Anda di halaman 1dari 18

INSOMNIA

Tugas DM DPJP Minggu 3

NABILLA NAVASYA
1907101030110

Pembimbing:
dr. Elsa Susanti, Sp.S

BAGIAN/SMF NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
2020
DEFINISI INSOMNIA
• Pada pasien insomnia, tidurnya
menjadi singkat dan kurang
• Para ahli mendefinisikan
adekuat, mudah terganggu,
insomnia bila sleep latency
kualitasnya buruk, tidak merasa
lebih dari 30 menit; waktu
segar saat bangun tidur, tidak
terjaga setelah onset tidur
nyaman atau tidak menimbulkan
lebih dari 30 menit; efisiensi
efek restorasi. Seringkali mereka
tidur kurang dari 85%; atau
terjaga berulang kali atau bangun
total lama tidur (total sleep
terlalu dini dan sulit untuk tidur lagi.
time) kurang dari 6-6.5 jam,
Pada pasien insomnia anak-anak
dan keluhan tersebut terjadi
seringkali sulit diajak tidur atau
minimal 3 hari dalam
tidak bisa tidur sendiri. Gangguan
seminggu.
tidur ini akan menyebabkan
gangguan fungsi sehari-hari.
EPIDEMIOLOGI INSOMNIA

Global
Prevalensi gangguan
tidur di dunia
diperkirakan antara 5-
15%. Di antara mereka
yang mengalami
gangguan tidur, 31-75%
berkembang menjadi
masalah insomnia
kronik.
ETIOLOGI INSOMNIA
FAKTOR BIOLOGI FAKTOR PSIKOLOGIS
Diduga bertanggung jawab terhadap 15% kasus
Pola tidur, yang mencakup durasi dan
insomnia kronis. Penyebab spesifik insomnia
waktu tidur, diatur oleh banyak gen dan
kronis lainnya adalah restless legs syndrome
bersifat diwariskan. Sehingga terdapat
(sekitar 12% kasus) sama banyaknya dengan
individu-individu yang secara genetik
kasus penyalahgunaan alkohol dan obat
rentan mengalami gangguan tidur.
terlarang (sekitar 12%).

FAKTOR SOSIODEMOGRAFI

Usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,


status pernikahan, tempat tinggal,
pekerjaan serta tingkat penghasilan juga
dapat menyebabkan terjadinya insomnia
FAKTOR PREDISPOSISI
• Faktor yang muncul sebelum adanya keluhan insomnia
yang seiring perjalanan penyakit faktor tersebut semakin
meningkat.

• Bila faktor predisposisinya berat maka dapat


menimbulkan insomnia secara independent.

Yang termasuk dalam faktor predisposisi adalah :


1. Genetik
2. Personality traits
3. Hyperarousal fisiologis (seperti : peningkatan tekanan
otot, suhu tubuh, tingkat metabolisme dan denyut jantung,
peningkatan frekuensi EEG pada saat onset tidur dan
selama NREM)
4. Arousal fisiologis (kecenderungan untuk agitasi, anxietas
atau vigilance)
5. Waktu bangun-tidur yang digemari pasien
FAKTOR PENCETUS
• Faktor yang mencetuskan mulainya insomnia.

Yang termasuk dalam faktor pencetus adalah :

1. Kejadian yang penuh stressor


2. Perubahan kebiasaan sehari-hari
3. Perubahan mendadak jadwal bangun-tidur
4. Gangguan lingkungan
5. Penggunaan obat atau efek putus obat
6. Gangguan medis
7. Gangguan neurologis
8. Gangguan psikiatri
9. Gangguan tidur primer
FAKTOR MEMPERBURUK
• Faktor yang memperburuk gangguan tidur dan
berkontribusi terhadap persistensi insomnia secara
independen.

Yang termasuk dalam faktor yang memperburuk adalah :


1. sleep hygiene yang buruk
2. Jadwal bangun-tidur yang tidak teratur
3. Konsumsi kafein dan alkohol
4. Kekhawatiran yang berkelanjutan
5. Kecemasan atau harapan yang tidak realistik tentang
kondisi tidurnya
6. Gangguan adaptasi perilaku bangun-tidur
PATOFISIOLOGI INSOMNIA
KLASIFIKASI BERDASARKAN DURASI

DURASI KARAKTERISTIK
Akut Kurang dari 1 bulan
• Transient – beberapa hari
• Short term – hingga 3 – 4 minggu
Kronis Bertahan lebih dari 1 – 3 bulan
KLASIFIKASI BERDASARKAN DERAJAT

Derajat Kejadian Gangguan sosial/fungsi pekerjaan


Ringan Hampir tiap malam Tidak pernah atau jarang
Sedang Tiap malam Ringan – sedang
Berat Tiap malam Berat atau sangat mengganggu
KLASIFIKASI BERDASARKAN PROFIL KELUHAN

PROFIL KELUHAN KARAKTERISTIK


Sleep-onset insomnia Kesulitan memulai tidur
Sleep maintenance insomnia Sering terbangun atau bila terbangun
sulit tidur kembali
Terminal insomnia (early Pasien terbangun lebih awal/dini
morning awakening) daripada yang diinginkan
Nonrestorative sleep Merasa tidak segar saat bangun tidur
KLASIFIKASI BERDASARKAN ETIOLOGI

Etiologi Karakteristik
Insomnia primer Insomnia idiopatik, tidak berhubungan dengan
penyakit medis lain, kelainan neurologi
maupun gangguan psikiatri atau penggunaan
obat atau efek putus obat
Insomnia komorbid Insomnia yang disebabkan oleh kondisi medis,
gangguan neurologi, gangguan psikiatri,
penggunaan obat atau efek putus obat.
DIAGNOSIS
ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK
Semua penyebab organik 1. Menunjukkan tanda-tanda
gangguan tidur harus disingkirkan. yang sesuai dengan sleep
Anamnesis dilakukan untuk apnea (obesitas, lingkar leher
mengetahui secara detail yaitu : membesar, orofaynx
• Bentuk gangguan tidur yang berdesakan) serta gangguan
dialami (onset, durasi, dan tiroid, jantung, pernapasan,
kebiasaan tidur), dan neurologis.
• Riwayat gangguan medis, dan 2. Pemeriksaan status mental
riwayat gangguan psikiatri. dapat menghasilkan
• Riwayat konsumsi obat atau zat informasi tentang suasana
dan makanan juga perlu digali. hati pasien, pengaruh, tingkat
• Informasi tidak hanya kewaspadaan, dan
didapatkan dari pasien saja, kemampuan untuk hadir.
namun juga dari pasangan
dan kerabat pasien
LAMPIRAN :

ALGORITMA PENATALAKSANAAN
ALGORITMA PENATALAKSANAAN INSOMNIA

INSOMNIA

TRANSIENT/INTERMITENT CHRONIC

(<4 WEEKS AND / OR INTERMITENT) (> 4 WEEKS )


SECONDARY PRIMARY
• STRESS-RELATED
• SHILT WORK
• JET LAG
• MEDICAL/NEUROLOGIC/PSYCHIATRIC • POOR SLEEP HYGINE
• ACUTE MEDICAL ILLNESS
DISORDERS
• *CONTIDIONED*
• SLEEP DISORDER
INSOMNIA
- RESTLESS LEGS SYNDROME
- PERIODIC LIMB MOVEMENT DISORDER
• EDUCATION, STRESS
- CIRCARDIAN RHYTYM DISORDER
MANAGEMENT, AND GOOD SLEEP • SUBSTANCE USE
HYGIENE - ALCOHOL • EDUCATION AND GOOD
• PHARMACOLOGIC TREATMENTS - CAFEINE SLEEP HYGINE
• MEDICATION • BEHAVIORAL STRATEGIES
- DECONGESTANTS • PHARMACOLOGIC
- ANTIDEPRESSANT
TREATMENT
- CONTICOSTEROID

• TREAT UNDERTYING CONDITION


• GOOD SLEEP HYGIENE
• PHARMACOLOGIC TREATMENT
PROGNOSIS KOMPLIKASI

Mereka yang mempunyai gangguan


Prognosis gangguan tidur dapat
tidur sering kali mempunyai kualitas
mempengaruhi kualitas hidup pasien
hidup yang buruk. Mereka juga
dan berkaitan dengan penyakit
mempunyai kerentanan yang lebih
organik.
tinggi untuk mengalami depresi,
kecemasan, dan defisit kognitif.
Pasien dengan gangguan tidur dapat
memiliki kualitas hidup yang buruk.
Umumnya pasien yang mengalami
Bahkan, Rapid Eye Movement Sleep
gangguan tidur akan mengkhawatirkan
Behavior Disorder dilaporkan berkaitan
kesulitan tidurnya dan memicu
dengan penyakit neurodegeneratif.
timbulnya gangguan psikiatri.
EDUKASI
Pasien perlu mendapatkan edukasi bahwa
gangguan tidur bisa mempengaruhi
berbagai aspek kesehatan fisik dan
psikologis. Manajemen gangguan tidur tidak
selalu dengan menggunakan farmakoterapi,
namun lebih mengedepankan pendekatan
nonfarmakologis. Terdapat berbagai
pendekatan nonfarmakologis sederhana
yang efektif untuk menangani gangguan
tidur, misalnya sleep hygiene dan stimulus
control therapy.
DAFTAR PUSTAKA
1. Roth T. Insomnia: definition, prevalence, etiology, and consequences. J Clin Sleep
Med. 2007;3(5 Suppl):S7-S10.

2. Levenson JC, Kay DB, Buysse DJ. The pathophysiology of insomnia. Chest.
2015;147(4):1179-1192. doi:10.1378/chest.14-1617.

3. Mai E, Buysse DJ. Insomnia: Prevalence, Impact, Pathogenesis, Differential


Diagnosis, and Evaluation. Sleep Med Clin. 2008;3(2):167-174.
doi:10.1016/j.jsmc.2008.02.001
Thank You!

CREDITS: This presentation template was created


by Slidesgo, including icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik.

Anda mungkin juga menyukai