Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Telaah Pustaka
1. Indeks Massa Tubuh
a) Definisi
Indeks massa tubuh (IMT) adalah pengukuran berat badan yang disesuaikan
dengan tinggi badan, dimana berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat
tinggi badan dalam meter, dinyatakan dalam satuan kg/m2(CDC, 2012).Tinggi
badan merupakan ukuran posisi tubuh berdiri (vertical) dengan kaki menempel
pada lantai, posisi kepala dan leher tegak, pandangan rata-rata air,
dadadibusungkan, perut datar dan tarik nafas beberapa saat. Tinggi
badan diukur dalam posisi berdiri sikap sempurna tanpa alas kaki (Hanom, 2012).
Berat badan adalah ukuran tubuh dalam sisi beratnya yang ditimbangkan dalam
keadaan berpakaian minimal tanpa perlengkapan apapun.

b) Klasifikasi IMT
Kategori standar dalam klasifikasi berat badan berdasarkan hasil pengukuran
IMT untuk usia 20 tahun ke atas, baik pria maupun wanita di wilayah Asia-Pasifik
menggunakan tabel di bawah ini:
IMT Status
<18,5 Kurus
18,5-22,9 Normal
22,9-24,9 Berat badan lebih
≥25 Obesitas
Tabel 2.1 Klasifikasi IMT (Lim, 2017)

5
Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:

Berat Badan (Kg)


IMT = -------------------------------------------------------
Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)

Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang


membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Disebutkan bahwa
batas ambang normal untuk laki-laki adalah: 20,1–25,0; dan untuk perempuan
adalah : 18,7-23,8. Untuk kepentingan pemantauan dan tingkat defesiensi kalori
ataupun tingkat kegemukan, lebih lanjut FAO/WHO menyarankan menggunakan
satu batas ambang antara laki-laki dan perempuan. Ketentuan yang digunakan
adalah menggunakan ambang batas laki-laki untuk kategori kurus tingkat berat dan
menggunakan ambang batas pada perempuan untuk kategorigemuk tingkat berat.

d) Faktor yang mempengaruhi IMT


Ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi IMT, yaitu : (1)Usia, prevalensi
obesitas meningkat secara terus menerus dari usia 20-60 tahun. Setelah usia 60
tahun, angka obesitas mulai menurun; (2) Jenis Kelamin, Pria lebih banyak
mengalami overweight dibandingkan wanita. Distribusi lemak tubuh juga berbeda
pada pria dan wanita, pria cenderung mengalami obesitas visceral dibandingkan
wanita; (3) Genetik, beberapa studi membuktikan bahwa faktor genetik dapat
memengaruhi berat badan seseorang. Penelitian menunjukkan bahwa orangtua
obesitas menghasilkan proporsi tertinggi anak-anak obesitas; (4) Pola Makan,
makanan siap saji juga berkontribusi terhadap epidemi obesitas. Banyak keluarga
yang mengonsumsi makanan siap saji yang mengandung tinggi lemak dan tinggi
gula. Alasan lain yang meningkatkan kejadian obesitas yaitu peningkatan porsi
makan ;(5)Aktivitas Fisik, saat ini level aktifitas fisik telah menurun secara

6
dramatis dalam 50 terakhir, seiring dengan pengalihan buruh manual dengan mesin
dan peningkatan penggunaan alat bantu rumah tangga, transportasi dan
rekreasi.(Wayan, 2015).

2. Tekanan Darah
a) Definisi
Tekanan darah adalahukuran kekuatan darah yang bersirkulasi dalam dinding
arteri. Gelombang tekanan ditransmisikan sepanjang arteri sehingga detak jantung
mudah terasa -yang tertinggi Tekanan (sistolik) diciptakan oleh jantung
berkontraksi dan paling rendah(tekanan diastolik) diukur saat jantung terisi (Lawes
et al, 2010). Tekanan darah adalah tekanan yang terdapat di dinding aorta
dihasilkan oleh ventrikel kiri (Corwin, 2009).

b) Pengaturan Tekanan Darah


Tekanan darah ditentukan oleh dua factor utama yaitu curah jantung (cardiac
output) dan resistensi jantung perifer (peripheral vascular resistance). Curah
jantung merupakan hasil kali antara frekuensi denyut jantung dengan isi sekuncup
(stroke volume). Sedangkan isi sekuncup ditenukan oleh aliran balik vena dan
kekuatan kontraksi miokard. Resistensi perifer ditentukan oleh tonus otot polos
pembuluh darah, elastisitas dinding pembuluh darah dan viskositas darah. Semua
parameter ini dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain system saraf simpatis
dan parasimpatis, system renin-angiotensin-aldosteron dan factor local berupa
bahan-bahan vasoaktif yang diproduksi oleh sel endotel pembuluh darah
(Nafrialdi, 2009).
System saraf simpatis bersifat preseif yaitu cenderung meningkatkan tekanan
darah dengan meningkatkan frekuensi denyut jantung, memperkuat kontraktilitas
miokard dan menigkatkan resistensi pembuluh darah. System parasimpatis bersifat
depresif yaitu menurunkan tekanan darah karena menurukan denyut jantung.
SRAA juga bersifat presesif berdasarakan efek vasokonstriksi angiotensin II dan

7
perangsangan aldosterone yang menyebabkan resistensi air dan natrium di ginjal
sehingga meningkatkan volume darah. Sel endotel pembuluh darah memproduksi
berbagai bahan vasoaktif yang sebagiannya bersifat vasokonstiktor seperti
endotelin, tromboksan AII dan angiotensin II local dan sebagian lagi bersifat
vasodilator seperti Nitric Oxide dan prostasiklin (Nafrialdi, 2009).

c) Pengukuran Tekanan Darah


Tekanan darah dapat diukur secara langsung dengan kateter intracranial atau
secara tidak langsung dengan sphygmomanometer. Pengukuran tekanan darah
secara tidak langsung meliputi deteksi timbul dan hilangnya bunyi Korotkov
secara auskultatoris di atas arteri yang ditekan. Bunyi Korotkov adalah bunyi
bernada rendah yang berasala dari dalam pembuluh darah yang berkaitan dengan
turbulensi yang dihasilkan dengan menyumbat arteri secara parsial dnegan manset
tekanan darah (Schwatz , 2014)
Tekanan darah diukur dengan menggunakan tensimeter (sphygmomanometer)
yaitu dengan cara melingkarkan manset pada lengan kana 1 ½ cm di atas fossa
kubiti anterior, kemudian tekanan tensimeter dinaikkan sambil meraba denyut
A.radialis sampai kira-kira 20 mmHg di atas tekanan sistolik, kemudian tekanan
diturunkan perlahan-lahan sambil meletakkan stetoskop pada fossa kubiti anterior
di atas A. Brachialis. Dengan menggunakan stetoskop, akan terdengar denyut nadi
Korotkov yaitu:
- Korotkov I, suara denyut mulai terdengar tapi masih lemah dan akan
mengeras setelah tekanan diturunkan 10-15 mmHg, fase ini sesuai dengan
tekanna sistolik.
- Korotkov II, suara terdengar seperti bising jantung (murmur) selama 15-20
mmHg berikutnya
- Korotkov III suara menjadi kecil kualitasnya dan menjadi lebih jelas dan lebih
keras selama 5-7 mmHg berikutnya

8
- Korotkov IV suara kaan meredup sampai kemudian hilang setelah 5-6 mmHg
berikutnya
- Korotkov V titik dimana suara menghilang, fase ini sesuai dengan tekanan
diastolic.
Faktor-faktor yang turut mempengaruhi hasil pengukuran tekanan darah adalah
lebar manset, posisi pasien dan emosi pasien (Setiyohadi & Subekti, 2011).

d) Klasifikasi Tekanan Darah


Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal <120 Dan <80
Normal <130 Dan <85
Normal- 130-139 Atau 85-89
Tinggi
Hipertensi
Stage 1 140-159 Atau 90-99
Stage 2 160-179 Atau 100-109
Stage 3 >180 Atau >110
Isolated Systemic Hypertension
Grade 1 140-159 Dan <90
Grade 2 >160 Dan <90
Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah (Japi, 2013)

3. Lansia dan Pralansia


a) Definisi Lansia
Lanjut Usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas,
berdasarkan Undang Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut
Usia. Secara global populasi lansia diprediksi terus mengalami peningkatan seperti

9
tampak pada gambar di bawah. Populasi lansia di Indonesia diprediksi meningkat
lebih tinggi dari pada populasi lansia di dunia setelah tahun 2100.
Pralansia adalah kelompok dengan rentang usia antara 45-59 tahun.
Kelompok ini merupakan peralihan usia dewasa akhir sebelum memasuki
kategori lansia.

b) Kesehatan lansia
Angka kesakitan merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk
mengukur derajat kesehatan penduduk. Angka kesakitan tergolong sebagai
indikator kesehatan negatif. Semakin rendah angka kesakitan, menunjukkan
derajat kesehatan penduduk yang semakin baik. Angka kesakitan penduduk lansia
tahun 2014 sebesar 25,05% artinya bahwa dari setiap 100 orang lansia terdapat 25
orang di antaranya mengalami sakit. Bila dilihat perkembangannya dari tahun
2005- 2014, derajat kesehatan penduduk lansia mengalami peningkatan yang
ditandai dengan menurunnya angka kesakitan pada lansia.(Kemenkes, 2016)
Keluhan kesehatan tidak selalu mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-
hari, namun terjadinya keluhan kesehatan dan jenis keluhan yang dialami oleh
penduduk dapat menggambarkan tingkat/derajat kesehatan secara kasar. Lansia
mengalami peningkatan yang ditandai dengan menurunnya angka kesakitan pada
lansia. (Kemenkes, 2016)
Dengan bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat
proses penuaan sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada lanjut usia.
Selain itu masalah degeneratif menurunkan daya tahan tubuh sehingga rentan
terkena infeksi penyakit menular. Hasil Riskesdas 2013, penyakit terbanyak pada
lanjut usia adalah Penyakit Tidak Menular (PTM) antara lain hipertensi, artritis,
stroke, Penyakit Paru Obstrukf Kronik (PPOK) dan Diabetes Mellitus (DM).

10
Tabel 2.3. Masalah Kesehatan Lanjut Usia

Lanjut usia sehat berkualitas mengacu pada konsep active ageing WHO yaitu
proses penuaan yang tetap sehat secara fisik, sosial dan mental sehingga dapat
tetap sejahtera sepanjang hidup dan tetap berpartisipasi dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup sebagai anggota masyarakat. (Kemenkes, 2016).

11
4. Kerangka Teori

Pralansia dan Lansia

Massa lemak Efek penuaan pada


meningkat pembuluh darah

Indeks Massa Tubuh Tekanan darah

Normal
Kurus

Normal

Berat badan lebih Hipertensi

Obesitas

Gambar 2. 1 Kerangka Teori

5. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat


Indeks Massa Peningkatan
Tubuh Tekanan Darah

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

12
B. Landasan Teori
Ahli dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengidentifikasi lebih lanjut
potensi kesehatan masyarakat di negara-negara Asia Pasifik. Yang termasuk dalam
kategori kelebihan berat badan adalah 23,0 kg / m2. Populasi memiliki risiko lebih
tinggi untuk mengembangkan komorbiditas seperti penyakit kardiovaskular dan
diabetes tipe 2 pada IMT lebih rendah dari 25 kg / m2, yang merupakan titik potong
WHO untuk berat badan berlebih (Lim, 2017). Kegemukan merupakan suatu faktor
utama ( bersifat fleksibel) yang mempengaruhi tekanan darah dan juga perkembangan
hipertensi. Kurang lebih 46% pasien dengan Indeks massa tubuh 27 adalah penderita
hipertensi. Framingham studi telah menemukan bahwa peningkatan 15% BB dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 18%. Dibandingkan dengan
mereka yang mempunyai berat badan normal, orang yang overweight dengan
kelebihan berat badan sebesar 20% mempunyai resiko delapan kali lipat lebih besar
terhadap hipertensi.
Indeks massa tubuh pada orang obesitas dapat mempengaruhi peningkatan
tekanan darah karena terjadi peningkatan massa tubh, maka semakin banyak volume
yang dibutuhkan untuk memasok makanan dan zat oksigen ke jaringan tubuh. Darah
yang beredar melalui pembuluh darah menyebabkan peningkatan tekanan arteri
sehingga tekanan darah meningkat. Pernyataan ini telah mengalami pergeseran
dimana perubahan neurohormonal yang mendasari kelainan ini.hal ini disebabkan
konsep obesitas yang dikaitkan dengan hormon leptin. Leptin sendiri merupakan
asam amino yang disekresi jaringan adipose. Fungsi utamanya adalah pengaturan
nafsu makan dan pengeluaran energi tubuh melalui pengaturan susunan saraf pusat,
selain itu Leptin juga berperan dalam perangsangan saraf simpatis, meningkatkan
sensitifitas insulin , natriuresis, diuresis dan angiogenesis. Perangsangan saraf
simpatis berperan besar pada peningkatan tekanan darah (Sneps, 2005).
Dalam beberapa penelitian, ditemukan korelasi positif yang signifikan secara
statistik antara semua ukuran antropometri dan tekanan darah. Studi diberbagai
populasi juga menunjukkan hubungan yang kuat antara indikator antropometri dan

13
tingkat tekanan darah yang berbeda. Variabel komposisi tubuh seperti berat badan,
ketebalan kulit dan lain-lain telah menunjukkan secara signifikan berkorelasi dengan
tekanan darah pada orang dewasa. Asosiasi BMI yang signifikan dengan tekanan
darah juga terlihat dari nilai koefisien korelasi pearson antara pria dan wanita pada
beberapa penelitian.(Suman, 2014)
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Holmen J et. Al menemukan bahwa terdapat
efek independen perubahan IMT terhadap tekanan darah pada pria maupun wanita
dan peningkatan IMT akan beresiko mengalami hipertensi.(Holmen, 2005)

C. Hipotesis
Adapun hipotesis yang dibuat adalah peningkatan IMT mempengaruhi
peningkatan tekanan darah .

14

Anda mungkin juga menyukai