PENDAHULUAN
Sebenarnya ada banyak perbedaan, tetapi intinya bukan pada mengungkap perbedaan
antara penyakit jiwa dan penyakit fisik tetapi pada metode komunikasinya. Komunikasi
dengan penderita gangguan jiwa membutuhkan sebuah dasar pengetahuan tentang ilmu
komunikasi yang benar, ide yang mereka lontarkan terkadang melompat, fokus terhadap
topik bisa saja rendah, kemampuan menciptakan dan mengolah kata – kata bisa saja
kacau balau.
Ada beberapa trik ketika harus berkomunikasi dengan penderita gangguan jiwa :
a. Pada pasien halusinasi maka perbanyak aktivitas komunikasi, baik meminta klien
berkomunikasi dengan klien lain maupun dengan perawat, pasien halusinasi terkadang
menikmati dunianya dan harus sering harus dialihkan dengan aktivitas fisik.
b. Pada pasien harga diri rendah harus banyak diberikan reinforcement
c. Pada pasien menarik diri sering libatkan dalam aktivitas atau kegiatan yang bersama –
sama, ajari dan contohkan cara berkenalan dan berbincang dengan klien lain, beri
penjelasan manfaat berhubungan dengan orang lain dan akibatnya jika dia tidak mau
berhubungan dll.
Tujuan Komunikasi Terhadap Pasien Gangguan Jiwa
a. Perawat dapat memahamiorang lain.
b. Menggali perilaku pasien
c. Memahami perlunya memberi pujian
d. Memproleh informasi klien
2. Analisa Data
Dari pengkajian data pada tanggal 30 Oktober 2017, maka dapat dibuat analisa data
sebagai berikut :
Data Obyektif :
• Klien tampak masih
ngalamun di tempat tidur
• klien kadang senyum
sendiri, bicara sendiri dan
menangis tiba – tiba tanpa
ada alasannya.
Data Obyektif :
• Kontak mata kurang
• Klien kadang menunduk
• Klien menjawab pertanyaan
secara singkat
• Jika terlalu lama
berkomunikasi verbal kacau
A. Pohon Masalah
Fase Orentasi.
Tahap perkenalan dilaksanakan setiap kali pertemuan dengan klien dilakukan.
Tujuan dalam tahap ini adalah memvalidasi keakuratan data dan rencana yang telah
dibuat sesuai dengan keadaan klien saat ini, serta mengevaluasi hasil tindakan yang
telah lalu (Stuart. G. W, 2009). Tugas perawat dalam tahapan ini adalah:
1. Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan dan komunikasi terbuka.
2. Merumuskan kontrak (waktu, tempat pertemuan, dan topik pembicaraan)
bersama-sama dengan klien dan menjelaskan atau mengklarifikasi kembali
kontrak yang telah disepakati bersama.
3. Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien yang
umumnya dilakukan dengan menggunakan teknik komunikasi pertanyaan
terbuka.
4. Merumuskan tujuan interaksi dengan klien
Sangat penting bagi perawat untuk melaksanakan tahapan ini dengan baik karena
tahapan ini merupakan dasar bagi hubungan terapeutik antara perawat dan klien.
Fase kerja.
Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik (Stuart, G.
W, 2009). Tahap kerja merupakan tahap yang terpanjang dalam komunikasi terapeutik karena
didalamnya perawat dituntut untuk membantu dan mendukung klien untuk menyampaikan
perasaan dan pikirannya dan kemudian menganalisa respons ataupun pesan komunikasi verbal
dan non verbal yang disampaikan oleh klien. Dalam tahap ini pula perawat mendengarkan
secara aktif dan dengan penuh perhatian sehingga mampu membantu klien untuk
mendefinisikan masalah yang sedang dihadapi oleh klien, mencari penyelesaian masalah dan
mengevaluasinya.
Dibagian akhir tahap ini, perawat diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya
dengan klien. Teknik menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan dan menegaskan
hal-hal penting dalam percakapan, dan membantu perawat dan klien memiliki pikiran dan ide
yang sama (Murray, B. & Judith, P, 2011 dalam Suryani, 2010). Dengan dilakukannya
penarikan kesimpulan oleh perawat maka klien dapat merasakan bahwa keseluruhan pesan
atau perasaan yang telah disampaikannya diterima dengan baik dan benar-benar dipahami
oleh perawat.
Perawat : “Dengan siapa ibu tinggal serumah?”
Pasien : “Ibu”
Perawat : “Siapa yang paling dekat dengan bu Endah?”
Pasien : “Ibu”
Perawat : “Apa yang menyebabkan bu Endah dekat dengan ibu?”
Pasien : “Karena dari kecil saya tinggal dengan ibu saya.”
Perawat : “Siapa anggota keluarga dan teman ibu yang tidak dekat dengan ibu?”
Pasien : “Bapak dan Mantan Suami saya, bapak saya ninggalin saya dari kecil. Kalau
mantan suami saya malah pergi setelah nikah 1 tahun dan kita tidak punya
anak.”
Perawat : “ Apa yang bu Endah rasakan sekarang?”
Pasien : “Merasa sendiri” (murung)
Perawat : “O …. Bu Endah merasa sendirian, siapa saja yang bu Endah kenal di
lingkungan sini “.
Pasien : ( hanya menggelengkan kepala)
Perawat : “ Bu Endah mau berkenalan dengan tetangganya? ”
Pasien : (diam)
Perawat : “ Menurut bu Endah apa saja keuntungan kalau kita mempunyai teman ?
Pasien : “Ada teman ngobrol”
Perawat : “Wah benar, ada teman ngobrol,trus apa lagi bu?” (sampai pasien dapat
menyebutkan beberapa )
Pasien : “Ada teman berbagi, ada teman untuk melakukan aktivitas”
Perawat : “Nah kalau kerugiannya tidak mempunyai teman apa ya?”
Pasien : “Tidak punya teman bicara”
Perawat : “Betul, apa lagi ya ?”
Pasien : “Tidak ada teman untuk diajak main”
Perawat : “Kalau begitu bu Endah mau kan belajar dan bergabung dengan orang lain?”
Pasien : “Ya.”
Perawat : “ Bagus, bagaimana sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain ya“
Begini bu, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan nama kita, nama
panggilan yang kita sukai,asal kita, dan hobi kita”. “Contoh : Nama saya
Endah, Senang dipanggil Endah , Asal dari Bungursari , Hobi memasak,
selanjutnya bu Endah menayakan nama orang yang diajak
berkenalan.“Contohnya Begini, Nama bapak/ibu siapa ? senang dipanggil apa
? asalnya dari mana ? Hobbinya apa ? Ayo bu Endah dicoba, Misalnya saya
belum kenal denggan ibu, coba berkenalan dengan saya !!!
Pasien : “Nama saya Endah, Senang dipanggil Endah, Asal dari Bungursari, Hobbi
memasak. Nama bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana?
Hobinya apa?.”
Perawat : “Ya bagus sekali “ coba sekali lagi”
Pasien : “Nama saya Endah, Senang dipanggil Endah, Asal dari Bungursari, Hobbi
memasak. Nama bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana?
Hobinya apa?.”
Perawat : “Bagus sekali. Setelah bu Endah berkenalan dengan orang tersebut, bu Endah
bisa melanjutkan percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan bu Endah
bicarakan , Misalnya tentang cuaca, tentang hobi , tentang keluarga ,
pekerjaan dan sebaginya .”
Pasien : “Ya”
Terminasi.
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan klien. Tahap terminasi dibagi
dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir (Stuart, G. W, 2009). Terminasi sementara
adalah akhir dari tiap pertemuan perawat dan klien, setelah hal ini dilakukan perawat dan
klien masih akan bertemu kembali pada waktu yang berbeda sesuai dengan kontrak waktu
yang telah disepakati bersama. Sedangkan terminasi akhir dilakukan oleh perawat setelah
menyelesaikan seluruh proses keperawatan. Tugas perawat dalam tahap ini adalah:
1. Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan (evaluasi objektif).
Brammer dan McDonald (2009) menyatakan bahwa meminta klien untuk menyimpulkan
tentang apa yang telah didiskusikan merupakan sesuatu yang sangat berguna pada tahap
ini.
2. Melakukan evaluasi subjektif dengan cara menanyakan perasaan klien setelah berinteraksi
dengan perawat.
3. Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Tindak lanjut yang
disepakati harus relevan dengan interaksi yang baru saja dilakukan atau dengan interaksi
yang akan dilakukan selanjutnya. Tindak lanjut dievaluasi dalam tahap orientasi pada
pertemuan berikutnya.
Salam
Perawat : “Baik bu, hari ini saya rasa cukup, ketemu saya lagi besok pagi ya bu jam 10.
00. Assalamu alaikum Wr.Wb.
BAB IV
PEMBAHASAN
Tindakan Keperawatan
1. Tindakan keperawatan untuk pasien.
a. Tujuan: Setelah tindakan keperawatan, pasien mampu
1) Membina hubungan saling percaya
2) Menyadari penyebab isolasi sosial
3) Berinteraksi dengan orang lain
Tindakan
1) Membina Hubungan Saling Percaya
Tindakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling percaya, adalah:
a) Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
b) Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang
Saudara sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan pasien
c) Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
d) Buat kontrak asuhan: apa yang Saudara akan lakukan bersama pasien, berapa
lama akan dikerjakan, dan tempatnya di mana
e) Jelaskan bahwa Saudara akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan terapi
f) Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien
g) Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan
Untuk membina hubungan saling percaya pada pasien isolasi sosial kadang-
kadang perlu waktu yang lama dan interaksi yang singkat dan sering, karena
tidak mudah bagi pasien untuk percaya pada orang lain. Untuk itu Saudara
sebagai perawat harus konsisten bersikap terapeutik kepada pasien. Selalu
penuhi janji adalah salah satu upaya yang bisa dilakukan. Pendekatan yang
konsisten akan membuahkan hasil. Bila pasien sudah percaya dengan Saudara
program asuhan keperawatan lebih mungkin dilaksanakan.
2) Membantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial
Langkah-langkah untuk melaksanakan tindakan ini adalah sebagai berikut :
• Menanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain
• Menanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi dengan
orang lain
3) Membantu pasien mengenal keuntungan berhubungan dengan orang lain
Dilakukan dengan cara mendiskusikan keuntungan bila pasien memiliki
banyak teman dan bergaul akrab dengan mereka
4) Membantu pasien mengenal kerugian tidak berhubungan
Dilakukan dengan cara:
• Mendiskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak
bergaul dengan orang lain
• Menjelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien
5) Membantu pasien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
Saudara tidak mungkin secara drastis mengubah kebiasaan pasien dalam
berinteraksi dengan orang lain, karena kebiasaan tersebut telah terbentuk dalam
jangka waktu yang lama. Untuk itu Saudara dapat melatih pasien berinteraksi
secara bertahap. Mungkin pasien hanya akan akrab dengan Saudara pada awalnya,
tetapi setelah itu Saudara harus membiasakan pasien untuk bisa berinteraksi secara
bertahap dengan orang-orang di sekitarnya.
Secara rinci tahapan melatih pasien berinteraksi dapat Saudara lakukan sebagai
berikut:
• Beri kesempatan pasien mempraktekkan cara berinteraksi dengan orang
lain yang dilakukan di hadapan Saudara
• Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang (pasien, perawat atau
keluarga)
• Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi
dengan dua, tiga, empat orang dan seterusnya.
• Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh
pasien.
• Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan
orang lain. Mungkin pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau
kegagalannya. Beri dorongan terus menerus agar pasien tetap semangat
meningkatkan interaksinya.
Hamid, Achir Yani. 2008. Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penebit Buku
Kedokteran EGC
Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa: Aplikasi Dalam Praktik. Yogyakarta:
CV. Andi Offset