Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi yang
masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. TB adalah suatu penyakit
infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk batang (basil) yang dikenal
dengan nama Mycobacterium tuberculosis dan ditularkan melalui perantara
droplet udara (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2011).
Perhatian aktivis sedunia dikejutkan oleh deklarasi “kedaruratan
global” (the global emergency) tuberculosis pada tahun 1993 dari WHO,
karena sebagian besar negara-negara di dunia tidak berhasil mengendalikan
penyakit tuberkulosis. Hal ini disebabkan oleh angka kesembuhan penderita
yang berdampak pada tingginya penularan. Penyakit tuberkulosis sudah ada
sejak ribuan tahun sebelum masehi. Menurut hasil penelitian, penyakit
tuberkulosis sudah ada sejak zaman Mesir kuno yang dibuktikan dengan
penemuan pada mumi. Pada tahun 1882, ilmuwan Robert Koch berhasil
menemukan kuman tuberkulosis, yang merupakan penyebab penyakit ini.
Kuman ini berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama
“Mycobacterium tuberculosis” (Sejati dan Sofiana, 2015).
Indonesia memiliki beban penyakit tuberkulosis yang tinggi.
Indonesia merupakan negara pertama diantara High Burden Country (HBC)
di wilayah WHO South-East Asian yang mampu mencapai target global
tuberkulosis untuk deteksi kasus dan keberhasilan pengobatan pada tahun
2006. Pada tahun 2009, tercatat sejumlah 294.732 kasus tuberkulosis telah
ditemukan dan diobati (data awal Mei 2010) dan lebih dari 169.213
diantaranya terdeteksi BTA (+). Dengan demikian, case notification rate
untuk TB BTA (+) adalah 73 per 100.000 (case detection date 73%). Rerata
pencapaian angka keberhasilan pengobatan selama 4 tahun terakhir adalah
sekitar 90% dan pada kohort tahun 2008 mencapai 91%. Pencapaian target

1
global tersebut merupakan tonggak pencapaian program pengendalian TB
nasional yang utama (Sejati dan Sofiana, 2015).
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia, (2012), diketahui
peningkatan angka penjaringan suspek mempunyai range 8-123 per 100.000
penduduk. Provinsi dengan peningkatan angka penjaringan suspek tertinggi
adalah Provinsi Maluku (123 per 100.000 penduduk) dan Provinsi Sumatera
Utara (8 per 100.000 penduduk) (Kementrian Kesehatan RI, 2016).
Di Sulawesi Tengah sendiri berdasarkan jumlah penduduk
diperkirakan kasus TB BTA positif dimasyarakat pada tahun 2011 sekitar
4.856 orang. Pada tahun 2011 ditemukan 2.807 kasus yang menandakan
CDR hanya 57,80%. Angka CDR Propinsi masih dibawah 70%. Berbagai
upaya-upaya yang dilakukan, salah satunya promosi secara aktif,
pendekatan pelayanan terhadap pelayanan kesehatan yaitu memaksimalkan
Puskesmas Pembantu dan Bidan Desa untuk mendekatkan pelayanan TB di
masyarakat terpencil (Kementrian Kesehatan RI,2014).
Menurut data UPTD puskesmas kamonji angka kejadian TB paru pada
tahun 2017 berjumlah 128 penderita dan data pada tahun 2018 hingga bulan
april 2018 berjumlah 26 orang (UPTD Puskesmas Kamonji,2018).
.1 Tujuan
Adapun tujuan penyusunan laporan refleksi kasus ini meliputi:
1. Sebagai syarat penyelesaian tugas akhir di bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat
2. Sebagai gambaran penyebaran penyakit dan beberapa faktor resiko
penyebarannya di wilayah kerja puskesmas kamonji

2
BAB II
PERMASALAHAN

2.1. Identitas pasien


Nama Pasien : Tn. AN
Umur : 28 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Alamat : jl. Jalur gaza
Pekerjaan : wiraswasta

2.2. Anamnesis
Keluhan utama: Batuk
Riwayat Penyakit Sekarang:
Awalnya pasien mengeluhkan adanya batuk yang hilang timbul sejak 4 bulan
yang lalu. Batuk tidak pernah disertai dengan pengeluaran darah. Menurut istri
pasien, pasien juga sering berkeringat pada malam hari dan kadang disertai
demam serta sulit tidur. Nafsu makan pasien dirasakan menurun sehingga berat
badan pasien diakui turun drastis sejak 4 bulan terakhir. Pasien saat ini sedang
menjalani pengobatan TB kategori I dan DM yang sudah berlangsung 1 bulan
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien mengaku tidak pernah sebelumnya menjalani pengobatan OAT. Riwayat
penyakit Hipertensi (-), diabetes (+), gangguan jantung (-), asma (-), alergi (-).
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak terdapat riwayat penyakit TB yang sama dalam keluarga, Namun ada
riwayat pada ibu pasien yang menderita DM
Riwayat pengobatan:
Pasien sedang menjalani pengobatan TB kategori I dan DM yang sudah
berlangsung 1 bulan.
Riwayat Sosial, Ekonomi dan Lingkungan
Pasien tinggal bersama istri dan saudara :

3
Ny, S 28 tahun, wiraswasta
Nn. M, 23 tahun, Mahasiswa
- Pasien tinggal di rumah yang luasnya kurang lebih 84 m2 (7m x 12m) dengan 2
kamar
- Untuk air minum pasien mendapatkan air dari PDAM, ibu mengaku ia
memasak air untuk keperluan konsumsi rumah tangga.
- Untuk memasak keluarga pasien menggunakan kompor gas.
- Didalam rumah tidak terdapat hewan peliharaan .
- Ventilasi udara rumah pasien sangat kurang dan cenderung tertutup
2.3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Frek. Nadi : 80 x/menit
Frek. Napas : 24 x/menit
Suhu : 36,8 °C
Berat badan : 58 kg
Tinggi badan : 170cm
Status gizi : baik
Status Generalis
Kepala Leher:
Kepala : Deformitas (-)
Rambut : Hitam, lurus
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, mata cekung -/-
Telinga : Liang telinga normal, serumen (-)
Hidung : Deformitas (-), sekret (-)
Leher : tidak teraba pembesaran KGB
Paru:
Inspeksi:
- Bentuk dan ukuran dada kiri dan kanan simetris, barrel chest (-), pergerakan
dada simetris

4
- Permukaan dada papula (-), petechie (-), purpura (-), ekimosis (-), nevi (-)
- Tipe pernapasan torakoabdominal
Palpasi:
- Trakea tidak ada deviasi, iktus kordis di SIC V linea parasternal sinistra
- Nyeri tekan (-), massa (-), edema (-), krepitasi (-)
- Gerakan dinding dada simetris kiri dan kanan
- Taktil fremitus simetris kiri dan kanan
Perkusi:
- Batas jantung normal
- Paru sonor di seluruh lapang paru.
Auskultasi:
- Cor: S1S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
- Pulmo: vesikuler (+), ronkhi (+/+), wheezing (-/-)
Abdomen:
Inspeksi: bentuk simetris, permukaan datar, distensi (-), asites (-)
Auskultasi: bising usus (+) normal, bising aorta (-)
Perkusi: bunyi timpani pada seluruh lapang abdomen
Palpasi: nyeri tekan (-), massa (-), hepatosplenomegali (-), tes undulasi (-),
shifting dullness (-).
2.4. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan
2.5. Diagnosis Kerja
Tuberculosis Paru
2.6. Penatalaksanaa
Medikamentosa
Terapi OAT FDC tahap awal (intensif) yaitu 2 bulan setiap hari
Non Medikamentosa
Edukasi:
- Penyakit yang diderita adalah penyakit TB yang menular dan bisa menyerang
siapa saja.

5
- Menjelaskan kepada anggota keluarga pasien yang tinggal serumah dengan
pasien untuk memeriksakan dahaknya di laboratorium untuk memastikan
adanya anggota keluarga yang lain yang mengidap penyakit TB seperti pasien
atau tidak
- Menjelaskan kepada pasien agar tekun minum obat serta rutin memeriksakan
dirinya sampai dinyatakan sembuh untuk evaluasi perkembangan penyakit TB
di Puskesmas meskipun pasien sudah merasa sehat sebelum dinyatakan
sembuh
- Jagalah kebersihan rumah dan pencahayaan di dalamnya, buka jendela setiap
hari pagi dan siang hari.
- Menganjurkan pasien mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh
2.7 prognosis
Dubia ad bonam

6
BAB III
PEMBAHASAN

Pasien adalah seorang laki-laki berusia 28 tahun yang mengeluhkan adanya


batuk . Batuk tidak pernah disertai dengan pengeluaran darah. Menurut istri
pasien, pasien juga sering berkeringat pada malam hari dan kadang disertai
demam serta sulit tidur. Nafsu makan pasien dirasakan menurun sehingga berat
badan pasien diakui turun drastis sejak setahun terakhir. Pasien sedang menjalani
pengobatan TB yang sudah berlangsung 1 bulan.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan status gizi baik, napas cepat, terdapat
bunyi napas tambahan ronkhi dikedua paru.
Suatu penyakit dapat terjadi oleh karena adanya ketidak seimbangan faktor-
faktor utama yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Paradigma
hidup sehat yang diperkenalkan oleh H. L. Bloom mencakup 4 faktor yaitu;
1. faktor genetik (keturunan),
2. perilaku (gaya hidup) individu atau masyarakat,
3. faktor lingkungan (sosial ekonomi, fisik, politik) dan
4. faktor pelayanan kesehatan (jenis, cakupan dan kualitasnya)
(Anonim, 2017).
Menurut Depkes RI, rumah sehat adalah proporsi rumah yang memenuhi
kriteria sehat minimum komponen rumah dan sarana sanitasi dari tiga komponen
(rumah, sarana sanitasi dan perilaku) di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu. Minimum yang memenuhi kriteria sehat pada masing-masing parameter
adalah sebagai berikut;
 Minimum dari kelompok komponen rumah adalah langit-langit, dinding,
lantai, jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga, ventilasi, sarana
pembuangan asap dapur dan pencahayaan.

7
 Minimum kelompok fasilitas pendukung rumah sehat adalah sarana air
bersih, jamban (sarana pembuangan kotoran), sarana pembuangan air
limbah (SPAL) dan sarana pembuangan sampah.
Sanitasi rumah adalah usaha kesehatan masyarakat untuk menitik beratkan
pada pengawasan terhadap strukur fisik yang digunakan sebagai tempat
berlindung yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Sanitasi rumah sangat
erat kaitannya dengan angka kesakitan penyakit menular (Depkes RI,2003).
Berdasarkan hasil penelusuran kasus ini, jika mengacu pada konsep
kesehatan masyarakat, maka dapat ditelaah beberapa faktor yang mempengaruhi
atau menjadi faktor resiko terhadap penyakit yang diderita oleh pasien dalam
kasus ini :
1. Faktor genetik
Tidak ada faktor genetik pada kasus ini.
2. Faktor lingkungan
Lingkungan memegang peranan yang sangat penting dalam terjadinya
sebuah penyakit, apalagi penyakit tersebut adalah penyakit berbasis
lingkungan. Hal ini tentu saja dapat menyebabkan mudahnya terjadi infeksi
apabila tidak ada keseimbangan dalam lingkungan. Dalam kasus ini lingkungan
tempat tinggal mendukung terjadinya penyakit TB yang dialami pasien.
Lingkungan rumah merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh
besar terhadap status kesehatan penghuninya. Lingkungan rumah merupakan
salah satu faktor yang berperan dalam penyebaran kuman tuberkulosis. Kuman
tuberkulosis dapat hidup selama 1-2 jam bahkan sampai beberapa hari hingga
berminggu-minggu tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi
yang baik, kelembaban, suhu rumah, dan kepadatan rumah (Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia, 2011).
- Pencahayaan rumah
Keadaan rumah pasien pada kasus ini tergolong lembab dan kurang
pencahayaan. Rumah pasien hanya memiliki 2 buah jendela dan bahkan ada
ruangan yang tidak memiliki jendela sama sekali. Cahaya yang masuk ke
dalam rumah sangat kurang. Hal ini menyebabkan mikroorganisme dapat

8
berkembang biak dengan pesat, termasuk kuman dan bakteri penyebab TB
(Depkes RI,2003).
- Kepadatan hunian rumah
Rumah tempat tinggal pasien dalam kasus ini memiliki jarak yang sangat
dekat dengan rumah tetangga-tetangga sekitarnya. Hal ini tentu dapat
menjadi faktor pendukung untuk tersebarnya penyakit TB dengan mudah
(Depkes RI,2003).
- Riwayat kontak
Tidak terdapat riwayat kontak (Kementrian Kesehatan RI,2016)
3. Faktor perilaku
Perilaku dapat terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan
penderita TB paru yang kurang tentang cara penularan, bahaya, dan cara
pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku sebagai orang sakit
dan akhirnya berakhibat menjadi sumber penular bagi orang disekelilingnya.
- Pengetahuan yang kurang tentang TB (Kementrian Kesehatan RI, 2016)
Pasien dan keluarga sebelumnya mengetahui tentang TB, pengertian, faktor
resiko, penularan, akibat dan sebagainya namun pasien merasa gejala yang
dirasakan hanya bersifat sementara( batuk biasa ). Pasien dan keluarga
mengaku jarang membuka jendela rumah dan tidak segera memeriksakan
diri ketika sudah ada gejala sakit yang mengarah ke TB.
- Kebiasan merokok (Kementrian Kesehatan RI,2016)
Pasien dalam kasus ini tidak terdapat anggota keluarga yang merokok
didalam rumah. Dengan adanya paparan asap rokok akan mempermudah
untuk terjadinya infeksi TB paru.
4. Faktor pelayanan kesehatan
Dari segi pelayanan kesehatan terkait TB mulai dari pelayanan UKP
berbasis pelayanan pada polik kesehatan umum, apotek, juga pelayanan UGD
jika ditemui kondisi buruk seperti sesak napas berat pada penderita TB.
Perlunya ditingkatkan pada program promosi kesehatan tentang TB
(Kementrian Kesehatan RI,2016).

9
Berdasarkan Panduan Praktek Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer tahun 2014, alur diagnosis pasien TB adalah sebagai berikut :

10
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan atas pengamatan dan pemantauan dari kasus tersebut,
dapat ditarik kesimpulan, antara lain :
Penyakit TB pada kasus ini berkaitan dengan empat determinan
kesehatan, yaitu faktor genetic, lingkungan, perilaku, dan faktor
pelayanan kesehatan masyarakat. Namun faktor yang paling berperan
dalam kasus ini adalah faktor perilaku dan faktor lingkungan

4.2 Saran
Berdasakan Artikel Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tentang
upaya pencegahan penyakit TB tahun 2017 sebagai berikut :
1. Tinggal di rumah. Jangan pergi kerja atau sekolah atau tidur di
kamar dengan orang lain selama beberapa minggu pertama
pengobatan untuk TB aktif
2. Ventilasi ruangan. Kuman TB menyebar lebih mudah dalam
ruangan tertutup kecil di mana udara tidak bergerak. Jika ventilasi
ruangan masih kurang, buka jendela dan gunakan kipas untuk
meniup udara dalam ruangan ke luar.
3. Tutup mulut mengunakan masker. Gunakan masker untuk menutup
mulut kapan saja ini merupakan langkah pencegahan TB secara
efektif. Jangan lupa untuk membuang masker secara teratur.

11
4. Meludah hendaknya pada tempat tertentu yang sudah diberikan
desinfektan (air sabun).
5. Imunisasi BCG diberikan pada bayi berumur 3-14 bulan
6. Hindari udara dingin.
7. Usahakan sinar matahari dan udara segar masuk secukupnya ke
dalam tempat tidur.
8. Menjemur kasur, bantal, dan tempat tidur terutama pagi hari.
9. Semua barang yang digunakan penderita harus terpisah begitu juga
mencucinya dan tidak boleh digunakan oleh orang lain.
10. Makanan harus tinggi karbohidrat dan tinggi protein.
Saran diberikan untuk petugas kesehatan sebaiknya diterapkan sistem
jemput bola dalam hal ini jika ada pasien yang terdiagnosis TB sebaiknya
pendataan dan pemeriksaan dilakukan pada semua penghuni dalam satu
rumah yang terpapar TB untuk menghindari penyebaran yang lebih luas
dan untuk diagnosis dini pada anggota lain yang telah terpapar.

12

Anda mungkin juga menyukai