RS Undata
Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako
REFERAT PSIKIATRI
“Gangguan Disosiatif”
DISUSUN OLEH :
Mirna aulia awanis
N 111 17 002
PEMBIMBING KLINIK
dr. Dewi suriany, M.Kes,. Sp.KJ
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Tadulako
RS Undata
Fakultas Kedokteran
Universitas Tadulako
2
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagian besar orang melihat diri mereka sendri sebagai orang dengan kepribadian
dasar, mereka mengalami rasa kesatuan diri. Meskipun demikian, orang dengangguan
disosiatif kehilangan rasa memiliki kesadaran. Mereka merasa seolah-olah tidak memiliki
identitas, bingung mengenai siapa diri mereka atau mengalami identitas majemuk. Apapun
yang terintregasi menjadi abnormal pada orang dengan gangguan disosiatif. Gambaran yang
dramatis, membuat seseotrang yang mengalaminya menjadi pusat perhatian keluarga dan
masyarakat.
Pada sebagian besar keadaan disosiatif, gambaran kontraindikasi mengenai diri, yang
bertentangan satu sama lain, tersimpan didalam kompartemen jiwa yang terpisah. Terdapat
empat tipe : (1) amnesia disosiatif ditandai dengan ketidakmampuan mengingat informasi,
biasanya disebabkan oleh peristiwa traumatic atau yang penuh tekanan, yang tidak
diakibatkan oleh keadaan lupa biasa, komsumsi zat, atau keadaan medis umum; (2) fugue
disosiatif ditandai dengan bepergian jauh dari rumah atau pekerjaan secara tidak disangka
dan tiba-tiba, disertai ketidakmampuan mengingat masa lalu serta bingung mengenai
identitas pribadi seseorang atau disertai pengadopsian suatu identitas baru; (3) gangguan
sebagi gangguan disosiatif yang paling berat dan kronis, ditandai dengan adanya dua
kepribadian atau lebih yang khas pada satu orang; (4) gangguan depersonalisasi ditandai
dengan rasa berulang atau menetap mengenai lepas dari tubuh atau pikiran.
3
Revisi teks DSM-IV edisi keempat mencatumkan kategori diagnostic gangguan
disosiatif yang tidak tergolongkan untuk gangguan disosiatif yang tidak memenuhi criteria
diagnostic untuk gangguan trance ( kesurupan) disosiatif didalam lampirannya, yang saat ini
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
kesadaran dan kendali selektif tersebut terganggu sampai taraf yang dapat berlangsung dari
Gejala utama adalah adanya kehilangan sebagian atau seluruh dari integrasi normal
(dibawah kendali kesadaran) antara lain: (1) ingatan masa lalu, (2) kesadarn identitas dan
1. AMNESIA DISOSIATIF
1.1 Definisi
Diagnosis yang sesuai ketika fenomena disosiatif terbatas apada amnesia. Gejalanya
5
yang penuh tekanan atau traumatic didalam kehidupan seseorang. Ketidakmampuan
ini tidak dapat dijelaskan dengan keadaan lupa yang biasa dan tidak terdapat bukti
1.2 Epidemiologi
Amnesia disosiatif merupakan kelompok disositaif yang paling sering terjadi. Angka
kejadian pada wanita lebih sering dibandingkan dengan laki-laki, dan sering terjadi
pada dewasa muda dibandingkan pada usia yang lebih tua. Mengingat gangguan ini
mungkin meningkat selama waktu perang dan bencana alam. Kasus amnesia
1.3 Etiologi
sebgai cara untuk menyelesaikan konflik emosional atau stressor dari luar.
Episode amnesia disosiatif jarang terjadi secara spontan. Biasanya pada rawat riwyat
penyakit terungkap adanya pencetus yaitu trauma emosional yang menimbulkan ras
sedih dan konflik psikologik. Awiatan amnesia disosiatif sering mendadak dan
pasien bias any menyadari bahwa dirinya kehilangan ingatan. Pada beberapa pasien
merasa terganggua dengan adanya kehilangan memori tetapi pada sebagian lain
tidak peduli atau acuh tak acuh. Pada pemeriksaan status mental sering didapati
adanya depresi dan gangguan cemas. Bentuk amnesia disosiatif dapat berupa :
6
Amnesia yang terlokalisir, tipe ini paling sering ditemukan, berupa
kehilangan ingatan untuk suatu peristiwa dalam waktu singkat (beberapa jam
atau hari)
Amnesia umum: tipe ini ditandai oleh hilangnya memori dari seluruh periode
amnesia
Amnesi yang selektif : tipe ini ditandai oleh kegagalan untuk mengingat
beberapa bagian bukan keseluruhan dari peristiwa yang terjadi dalam waktu
singkat.
1. Gangguan yang predominan adalah adanya satu atau lebih episode tidak
traumatic atau penuh stress yang tidak dapat dijelaskan dhanya sebagai lupa
yang biasa.
1.5 Diagnosis
Kriteria diagnosis amnesia disosiatif pada revisi teks DSM-IV-TR edisi keempat
atau penuh tekanan. Amnesia disosiatif dapat didiagnosis hanya ketika gejalanya
7
tidak terbatas pada amnesi yang terjadi selama perjalanan gangguan identitas
disosiatif dan bukan merupakan akibat keadaan medis umum ( contohnya trauma
1.6 Penatalaksanaan
Selama dilakukan wawancara, klinikus bisa mendapat kunci penting akan adanya
intraveana jangka pendek atau menengah seperti thiopental dan sodium amorbarbital
terlupakan. Hipnoterapi juga dapat dilakukan untuk relaksasi. Setelah pasien dapat
2. FUGUE DISOSIATIF
2.1 definisi
secara fisik pergi jauh dari situasi rumahnya atau pekerjaan biasa mereka dan tidak
2.2 Epidemiologi
Faugue disosiatif jarang ditemukan, dan seperti amnesi disosiatif, paling sering
terajdi selama perang, setelah bencana alam dan akibat krisis pribadi dengan konflik
internal yang berat. Menurut DSM-IV-TR, terdapat angka prevalesni 0,2 persen
2.3 Etiologi
8
Kondisi psikologik dipikirkan sebagai darai dari fague disosiatif, walupun peminum
fugue disositif lainnya adalah: gangguan mood dan ganggua kepribadian tertentu (
seperti gangguan ambang, hitrionik dan schizoid). Faktor motivasi utam timbulnya
fugue disosiatif adalah danya keinginan untuk menarik diri dari pengalam emosional
yang menyakitkan.
Fugue disosiatif memeilki beberapa cirri khas. Pasien berkelana dengan tujuan,
biasanya jauh dari rumahdan sering berhari-hari. Selam episode ini, mereka
mengalami amnesi sepenuhnya untuk kehidupan masa lalu dan hubungannya, tetapi
tidak sperti pasien dengan amnesi disosiatif, mereka umumnya tidak sadar bahwa
mereka telah melupakan segalanya. Hanya ketika mereka tiba-tiba kembali ke diri
mereka sebelumnya mereka dapat mengingat kemabli waktu sebelum periode fugue
tersebut. Pasien dengan fugue disosiatif bagi oaring lain tidak tampak berperilaku
memiliki pekerjaan yang sederhana, hidup sederhana, dan umunya tidak melakukan
9
2. Kebingungan tentang identitas personal atau perkiraan dari identitas baru
3. Gangguan tidak terjadi secara khusus selama perjalanan gangguan identitas dan
lobus temporalis)
4. Gejala menyebabkan distress yang bermakna atau hendaya dalam bidang sosial,
2.5 Diagnosis
atau mengambil identitas baru. Tidak seperti amnesia disosiatif, diagnosis fugue
gejala hanya terjadi selama perjalanan gangguan identitas disosiatif atau akibat
2.6 Penatalaksanaan
psikiatrik saja atau wawancar psikiatrik yang diawali dengan pemberian obat, dan
membantu pasien dapat menerima stressor dan menyelesaikan dengan cara yang
lebih sehat. Psikoterapi pilihan untuk fugue disosiatif adalah psikoterapi supportif-
ekspresif
10
3. GANGGUAN IDENTITAS DISOSIATIF
3.1 Definisi
dengan gangguan ini memiliki dua tau lebih kepribadian yang berbeda, tetapi
3.2 Epidemiologi
perepuan , rasien perempuan banding laki-laki 5:1 hingga 9:1. Meskipun demikian
banyak klinisi dan peneliti yakin bahwa laki-laki kurang dilaporkan dalam sampel
klinisi karena mereka yakin bahwa sebagian besar laki-laki dengan gangguan ini
Gangguan ini paling lazim ditemukan pada masa remaja akhir dan dewasa muda.
Dengan usia diagnosis rerata adalah 30 tahun. Walaupun pasien biasnya mengalami
3.3 Etiologi
11
Pasien dengan gangguan identitas disosiatif sering difikirkan memilki gangguan
gangguan bipolar yang rapid cycling. Perubahan dari kepribadian yang satu ke
kepribadian yang lain terjadi tiba-tiba dan dramatic. Selama dalam status
kepribadian yang satu, umumnya pasien lupa dengan status kepribadian yang lain.
2. Sedkitnya dua dari identitas atau keadaan kepribadian ini mengambil kendali
4. Gangguan ini tidak disebabkan efek fisiologis langsung atau zat (hilang
kesadaran atau perilaku kacau selama intoksiskasi alcohol), atau keadaan medis
3.5 Diagnosis
3.6 Penatalaksanaan
12
yang dibantu obat dapat berguna untuk mendapatkan riwayat tambahan,
kearah perilaku merusak diri atau keluarga, terapi harus mengikutseratakan pasien
berbahaya ini.
Penggunaan obat antipsikotik pada pasien ini hampit tidak pernah diindikasikan.
Sejumlah data menunjukkan bahwa obat anti depresan dan antiansietas dapat
berguna sebagai tambahan terhadap psikoterapi. Sejumlah kecil laporan studi yang
4. GANGGUAN DEPORSONALISASI
4.1 Definisi
berulang dalam persepsi tentang realitas diri yang hilang dalam waktu tertentu.
Pasien denga gangguan ini merasa bahwa dirinya robot,ada dalam mimpi atau
terpisah adri tubuhnya. Pasien menyadari gejala tidak sesuai realita dan bersifat ego-
Deporsonalisasi adalah perasaan bahwa tubuh atau dirinya sing dan tidak nyata,
13
sedangkan derealisasi adalah persepsi bahwa obyek / dunia luar aneh dan tidak
nyata.
4.2 Epidemiologi
populasi tertentu tanpa perbedaan signikfikan anatar laki-laki dan permpuan. Anak
kesadaran diri dan orang dewasa sring mengalami rasa tidak nyata sementara ketika
mereka bepergian kedaerah baru dan asing, pada sejumlah kecil studi
sering dibandingkan laki-laki; gangguan ini jarang ditemukan pada oaring berusia
4.3 Etiologi
sistemik. Penyebab sistemik mencakup gangguan endokrin pada tiroid dan pancreas.
oleh stimulus listrik pada korteks lobus temporalis selama bedah saraf.
atau halusinogenik. Ansietas dan depresi adalah faktor presdisposisi seperti halnya
stress berat yang dialami contoh dalam peperangan atau kecelakaan mobil.
14
Deporsonalisasi adalah gejala yang sering terjadi pada gangguan ansietas, gangguan
disosiatif lain, dan tidak disebabkan efek fisiologis langsung atau keadaan medis
umum
4.5 Diagnosis
penderitaan yang bermakna bagi pasien atau hendaya dalam kemampuannya unruk
berfungsi dalam hubungan social, pekerjaan atau interpersonal. Gangguan ini secara
luas dibedakan dengan gangguan psikotik melai persyratan diagnostic yaitu uji
realitas tetap baik dalam ganguan deporsonalisasi. Gangguan ini tidak dapat
didiagnosis jika gejalanya lebih disebabkan gangguan jiwa lain atau kondisi medis
umum.
4.6 Penatalaksanaan
15
Hanya sedikit perhatian yang telah diberikan untuk terapi pasien dengan gangguan
deporsonalisasi. Saat ini, data yang mendasari terapi farmakologis spesifik tidak
Gangguan yang mendasari ( contohnya, skizofrenia ) juga dapat diterapi dengan cara
berorientasi titlikan ditentukan bukan oleh gejala itu sendri tetapi oleh berbagai
indikasi positif yang berasal dari penilaian mengenai kepribadian pasien, hubungan
dengan gambaran disosiatif tetapi tidak memenuhi criteria diagnosis amnesia disosiatif,
gangguan disosiatif yang tidak tergolongkan pada DSM-IV-TR turur mengubah criteria
kedua tidak cukup khas atau pasien tidak memiliki periode amnestik. Menurut DSm-IV-
TR, derealisasi tanpa adanya deprosonalisasi adalah contoh gangguan, disosiatif yang
tidak tergolongkan.
gejala disosiatif ( gangguan funsi kesadarn, daya ingat, identitas atau persepsi
16
lingkungan yang biasanya terintegrasi) yang tidak memenuhi criteria diagnosis
1. Gambaran klinis serupa dengan gangguan identitas disosiatif tetapi tidak memenuhi
3. Kedaan disosiasi yang terjadi pada seseorang yang mengalami periode persuasi
yang panjang dan sangat memaksa ( cth. Pencucian otak, pembentukan kembali
identitas, atau daya ingat yang khas pada lokasi atau kebudayaan tertentu. Trance
5. Hilangnya kesadaran, stupos atau koma yang tidak disebabkan oleh keadaan medis
umum.
pertanyaan yang tidak disebabkan oleh amnesia disosiatif atau fugue disosiatif.
Definisi
akan identitas diri dan kesadaran terhadap lingkungannya, dalam beberapa kejadian
Epidemiologi
17
Berdasarkan jenis kelamin, perempuan mempunyai risiko lebih besar mengalami
perempuan dan seringkali dihubungkan dengan stress atau trauma. Hal ini mungkin
karena perempuan lebih sugestible atau lebih mudah dipengaruhi dibandingkan laki-
laki. Orang yang sugestible ini lebih berisiko untuk disosiasi atau juga menjadi
Etiologi
Penyebab trans disosiatif adalah faktor psikologis dan kultural yang menimbulkan
munculnya stres dan ketegangan kuat yang kronis pada seseorang. Selain itu faktor-
c. Disiplin dan kebiasaan hidup yang salah. Hal ini mengakibatkan kontrol pribadi
yang kurang baik, atau memunculkan integrasi kepribadian yang sangat rapuh.
Gambaran klinis
adalah badan seluruhnya menjadi kaku, tidak sadar akan diri, kadang-kadang sangat
keras, disertai dengan teriakan-teriakan dan keluhan-keluhan, tapi air mata tidak
18
keluar. Kejang-kejang ini biasanya terjadi pada siang hari selama beberapa menit
saja, tapi mungkin pula sampai beberapa hari lamanya. Diantara tanda-tanda kejang
itu, biasanya penderita mengalami kebingungan, tidak mau bicara atau menjawab
a. Umumnya mereka itu sangat egoistis dan selfish. Mereka selalu ingin “semau-
gue”. Mereka itu semisal anak-anak manja yang jahat. Selalu menginginkan
kasih. Atau mereka itu adalah pribadi-pribadi yang merasa tidak bahagia.
orang lain. Dan selalu ingin melakukan semua sugesti tersebut untuk
c. Memiliki emosi-emosi yang kuat. Mereka mempunyai rasa suka dan tidak suka
yang sangat kuat, dan penilaiannya sangat dipengaruhi oleh perasaan likes and
dislikes tersebut.
d. Ada kecenderungan yang sangat kuat sekali untuk melarikan diri dari situasi-
situasi yang dianggap sebagai suatu hal yang tidak menyenangkan. Juga ada
sengaja diperkuat, agar bisa memperpanjang waktu melarikan diri dengan cara
menjadi sakit itu. Dan bertujuan untuk menghindari tugastugas tertentu, atau
19
menghindari situasi yang tidak disenanginya. Pada akhirnya, simptomsimptom
yang sengaja ditiru-tiru dan dibuatbuat itu menjadi tingkah laku yang
stereotypis, dan jadi fiksasi yang melekat terusmenerus, serta terus berlangsung
macam, dramatik, ekstovert pada orang yang meluap-luap dan emosional. Tetapi,
mereka bahwa mereka menarik bagi jenis kelamin yang lain. Kebutuhan mereka
akan ketentraman tidak ada habisnya. Tetapi, hubungan mereka cenderung dangkal
dan orang dapat gagal lagi tapi asyik dengan diri sendiri dan berubah-ubah.
mereka sendiri dibawah kebutuhan orang lain. Meminta orang lain untuk
mengambil tanggung jawab untuk masalah besar dalam kehidupan mereka, tidak
memiliki kepercayaan diri dan mungkin mengalami rasa tidak nyaman yang kuat
jika sedang sendirian lebih dari suatu periode yang singkat. Gangguan ini lebih
20
sering terjadi pada wanita dibandingkan pria, dan lebih sering terjadi pada anak
yang lebih kecil jika dibandingkan yang lebih tua. Gangguan kepribadian dependen
ditandai oleh ketergantungan yang pervasif dan perilaku patuh. Orang dengan
gangguan ini tidak mampu untuk mengambil keputusan tanpa nasehat dan
pertimbangan yang banyak dari orang lain. Pesimisme, keraguan diri, pasivitas, dan
Diagnosis
terbatas pada lokasi atau budaya tertentu. Contoh tersebut menyatakan bahwa
gangguan transe atau disosiatif bukan merupakan bagian normal praktik religious
untuk berfungsi.
pribadi yang biasanya terjadi secara sementara dan jelas tanpa penggantian
21
a. Penyempitan kesadaran tentang sekeliling, atau penyempitan dan
lingkungan.
tersebut.
pribadi yang lain dengan identitas pribadi. Hal ini dipengaruhi oleh suatu
roh, kekuatan, dewa, atau orang lain, seperti yang dibuktikan oleh satu (atau
(possessing agent).
B. Keadaan trance atau trance kesurupan adalah tidak diterima sebagai bagian
secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting
lain.
D. Kedaan trance atau trance ‘kemasukan’ tidak hanya terjadi selama perjalanan
gangguan psikotik dan gangguan psikotik dan tidak disebabkan oleh efek
22
BAB III
KESIMPULAN
1. Gangguan disosiatif atau gangguan konversi didefinisikan sebagai suatu gangguan yang
ditandai oleh adanya satu atau lebih gejala neurologis (sebagai contohnya paralisis,
kebutaan, dan parastesia) yang tidak dapat dijelaskanoleh gangguan neurologis atau medis
yang diketahui.
3. Diagnosis gangguan disosiatif dapat ditegakkan dengan criteria diagnostik menurut DSM-
IV.
23
Daftar pustaka
1. Sadock, B.J. 2017. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. Jakarta : EGC
2. Elvira, S.d., Hadisukanto,g. 2014. Buku Ajar Psikiatri Edisi kedua. Jakarta: FKUI.
Social and Industrial Psychology 1 (2) (2012). Diakses tanggal 21 maret. From:
file:///C:/Users/Hp/Downloads/2646-Article%20Text-5182-1-10-20131210.pdf
4. Hidajat, L.L. 2008. Understanding the Mass Trance Phenomenon in Indonesia: Between
https://library.gunadarma.ac.id/journal/files/15808/understanding-the-mass-trance-
phenomenon-in-indonesia-between-traditional-beliefs-and-community-mental-health
24