Anda di halaman 1dari 9

HIPERSOMNIA

A. Definisi

Kata Hipersomnia (hypersomnia) berasal dari kata Yunani hyper, yang

artinya “lebih” atau “lebih dari normal”, dan dari bahasa Latin somnus,

artinya “tidur”. Hipersomnia (hypersomnia) primer yang merupakan rasa

kantuk yang berlebihan sepanjang hari yang berlangsung sampai sebulan atau

lebih. 1

Hipersomnia adalah sebuah gejala gangguan tidur yang membuat

penderitanya mengalami rasa kantuk berlebihan meskipun sudah tidur cukup.

Hipersomnia juga membahayakan jiwa, terutama jika mengendara atau

mengoperasikan alat-alat berat.1

B. Etiologi

Hipersomnia dibagi menjadi 2 penyebab utama:

1. Efek primer dar system saraf pusat yakni seperti narkolepsi,kleine-levin

syndrome atau idiopatik hipersomnia ( jarang )

2. Efek sekunder dari gangguan tidur, efek obat, penggunaan narkotika,

obstruksi sleep apnea (OSA) dan serta kondisi psikiatri.2

Hasil penelitian Bodden-Albala (2005) di Amerika Serikat bahwa

seseorang yang sering mengantuk secara berlebihan setiap hari merupakan

tanda awal serangan stroke dan berisiko terkena serangan jantung bahkan

dapat menyebabkan kematian. Rasa kantuk yang berlebihan dan berulang-

ulang dapat memicu gejala Narcolepsy (narkolepsi). Menurut Effy Afifah

(2002:22) bahwa satu dari 200 orang Indonesia yang menderita narkolepsi

1
sebagian besar disebabkan karena keturunan. Beberapa gejala/tanda

narkolespi yaitu:

1. mengantuk berlebihan; walaupun telah tidur cukup. Seseorang penderita

narkolepsi dapat mendadak jatuh tertidur dimanapun dan kapanpun

termasuk saat bekerja di kantor yang suasananya sibuk.

2. Dapat dikatakan sebagai serangan tidur yang mendadak tanpa melihat

tempat.

3. Penderita sulit menahan kantuk bahkan pada saat sedang melakukan

aktifitas. Penderita narkolepsy sering dianggap pemalas dan tukang tidur,

karena selalu mengantuk dan kekurangan tenaga.

4. Narkolepsi tidak membahayakan kesehatan penderitanya, namun bisa

membahayakan diri sendiri atau orang lain.misalnya pada saat memasak,

atau sedang menyetir.

5. Kekurangan biotin (vitamin B) yang dibutuhkan untuk metabolism lemak

dan karbohidrat.1

Penyebab paling umum dari hipersomnia :


A. Idiopatik
Dengan gejala mengantuk di siang hari yang berlebihan dan tidak
didiagnosis sebagai narkolepsi. Kemungkinan penyebab Gangguan
perilaku tidur REM adalah lesi tegmental pontine, melibatkan
serotonergik, monoaminergik dan kolinergik neurotransmisi.
Diperkirakan bahwa munculnya Gangguan perilaku tidur REM hasil
dari lesi lokalisasi yang berhubungan dengan gangguan neurologis
yang mendasari. Penelitian baru-baru ini telah mengidentifikasi
beberapa kelainan yang berhubungan dengan hipersomnia, seperti
menemukan sebuah hipersensitivitas abnormal reseptor GABA (kimia

2
otak yang bertanggung jawab utama untuk sedasi atau untuk proses
tidur ) pada pasien dengan hipersomnia. Jadi hipersensitivitasi
abnormal GABA terjadi secara alamiah oleh zat bioaktif (yaitu
peptida seperti tripsin yang tersensitisasi) dalam CSF pasien
menderita. Zat ini memerlukan penelitian lebih lanjut dari struktur
kimianya yang telah terbukti dapat menyebabkan hiperreaktivitas
reseptor GABA menyebabkan peningkatan sedasi atau mengantuk.3
Beberapa pasien mungkin hadir dengan waktu tidur yang lama
sebagai primer manifestasi IH mereka. Oleh karena itu, pada pasien
yang tidak memenuhi kriteria MSLT yang obyektif untuk
mengantuk,24-jam PSG atau 1 minggu aktigrafi / log tidur dengan
tidur yang tidak terbatas bisa dikejar. Demonstrasi dari 660 menit rata-
rata waktu tidur setiap hari pada orang dewasa memuaskan kriteria
kantuk yang obyektif sebagai pengganti MSLT temuan.  IH50 ICSD-2
dibagi menjadi kondisi dengan dan tanpa lama tidur.4
B. Kurang tidur
Banyak orang tidak menjadwalkan waktu yang cukup untuk tidur di
malam hari sehingga disiang hari pada terjaga merasakan ngantuk. Ini
dikelola oleh pendidikan pasien tentang kebiasaan tidur yang sehat.5
C. Sleep apnea
Sleep apnea adalah suatu kondisi di mana pasien secara berkala
berhenti bernapas saat tidur. Ada dua jenis sleep apnea-pusat dan
obstruktif. Yang paling penyebab umum sleep apnea adalah karena
obstruksi sementara saluran napas bagian atas. Itu perubahan ekstrim
dalam konsentrasi oksigen dan karbon dioksida dalam darah yang
berkembang setelah 1 menit atau lebih tanpa udara membangunkan
tidur, dan beberapa berisik, tersedak terengah-engah mengisi paru-
paru. Obstructive sleep apnea adalah penyebab medis yang paling
umum dari mengantuk siang hari yang berlebihan. Yang sangat
penting bagi diagnosis adalah riwayat episode apnea saat tidur.
Biasanya pasien tidak menyadari episode karena mereka singkat dan

3
gairah hanya parsial, sehingga sejarah harus diperoleh secara tidak
langsung, biasanya dari pasangan atau teman sekamar. Gejala / tanda-
tanda yang umum termasuk keras mendengkur dan jeda dalam
bernapas. Gejala tambahan termasuk terengah-engah selama tidur,
sakit kepala kusam, dan perilaku otomatis. 6
D. Narkolepsi
Narkolepsi adalah suatu keadaan rasa kantuk yang berlebihan pada
siang hari dalam keadan sadar. Ada subtipe narkolepsi, yaitu :
1) Narkolepsi dengan Cataplexy
Dengan gejala mengantuk siang hari yang berlebihan dan
cataplexy (tiba-tiba kehilangan postural terjadi saat pasien terjaga
dan identik dengan atonia). Gejala utama adalah serangan tidur
tak tertahankan berlangsung 5 - 30 menit di siang hari. Serangan
ini dapat terjadi tanpa peringatan dan pada waktu yang tidak
tepat. Itu kantuk yang terjadi pada narkolepsi tidak dapat
dihilangkan dengan setiap jumlah tidur yang normal. Patogenesis
baik predisposisi genetik dan lingkungan pemicu adalah terlibat.
Ada hubungan antara major histocompatibility complex (MHC)
gen dan narkolepsi-cataplexy, yang diduga menjadi gangguan
autoimun. Kekurangan hypocretin (ditunjukkan oleh CSF rendah
hypocretin-1 tingkat) adalah penyebab kebanyakan kasus
narkolepsi-cataplexy pada hewan dan manusia. Studi otopsi telah
menunjukkan hilangnya selektif neuron hipotalamus posterior
yang memproduksi hypocretin neuropeptida (Orexin). Hypocretin
(orexin) disintesis di hipotalamus terutama ke inti batang otak
mengandung norepinefrin, histamin, serotonin dan neuron
dopamin. Neuron hypocretin mengintegrasikan metabolisme tidur
dan masukan bangun. Ada beberapa hipotesa mengatakan
hypoactivity dalam sistem catecholaminergic. 7
2) Narkolepsi tanpa Cataplexy

4
Dengan gejala mengantuk disiang hari yang berlebihan dan
multiple sleep.7
E. Penyalahgunaan obat dan alkohol: Benzodiazepin yang bekerja
melalui sistem GABA. 3

F. Cedera kepala atau penyakit saraf , misalnya multiple sclerosis.3

G. Genetik (memiliki relatif dengan hipersomnia).3

C. Kriteria Diagnosis Hipersomnia


Berdasarkan Pedoman Diagnostik Gangguan Jiwa dari PPDGJ III
dan ICD-10 Hipersomnia termasuk dalam urutan Hierarki Blok Diagnosis
Gangguan Jiwa No V. F50-F59 tentang “Sindrom Prilaku yang
Berhubungan dengan Gangguan Fisiologis dan Faktor Fisik”. Pada urutan
F51 Gangguan Tidur Non- Organik, yaitu F51.1 Hipersomnia Non-
Organik.5

F51 Gangguan Tidur Non-Organik 5


 Kelompok gangguan ini termasuk
a) Dysomnia : kondisi psikogenik primer dimana gangguan
utamanya adalah jumlah, kualitas atau waktu tidur yang
disebabkan oleh hal-hal emosional, misalnya : insomnia,
hipersomnia, gangguan jadwal tidur jaga.
b) Parasomnia : peristiwa episodik abnormal yang terjadi
selama tidur, pada anak-anak hal ini terkait terutama
dengan perkembangan anak, sedangkan pada dewasa
terutama pengaruh psikogenik. Misalnya : somnambulisme
(sleep walking), teror tidur (night terrors), mimpi buruk
(night mares)
 Pada kebanyakan kasus, gangguan tidur adalah salah satu gejala
dari gangguan lainnya, baik mental atau fisik. Walaupun gangguan
tidur yang spesifik terlihat secara klinis berdiri sendiri sejumlah

5
faktor psikiatrik dan atau fisik yang terkait memberikan kontribusi
pada kejadiannya. Secara umum adalah lebih baik membuat
diagnosis gangguan tidur yang spesifik bersaman dengan diagnosis
lain yang relevan untuk menjelaskan secara adekuat psikopatologi
dan atau patofisiologi. 5

F51.1 Hipersomnia Non-Organik 5


Pedoman Diagnostik :
 Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk diagnosis
pasti :
a) Rasa kantuk pada siang hari yang berlebihan atau adanya
serangan tidur/ sleep attacks (tidak disebabkan oleh jumlah
tidur yang kurang), dan atau transisi yang memanjang dari
saat mulai bangun tidur sampai sadar sepenuhnya (sleep
drunkenness)
b) Gangguan tidur terjadi setiap hari selama lebih dari 1 bulan
atau berulang dengan kurun waktu yang lebih pendek,
menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan
mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan
c) Tidak ada gejala tambahan “narcolepsy” (cataplexy, sleep
paralysis, hynagogic hallucination) atau bukti klinis untuk
“sleep apnoe” (nocturnal breath cessation, typical
intermittent snoring sound,etc)
d) Tidak ada kondis neurologis atau medis yang menunjukkan
gejala rasa kantuk pada siang hari.
 Bila hipersomnia hanya merupakan salah satu gejala dari gangguan
jiwa lain, misalnya Gangguan Afektif, maka diagnosis harus sesuai
dengan gangguan yang mendasarinya. Diagnosis hipersomnia
psikogenik harus ditambahkan bila hipersomnia merupakan
keluhan yang dominan dari penderita dengan gangguan jiwa
lainnya. 5

6
D. Pemeriksaan

Nocturnal polysomnography

Keluhan rasa kantuk yang tidak bisa dijelaskan dengan adanya penyakit lain

merupakan indikasi polysomnography, biasanya nocturnal polysomnography

diikuti pemeriksaan MSLT, polysomnography dilakukan pada pasien bebas

obat pada jadwal regular dan sesudah mendapatkan tidur yang cukup selama

10-21 hari. Pemeriksaan ini dapat mendiagnosa adanya sleep apneau dan

keparahannya, periodic limb movement sleep, dan nocturnal sleep

disturbance. Polysomnography pada pasien narcolepsy didapatkan gangguan

tidur, bangun berulang dan penurunan latensi tidur. SOREMP (sleep-onset

REM period) pada malam hari merupakan indicator penting pada pemriksaan

narcolepsy. 2

1. Mean sleep latency time ( MSLT )

2. Maintenance of wakefulness test ( MWT )

3. Performance vigilance testing

4. Pupilometry

5. Actiraphy

6. Screening blood test

7. Psychiatris evaluation and tes psikologic

E. Penatalaksanaan

a. Perubahan gaya hidup 2

 Higienitas tidur yang baik

7
 Hindari merokok dan alcohol ketika waktu tidur

 Ikuti relaksasi rutin untuk mencegah kecemasan dimalam hari

 Olahraga secara teratur dan mengatur berat badan agar tetap

normal

 Jika memungkinkan, dapat mengubah lingkungan sekitar untuk

mengurangi gangguan, misalnya tidak melihat atau meletakkan

televisi dikamar tidur

 Makan dengan teratur untuk mencegah defisiensi nutrisi.

b. Terapi farmakologi 2

 Terapy hypersomnia krena narcolepsy dengan atau tanpa catalepsy

: amphetamine, methamphetamine, extroemphetamine, dan

methylphenidate

 Sindrom kleine-levin diterapi dengan lithium karbonat

 Terapi hupersomnia karena idiopatik : methylphenidate dan

modafinil

8
Daftar pustaka

1. Triamiyono H, Upaya mengatasi rasa kantuk dikelas dalam proses belajar

mahasiswa taruna akademi maritime djadajat. Jurnal ilmiah, volume 2

nomor 2, 2014.

2. Munir B. Neurologi dasar. CV Sagung seto. Jakarta. 2015

3. Kaplan, H.I , Sadock, B.J , and Grebb, J.A , 2010. Tidur Normal dan

Gangguan Tidur.

Dalam: Sinopsis Psikiatri. Jilid II. Edisi ke 7. Tanggerang: Binarupa

Aksara.

4. Sateia MJ. International classification of sleep disorders-third edition.

Journal publication chestnest org. 2014

5. Dr. rusdi Maslim. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan

Ringkasa dari PPDGJ III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK UNIKA Atma

Jaya, Jakarta.

6. Preda A"Primary Hypersomnia". Medscape. 2015

7. Trotti, L et al (3 Desember 2013). "Peningkatan kantuk di siang hari

dengan klaritromisin pada pasien dengan-GABA terkait hipersomnia:

Pengalaman klinis". Journal of Psychopharmacology 27 (12).

Anda mungkin juga menyukai