Anda di halaman 1dari 14

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

RSUD UNDATA PALU FAKULTAS KEDOKTERAN DAN


ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS TADULAKO

REFARAT:

OBAT ANTIANSIETAS

DISUSUN OLEH :

Sakina Usman

N 111 14 011

1
PEMBIMBING

dr. Patmawati, Sp.KJ

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

RSUD UNDATA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2015

BAB I

PENDAHULUAN

Psikiatri adalah salah satu cabang ilmu kedokteran, yang mempelajari

manusia secara utuh (body and mind), tidak hanya masalah fisik, fisiologi, atau

patologi yang terjadi saja, tetapi juga melihat hubungan individu dengan

lingkungannya. Terapi yang dilakukan terhadap penderita gangguan jiwa bersifat

eklektik-holistik, yaitu komprehensif meliputi bidang organobiologik,

psikoedukatid dan sosiokultural, serta selalu mengikuti kaedah-kaedah ilmu

kedokteran yang mutakhir. Dalam setiap kondisi tidak mudah untuk menentukan

2
aspek mana yang harus lebih diprioritaskan. Istilah biological priority and

psychological supremacy sebenarnya bukan dimaksudkan untuk menempatkan

satu diatas yang lain, tetapi memperlakukannya sebagai proses berkesinambungan

yang tidak terpisahkan.1

Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara

selektif pada system saraf pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap

aktivitas mental dan perilaku, digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik yang

berpengaruh terhadap taraf kualitas hidup pasien.2

Psikotropik adalah obat yang mempengaruhi fungsi perilaku, emosi dan

pikiran yang biasa digunakan dalam bidang psikiatri atau ilmu kedokteran jiwa.

Sedangkan psikofarmakologi adalah ilmu yang mempelajari kimiawi, mekanisme

kerja serta farmakologi klinik dari psikotropik. Psikofarmakologi berkembang

dengan pesat sejak ditemukannya reserpine dan klorpromazin yang ternyata

efektif untuk mengobatan kelainan psikiatrik. Berbeda dengan antibiotic,

pengobatan psikotropik bersifat simptomatik dan lebih didasarkan atas

pengetahuan empiris. Hal ini dapat dipahami, karena patofisiologi penyakit jiwa

itu sendiri belum jelas. Psikotropik hanya mengubah keadaan jiwa pasien sehinga

lebih kooperatif dan dapat menerima psikoterapi dengan baik. Berdasarkan

penggunaan klinik, psikotropi dapat dibedakan menjadi 4 golongan yaitu

antipsikosis, antidepresan, antianxietas dan antimania.2

Obat antiansietas terutama berguna untuk simptomatik penyakit

psikoneurosis (neurosis, keluhan subjektif tanpa gangguan somatic yang nyata

3
dengan fungsi mental-kognitif tidak terganggu) dan berguna untuk terapi

tambahan penyakit somatic dengan ciri ansietas (perasaan cemas) dan ketegangan

mental. Ansietas didefinisikan sebagai perasaan khawatir atau ketakutan yang

ditandai dengan gejala fisik seperti palpitasi, berkeringat dan tanda-tanda stress

lainnya. Obat antiansietas mempunyai beberapa sinonim, antara lain psikoleptik,

transquilizer minor dan ansiolitik. 2

BAB II

OBAT-OBAT ANTIANSIETAS

Antiansietas adalah obat-obat yang digunakan untuk mengatasi kecemasan

dan juga mempunyai efek sedative, relaksasi otot, amnestic dan antiepileptic.1

Obat antiansietas dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:

1. Golongan Benzodiazepine
Contoh: Diazepam, Chlordiazepoxide, clobazam, Bromazepam,

Alprazolam
2. Golongan Non-Benzodiazepine
Contoh: Sulpride, Buspirone, Hydroxyzine

4
Antiansietas yang terutama adalah benzodiazepine. Banyak golongan

obat yang mendepresi system saraf pusat lain telah digunakan untuk sedasi siang

hari pada pengobatan antiansietas, namun penggunaannya saat ini telah

ditinggalkan. Alasannya ialah golongan barbiturate dan meprobamat, lebih toksik

pada takar lajak (overdosis).2

Dari golongan benzodiazepine, yang dianjurkan untuk antiansietas adalah

Chlordiazepoxide, oksazepam, diazepam, lorazepam, prazepam, alprazolam, dan

halozepam. Sedangkan klorazepam lebih dianjurkan untuk panic disorder.2

Indikasi Penggunaan:3

Gejala sasaran: Sindrom Anxietas

Butir-butir diagnostic sindrom ansietas:

- Adanya perasaan cemas atau khawatir yang tidak realistic terhadap 2 tau

lebih hal yang dipersepsi sebagai ancaman perasaan ini menyebabkan

individu tidak mampu istirahat dengan tenang (inability to relax).


- Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari-hari bermanifestasi dalam gejala:

penurunan kemampuan bekerja, hubungan social dan melakukan kegiatan

rutin.
- Terdapat paling sedikit 6 dari 18 gejala-gejala berikut:
Ketegangan motoric:
o Kedutan otot atau rasa gemetar
o Otot tegang/kaku/pegal linu
o Tidak bisa diam
o Mudah menjadi lelah
Hiperaktivitas otonom
o Nafas pendek/terasa berat
o Jantung berdebar-debar
o Telapak tangan basah-dingin
o Mulut kering
o Kepala pusing/terasa melayang

5
o Mual, mencret, perut tak enak
o Muka panas/badan menggigil
o Buang air kecil lebih sering
o Sukar menelan/rasa sumbar
Kewaspadaan berlebihan dan penangkapan berkurang:
o Perasaan jadi peka/mudah ngilu
o Mudah terkejut/kaget
o Sulit konsentrasi pikiran
o Sukar tidur
o Mudah tersinggung

Sindrom ansietas dapat terjadi pada:

- Sindrom ansietas psikis: gangguan ansietas umum, gangguan panic,

gangguan panic, gangguan fobik, gangguan obsesif kompulsif, gangguan

stress pasca trauma


- Sindrom ansietas organic: hipertiroid, feokromositosis dll
- Sindrom ansietas situasional: gangguan penyesuaian + ansietas, gangguan

cemas perpisahan
- Sindrom ansietas penyerta: gangguan jiwa + ansietas, misalnya:

skizofrenia, gangguan paranoid; penyakit fisik + ansietas, misalnya stroke,

kanker dll.

1). Golongan Benzodiazepine

a. Mekanisme kerja
Sindrom ansietas disebabkan oleh hiperaktivitas dari system limbic SSP

yang terdiri dari dopaminergic, noradrenergic, serotoninergic, neuron

yang dikendalikan oleh GABA-ergic neuron. Mayoritas neurotransmitter

yang melakukan inhibisi di otak adalah asam amino GABA (gamma-

aminobutiric acid A). Secara selektif reseptor GABA akan membiarkan

6
ion Chlorida masuk ke dalam sel, sehingga terjadi hiperpolarisasi neuron

dan menghambat pelepasan transmisi neuronal. Secara umum, obat-obat

antiansietas ini bekerja di reseptor GABA. Benzodiazepine menghasilkan

efek pengikatan terhadap reseptor GABA tersebut.2


b. Cara Penggunaan
Pemilihan obat:3
- Benzodiazepine sebagai obat anti-ansietas mempunyai ratio

terapeutik yang lebih tinggi dan lebih kurang menimbulkan adiksi

dengan toksisitas rendah, dibandingkan dengan meprobamate atau

fenobarbital. Disamping itu fenobarbital menginduksi enzim

mikrosmal di hepar, sedangkan golongan benzodiazepine tidak.


- Golongan benzodiazepine disebut sebagai drug of choice dari semua

obat yang mempunyai efek antiansietas, disebabkan spesifisitas,

potensi, dan keamanannya.


- Spectrum klinis benzodiazepine meliputi efek antiansietas,

antikonvulsan, antiinsomnia, premedikasi tindakan operatif.


o Diazepam/chlordiazepoxide : broadspectrum
o Nitrazepam/flurazepam: dosis antiansietas dan antiinsomnia

berdekatan (non dose-related), lebih efektif sebagai antiinsomnia


o Midazolam: onset cepat dan kerja singkat, sesuai kebutuhan untuk

premedikasi tindakan operatif


o Bromazepam, lorazepam, clobazam: dosis antiansietas dan

antiinsomnia berjauham (dose-related), lebih efektif sebagai

antiansietas
- Beberapa spesifikasi:
o Clobazam = 1,5 benzodiazepine = psychomotor performance

paling kurang terpengaruh, untuk pasien dewasa dan usia lanjut

yang ingin tetap aktif.

7
o Lorazepam = short half life benzodiazepine and no significant

drug accumulation at clinical dose, untuk pasien-pasien dengan

kelainan fungsi hati atau ginjal.


o Alprazolam = efektif untuk ansietas antisipatorik, onset of action

lebih cepat dan mempunyai komponen efek anti-depresi.


o Sulpride-50 = efektif meredakan gejala somatic dari sindrom

ansietas dan paling kecil risiko ketergantungan obat.


Pengaturan Dosis:3
- Steady state (keadaan dengan jumlah obat yang masuk kedalam

badan sama dengan jumlah obat yang keluar dari badan) dicapai

setelah 5-7 hari dengan dosis 2-3 kali sehari (half life =<24 jam).
- Efek klinis terlihat bila kadar obat dalam darah telah mencapai

steady state
- Mulai dengan dosis awal (dosis anjuran) kemudian dinaikkan dosis

setiap 3-5 hari sampai mencapai dosis optimal. Dosis ini

dipertahankan 2-3 minggu. Kemudian diturunkan 1/8 x dosis awal

setiap 2-4 minggu sehingga terjadi dosis minimal yang masih efektif

(maintenance dose). Bila kambuh dinaikkan, bila efektif

dipertahankan 4-8 minggu kemudian tapering off.


Lama Pemberian:3
- Pada sindrom ansietas yang disebabkan faktor situasi eksternal,

pemberian obat tidak lebih dari 1-3 bulan.


- Pemberian sewaktu-waktu dapat dilakukan apabila timbul sindrom

ansietas dapat diramalkan waktu datangnya dan hanya pada situasi

tertentu (anticipatory anxiety), serta terjadinya tidak sering.


- Penghentiam selalu secara bertahap (stepwise), agar tidak

menimbulkan gejala lepas obat (withdrawal symptoms).


c. Efek Samping
Efek samping obat antiansietas dapat berupa:3

8
- Sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor

menurun, kemampuan kognitif melemah).


- Relaksasi otot (rasa lemas, cepat lelah dll).

Potensi menimbulkan ketergantungan lebih rendah dari narkotika.

Oleh karena at therapeutic dose the have low re-inforcing properties.

Potensi menimbulkan ketergantungan obat disebabkan oleh efek obat yang

masih dapat dipertahankan setelah dosis terakhir, berlangsung sangat

singkat.

Penghentian obat secara mendadak, akan menimbulkan gejala putus

obat (rebound phenomenon): pasien menjadi iritabel, bingung, gelisah,

insomnia, tremor, palpitasi, keringat dingin, konvulsi dll.

Hal ini berkaitan dengan penurunan kadar benzodiazepine dalam

plasma. Untuk obat benzodiazepine dengan waktu paruh pendek lebih

cepat dan hebat gejala putus obatnya dibandingkan dengan benzodiazepine

dengan waktu paruh panjang (misalnya clobazam sangat minimal

menimbulkan gejala putus obat).

Ketergantungan relative lebih sering terjadi pada individu dengan

riwayat peminum alkohol (alcoholics), penyalahgunaan obat (drug abus),

atau unstable personalities. Oleh karena itu obat benzodiazepine tidak

dianjurkan pada pasien-pasien tersebut.

Untuk mengurangi risiko ketergantungan obat, maksimum lama

pemberian = 3 bulan (100 hari) dalam rentang dosis terapeutik.

d. Kontraindikasi

9
Pasien dengan hipersensitif terhadap benzodiazepine, glaucoma,

myasthenia gravis, chronic pulmonary insufisiensi, chronic renal atau hepatic

diseases.3
Derivat benzodiazepine sebaiknya jangan diberikan bersama alkohol,

barbiturate atay fenotiazine karena berpotensi menghasilkan efek sedasi dan

penekanan pusat pernafasan, sehingga berisiko timbulnya respiratory failure.

e. Sediaan Obat Antiansietas Golongan Benzodiazepine3

N Nama Generik Nama Sediaam Dosis Anjuran


Dagang
O

1. Diazepam Diazepam Tab 2-5 mg


Lovium Tab 2-5 mg PO 2-3 x 2-5
Mentalium Tab 2-5 mg mg/hari
Inj. 5-10 mg
Stesolid Tab 2-5 mg
Ampul 10mg/2cc (im/iv)
Rectal tube 5mg/2,5 cc Rectal tube:
10mg/2,5cc
Anak <10kg: 5mg
Valdimex Tab 5 mg Anak >10kg: 10mg
Ampul 10mg/2cc

Trazep Rectal tube 5mg/2,5 cc


Valium Tab 5 mg
Ampul 10mg/2cc

2. Chlordiazepoxid Cetabrum Drg.5-10mg 2-3 x 5mg/hari


e Tensinyl Caps 5mg
Librium Tab 5-10mg

3. Lorazepam Ativan Tab 0,5 1 2 mg 2-3 x 1 mg/hari


Renaquil Tab 1 mg
Merlopam Tab 0,5 2 mg

4. Clobazam Frisium Tab 10mg 2-3 x 10 mg/hari


Clobazam Tab 10mg
Asabium Tab 10mg
Clobium Tab 10mg
Proclozam Tab 10mg

10
5. Bromazepam Lexotan Tan 1,5 3 6 mg 3 x 1,5 mg/hari

6. Alprazolam Alprazolam Tab 0,25 0,5 1mg 3x0,25-0,5mg/hari


Xanax Tab 0,25 1 mg 1x0,5-1mg/hari
Alganax Tab 0,25 0,5 1mg 3x0,25-0,5mg/hari
Tab 0,25 0,5 1 2mg
Calmlet Tab 0,25 0,5 1mg
Feprax Tab 0,5 mg
Atarax Tab 0,5- 1mg
Alviz Cap 0,25 0,5 1mg
Zyprax

2). Golongan Non Benzodiazepine


2.1 Buspirone
Buspirone (Buspar) diindikasikan untuk terapi gangguan ansietas, tidak

seperti benzodiazepine dan barbiturate, buspirone tidak memiliki efek sedative,

hipnotik, relaksan otot atau antikonvulsan. Buspiron memiliki potensi yang

rendah disalahgunakan dan disertai fenomena putus zat atau hanya hendaya

kognitif.4
a. Mekanisme
Buspirone diabsorpsi dengan baik dari saluran gastrointestinal dan tidak

dipengaruhi oleh asupan makanan. Obat ini mencapai kadar puncak

plasma dalam 60 hingga 90 menit setelah pemberian oral. Waktu paruh

yang pendek (2-11 jam) memerlukan dosis 3 kali sehati. Berlawanan

dengan benzodiazepine dan barbiturate yang bekerja pada saluran ion

klorida terkait-amninobutiric acid (GABA), buspirone tidak memiliki efek

pada mekanisme reseptor ini. Buspirone lebih bekerja sebagai agonis atau

agonis parsial pada reseptor serotonin 5-HTIA. Buspirone juga memiliki

aktivitas pada reseptor 5-HT2 dan reseptor dopamine tipe 2(D 2), meskipun

11
efek pada reseptor ini tidak diketahui. Pada reseptor D2, obat ini memiliki

sifat agonis dan antagonis. Fakta bahwa buspirone memerlukan 2 -3

minggu untuk menghasilkan efek terapetik mengesangkan bahwa apapun

efek awalnya, efek terapetik buspirone dapat meliputi modulasi beberapa

neurotransmitter dan mekanisme intraneuronal.4


b. Efek Samping

Efek samping buspirone yang paling lazim adalah sakit kepala,

mual, pusing dan insomnia (jarang). Buspirone tidak disertai dengan

sedasi. Beberapa orang dapat melaporkan adanya perasaan gelisah ringan,

meskipun gejala ini dapat mencerminkan gangguan ansietas yang tidak

diterapi secara utuh. Tidak ada kematian dilaporkan akibat over dosis

buspirone, dan dosis letal median (LD50) diperkirakan 160-550 kali

dengan dosis harian yang dianjurkan. Buspirone harus digunakan dengan

hati-hati pada orang dengan gangguan hati dan ginjal, perempuan hamil,

dan ibu yang menyusui. Obat ini dapat digunakan dengan aman oleh

lansia.4

c. Interaksi Obat

Pemberian buspirone dan haloperidol bersamaan mengakibatkan

meningkatnya konsentrasi haloperidol didalam darah. Buspirone sebaiknya

tidak digunakan dengan monoamine oksidase inhibitor (MAOI) untuk

menghindari episode hipertensif, dan diantara penghentian penggunaan

MAOI dengan dimulainya terapi buspirone harus terdapat periode

12
pembersihan selama 2 minggu. Eritromisin, itraconazole, nefazodone dan

jus anggur dapat meningkatkan konsentrasi buspirone didalam plasma.4

2.2 Hydroxizine
Hidroxizine adalah antihistamin tua, awalnya disetujui untuk penggunaan

klinis oleh FDA pada tahun 1956. Obat ini memiliki sifat anxiolytic

disamping sifat antihistamin dan juga berlisensi untuk pengobatan

kecemasan dan ketegangan. Obat ini juga digunakan sebagai obat

penenang sebelum anestesi atau untuk menginduksi sedasi setelah anestesi.

Obat ini telah terbukti sama efektifnya dengan benzodiazepine dalam

pengobatan gangguan kecemasan umum, sedangkan memiliki sedikit efek

samping.4

2.3 Sediaan Obat Antiansietas Golongan Non Benzodiazepine

N Nama Nama Dagang Sediaam Dosis Anjuran


Generik
O
Cap 50 mg
1. Sulpride Dogmatil 2-3 x 50-
100mg/hari

2. Buspirone Buspar Cap 10 mg 2-3 x 10mg/hari


Tran-Q Cap 10 mg
Xiety Cap 10 mg

3. Hidroxizine Iterax Caplet 25 mg 3x 25 mg/hari

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Elvira S, Hadisukanto G, 2013. Buku Ajar Psikiatri Edisi Kedua. Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.


2. Gunawan S, Setiabudy R, Nafrialdi, 2008. Farmakologi dan Terapi Edisi 5.

Departemen Farmakologi dan Terapetik. Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Jakarta.
3. Maslim R, 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik

(Psychotropic Medication) Edisi Ketiga. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-

Unika Atma Jaya. Jakarta.


4. Sadock B, Shadock, Virginia. 2010. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri

Klinis, Penerbit EGC. Jakarta

14

Anda mungkin juga menyukai