HANDERSON)
NAMA : NURLELI
NPM : 4116207
2017
9
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Lambung, lambung adalah bagian saluran cerna yang paling lebar dan
terletak di antara ujung esophagus dan pangkal usus halus. Bentuk dan posisi
lambung dipengaruhi oleh perubahan di dalam rongga abdomen dan oleh isi
lambung, tetapi lambung berada di bawah diafragma, agak ke kiri dari garis
mayor diarahkan terutama ke depan dan bentuk pertama arkus ke atas dan ke
10
Inlet ke lambung disebut pertemuan esophagogastrik. Bagian ini
dikelilingi oleh cincin otot halus, disebut sfingter esophagus bawah (sfingter
kardia), yang pada saat kontraksi menutup lambung dari esophagus. Lambung
masuk), fundus, korpus, dan pylorus (outlet). Otot halus sirkuler di dinding
Lambung tersusun atas empat lapisan. Tunika serosa atau lapisan luar
keluar dari satu organ menuju ke organ lain disebut sebagai ligamentum. Jadi
majus, yang menutupi usus halus dari depan seperti sebuah apron besar. Sakus
2006).
lambung dan pancreas serta hati, empedu dan limpa terutama berasal dari
11
arteri seliaka atau trunkus seliakus, yang mempercabagkan cabamg-cabang
yang menyuplai kurvatura minor dan mayor (Price & Wilson, 2006).
Darah vena dari lambung dan duodenum, serta yang berasal dari pancreas,
limpa dan bagian saluran lain gastrointestinal, berjalan ke hati melalui vena
dari system pencernaan makanan yang berpangkal pada pylorus dan berakhir
12
c. Ileum: ujung batas antara ileum dan jejunum tidak jelas, panjangnya 4-5
bauchini) yang berfungsi mencegah cairan dalam kolon agar tidak masuk
penampang 5-6 cm. usus besar merupakan lanjutan dari usus halus yang
tersusun seperti huruf U terbalik dan mengigilingi usus halus dari valvula
mukosanya lebih halus daripada usus halus dan tidak memiliki vili. Serabut
otot longitudinal dalam muskulus ekterna membentuk tiga pita, taenia coli
haustra. Dibagian bawah terdapat katup ileosekal yaitu katup antara usus halus
dan usus besar. Katup ini tertutup dan akan terbuka untuk merespon
Terdapat tiga tipe sel pada mukosa lambung. Sel mukosa lambung
13
pepsinogen pada anak-anak, menyekresi enzim yang disebut renin dan sel-sel
secara reflex dengan cara yang sama seperti sekresi saliva, yang menghasilkan
lambung juga dirangsang oleh sekresi internal atau hormone yang dihasilkan
oleh lambung, disebut gastrin, yang masuk ke dalam sirkulasi dan ketika
2002)
Pengaturan sekresi lambung dibagi menjadi tiga fase yaitu fase sefalik,
gastric, dan intestinal. Fase sefalik sudah dimulai bahkan sebelum makanan
mengecap makanan. Fase ini diperantarai seluruhnya oleh saraf vagus dan
sefalik berasal dari korteks serebri ataui pusat napsu makan. Impuls eferen
dan menambah mucus. Fase sefalik menghasilkan sekitar 10% dari sekresi
lambung normal yang berhubungan dengan makanan (Price & Wilson, 2006).
impuls ini merangsang pelepasan hormon gastrin dan secara langsung juga
14
kemudian dibawa oleh aliran darah menuju kelenjar lambung, untuk
empedu di antrum, dan terutama oleh protein makanan dan alcohol (Price &
Wilson, 2006).
peranan usus kecil sebagai penghambat sekresi lambung jauh lebih besar
Usus halus mempunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan dan absorbsi
dalam mulut dan lambung oleh kerja ptialin, asam klorida, dan pepsin
karbohidrat, lemak, dan protein menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Adanya
(Syaifuddin, 2011)
15
B. GASTROENTERITIS
1. Pengertian
(lebih dari 3 kali/hari), serta perubahan dalam isi (lebih dari 200 gram/hari)
dan konsistensi (feses cair). Hal ini biasanya dihubungkan dengan dorongan,
absropsi mucosal, atau motalitas dapat menimbulkan diare (Smeltzer & Bare,
2002)
Sedangkan menurut (Sudoyo. A.W. dkk 2006) Diare adalah buang air
besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah
padat). Kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih daqri 200 gram
atau 200 ml/24 jam. Buang air besar encer atau air ini dapat tanpa disertai
2. Etiologi
dengan diare adalah gangguan nutrisi dan malabsorpsi (sindrom usus peka,
colitis ulseratif, enteritis regional, dan penyakit seliaka), defisit sfingter anal,
16
sindrom Zollinger-Ellison, paralitik ileus, dan obstruksi usus (Smeltzer &
Bare, 2002).
entamoeba histolytico.
(diare) yaitu:
kurang dari 14 hari. Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan
menjadi:
menyebabkan diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan
darah. Keluhan abdomen jarang terjadi atau bahkan tidak ada sama
17
sekali. Dehidrasi cepat terjadi apabila tidak mendapatkan cairan
nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, gejala dan tanda
dehidrasi.
Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronis dapat dibagi
motilitas.
toksin bakteri.
baik usus halus maupun besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi
akibat radiasi.
18
4) Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang
4. Patofisiologi
lain infeksi bakteri, malabsorbsi, atau sebab yang lain. Factor infeksi, proses
yang terikat pada mukosa usus dan menyebabkan sekresi aktif anion klorida
ke dalam lumen usus yang diikuti air, ion karbonat, kation, natrium dan
kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi. Diare bersifat sekretori
eksudatif, cairan diare dapat bercampur lendir dan darah (Price dan Wilson,
2006).
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat
19
sehingga timbul diare, sebaliknya jika terjadi hpoperistaltik akan
gangguan nutrisi atau intake kurang dan output berlebihan (Price dan Wilson,
2006)
5. Manifestasi Klinis
kandungan cairan dalam feses. Pasien mengeluh kram perut, distensi, gemuruh
dan peregangan yang tidak efektif pada anus (tenesmus), dapat terjadi pada
setiap defekasi. Diare dapat eksplosif atau bertahap dalam sifat dan awitan.
Gejala yang berkaitan langsung dalam diare, diantaranya adalah dehidrasi dan
feses semi padat lebih sering dihubungkan dengan gangguan kolon. Feses
yang sangat besar dan berminyyak menunjukan malabsorbsi usus, dan adanya
mucus dan pus dalam feses menunjukan enteritis inflamasi atau colitis.
Bare, 2002)
20
a. Muntah-muntah dan suhu tubuh meningkat, nafus makan berkurang.
c. Tanda-tanda dehidrasi muncul bila intake cairan lebih kecil dari pada
outputnya.
d. Frekuensi napas lebih cepat dan dalam (pernapasan kusmau) terjadi bila
ginjal akut, dan bila tidak teratasi, klien/pasien beresiko menderita gagal
ginjal akut
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Tinja
gula dalam feses, bila perlu dilakukan uji bakteri. Pemeriksaan feses bila:
bakteri/parasit/virus lainya
21
Ureum, kreatinin, kadar elektrolit darah (Natrium, kalium, klorida, fosfat),
analisa gas darah dan pemeriksaan darah lengkap perlu dilakukan pada
c. Pemeriksaan Radiologis
7. Komplikasi
kalium). Haluaran urin kurang dari 30 ml/jam selama 2 sampai 3 jam berturut-
dengan kadar kalium dibawah 3,0 mEq/L (SI: 3 mmol/L) harus dilaporkan.
8. Penatalaksanaan Medis
Untuk diare ringan, cairan oral dengan segera ditinggalkan dan glukosa
oral serta larutan elektrolit dapat diberikan untuk rehidrasi pasien. Untuk diare
sedang akibat sumber non infeksius, obat-obatan tidak spesifik juga diberikan
22
infeksius telah teridentifikasi atau bila diare sangat berat (Smeltzer & Bare,
2002)
minum pada diare akut. Diberikan hidrasi intravena pada kasus diare
hebat, rehidrasi oral terdiri dari 3,5 gram Natrium Klorida, dan 2,5
2) Diberikan hidrasi intravena pada kasus diare hebat. NaCl atau Laktat
b. Pemberian antibiotik
buruk. Pada diare akut infeksi, 40% kasus diare infeksi sembuh kurang
diindikasikan pada pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti
2) Pengobatan dengan obat anti diare, tidak perlu diberikan obat anti diare
23
3) Pemberian nutisi parenteral bertujuan untuk mempertahankan sirkulasi
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, umur, asal suku bangsa dan
pekerjaan
b. Keluhan Utama
Buang air besar (BAB) lebih 3 kali sehari, BAB <4 kali dan cair (Diare
tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (Dehidrasi ringan/sedang), atau
timbul diare
24
5) Dehidrasi mulai tampak jika klien kehilangan cairan
1) Riwayat imunisasi
e. Riwayat nutrisi
1) Asupan makanan
4) BB Turun
f. Pola eliminasi
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
c) Lesu, lunglai atau tidak sadar, tidak ada urine (dehidrasi berat)
25
3) Kulit
a. Diare b/d inflamasi, iritasi dan malabsorbsi usus, adanya toksin dan
b. Kurang volume cairan b/d ouput melalu rute normal (diare berat,
ekonomi.
26
3. Rencana Asuhan Keperawatan Teoritis
27
BB seimbang turgor kulit, CRT lambat. 3. Menunjukan kehilangan cairan
Turgor kulit baik 4. Ukur BB setiap hari. berlebihan/dehidrasi.
5. Kolaborasi dengan Tim 4. Indicator cairan dan status
medis dalam pemberian: nutrisi.
cairan parenteral, transfuse 5. Mempertahankan istirahat usus
darah sesuai indikasi. akan memerlukan penggantian
cairan untuk memperbaiki
kehilangan/anemia.
3. Gangguan nutrisi kurang dari Gangguan nutrisi kurang 1. Timbang BB setiap hari. 1. Memberikan informasi tentang
kebutuhan tubuh b/d gangguan dari kebutuhan tubuh 2. Dorong tirah baring dan atau kebutuhan diet/keefektifan
absorbs nutrient, status teratasi. pembatasan aktivitas selama terapi.
hipermetabolik. KH: sakit. 2. Menurunkan kebutuhan
BB Normal 3. Anjurkan klien istirahat metabolic untuk mencegah
Makan habis 1 sebelum makan. penurunan kalori.
porsi 4. Berikan perawatan mulut 3. Menurunkan peristaltic usus dan
Mual berkurang sebelum makan. meningkatkan energy untuk
5. Kolaborasi dengan Tim makan.
gizi/ahli diet untuk 4. Mulut yang bersih dapat
menentukan diet TKTP meningkatkan selera makan.
rendah. 5. Protein untuk penyembuhan
integritas jaringan. Rendah serat
menurunkan peristaltic usus
terhadap makanan
28
berkurang nyeri dengan tepat
KH: 2. Pertahankan istirahat dengan 2. Gravitasi melokalisasi eksudat
Klien melaporkan posisi semi fowler inflamasi dalam abdomen bawah,
rasa sakit / nyerinya sehingga menurunkan nyeri
berkurang / 3. Ajarkan klien untuk napas 3. Napas dalam otot-otot menjadi
terkontrol dalam relaksasi sehingga dapat
Klien tampak rileks mengurangi nyeri
Klien dapat tidur 4. Berikan aktivitas hiburan 4. Meningkatkan relaksasi dan
Skala nyeri 0 seperti mendengarkan musik, menurunkan rasa nyeri
menonton TV
Kolaborasi:
5. Berikan obat analgetik 5. Obat analgetik dapat
menurunkan/ meredakan nyeri
6. Berikan antibiotik 6. Mencegah infeksi dan dapat
menurunkan suhu
29
DAFTAR PUSTAKA
Aru W. Sudoyo, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6. Jakarta: Internal Pubhlising
Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol 2. Jakarta: EGC
Suratun & Lusiana. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Gastrointestinal.
Watson, Roger. 2002. Anatomi dan Fisiologi Untuk Perawat. Edisi 10. Jakarta: EGC.
30