Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya
makalah “ASUHAN KEPERAWATAN PSIKOTIK GELANDANGAN” ini dapat
tersusun. Makalah ini memuat mengenai askep psikotik gelandangan. Materi makalah
ini diambil dari berbagai sumber, penulisan makalah ini merupakan tugas
keperawatan jiwa II.
Penulis telah berupaya menyelaraskan makalah ini seringkat dan sejelas mungkin
agar mudah di pahami. Namun, tiada gading yang tak retak, telah disadari makalah
ini masih jauh dari yang diharapkan. Untuk saran penyempurnaan sangat diharapkan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gelandangan dan pengemis merupakan masalah sosial yang akut.
Fenomena ini menjadi masalah sosial di perkotaan, tidak hanya kota besar
tetapi juga di kota-kota kecil. Hal ini karena beberapa faktor yang
menyebabkan kemunculan mereka dan belum berhasil dituntaskan hingga ke
akar-akarnya.
B. Tujuan
Untuk mengetahui Laporan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gelandangan Psikotik
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Pengertian
Gelandangan sebagai identitas sosial merupakan orang-orang yang
hidup dalam keadaan yang tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak
dalam masyarakat setempat serta tidak mempunyai tempat tinggal dan
pekerjaan yang tetap diwilayah tertentu dan hidup mengembara ditempat
umum tentang Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis). Penyebutan
istilah gelandangan psikotik adalah penderita gangguan jiwa kronis yang
keluyuran dijalan-jalan umum, dapat mengganggu ketertiban umum dan
merusak keindahan lingkungan. (Karnadi, 2014).
Psikotik adalah bentuk disorder mental atau kegalauan jiwa yang
dicirikan dengan adanya disintegrasi kepribadian dan terputusnya hubungan
jiwa dengan realitas. Seseorang dikatakan sakit jiwa apabila ia tidak mampu
lagi berfungsi secara wajar dalam kehidupan sehari-harinya, dirumah,
disekolah, di tempat kerja, atau dilingkungan sosialnya (Karnadi, 2014).
B. Etiologi
Menurut UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Ilmu
Kedokteran Jiwa bahwa munculnya gelandangan psikotik disebabkan oleh
faktor keluarga tidak peduli, keluarga malu, keluarga tidak tahu, obat tidak
diberikan, tersesat ataupun karena urbanisasi yang gagal. Ciri-ciri
gelandangan psikotik ini ditandai dengan tubuh yang kotor sekali, rambutnya
seperti sapu ijuk, pakaiannya compangcamping, membawa bungkusan besar
yang berisi macam-macam barang, bertingkah laku aneh seperti tertawa
sendiri serta sukar diajak berkomunikasi.
Penyandang psikosis organik pada umumnya disebabkan oleh gangguan
fungsi jaringan otak yang menyebabkan berkurang atau rusaknya fungsi-
fungsi pengenalan, ingatan, intelektual, perasaan dan kemauan, beratnya
gangguan dan kekalutan mental tersebut tergantung pada parahnya kerusakan
organik pada otak. Sementara penyandang psikosis fungsional disebabkan
oleh faktor-faktor non-organik, ditandai oleh disintegrasi dengan dunia
realitas, disintegrasi pribadi dan kekalutan mental
yang progresif, sering kali dibayangi oleh macam-macam halusinasi, ilusi,
dan delusi, sering mengalami stupor (tidak bisa merasakan sesuatupun,
keadaannya seperti terbius).
Kriteria psikotik:
• Psik otik organik adalah psikotik yang penyebabnya adalah gangguan pada
susunan syaraf pusat dan psikotik yang disebabkan oleh kondisi fisik ,
gangguan metabolisme dan intoksikasi obat.
• Psikotik Fungsional adalah Psikotik yang disebabkan oleh gangguan pada
kepribadian seseorang yang bersifat psikogenetik yaitu skizofrenia
(perpecahan kepribadian) seperti psikotik paranoid dan curiga.
Beberapa faktor yang harus dikaji kepada pasien dengan gelandangan psikotik
1. Faktor predisposisi
1) Genetik : Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum
diketahui, tetapi hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga
menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh
2) Neurobiologis : penurunan volume otak dan perubahan sistem
neurotransmiter
3) Teori virus daninfeksi
2. Faktor presipitasi
1) Biologis: kecelakaan yang menyebabkan kerusakan/gangguan
otak
2) Sosialkultural:Tidak mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan
3) Psikologis : Tekanan-tekanan kehidupan (emosional),
Kekecewaan yang tidak pernah terselesaikan.
3. Sumber koping
1) Disonasi kognitif (gangguan jiwa aktif )
2) Pencapaian wawasan
3) Kognitif yang konstan
4) Bergerak menuju prestasi kerja
4. Mekanisme koping
1) Regresi (berhubungan dengan masalah dalam proses informasi
dan pengeluaran sejumlah besar tenaga dalam upaya mengelola
ansietas)
2) Proyeksi (upaya untuk menjelaskan presepsi yang
membingungkan dengan menetapkan tanggung jawab kepada
orang lain)
3) Menarik diri
4) Pengingkaran
Faktor penyebab psikotik
1. Tekanan-tekanan kehidupan ( emosional)
2. Kekecewaan yang tidak pernah terselesaikan
3. Adanya hambatan yang terjadi pada masa tumbuh kembang
4. kecelakaan yang menyebabkan kerusakan gangguan otak
5. Tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat.
UU no 23 tentang kesehatan jiwa menyebutkan penyebab munculnya
gelandangan dan psikotik adalah :
1. Keluarga tidak perduli
2. Keluarga malu
3. Keluarga tidak tahu
4. Obat tidak diberikan
5. Tersesat ataupun karena Urbanisasi
C. Pathway
Gangguan Ji
wa
Faktor
Predisposisi Faktor
1. Biologis/jasmaniah: Presipitasi
Biologis
Keturunan Stress Lingkungan
Jasmaniah Sumber Koping
Temperamen
Penyakit dan cedera
tubuh
Psikologis
Sosial
N on
Terapi
ologi :
Farmak dividu
Terapi gi/Oba
t In
m ako lo -Terapi
F ar
SP
Terapi Modalitas : a
SP Pasie
n Keluarg
-Terapi Keluarga
-Terapi Kejang Listrik
-Terapi Bermain
-Terapi
Somatic/Biologis
-Terapi Lingkungan
-Terapi Kognitif
-Terapi Kelompok
-Terapi Bermain
-Terapi Perilaku
D. Manifestasi Klinik
1. Tubuh kotor sekali
2. Rambut seperti sapu ijuk
3. Pakaian compang camping
4. Membawa bungkusan besar dan berisi macam-macam barang
5. Bertingkah laku aneh seperti tertawa sendiri dan sukar diajak
berkomunikasi dan bermusuhan
E. Komplikasi
1. Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan berbagai
tingkat kepribadian yang mengurangi kemampuan individu untuk bekerja
secara efektif dan untuk berkomunikasi dengan orang lain.
2. Demansia diklasifikasikan sebagai gangguan medis dan kejiwaan,
demensia terkait dengan hilangnya fungsi otak. Demensia melibatkan
masalah progresif dengan memori, perilaku, belajar, dan komunikasi yang
mengganggu fungsi sehari-hari dan kualitas hidup.
3. Kerusakan kognitif reversibel seperti kekurangan gizi, infeksi dan lain-
lain.
4. Kerusakan kognitif ireversibel seperti alzheimer dan vaskular demensia
merupakan kerusakan kognitif ireversibel yang paling umum. Alzheimer
memiliki resiko meliputi usia, genetika, kerusakan otak, sindroma down.
F. Diagnosa Keperawatan
Halusinasi
Isolasi sosial
Harga diri rendah
Resiko perilaku kekerasan/perilaku kekerasan
Gangguan proses pikir : waham
Resiko bunuh diri
Defisit perawatan diri
G. Penatalaksanaan Medis
Menurut Soetomo penataleksanaan pada pasien dengan gelandangan
psikotik yaitu dengan melakukan rehabilitasi.
1. Tahap Identifikasi
2. Tahap Diagnosis.
Setelah masalah sosial teridentifikasi, maka akan mendorong
munculnya respon dari masyarakat, berupa tindakan bersama untuk
memecahkan masalah bersama. Agar upaya pemecahan masalah mencapai
hasil yang di harapkan, di butuhkan pengenalan tentang sifat, eskalasi dan
latar belakang masalah.
3. Tahap Treatment
Upaya untuk menghilangkan masalah sosial, akan tetapi dalam banyak
hal juga dapat berupa usaha untuk mengurangi atau mengatasi
berkembangnya permasalahan sosial.
Selanjutnya langkah-langkah pelaksanaan layanan dan rehabilitasi
sosial bagi gelandangan, menurut dinas sosial menggunakan bantuan
utama pendekatan pekerja sosial di dukung dengan profesi lain yang
terkait. Adapun langkah yang perlu di lakukan adalah:
a. Pendekatan Awal
Pendekatan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan pekerja
sosial untuk mendapatkan pengakuan dan dukungan dari
pihak-pihak yang terkait serta berwenang terhadap masalah
penertiban gelandangan, pihak yang peduli terhadap pelayanan dan
rehabilitasi sosial bagi gelandangan, terhadap masyarakat sebagai
pemilik sumber daya informasi yang ada di lingkungan masyarakat
sekitar dan memotivasi terhadap calon klien untuk masuk panti
rehabilitasi sosial. Calon klien yang dimotivasi diperoleh dari proses
perekrutan. Penarikan (rekruitmen) adalah proses pencarian para
calon klien untuk masuk panti rehabilitasi. Adapun cara rekruitmen
tersebut dapat melalui :
b. Trantib keamanan (razia)
c. Kemitraan dengan lembaga atau pihak lain seperti rumah sakit, dinas
sosial dan LSM.
d. Penerimaan dan Pengasramaan
Penerimaan adalah rangkaian kegiatan administratif, maupun teknis
yang meliputi registrasi klien (klien tercatat dalam buku panti).
Pengasramaan adalah menempatkan klien definitif dalam asrama
dengan kondisi, situasi dan fasilitas panti.
yang intensif)
- Tahap 2 : pembatasan kesadaran (gejala anxietas sebelumnya
bisa mengendalikan)
- Tahap 4 : disorganisasi Psikotik ( tahap ini gejala gangguan jiwa jelas
penyembuhan psikotik )
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Beberapa faktor yang harus dikaji kepada pasien dengan gelandangan psikotik
1. Faktor predisposisi
a. Genetik : Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui,
tetapi hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan
hubungan yang sangat berpengaruh
b. Neurobiologis : penurunan volume otak dan perubahan sistem
neurotransmiter
c. Teori virus dan infeksi
2. Faktor presipitasi
a. Biologis: kecelakaan yang menyebabkan kerusakan/gangguan otak
b. Sosialkultural:Tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
c. Psikologis : Tekanan-tekanan kehidupan (emosional), Kekecewaan
yang tidak pernah terselesaikan.
3. Sumber koping
a. Disonasi kognitif (gangguan jiwa aktif )
b. Pencapaian wawasan
c. Kognitif yang konstan
d. Bergerak menuju prestasi kerja
4. Mekanisme koping
a. Regresi (berhubungan dengan masalah dalam proses informasi dan
pengeluaran sejumlah besar tenaga dalam upaya mengelola ansietas)
b. Proyeksi (upaya untuk menjelaskan presepsi yang membingungkan
dengan menetapkan tanggung jawab kepada orang lain)
c. Menarik diri
d. Pengingkaran
B. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit perawatan diri
2. Gangguan persepsi sensori: Halusinasi dan resikon perilaku kekerasan.
C. Penatalaksanaan Keperawatan
B. Saran
Sebaiknya kita sebagai penduduk Indonesia dan sebagai tenaga
kesehatan harus lebih mengetahui tentang nasib dan psikotik gelandangan,
sehingga dapat mengubah sebuah pola pikir masyarakat yang awalnya
negatif bisa berubah menjadi positif dan bisa menerima keadaan mereka
seperti layaknya manusia normal, dan dari sini kita bisa memberikan
pelayanan, penanganan dan langkah-langkah rehabilitasi pada gelandangan
psikotik.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta : DPP PPNI