GANGGUANG TIDUR
NON - ORGANIK
1 - Berlangsung selama 5% dari keseluruhan waktu tidur. • Meliputi 25% dari keseluruhan waktu tidur.
- Dianggap stadium tidur paling ringan
• Tidak dibagi-bagi dalam stadium seperti dalam
tidur NREM.
2 - Berlangsung 12% dari keseluruhan waktu tidur
- Orang tidur sangat nyenyak
• Stres
• Kecemasan dan depresi
• Kondisi medis
Kriteria dignostik:
a) Kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur, atau kualitas tidur yang buruk
b) Gangguan terjadi minimal 3 kali dalam seminggu selama minimal satu bulan
c) Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur (sleeplessness) dan peduli yang berlebihan terhadap akibatnya pada malam hari dan
sepanjang siang hari
d) Ketidak-puasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi
dalam sosial dan pekerjaan.
• Adanya gejala gangguan jiwa lain seperti depresi, anxietas, atau obsesi tidak menyebabkan diagnosis insomnia diabaikan. Semua
ko-morbiditas harus dicantumkan karena membutuhkan terapi teisendiri.
• Kriteria "lama tidur'' (kuantitas) tidak digunakan untuk menentukan adanya gangguan, oleh karena luasnya variasi individual.
Lama gangguan yang tidak memenuhi kriteria diatas (seperti pada "transient insomnia") tidak di-diagnosis disini, dapat
dimasukkan dalam Reaksi Stres Akut (F43.0) atau Gangguan Penvesuaian (F43.2).
F51.1 HIPERSOMNIA NON ORGANIK
• Kriteria diagnostik:
a) Rasa kantuk pada siang hari yang berlebihan atau adanya serangan tidur / "sleep attacks" (tidak disebabkan oleh jumlah tidur
yang kurang), dan atau transisi yang memanjang dari saat mulai bangun tidur sampai sadar sepenuhnya (sleep drunkenness)
b) Gangguan tidur terjadi setiap hari selama lebih dari 1 bulan atau berulang dengan kurun waktu yang lebih pendek, menyebabkan
penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan
c) Tidak ada gejala tambahan "narcolepsy" (cataplexy, sleep paralysis, hypnagogic hallucination) atau bukti klinis untuk "sleep
apnoe" (nocturnal breath cessation, typical intermittent snoring sounds, etc.)
d) Tidak ada kondisi neurologis atau medis yang menunjukkan gejala rasa kantuk pada siang hari.
• Bila hipersomnia hanya merupakan salah satu gejala dari gangguan jiwa lain, misalnya Gangguan Afektif, maka diagnosis harus
sesuai dengan gangguan yang mendasarinya. Diagnosis hipersomnia psikogenik harus ditambahkan bila hipersomnia merupakan
keluhan yang dominan dari penderita dengan gangguan jiwa lainnya.
F51.2 INSOMNIA NON ORGANIK
• Adanya gejala gangguan jiwa lain, seperti anxietas, depresi, hipornania, tidak menutup kemungkinan diagnosis gangguan jadwal
tidur-jaga non-organik, yang penting adanya dominasi gantbaran hlinis gangguan ini pada penderita. Apabila gejala gangguan
jiwa lain cukup jelas dan menetap harus dibuat diagnosis gangguan jiwa yang spesifik secara terpisah.
F51.3 INSOMNIA NON ORGANIK
• Somnambulisme harus dibedakan dari serangan Epilepsi Psikomotor dan Fugue Disosiatif. (F44.1)
F51.4 INSOMNIA NON ORGANIK
• Teror tidur harus dibedakan dari Mimpi Buruk (F51.5),yang biasanya terjadi setiap saat dalam tidur, mudah di-bangunkan, dan teringat
dengan jelas kejadiannya.
• Teror tidur dan somnambulisme sangat berhubungan erat,keduanya mempunyai karakteristik klinis dan patofisiologis yang sama.
F51. 5 INSOMNIA NON ORGANIK
• Sangat penting untuk membedakan Mimpi Buruk dari Teror Tidur, dengan memperhatikan gambaran klinis yang khas
untuk masing-masing gangguan.
TATALAKSANA
FARMAKOLOGI NON-FARMAKOLOGI
Pertimbangan dalam memberikan pengobatan insomnia : menyesuaikan onset tidur dengan tempat tidur.
Obat tidur hanya digunakan dalam waktu yang singkat, yaitu cara hidup dan lingkungan penderita dalam rangka
sekitar 2 - 4 minggu. Klasifikasi pengobatan insomnia: meningkatkan kualitas tidur penderita itu sendiri.
• Benzodiazepine :triazolam, temazepam, dan lorazepam. • Cognitive therapy: suatu metode untuk mengubah
• Non benzodiazepine: zolpidem, zaleplon.
pola pikir, pemahaman penderita yang salah tentang
sebab dan akibat insomnia.
TERIMAKASIH