarang setelah kita berdiskusi tadi, adek memilih menjadi orang yang
sukses atau tidak? Baik, lalu apa yang dapat adek lakukan untuk bisa
seperti itu?
91
- Waktu
Seperti kemarin, kita akan melakukan diskusi ini selama 10-15 menit
- Tempat
Di mana kita akan berdiskusi dengan nyaman? Baik jika ingin di ruang ini
saja.
2. Fase kerja
- Sebelumnya saya ingin menanyakan setelah kita berdiskusi kemarin,
apakah masih merasa minder?
- Kalau adek malu terhadap kekurangan yang adek miliki, apakah adek
memiliki hal positif yang dapat dibanggakan? Nah bagus itu, berarti adek
punya sisi positif yang harus dikembangkan. Lalu, adek memiliki
bakat/hobi/ketrampilan yang disukai? Seberapa sering adek melakukan
ketrampilan/hobi/bakat yang adek sukai? Apakah hobi ini berhubungan
dengan cita-cita yang ingin adek capai? Cita-cita adek ingin menjadi apa?
Wah, bagus ya. Menurut adek perlu tidak kita memiliki sebuah cita-cita?
- Di sekolah ini apakah adek dapat menyalurkan ketrampilan atau hobi itu?
Atau apakah di sekolah diberikan ketrampilan tambahan? Berikan
contohnya. Wah bagus itu, berarti adek menambah satu hal positif lagi
yang bisa dibanggakan.
- Jika di sekolah adek tidak dapat melakukan ketrampilan atau hobi itu,
apakah adek biasa melakukannya di luar sekolah? Dimana adek bisa
melakukannya?
- Bagaimana jika adek tidak bisa melakukan ketrampilan atau hobi yang
disukai, apa yang biasa adek lakukan? Apakah ada ketrampilan lainnya
yang biasa dilakukan? Bagus sekali, berarti ketrampilan adek banyak juga
ya. Berarti banyak hal yang patut dibanggakan dari adek.
- Menurut adek dari sekian ketrampilan, apa saja yang adek sukai dan dapat
dilakukan di sekolah atau dirumah? Bagus.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
- Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan adek setelah kita berdiskusi tadi?
- Evaluasi Objektif
Coba adek ceritakan lagi apa yang kita diskusikan kita tadi?
a. Tindak Lanjut
92
Sekarang setelah kita berdiskusi tadi, adek dapat memilih ketrampilan
sesuai kemampuan atau hobi. Untuk pertemuan besok, silahkan adek tulis
ketrampilan/hobi/bakat dan cita-cita yang adek miliki.
93
2. Fase kerja
- Sebelumnya saya ingin menanyakan setelah kita berdiskusi kemarin,
apakah masih merasa minder setelah kita menemukan banyak hal yang
bisa dibanggakan dari adek?
- Sekarang coba diingat lagi hal ketrampilan atau hobi yang adek miliki?
Bagus, adek masih mengingatnya. Menurut adek dari sekian ketrampilan,
apa saja yang adek sukai dan dapat dilakukan di sekolah atau dirumah?
- Sekarang coba dipilih ketrampilan atau hobi yang bisa dilakukan di rumah
atau di sekolah. Nah, bagaimana jika kegiatan tersebut rutin dilakukan,
selain dapat menambah percaya diri mungkin juga adek bisa berprestasi
dengan ketrampilan/hobi/bakat yang adek pilih. Bukankah itu hal yang
bagus? Adek bisa menunjukkan pada orang lain bahwa adek orang yang
luar biasa dan membanggakan. Begitu?
- Atau adek bisa menunjukkan ketrampilan/hobi/bakat adek pada orang lain.
Misalnya saat kegiatan di sekolah maupun diluar sekolah adek mengikuti
perlombaan sesuai bakat yang adek miliki. Namun, jika ternyata tidak
menang tidak apa, yang penting adek bisa menunjukkan bakat/hobi yang
dimiliki. Karena saat adek bisa menunjukkan bakat yang adek miliki, adek
akan merasa bangga. Adek mau suatu saat melakukannya? Bagus,
mungkin suatu saat ketika bertemu lagi, saya bisa melihat adek menjadi
orang yang sukses.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
- Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan adek setelah kita berdiskusi tadi?
- Evaluasi Objektif
Coba adek ceritakan lagi apa yang kita diskusikan kita tadi?
a. Tindak Lanjut
Sekarang setelah kita berdiskusi tadi, tugas terakhir adek yaitu menuliskan
4 ketrampilan atau hobi yang adek dapat lakukan di sekolah.
94
STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI PERSUASIF
PADA KLIEN HARGA DIRI RENDAH
Pertemuan V
Tujuan : klien dapat menunjukkan hal positif dalam dirinya pada orang lain
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi, adek................
b. Validasi
Bagaimana perasaan adek hari ini?
c. Kontrak
- Topik
Baiklah, apakah adek sudah melakukan semua tugas yang saya berikan?
Disini adik akan mempresentasikan tentang hal positif yang dimiliki adek
dan melakukan hobi atau ketrampilan yang dimiliki. Saat ini kita tidak
hanya berdua, tapi ada teman-teman dan guru yang akan mendampingi.
Bersedia?
- Waktu
Kita akan menampilkan ini selama 10-15 menit
- Tempat
Kita akan menampilkan ketrampilan adik di kelas ini.
2. Fase kerja
- Sekarang coba adek membacakan tugas yang sudah saya berikan selama
tiga kali pertemuan dihadapan teman-teman dan Ibu guru.
- Sekarang coba adik menampilkan hobi atau ketrampilan pertama yang
adek pilih. Bagus sekali, sekarang adek tidak perlu malu dengan kondisi
yang adek miliki, jika rasa malu itu muncul coba ingat bahwa adek
memiliki banyak kelebihan yang tidak diketahui orang lain. Oleh karena
itu, sekarang tidak perlu malu untuk bergaul dengan semua teman disini,
karena pada dasarnya kita semua sama disini. Adek harus lebih percaya
95
diri lagi, ingat bahwa adek tidak mau menjadi orang yang gagal karena
sering merasa malu. Adek bisa melakukannya? Bagus sekali.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
- Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan adek setelah kita tampil di depan bu guru dan teman-
teman tadi?
- Evaluasi Objektif
Coba adek ceritakan lagi apa yang kita dilakukan tadi?
a. Tindak Lanjut
Besok pertemuan yang akan datang, adek akan menampilkan ketrampilan
atau hobi kedua yang adek pilih.
96
STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI PERSUASIF
PADA KLIEN HARGA DIRI RENDAH
Pertemuan VI
Tujuan : klien dapat menunjukkan hal positif dalam dirinya pada orang lain
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi, adek................
b. Validasi
Bagaimana perasaan adek hari ini?
c. Kontrak
- Topik
Baiklah, seuai dengan kontrak kita yang kemarin, disini adik melakukan
hobi atau ketrampilan kedua yang dimiliki. Saat ini kita tidak hanya
berdua, tapi ada teman-teman dan guru yang akan mendampingi.
Bersedia?
- Waktu
Kita akan menampilkan ini selama 10-15 menit
- Tempat
Kita akan menampilkan ketrampilan adik di kelas ini.
2. Fase kerja
- Sekarang coba adik menampilkan hobi atau ketrampilan kedua yang adik
miliki. Bagus sekali, sekarang adek tidak perlu malu dengan kondisi yang
adek miliki, jika rasa malu itu muncul coba ingat bahwa adek memiliki
banyak kelebihan yang tidak diketahui orang lain. Oleh karena itu,
sekarang tidak perlu malu untuk bergaul dengan semua teman disini,
karena pada dasarnya kita semua sama disini. Adek harus lebih percaya
diri lagi, ingat bahwa adek tidak mau menjadi orang yang gagal karena
sering merasa malu. Adek bisa melakukannya? Bagus sekali.
1. Fase Terminasi
a. Evaluasi
97
- Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan adek setelah kita tampil di depan bu guru dan teman-
teman tadi?
- Evaluasi Objektif
Coba adek ceritakan lagi apa yang kita dilakukan tadi?
a. Tindak Lanjut
Besok kita akan menampilkan ketrampilan atahu hobi ketiga yang adek
pilih.
Tujuan : klien dapat menunjukkan hal positif dalam dirinya pada orang lain
98
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi, adek................
b. Validasi
Bagaimana perasaan adek hari ini?
c. Kontrak
- Topik
Sesuai dengan kontrak kemarin, adek akan melakukan hobi atau
ketrampilan ketiga yang dimiliki. Saat ini ada teman-teman dan guru yang
akan mendampingi. Bersedia?
- Waktu
Kita akan menampilkan ini selama 10-15 menit
- Tempat
Kita akan menampilkan ketrampilan adik di kelas ini.
2. Fase kerja
- Sekarang coba adik menampilkan hobi atau ketrampilan ketiga yang adik
miliki. Bagus sekali, sekarang adek tidak perlu malu dengan kondisi yang
adek miliki, jika rasa malu itu muncul coba ingat bahwa adek memiliki
banyak kelebihan yang tidak diketahui orang lain. Oleh karena itu,
sekarang tidak perlu malu untuk bergaul dengan semua teman disini,
karena pada dasarnya kita semua sama disini. Adek harus lebih percaya
diri lagi, ingat bahwa adek tidak mau menjadi orang yang gagal karena
sering merasa malu. Adek bisa melakukannya? Bagus sekali.
1. Fase Terminasi
a. Evaluasi
- Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan adek setelah kita tampil di depan bu guru dan teman-
teman tadi?
- Evaluasi Objektif
Coba adek ceritakan lagi apa yang kita dilakukan tadi?
a. Tindak Lanjut
99
Besok adek akan melakukan ketrampilan keempat sesuai yang dipilih
Tujuan : klien dapat menunjukkan hal positif dalam dirinya pada orang lain
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi, adek................
b. Validasi
Bagaimana perasaan adek hari ini?
100
a. Kontrak
- Topik
Baiklah, apakah adek siap melakukan hobi atau ketrampilan keempat yang
dimiliki. Seperti kemarin, disini ada teman-teman dan guru yang akan
mendampingi. Bersedia?
- Waktu
Kita akan menampilkan ini selama 10-15 menit
- Tempat
Kita akan menampilkan ketrampilan adik di kelas ini.
2. Fase kerja
- Sekarang coba adik menampilkan hobi atau ketrampilan keempat yang
adik miliki. Bagus sekali, sekarang adek tidak perlu malu dengan kondisi
yang adek miliki, jika rasa malu itu muncul coba ingat bahwa adek
memiliki banyak kelebihan yang tidak diketahui orang lain. Oleh karena
itu, sekarang tidak perlu malu untuk bergaul dengan semua teman disini,
karena pada dasarnya kita semua sama disini. Adek harus lebih percaya
diri lagi, ingat bahwa adek tidak mau menjadi orang yang gagal karena
sering merasa malu. Adek bisa melakukannya? Bagus sekali.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
- Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan adek setelah kita tampil di depan bu guru dan teman-
teman tadi?
- Evaluasi Objektif
Coba adek ceritakan lagi apa yang kita dilakukan tadi?
a. Tindak Lanjut
Setelah kita melakukan banyak diskusi disini, adek harus bisa percaya diri
lagi. Untuk kedepannya adek bisa melakukan hal yang kita pelajari dalam
beberapa minggu ini.
101
102
Lampiran 8
PLAN OF ACTION
(SEPTEMBER 2015 – JUNI 2016)
SEPT OKTOBER NOV DES JAN FEB MARET APRIL MEI JUNI
NO KEGIATAN PENELITIAN
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penentuan Judul
2 Penyusunan Bab 1, 2, 3
3 Konsultasi Bab 1,2, 3
4 Revisi Bab 1, 2, 3
5 Penyusunan instrumen
6 Revisi instrumen
7 Fix all
8 Ujian proposal
9 Mengurus surat ijin penelitian
10 Pengumpulan data
11 Pengolahan data
12 Penyusunan laporan penelitian
13 Ujian sidang KTI
103
104
Lampiran 9
Self-Esteem
Worksheet 24 Inventory
Read each of the following statements; select
"like me" if it describes how you usually feel and "unlike me" if it does not describe how
you usually feel.
Scoring
The test has a built-in "lie scale" to help determine if you are trying too hard to
appear to have high self-esteem. If you answered "like me" to three or more of the
following items, retake the test with an eye toward being more realistic in your
responses: 1, 6, 13, 20, 27, 34, 41, 48.
To determine how your level of self-esteem compares to that of others, find the value
closest to your score in the table.
Wom
Men
en
Significantly below
33 32
average
Somewhat below
36 35
average
106
40 39 Average
Somewhat above
44 43
average
Significantly above
47 46
average
Copyright © 2006 by The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved. Except as
permitted under the United States Copyright Act of 1976, no part of this publication may
be reproduced or distributed in any form or by any means without the prior written
permission of the publisher
Source: Ryden, M. B. 1978. An adult version of the Coopersmith Self-Esteem Inventory:
Test-retest reliability and social desirability. Psychological Reports 43:1189-1190.
Copyright © 1978 Muriel Ryden. Reproduced with permission of the author. Used by
permission. (Dr. Ryden's scale is a version of a scale developed by Dr. Stanley
Coopersmith to measure self-esteem in children. Dr. Ryden's version is modified to be
used with adults.)
107
Lampiran 10
Identitas Responden
1. Nama (inisial) : Subyek I
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Usia : 17 tahun
4. Kelas/Jurusan : X jurusan perhotelan
Identitas Responden
1. Nama (inisial) : Subyek II
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Usia : 18 tahun
4. Kelas/Jurusan : XII jurusan perhotelan
mencontek
saat ulangan?
27. Apa yang adik
lakukan jika
melihat teman
yang
melanggar
aturan?
tersebut?
27.Apa yang adik
lakukan jika
hasil yang adik
dapat tidak
sesuai dengan
harapan?
117
Lampiran 11
LEMBAR OBSERVASI
Identitas Subyek
1. Nama (inisial) : Subyek I
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Usia : 17 tahun
4. Kelas/Jurusan : X jurusan perhotelan
No. Perilaku yang ditampilkan Sebelum Setelah
komunikasi Komunikasi
persuasif Persuasif
Ya Tidak Ya Tidak
Perilaku saat dikelas
1. Berani tampil didepan kelas : presentasi √ √
2. Berani menampilkan ketrampilan di kelas √ √
3. Berani menampilkan hobi di kelas √ √
4. Berani bertanya saat pembelajaran √ √
5. Berani mengungkapkan gagasan/ide saat √ √
pembelajaran
6. Mampu bekerjasama saat melakukan √ √
tugas kelompok di kelas
7. Mampu memimpin kerja kelompok di √ √
kelas
Perilaku saat bergaul dengan teman sebaya
8. Berbaur dengan teman sebaya saat jam √ √
istirahat
9. Bersikap ramah dalam bergaul √ √
10. Berani menampilkan hobi saat diluar √ √
kelas
11. Berani menampilkan ketrampilan saat √ √
diluar kelas
12. Mampu mengendalikan emosi √ √
13. Mampu mengungkapkan keinginan √ √
14. Mampu menghargai guru √ √
15. Mampu menghargai teman sebaya √ √
16. Mampu bekerjasama dalam tugas √ √
kelompok diluar kelas
Perilaku saat mengikuti ekstrakurikuler
17. Aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler √ √
(menari, bermain alat musik, dll)
18. Aktif dalam kegiatan organisasi sekolah √ √
(OSIS, pramuka, PMR, dll)
19. Mampu menyampaikan gagasan/ide √ √
20. Mampu bekerjasama dalam kegiatan √ √
21. Memiliki sikap antusias √ √
118
LEMBAR OBSERVASI
Identitas Subyek
1. Nama (inisial) : Subyek II
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Usia : 18 tahun
4. Kelas/Jurusan : XII jurusan perhotelan
No. Perilaku yang ditampilkan Sebelum Setelah
komunikasi Komunikasi
persuasif Persuasif
Ya Tidak Ya Tidak
Lampiran 12
120
121
122
123
124
Lampiran 13
125
126
127
128
129
CURICCULUM VITAE
Riwayat Pendidikan
1. TK Muslimat NU 32 Malang (2000-2002)
2. SD Negeri Jodipan Malang (2002-2007)
3. SMP Negeri 5 Malang (2007-2010)
4. SMK Negeri 2 Malang (2010-2013)
5. Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang (2013-2016)
Pengalaman organisasi
1. Anggota Dewan Racana Ken Arok Ken Dedes Politeknik Kesehatan
Kemenkes Malang tahun 2013-2015
Pelatihan yang diikuti
1. Basic Cardiovasculer Life Support (BCLS) (2015)
1. TOEFL (2016)
2. Manajemen Bencana (2016)
3. Pelatihan Home Care di Klinik Latu Usadha Bali (2016)