Anda di halaman 1dari 12

SKIZOFRENIA

K ATAT O N I K ( F 2 0 . 2 )
Refleksi Kasus
Pembimbing: dr.Nyoman Sumiati,M.Biomed.,Sp.KJ.
Oleh:
Sakina Usman
N11114011
Identitas
Nama : Tn.S

JK : Laki-laki

Umur : 24 tahun

Alamat : Toli-toli

Pekerjaan : Petani

Agama : Islam

Pendidikan : SMA sederajat

Status perkawinan : belum menikah

Tanggal pemeriksaan : 10 Maret 2015


Deskripsi Kasus
Seorang laki-laki 24 tahun tamatan MAN (SMA sederajat) belum menikah, dibawa ke RSJ
Madani pada 09 Maret 2015 oleh keluarganya karena selalu gelisah dan mengamuk sejak 1
bulan yang lalu.

Ketika ditanya mengapa pasien mengamuk dan gelisah, pasien menjawab karena ia merasa
stress dan kemudian tidak bisa melanjutkan wawancara tersebut karena pasien seketika diam,
menutup mata, memegang kepalanya dan tidak menghiraukan pertanyaan pemeriksa lagi.

Menurut keluarganya, sejak 1 bulan ini pola tidur pasien terganggu berupa selalu bangun tidur
pada jam 2-3 subuh dan puncaknya pada 3 hari terakhir SMRS pasien tidak pernah tidur.

Menurut orangtua pasien, pasien memberitahukan kepada orangtuanya setiap kali ia akan
mengamuk, karena ia mendengar bisikan ditelinganya untuk mengamuk.

Namun ketika ditanya kepada pasien, pasien tidak menjawab.


Menurut pengakuan orangtuanya, gejala ini mulai diperlihatkan oleh pasien
sejak 1 bulan yang lalu disertai dengan perubahan tingkah laku pasien berupa
melakukan gerakan-gerakan aneh dan tidak jelas, seperti gerakan silat, gerakan
menyilangkan kedua tangan kedada seperti berdoa, kadang-kadang pasien tiba-
tiba menjatuhkan dirinya ke lantai, dan pasien melakukan gerakan seperti tidur
dll.

Gejala seperti ini baru pertama kali pasien alami. Riwayat penyakit medis
disangkal.

Penggunaan alkohol diakui oleh bapak pasien tetapi hanya kadang-kadang dan
dilakukan sebelum jauh saat gejala diperlihatkan.
Pasien merupakan anak pertama dari 4 bersaudara. Menurut bapak pasien,
pasien lahir secara normal dibantu oleh dukun dan tidak mengalami masalah
saat lahir.

Hubungan pasien dengan orangtua dan saudara serta lingkungan sekitar


sebelum sakit baik, pasien sangat menyayangi adik-adiknya,
bertanggungjawab sebagai kakak tertua, jarang berkelahi.

Pasien memiliki pendidikan terakhir yaitu MAN (SMA Sederajat), awalnya


pasien ingin melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi, namun tidak
terealisasi karena pengaruh ekonomi oleh keluarganya. Menurut bapak
pasien, pasien dapat menerima keadaan tersebut dan berinisiatif untuk
mencari pekerjaan dengan membantu orangtuanya yang merupakan seorang
petani kebun.
Menurut bapaknya, pasien pernah menjalin hubungan dengan lawan jenis, namun bapak pasien
tidak begitu mengetahui detail hubungannya karena orangtua berfikir itu adalah lazim untuk
anak muda seperti pasien.

Sampai pada 2 tahun SMRS pasien diajak oleh salah seorang temannya untuk berguru ilmu
tasawuf didaerahnya.

Bapak pasien mengaku bahwa pasien tidak pernah memberitahu kepada kedua orangtuanya
tentang keinginannya untuk berguru di organisasi keagamaaan tersebut.

Selama mengikuti organisasi ini, pasien sekitar 1 bulan tidak tinggal dirumah, dan apabila
dirumah, pasien selalu memaksa keluarganya untuk mengikuti ajaran-ajaran yang ia dapatkan,
seperti jangan bicara dengan wanita yang bukan muhrim dll. Mulai pada saat itu pasien mulai
menunjukkan gejala-gejala diatas.

Menurut pengakuan keluarga, tidak ada keluarga yang pernah menderita gejala seperti ini dalam
3 garis pohon keturunan. Dalam sebulan ini, apabila gejala mengamuk muncul, pasien kadang
dipasung namun tidak tiap hari.
Emosi yang Terlibat
Kasus ini menarik untuk dibahas karena pasien
tidak menunjukkan kesediaannya untuk
diwawancarai (tidak kooperatif) sehingga perlu
digali lebih lanjut mengenai cara
mewawancarai pasien dengan tipe pendiam
seperti ini sehingga kedepannya dapat
diaplikasikan.
Evaluasi
Pengalaman Baik Pengalaman Buruk
• Pasien tidak • Seringkali pasien
menunjukkan rasa selalu mencoba untuk
curiga kepada menyentuh pemeriksa,
pemeriksa, serta dapat namun dapat diatasi
duduk berdampingan karena pasien
dengan pemeriksa mematuhi perintah
untuk diamati, pemeriksa untuk tidak
meskipun pasien tidak melakukan hal itu lagi.
dapat menjawab
pertanyaan pemeriksa
dengan baik.
Analisis

Berdasarkan deskripsi kasus diatas, kasus ini merupakan pasien dengan skizofrenia.

Pada pasien ini, didapatkan pasien mengalami gangguan proses pikir berupa blocking (terhambat) yaitu
pembicaraan yang dilakukan dengan pasien tiba-tiba berhenti ketika diwawancarai dan alogia yaitu pasien
sedikit berbicara.

Gangguan persepsi juga ditemukan, yaitu halusinasi auditorik, dimana pasien selalu mendengarkan bisikan
bahwa ia harus mengamuk.

Gangguan emosi berupa afek tumpul, yaitu ekspresi pasien sangat sedikit

Gangguan perilaku berupa perilaku katatonik, yaitu selalu mengulang gerakan seperti berdoa

kesemua gejala gangguan tersebut telah berlangsung/ dialami pasien sejak 1 bulan yang lalu

dengan penurunan fungsi hidup dan social, yaitu tidak dapat tidur dengan normal dan tidak mampu melakukan
pekerjaan seperti sebelum sakit.
Tipe Skizofrenia

Pasien digolongkan kedalam skizofrenia tipe


katatonik (F20.2).

Karena pasien menunjukkan mutisme (tidak


berbicara) dan perilaku katatonik, yaitu pasien selalu
menampilkan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar
dan aneh yaitu pasien selalu mengangkat kedua
tangan keatas seperti orang yang sedang berdoa.
Terapi

• Antipsikotik tipikal:
Psikofarmak haloperidol tab 1,5 mg
a 2x1/hari

• Psikoterapi
Non • Suportif
psikofarmak • Edukatif
a • Rekonstruktif
Kesimpulan

Gangguan skizofrenia dapat ditegakkan berdasarkan adanya


gejala psikotik oleh pasien, baik gejala positif atau gejala
negative, yang memenuhi pedoman diagnostic, seperti PPDGJ
III

Skizofrenia tipe katatonik ditandai dengan adanya perilaku


katatonik pada pasien

Pasien skizorenia diterapi dengan pemberian antipsikosis,


dengan pemilihan obat pertama yaitu haloperidol dosis rendah.

Anda mungkin juga menyukai