Prevalensi
Prevalensi 12 bulan untuk amnesia disosiatif di antara orang dewasa di
komunitas kesil Amerika Serikat adalah 1,8% (1,0% untuk pria; 2,6% untuk
wanita)
Intervensi
Treatment untuk gangguan disosiatif ada bermacam-macam, sebagian
besar karena kondisinya juga bervariasi. Tujuan utama dalam memberikan
treatment terhadap orang dengan simptom-simptom disosiatif adalah dengan
membawa kestabilan dan integrasi dalam hidup mereka. Hal yang penting
dalam treatment mereka adalah membangun sebuah lingkungan yang aman,
jauh dari stressor yang mengancam yang mungkin dapat membangkitkan
disosiasi. Pada keamanan dalam konteks treatment, klinisi akan mengenalkan
teknik yang menenangkan, beberapa bersifat psikoterapeutik dan yang lain
bersifat psikofarmakologis.
Beberapa klinisi akan menambah obat dan intervensi, juga dapat
membantu meningkatkan kondisi tenang. Obat yang paling umum digunakan
adalah sodium pentobarbital dan sodium amobarbital yang memfasilitasi proses
wawancara, khususnya pada klien yang mengalami amnesia disosiatif dan
fugue disosiatif. Jika amnesianya telah hilang, maka klinisi akan membanti
klien menemukan kejadian apa dan factor-faktor apa yang menyebabkan
amnesia (Halgin, 2013)
3. Fugue Disosiatif (Dissociative Fugue)
Fugue berasal dari bahasa latin fugere, yang berarti melarikan diri, fugue
sama dengan amnesia “dalam pelarian”. Dalam fugue disosiatif memori yang
hilang lebih luas dari pada amnesia dissosiative, individu tidak hanya
kehilangan seluruh ingatannya (misalnya nama, keluarga atau pekerjaanya),
mereka secara mendadak meninggalkan rumah dan pekerjaannya serta
memiliki identitas yang baru (parsial atau total) (APA, 1994). Namun mereka
mampu membentuk hubungan sosial yang baik dengan lingkungan yang baru.
Fugue, seperti amnesia, relatif jarang dan diyakini mempengaruhi sekitar 2
orang di 1.000 di antara populasi umum (APA, 1994).
Berdasarkan PPDGJ (F 44.1)
Ciri-ciri fugue disosiatif: melakukan perjalanan tertentu melampaui hal
yang umum dilakukannya sehari-hari. Kemampuan mengurus diri yang dasar
tetap ada seperti makan, mandi, dsb dan melakukan interaksi sosial sederhana
dengan orangorang yang belum dikenalnya misalnya membeli bensin,
menanyakan arah, dan memesan makanan
Intervensi
1. Psikoterapi: Psikoterapi adalah penanganan primer terhadap gangguan
disosiatif ini. Bentuk terapinya berupa terapi bicara, konseling atau terapi
psikososial, meliputi berbicara tentang gangguan yang diderita oleh pasien
jiwa. Terapinya akan membantu anda mengerti penyebab dari kondisi yang
dialami. Psikoterapi untuk gangguan disosiasi sering mengikutsertakan
teknik seperti hipnotis yang membantu kita mengingat trauma yang
menimbulkan gejala disosiatif.
2. Terapi kesenian kreatif: Dalam beberapa referensi dikatakan bahwa tipe
terapi ini menggunakan proses kreatif untuk membantu pasien yang sulit
mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka. Seni kreatif dapat membantu
meningkatkan kesadaran diri. Terapi seni kreatif meliputi kesenian, tari,
drama dan puisi (Corey, 2013).
3. Terapi kognitif: Terapi kognitif ini bisa membantu untuk
mengidentifikasikan kelakuan yang negatif dan tidak sehat dan
menggantikannya dengan yang positif dan sehat, dan semua tergantung dari
ide dalam pikiran untuk mendeterminasikan apa yang menjadi perilaku
pemeriksa (Corey, 2013).
4. Terapi obat: Terapi ini sangat baik untuk dijadikan penangan awal,
walaupun tidak ada obat yang spesifik dalam menangani gangguan disosiatif
ini. Biasanya pasien diberikan resep berupa anti-depresan dan obat anti-
cemas untuk membantu mengontrol gejala mental pada gangguan disosiatif
ini (Corey, 2013).
1
https://www.klikdokter.com/penyakit/gangguansomatoform#:~:text=Pengobatan%20gangguan
%20somatoform%20dilakukan%20oleh,Pemberian%20obat%20anti%2Ddepresan (Diakses pada
tanggal 15 November 2020. Pada pukul 17.00 WIB)