Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN PSIKOTIK GELANDANGAN

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 :


ARI SUSANTO
DEDY HAYUKI
HASRIADI JAYA
NOVI BUDIARTI
SITI RAHMA
WELMINCE

UNIVERSITAS CENDERAWASIH FAKULTAS KEDOKTERAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
JAYAPURA
2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya
makalah “ASUHAN KEPERAWATAN PSIKOTIK GELANDANGAN” ini dapat
tersusun. Makalah ini memuat mengenai askep psikotik gelandangan. Materi makalah
ini diambil dari berbagai sumber, penulisan makalah ini merupakan tugas
keperawatan jiwa II.
Penulis telah berupaya menyelaraskan makalah ini seringkat dan sejelas mungkin
agar mudah di pahami. Namun, tiada gading yang tak retak, telah disadari makalah
ini masih jauh dari yang diharapkan. Untuk saran penyempurnaan sangat diharapkan.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gelandangan dan pengemis merupakan masalah sosial yang akut.
Fenomena ini menjadi masalah sosial di perkotaan, tidak hanya kota besar
tetapi juga di kota-kota kecil. Hal ini karena beberapa faktor yang
menyebabkan kemunculan mereka dan belum berhasil dituntaskan hingga ke
akar-akarnya.

Gelandangan merupakan orang-orang yang hidup dalam keadaan tidak


sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat serta
tidak mempunyai pencarian dan tempat tinggal yang tetap. Kebanyakan dari
mereka memenuhi kebutuhan hidup mengembara di jalanan dan ditempat
umum. Sedangkan pengemis juga merupakan orang- orang yang mendapat
penghasilan dengan meminta-minta ditempat umum dengan berbagai cara dan
alasan untuk mengharapkan belas kasihan orang lain. (Joni, 2014)

Ini merupakan fenomena yang mana terkadang sebagian mereka


menjadi gelandangan dan pengemis bukan karena tidak memiliki kemampuan
untuk bekerja seperti orang lain pada umumnya. Tetapi sebagian mereka
menjadi demikian karena malas, tidak adanya rasa malu serta pola fikir yang
rendah dan perilaku yang merasa diliputi kebodohan dan akses kemudahan
dan kesenangan dalam mendapatkan uang dari hasil meminta-minta. Akhirnya
mereka menjadi ”manja” karena dengan belas kasih orang lain mereka
mendapatkan uang tanpa harus bekerja keras (Roby, 2014)

Permasalahan sosial gelandangan dan pengemis merupakan akumulasi


dan interaksi dari berbagai permasalahan seperti hal-hal kemiskinan,
pendidikan rendah, minimnya keterampilan kerja yang dimiliki, lingkungan
sosial budaya, kesehatan dan lain-lain. Kemudian masalah tersebut jika hal ini
dibiarkan terus-menerus maka dapat menyebabkan peningkatan jumlah
gelandangan dan pengemis yang sangat pesat. Dampak dari meningkatnya
gelandangan dan pengemis adalah munculnya ketidak
teraturan sosial (social disorder) yang ditandai dengan kesemrawutan,
ketidaknyamanan, ketidaktertiban serta mengganggu keindahan kota. Padahal
disisi lain mereka adalah warga negara yang memiliki hak dan kewajiban
yang sama, sehingga mereka perlu diberikan perhatian yang sama untuk
mendapatkan penghidupan dan kehidupan yang layak (Kemenkes, 2017).

Dalam menangani gelandangan psikotik, tidak hanya pemerintah pusat


saja yang berperan, tetapi juga menjadi tanggung jawab pemerintah daerah.
Seperti disebutkan dalam UndangUndang Nomor 18 Tahun 2014 Tentang
Kesehatan Jiwa dimana disebutkan pada Pasal 80 bahwa Pemerintah dan
Pemerintah Daerah bertanggung jawab melakukan penatalaksanaan terhadap
Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang terlantar, menggelandang,
mengancam keselamatan dirinya dan/atau orang lain, dan/atau mengganggu
ketertiban dan/atau keamanan umum.

B. Tujuan
Untuk mengetahui Laporan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gelandangan Psikotik
BAB II
TINJAUAN KASUS

A. Pengertian
Gelandangan sebagai identitas sosial merupakan orang-orang yang
hidup dalam keadaan yang tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak
dalam masyarakat setempat serta tidak mempunyai tempat tinggal dan
pekerjaan yang tetap diwilayah tertentu dan hidup mengembara ditempat
umum tentang Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis). Penyebutan
istilah gelandangan psikotik adalah penderita gangguan jiwa kronis yang
keluyuran dijalan-jalan umum, dapat mengganggu ketertiban umum dan
merusak keindahan lingkungan. (Karnadi, 2014).
Psikotik adalah bentuk disorder mental atau kegalauan jiwa yang
dicirikan dengan adanya disintegrasi kepribadian dan terputusnya hubungan
jiwa dengan realitas. Seseorang dikatakan sakit jiwa apabila ia tidak mampu
lagi berfungsi secara wajar dalam kehidupan sehari-harinya, dirumah,
disekolah, di tempat kerja, atau dilingkungan sosialnya (Karnadi, 2014).
B. Etiologi
Menurut UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Ilmu
Kedokteran Jiwa bahwa munculnya gelandangan psikotik disebabkan oleh
faktor keluarga tidak peduli, keluarga malu, keluarga tidak tahu, obat tidak
diberikan, tersesat ataupun karena urbanisasi yang gagal. Ciri-ciri
gelandangan psikotik ini ditandai dengan tubuh yang kotor sekali, rambutnya
seperti sapu ijuk, pakaiannya compangcamping, membawa bungkusan besar
yang berisi macam-macam barang, bertingkah laku aneh seperti tertawa
sendiri serta sukar diajak berkomunikasi.
Penyandang psikosis organik pada umumnya disebabkan oleh gangguan
fungsi jaringan otak yang menyebabkan berkurang atau rusaknya fungsi-
fungsi pengenalan, ingatan, intelektual, perasaan dan kemauan, beratnya
gangguan dan kekalutan mental tersebut tergantung pada parahnya kerusakan
organik pada otak. Sementara penyandang psikosis fungsional disebabkan
oleh faktor-faktor non-organik, ditandai oleh disintegrasi dengan dunia
realitas, disintegrasi pribadi dan kekalutan mental
yang progresif, sering kali dibayangi oleh macam-macam halusinasi, ilusi,
dan delusi, sering mengalami stupor (tidak bisa merasakan sesuatupun,
keadaannya seperti terbius).
Kriteria psikotik:
• Psik otik organik adalah psikotik yang penyebabnya adalah gangguan pada
susunan syaraf pusat dan psikotik yang disebabkan oleh kondisi fisik ,
gangguan metabolisme dan intoksikasi obat.
• Psikotik Fungsional adalah Psikotik yang disebabkan oleh gangguan pada
kepribadian seseorang yang bersifat psikogenetik yaitu skizofrenia
(perpecahan kepribadian) seperti psikotik paranoid dan curiga.

Beberapa faktor yang harus dikaji kepada pasien dengan gelandangan psikotik
1. Faktor predisposisi
1) Genetik : Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum
diketahui, tetapi hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga
menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh
2) Neurobiologis : penurunan volume otak dan perubahan sistem
neurotransmiter
3) Teori virus daninfeksi
2. Faktor presipitasi
1) Biologis: kecelakaan yang menyebabkan kerusakan/gangguan
otak
2) Sosialkultural:Tidak mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan
3) Psikologis : Tekanan-tekanan kehidupan (emosional),
Kekecewaan yang tidak pernah terselesaikan.
3. Sumber koping
1) Disonasi kognitif (gangguan jiwa aktif )
2) Pencapaian wawasan
3) Kognitif yang konstan
4) Bergerak menuju prestasi kerja
4. Mekanisme koping
1) Regresi (berhubungan dengan masalah dalam proses informasi
dan pengeluaran sejumlah besar tenaga dalam upaya mengelola
ansietas)
2) Proyeksi (upaya untuk menjelaskan presepsi yang
membingungkan dengan menetapkan tanggung jawab kepada
orang lain)
3) Menarik diri
4) Pengingkaran
Faktor penyebab psikotik
1. Tekanan-tekanan kehidupan ( emosional)
2. Kekecewaan yang tidak pernah terselesaikan
3. Adanya hambatan yang terjadi pada masa tumbuh kembang
4. kecelakaan yang menyebabkan kerusakan gangguan otak
5. Tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat.
UU no 23 tentang kesehatan jiwa menyebutkan penyebab munculnya
gelandangan dan psikotik adalah :
1. Keluarga tidak perduli
2. Keluarga malu
3. Keluarga tidak tahu
4. Obat tidak diberikan
5. Tersesat ataupun karena Urbanisasi
C. Pathway

Gangguan Ji
wa

Faktor
Predisposisi Faktor
1. Biologis/jasmaniah: Presipitasi
Biologis
Keturunan Stress Lingkungan
Jasmaniah Sumber Koping
Temperamen
Penyakit dan cedera
tubuh
Psikologis
Sosial
N on
Terapi
ologi :
Farmak dividu
Terapi gi/Oba
t In
m ako lo -Terapi
F ar
SP
Terapi Modalitas : a
SP Pasie
n Keluarg
-Terapi Keluarga
-Terapi Kejang Listrik
-Terapi Bermain
-Terapi
Somatic/Biologis
-Terapi Lingkungan
-Terapi Kognitif
-Terapi Kelompok
-Terapi Bermain
-Terapi Perilaku
D. Manifestasi Klinik
1. Tubuh kotor sekali
2. Rambut seperti sapu ijuk
3. Pakaian compang camping
4. Membawa bungkusan besar dan berisi macam-macam barang
5. Bertingkah laku aneh seperti tertawa sendiri dan sukar diajak
berkomunikasi dan bermusuhan

6. Pribadi tidak stabil

7. Tidak memiliki kelompok

E. Komplikasi
1. Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan berbagai
tingkat kepribadian yang mengurangi kemampuan individu untuk bekerja
secara efektif dan untuk berkomunikasi dengan orang lain.
2. Demansia diklasifikasikan sebagai gangguan medis dan kejiwaan,
demensia terkait dengan hilangnya fungsi otak. Demensia melibatkan
masalah progresif dengan memori, perilaku, belajar, dan komunikasi yang
mengganggu fungsi sehari-hari dan kualitas hidup.
3. Kerusakan kognitif reversibel seperti kekurangan gizi, infeksi dan lain-
lain.
4. Kerusakan kognitif ireversibel seperti alzheimer dan vaskular demensia
merupakan kerusakan kognitif ireversibel yang paling umum. Alzheimer
memiliki resiko meliputi usia, genetika, kerusakan otak, sindroma down.

F. Diagnosa Keperawatan
 Halusinasi
 Isolasi sosial
 Harga diri rendah
 Resiko perilaku kekerasan/perilaku kekerasan
 Gangguan proses pikir : waham
 Resiko bunuh diri
 Defisit perawatan diri
G. Penatalaksanaan Medis
Menurut Soetomo penataleksanaan pada pasien dengan gelandangan
psikotik yaitu dengan melakukan rehabilitasi.

Langkah-langkah penataleksanaan rehabilitasi sebagai berikut:

1. Tahap Identifikasi

Masalah sosial merupakan fenomena yang selalu muncul dalam


kehidupan masyarakat, perwujudannya dapat merupakan masalah lama
yang mengalami perkembangan, akan tetapi dapat pula menjadi masalah
baru yang muncul karena perkembangan dan perubahan kehidupan sosial,
ekonomi dan kultural, masalah sosial dianggap sebagai kondisi yang tidak
diinginkan oleh karena dapat membawa kerugian baik secara fisik maupun
non fisik pada individu, kelompok ataupun masyarakat. Secara
keseluruhan, atau dapat juga merupakan kondisi yang dianggap
bertentangan dengan nilai, norma dan standar sosial.

2. Tahap Diagnosis.
Setelah masalah sosial teridentifikasi, maka akan mendorong
munculnya respon dari masyarakat, berupa tindakan bersama untuk
memecahkan masalah bersama. Agar upaya pemecahan masalah mencapai
hasil yang di harapkan, di butuhkan pengenalan tentang sifat, eskalasi dan
latar belakang masalah.
3. Tahap Treatment
Upaya untuk menghilangkan masalah sosial, akan tetapi dalam banyak
hal juga dapat berupa usaha untuk mengurangi atau mengatasi
berkembangnya permasalahan sosial.
Selanjutnya langkah-langkah pelaksanaan layanan dan rehabilitasi
sosial bagi gelandangan, menurut dinas sosial menggunakan bantuan
utama pendekatan pekerja sosial di dukung dengan profesi lain yang
terkait. Adapun langkah yang perlu di lakukan adalah:
a. Pendekatan Awal
Pendekatan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan pekerja
sosial untuk mendapatkan pengakuan dan dukungan dari
pihak-pihak yang terkait serta berwenang terhadap masalah
penertiban gelandangan, pihak yang peduli terhadap pelayanan dan
rehabilitasi sosial bagi gelandangan, terhadap masyarakat sebagai
pemilik sumber daya informasi yang ada di lingkungan masyarakat
sekitar dan memotivasi terhadap calon klien untuk masuk panti
rehabilitasi sosial. Calon klien yang dimotivasi diperoleh dari proses
perekrutan. Penarikan (rekruitmen) adalah proses pencarian para
calon klien untuk masuk panti rehabilitasi. Adapun cara rekruitmen
tersebut dapat melalui :
b. Trantib keamanan (razia)
c. Kemitraan dengan lembaga atau pihak lain seperti rumah sakit, dinas
sosial dan LSM.
d. Penerimaan dan Pengasramaan
Penerimaan adalah rangkaian kegiatan administratif, maupun teknis
yang meliputi registrasi klien (klien tercatat dalam buku panti).
Pengasramaan adalah menempatkan klien definitif dalam asrama
dengan kondisi, situasi dan fasilitas panti.

4. Pengungkapan dan pemahaman masalah (assessment)


Pengungkapan dan pemahaman masalah adalah upaya untuk mencari dan
menggali data penerima pelayanan (klien), mulai dari faktor-faktor
penyebab masalah klien, dan kekuatan-kekuatan yang dimiliki klien,
semua ini dilakukan dalam upaya untuk membantu proses rehabilitasi
sosial dan mempercepat penyembuhannya.

5. Pelaksanaan pelayanan dan rehabilitasi social


Pelaksanaan pelayanan dan rehabilitasi sosial didasarkan pada hasil
assessmen yang dilakukan oleh pekerja sosial. Hasil assesment tersebut
menjadi acuan untuk memberikan pelayanan dalam menangani klien
dalam proses rehabilitasi sosial. Adapun pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan hasil assesment tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek yang
terdapat dalam assesmen.
H. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan paada tindakan keperawatan ini dalam tahap
pemeliharaan berfokus ada pendidikam manajemen dan pengendalian diri dari
gejala dan mengidentifikasi gejala yang berhubungan dengan kekambuhan.
Tahapan kekambuhan
- Tahap 1 : kewalahan berlebih ( mengeluh kewalahan, gejala anxietas

yang intensif)
- Tahap 2 : pembatasan kesadaran (gejala anxietas sebelumnya

bergabung dengan gejala depresi)


- Tahap 3 : rasa malu ( biasanya hipomania dan halusinasi dan klien tidak

bisa mengendalikan)
- Tahap 4 : disorganisasi Psikotik ( tahap ini gejala gangguan jiwa jelas

terjadi, halusinasi, waham)


- Tahap 5 : resolusi Psikotik ( tahap ini di rumah sakit dan terjadi

penyembuhan psikotik )
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Beberapa faktor yang harus dikaji kepada pasien dengan gelandangan psikotik
1. Faktor predisposisi
a. Genetik : Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui,
tetapi hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan
hubungan yang sangat berpengaruh
b. Neurobiologis : penurunan volume otak dan perubahan sistem
neurotransmiter
c. Teori virus dan infeksi
2. Faktor presipitasi
a. Biologis: kecelakaan yang menyebabkan kerusakan/gangguan otak
b. Sosialkultural:Tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
c. Psikologis : Tekanan-tekanan kehidupan (emosional), Kekecewaan
yang tidak pernah terselesaikan.
3. Sumber koping
a. Disonasi kognitif (gangguan jiwa aktif )
b. Pencapaian wawasan
c. Kognitif yang konstan
d. Bergerak menuju prestasi kerja
4. Mekanisme koping
a. Regresi (berhubungan dengan masalah dalam proses informasi dan
pengeluaran sejumlah besar tenaga dalam upaya mengelola ansietas)
b. Proyeksi (upaya untuk menjelaskan presepsi yang membingungkan
dengan menetapkan tanggung jawab kepada orang lain)
c. Menarik diri
d. Pengingkaran

B. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit perawatan diri
2. Gangguan persepsi sensori: Halusinasi dan resikon perilaku kekerasan.
C. Penatalaksanaan Keperawatan

NO Diagnosa NOC NIC


.
1. Defisit  Self care : Activity  Self Care assistane :
Perawatan
Diri of Daily Living ADLs
(ADLs) 1. Monitor kemampuan klien
Setelah dilakukan untuk perawatan diri yang
tindakan keperawatan mandiri.
selama 3x24 jam 2. Monitor kebutuhan klien
masalah perawatan diri untuk alat-alat bantu untuk
dapat teratasi dengan kebersihan diri,berpakaian,
Kriteria hasil : berhias, toileting dan
1. Klien terbebas dari makan.
bau badan 3. Sediakan bantuan sampai
Dapat melakukan ADLS klien mampu secara utuh
dengan bantuan
untuk melakukan self-
care.
4. Dorong klien untuk
melakukan aktivitas sehari-
hari yang normal sesuai
kemampuan yang dimiliki.
5. Dorong untuk melakukan
secara mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien tidak
mampu melakukannya.

6. Ajarkan klien/ keluarga


untuk mendorong
kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya
jika pasien tidak mampu
untuk melakukannya.
2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Ekspresi wajah bersahabat,
persepsi sensori:
keperawatan selama 3x24 menunjukkan pasien mau
Halusinasi
jam masalah halusinasi mengutarakan masalah yang
dapat teratasi dengan dihadapi
Kriteria hasil : rasa senang, ada kontak
1. Klien dapat mata, mau berjabat tangan,
membina hubungan mau menyebutkan nama,
saling percaya mau menjawab salam, klien
2. Klien dapat mau duduk berdampinga
mengenali dengan perawat.
halusinasinya 2. Klien dapat menyebutkan
Klien dapat mengontrol waktu, isi, frekuensi
haslusinasinya
timbulnya halusinasi.
3. Klien dapat mengungkapkan
perasaan terhadap
halusinasi.
4. Klien dapat menyebutkan
tindakan yang biasa
dilakukan untuk
mengendalikan
halusinasinya.
5. Klien dapat menyebutkan
cara baru.
6. Klien dapat memilih cara
mengatasi halusinasi seperti
yang telah didiskusikan
dengan klien.
3. Resiko perilaku  Abuse Protektion  Behavior
kekerasan Setelah dilakukan
tindakan keperawatan Management
selama 3x24 1. Tahan / mengontrol pasien
jam masalah resiko
bertanggung jawab atas /
perilaku kekerasan
nya perilakunya
dapat teratasi dengan
2. Komunikasikan tentang
harapan bahwa pasien akan
mempertahankan kontrol /
Kriteria hasil : kondisinya
1. Dapat mengidentifikasi 3. Menahan diri dan berdebat
faktor yang menyebabkan atau tawar- menawar
perilaku kekerasan. mengenai batas yang

2. Dapat mengidentifikasi ditetapkan dengan pasien

cara alternative untuk 4. Menggunakan pengulangan

mengatasi masalah. secara konsisten dapatdari


rutinitas kesehatan sebagai
cara menetapkan mereka.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gelandangan psikotik merupakan seseorang yang hidup dalam
keadaan tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat,
mempunyai tingkah laku aneh/menyimpang dari norma-norma yang ada atau
seseorang bekas penderita penyakit jiwa, yang telah mendapat pelayanan
medis dan telah mendapat Surat Keterangan Sembuh dan tidak mempunyai
keluarga/kurang mampu serta perluh mendapat bantuan untuk hidup.

Gelandangan psikotik disebabkan karena beberapa hal seperti masalah


kesehatan mental seperti skizofrenia, bipolar, depresi berat, kurang tidur,
pengalaman traumatis, terlalu cemas atau stress, penyalahgunaan obat-obatan
dan alkohol, dan efek samping dari obat tertentu. Sehingga gelandangan
psikotik ini hidup menggelandang di tempat-tempat umum terutama di kota-
kota, kehadirannya tidak diterima keluarga dan masyarakat sekitarnya, tempat
tinggal tidak tetap, seperti beranda toko, di kolong jembatan, terminal dan
lainnya, sering mengamuk dan bicara sendiri, penampilannya dibawah sadar
atau tidak sesuai dengan norma dalam masyarakat, misalnya tidak
menggunakan pakaian, memakan makanan dari sisa-sisa di tempat sampah,
tidak mempunyai pekerjaan.

Dari hal tersebut pemerintah bisa melihat dan memberikan pelayanan


yang lebih layak dan baik untuk kehidupan gelandangan psikotik ini agar
masyarakat tidak lagi memandang orang yang menderita gelandangan psikotik
ini sebagai sebuah hal yang negatif bagi masyarakat sekitar. Layanan yang
dibutuhkan antara lain kebutuhan fisik, meliputi kebutuhan makan, pakaian,
perumahan dan kesehatan, kebutuhan layanan psikis meliputi terapi medis
psikiatris, keperawatan dan psikologis, kebutuhan sosial seperti rekreasi,
kesenian dan olahraga, layanan kebutuhan ekonomi meliputi keterampilan
usaha, keterampilan kerja dan yang terakhir kebutuhan rohani.

B. Saran
Sebaiknya kita sebagai penduduk Indonesia dan sebagai tenaga
kesehatan harus lebih mengetahui tentang nasib dan psikotik gelandangan,
sehingga dapat mengubah sebuah pola pikir masyarakat yang awalnya
negatif bisa berubah menjadi positif dan bisa menerima keadaan mereka
seperti layaknya manusia normal, dan dari sini kita bisa memberikan
pelayanan, penanganan dan langkah-langkah rehabilitasi pada gelandangan
psikotik.

Dengan adanya makalah ini penulis dapat mengetahui lebih mendalam


tentang gelandangan psikotik dan segala penyebab, faktor-faktor dan
pelayanan, penanganan, langkah-langkah rehabilitasi serta asuhan
keperawatan pada gelandangan psikotik, serta penulis berharap dengan
adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa, tenaga kesehatan
serta semua pihak yang membaca makalah ini. Melalui makalah ini suapaya
penulis dapat memahami lebih mendalam lagi sehingga dapat membentuk
generasi yang cerdas dan berbudi pekerti yang baik.

Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak


terdapat kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Maka penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak, untuk
dapat menulis makalah yang lebih baik lagi kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Abduh, Much.(2013), “Tahun2016 Bandung Bebas Gelendangan Dan


Pengemis” dalam http://rehsos.depsos.go.id

Baihaqi, Sunardi, Riksma N.Rinalti Akhlan, dan EuisHeryati. (2007), Psikiatri


Konsep Dasar danGangguan-gannguan. Bandung

Dochteman, J. M., & Bulecheck, G. M.(2004).Nursing


Interventions Classification (NIC). America

Mosby Elsevier Moorhead, S., Jhonson, dkk. (2008). Nursing Outcomes


Classification (NOC). United states of America

Mosby, Elsevier Nanda international. (2015). Diagnose keperawatan. Jakarta: EGC

Refika Aditama Karnadi. (2014). Model Rehabilitasisosial Gelandangan Psikotik


Berbasis Masyarakat. Demak

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai