Anda di halaman 1dari 21

REFERAT

INSOMNIA
Oleh:
Wildan Triana 122011101026
Nugroho Priyo Utomo 122011101062

Pembimbing:
dr. Justina Evy Tyaswati, Sp. KJ
Latar Belakang
Insomnia adalah gejala kelainan dalam tidur berupa kesulitan
berulang untuk tidur atau mempertahankan tidur walaupun ada
kesempatan untuk itu. Gejala tersebut biasanya diikuti gangguan
fungsional saat bangun dan beraktivitas di siang hari. Sekitar
sepertiga orang dewasa mengalami kesulitan memulai tidur
dan/atau mempertahankan tidur dalam setahun, dengan 17% di
antaranya mengakibatkan gangguan kualitas hidup. Sebanyak 95%
orang Amerika telah melaporkan sebuah episode dari insomnia
pada beberapa waktu selama hidup mereka. Di Indonesia, pada
tahun 2010 terdapat 11,7% penduduk mengalami insomnia.
Insomnia merupakan salah satu faktor risiko depresi dan gejala dari
sejumlah gangguan medis, psikiatris, dan tidur. Bahkan, insomnia
tampaknya menjadi prediksi sejumlah gangguan, termasuk depresi,
kecemasan, ketergantungan alkohol, ketergantungan obat, dan
bunuh diri.
Fisiologi Tidur
Definisi Insomnia
Menurut DSM-IV, Insomnia didefinisikan sebagai keluhan
dalam hal kesulitan untuk memulai atau mempertahankan
tidur atau tidur non-restoratif yang berlangsung
setidaknya satu bulan dan menyebabkan gangguan
signifikan atau gangguan dalam fungsi individu
Klasifikasi Insomnia
Insomnia Primer
Mempunyai faktor penyebab yang jelas. Pola tidur, kebiasaan
sebelum tidur dan lingkungan tempat tidur seringkali menjadi
penyebab dari jenis insomnia ini.

Insomnia Sekunder
Biasanya terjadi akibat efek dari hal lain, misalnya kondisi medis.
Masalah psikologi seperti perasaan bersedih, depresi dan
dementia dapat menyebabkan terjadinya insomnia sekunder ini
pada 5 dari 10 orang
Etiologi Insomnia
Stres
Kecemasan dan depresi
Obat-obatan
Kafein, nikotin, dan alkohol
Kondisi medis
Perubahan lingkungan atau jadwal kerja
Faktor Resiko Insomnia
Wanita
Usia lebih dari 60 tahun
Memiliki gangguan kesehatan mental
Stres
Perjalanan jauh dan perubahan jadwal kerja
Tanda dan Gejala Insomnia
Kesulitan untuk memulai tidur pada malam hari
Sering terbangun pada malam hari
Bangun tidur terlalu awal
Kelelahan atau mengantuk pada siang hari
Iritabilitas, depresi atau kecemasan
Konsentrasi dan perhatian berkurang
Peningkatan kesalahan dan kecelakaan
Ketegangan dan sakit kepala
Gejala gastrointestinal
Diagnosis
Dilakukan penilaian terhadap:
Pola tidur penderita.
Pemakaian obat-obatan, alkohol, atau obat terlarang.
Tingkatan stres psikis.
Riwayat medis.
Aktivitas fisik
Diagnosis berdasarkan kebutuhan tidur secara individual.
Kriteria Diagnostik Insomnia Non-Organik berdasarkan PPDGJ7

Hal tersebut di bawah ini diperlukan untuk membuat diagnosis pasti:


Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur, atau kualitas
tidur yang buruk
Gangguan minimal terjadi 3 kali dalam seminggu selama minimal 1 bulan
Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur dan peduli yang berlebihan terhadap
akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari
Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan
penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan
pekerjaan
Adanya gangguan jiwa lain seperti depresi dan anxietas tidak
menyebabkan diagnosis insomnia diabaikan.
Kriteria lama tidur (kuantitas) tidak diguankan untuk menentukan
adanya gangguan, oleh karena luasnya variasi individual. Lama
gangguan yang tidak memenuhi kriteria di atas (seperti pada
transient insomnia) tidak didiagnosis di sini, dapat dimasukkan
dalam reaksi stres akut (F43.0) atau gangguan penyesuaian (F43.2)
Skreening dan Kemajuan Terapi
Indikator Kondisi Tidur
Sensitif untuk skrining dan penilaian terapi
Nilai 0-32 dengan cut-off 16
Tidak memuat pertanyaan spesifik tentang EMA
Indikator Kondisi Tidur
Tatalaksana

Penyakit
yang
mendasari
Psiko Higiene
terapi Tidur

Farmakoterapi
Tatalaksana
1. Non Farmakologi
Terapi tingkah laku
Perubahan gaya hidup

2. Farmakologi
. Benzodiazepine (Nitrazepam,Trizolam, dan Estazolam)
. Non benzodiazepine (Chloral-hydrate, Phenobarbital)
Terapi tingkah laku
Edukasi tentang kebiasaan tidur yang baik.
Teknik Relaksasi.
Meliputi merelaksasikan otot secara progresif, membuat biofeedback, dan
latihan pernapasan. Cara ini dapat membantu mengurangi kecemasan saat
tidur. Strategi ini dapat mengontrol pernapasan, nadi, tonus otot, dan mood.
Terapi kognitif.
Meliputi merubah pola pikir dari kekhawatiran tidak tidur dengan pemikiran
yang positif. Terapi kognitif dapat dilakukan pada konseling tatap muka atau
dalam grup.
Restriksi Tidur.
Terapi ini dimaksudkan untuk mengurangi waktu yang dihabiskan di tempat
tidur yang dapat membuat lelah pada malam berikutnya.3,6
Kontrol stimulus
Terapi ini dimaksudkan untuk membatasi waktu yang dihabiskan untuk
beraktivitas.
Pemilihan obat, ditinjau dari sifat gangguan tidur

Initial Insomnia (sulit masuk ke dalam proses tidur)


Obat yang dibutuhkan adalah bersifat Sleep inducing anti-insomnia yaitu
golongan benzodiazepine (Short Acting)
Misalnya pada gangguan anxietas
Delayed Insomnia (proses tidur terlalu cepat berakhir dan sulit
masuk kembali ke proses tidur selanjutnya)
Obat yang dibutuhkan adalah bersifat Prolong latent phase Anti-Insomnia,
yaitu golongan heterosiklik antidepresan (Trisiklik dan Tetrasiklik)
Misalnya pada gangguan depresi
Broken Insomnia (siklus proses tidur yang normal tidak utuh dan
terpecah-pecah menjadi beberapa bagian (multiple awakening).
Obat yang dibutuhkan adalah bersifat Sleep Maintining Anti-Insomnia,
yaitu golongan phenobarbital atau golongan benzodiazepine (Long acting).
Misalnya pada gangguan stres psikososial.
Komplikasi
Gangguan dalam pekerjaan atau di sekolah.
Saat berkendara, reaksi reflex akan lebih lambat.
Sehingga meningkatkan reaksi kecelakaan.
Masalah kejiwaan, seperti kecemasan atau depresi
Kelebihan berat badan atau kegemukan
Daya tahan tubuh yang rendah
Meningkatkan resiko dan keparahan penyakit jangka
panjang, contohnya tekanan darah yang tinggi, sakit
jantung, dan diabetes.
Prognosis
Umumnya baik dengan terapi yang adekuat dan juga
terapi pada gangguan lain spt depresi dll.
Lebih buruk jika gangguan ini disertai skizophrenia.
Kesimpulan
Insomnia merupakan kesulitan untuk masuk tidur, kesulitan
dalam mempertahankan tidur, atau tidak cukup tidur.
Insomnia merupakan gangguan fisiologis yang cukup serius,
dimana apabila tidak ditangani dengan baik dapat
mempengaruhi kinerja dan kehidupan sehari-hari.
Insomnia dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti stres,
kecemasan berlebihan, pengaruh makanan dan obat-obatan,
perubahan lingkungan, dan kondisi medis.
Insomnia didiagnosis dengan melakukan penilaian terhadap
pola tidur penderita, pemakaian obat-obatan, alkohol, atau obat
terlarang, tingkatan stres psikis, riwayat medis, aktivitas fisik,
dan kebutuhan tidur secara individual.
Insomnia dapat ditatalaksana dengan cara farmakologi dan non
farmakologi, bergantung pada jenis dan penyebab insomnia
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai