Anda di halaman 1dari 41

GANGGUAN TIDUR

PEMBIMBING : dr. Diva Mariska Tarastin, Sp.KJ

OLEH :

Rania Egyptiana, S.Ked G1A218048


Sisvanesa , S.Ked G1A218117
Laras Zoesfa Rahmalia, S.Ked G1A218054

Fakultas Kedokteran Universitas Jambi


PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jambi
Periode 20 Jan – 22 Feb 2020
PENDAHULUAN
• Tidur -> keadaan bawah sadar saat orang tersebut dapat
dibangunkan dengan pemberian rangsangan sensorik atau
rangsangan lainnya
• Ganguan tidur -> salah satu keluhan yang paling sering
ditemukan dalam praktek
DEFINISI
• Tidur adalah suatu keadaan berulang, teratur, mudah
reversible yang ditandai dengan keadaan relatif tidak bergerak
dan tingginya peningkatan ambang respon terhadap stimulus
eksternal dibandingkan dengan keadaan terjaga.
FISIOLOGI TIDUR
• Fungsi: menyeimbangkan fungsi homeostatik yang bersifat
menyegarkan dan penting untuk termoregulasi normal dan
penyimpanan energi.
• Kebutuhan tidur individu berbeda.
• Penidur pendek (short-sleeper) membutuhkan waktu tidur
kurang dari 6 jam.
• Penidur panjang (long-sleeper) membutuhkan waktu tidur
lebih dari 9 jam.
• Tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu:
1. Tipe Rapid Eye Movement (REM)
2. Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM)

• Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4
stadium, lalu diikuti oleh fase REM.
•Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM)
• Stadium 1 → EEG menggambarkan kumparan tidur khas, voltase rendah,
frekuensi 3-7 siklus perdetik → gelombang teta.
• Stadium 2 → EEG menggambarkan gelombang berbentuk pilin (spindle
shaped), frekuensi 12-4 siklus perdetik, lambat, dan trifasik → kompleks K.
Orang dapat dibangunkan dengan mudah.
• Stadium 3 → EEG menggambarkan gelombang voltase tinggi, frekuensi
0,5-2,5 siklus perdetik → gelombang delta. Orang tidur sangat nyenyak,
sukar dibangunkan.
• Stadium 4 → EEG hampir sama dengan stadium 3 dengan perbedaan
kuantitatif pada jumlah gelombang delta. Stadium 3 dan 4 dikenal dengan
nama tidur dalam atau delta sleep atau Slow Wave Sleep (SWS).
EPIDEMIOLOGI
• Ganguan tidur sering ditemukan dalam praktek
• Satu per tiga penduduk Amerika mengalami gangguan tidur
• 20-40% orang dewasa di Amerika dilaporkan mengalami
kesulitan tidur
• Angka kejadian gangguan tidur meningkat seiring
bertambahnya usia.
• Sekitar 5% insiden terjadi pada usia 30-50 tahun, dan 30%
terjadi pada usia > 50 tahun
ETIOLOGI
• Secara garis besar akibat kondisi medis, kondisi psikologi, dan
lingkungan
• Penyebab gangguan tidur:
• Stres
• Kecemasan dan depresi
• Obat-obatan
• Kafein, nikotin, dan alkohol
• Kondisi medis
• Perubahan lingkungan atau jadwal kerja
KLASIFIKASI GANGGUAN TIDUR
Berdasarkan PPDGJ III
• Dissomnia
• Parasomnia

Dissomnia

Kondisi psikogenik primerdengan ciri gangguan utama pada


jumlah,kualitas, atau waktu tidur akibat kausa emosional.
Insomnia
Hipersomnia
Gangguan jadwal tidur
• Parasomnia

Peristiwa episodik abnormal yang terjadi selama tidur


Pada anak  berhubungandengan perkembangan anak
Padaorang dewasa berhubungan dengan psaikog
Somnabulisme
Teror tidur
Mimpi buruk
F 51.0 Imsomnia Non – Organik

Kriteria diagnostik:
a. Sulit masuk tidur, mempertahankan tidur, atau kualitas tdur
yang buruk
b. Gangguan tidur terjadi minimal 3 kali dalam seminggu
selama minimal sebulan
c. Adanya preokupasiakan tidak bisa tidur dan peduli
berlebihan terhadap akibatnya pada malam hari dan
sepanjang hari
d. Keridakpuasan terhadap kuantitas dan ata kualitas todur
menyebabkan penderitaan yang cukup beratdan
mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan
F 51.0 Imsomnia Non – Organik
• Adanya gejala gangguan jiwa lain seperri depresi dan anxietas
atau obsesi tidak menyababkan diagnosis insomnia diabaikan .
Semua komorbid harus dicantumkan karena membutuhkan
terapi tersendiri.
• Kriteria lama tidur (kuantitas) tidak digunakan untuk
menentukan adanya gangguan,oleh karena luasnya variasi
individual. Lama gangguan yang tidak memenuhi kriteria
diatas (seperti transient insomnia) tidak didiagnosis disini,
dapat dimasukkan dalam reaksi stress akut (F43.0) atau
gangguan penyesuaian (F43.2)
F 51.1 Hipersomnia Non-Organilk
Kriteria diagnostik:
a) Pola jadwal tidur yang berbeda dengan jadwal tidur yang dianggap
normal di masyarakat dan keadaan budaya sekitarnya
b) Adanya insomnia pada waktu orang tidur dan hipersomnia pada waktu
kebanyakan orang bangun, berlangsung sekurangnya 1 bulan atau secara
berulang dengan periode yang lebih singkat
c) Tidur kurang memuaskan dalam kuantitas, kualitas maupun waktunya,
sehingga menyebabkan terganggunya fungsi sosial dan pekerjaan.
F 51.2 Gangguan Jadwal Tidur Non-organik

a) terbangun dari tidur malam atau tidur siang berkaitan dengan


mimpi yang menakutkan yang dapat diingat kembali dengan rinci
dan jelas (vivid), biasanya perihal ancaman kelangsungan hidup,
keamanan, atau harga diri; terbangunnya dapat terjadi kapan saja
selama periode tidur, tetapi yang khas adalah pada paruh kedua
masa tidur;
b) setelah terbangun dari mimpi yang menakutkan, individu segera
sadar penuh dan mampu mengenali lingkungannya;
c) pengalaman mimpi itu, dan akibat dari tidur yang terganggu,
menyebabkan penderitaan cukup berat bagi individu
F 51.3 Somnabulisme (Sleepwalking)
• Kriteria Diagnostik:
a) Satu/lebih episode bangun dari tempat tidur, biasanya ada
sepertiga awal malam, lalu berjalan
b) Selama episode itu, pandangannya kosong, muka menatap ke
depan, tak responsif pada berbagai rangsangan, tak dapat
berkomunikasi, dan hanya dengan susah payah dapat dibangunkan
dari tidurnya
c. Pada waktu bangun, baik dari satu episode atau pun
keesokan harinya, individu tak ingat mengenai episode
tersebut.
d. Dalam waktu beberapa menit setelah bangun dari episode
somnambulisme, tidak terjadi gangguan aktivitas mental atau
perilaku, walaupun mula-mula mungkin ada periode singkat
berupa kebingungan dan disorientasi.
e. Tak ada bukti terdapatnya gangguan mental organik seperti
demensia, atau suatu gangguan fisik seperti epilepsi
F 51.4 Teror Tidur (Night Terrors)
• Kriteria diagnostik:
a. Terjadinya satu atau lebih episode
terbangun dari tidur yang diawali
dengan teriakan panik, dengan
tanda khas adanya anxietas, tubuh
bergetar, hiperaktivitas otonomik
yang hebat seperti takikardia,
napas cepat, dilatasi pupil, dan
berkeringat
b. Episode berulang ini berlangsung
selama 1-10 menit, dan biasanya
terjadi pada 1/3 awal tidur malam
F 51.4 Teror Tidur (Night Terrors)

c.Secara relatif tidak bereaksi terhadap


berbagai upaya orang lain untuk
mengatasi peristiwa teror malam itu
dan upaya demikian bahkan dapat
menyebabkan disorientasi dan
gerakan perseveratif untuk beberapa
menit.
d. Bila dapat ingat peristiwanya, hanya
minimal
e. Tak ada tanda suatu gangguan fisik,
seperti tumor otak atau epilepsi.
F 51.5 Mimpi Buruk(Nightmare)

• Kriteria diagnostik:

a. Terbangun dari tidur malam, atau tidur siang dengan mimpi


yang terperinci, jelas dan menakutkan, biasanya termasuk
ancaman terhadap kehidupan, keamanan dan harga diri;
terbangun dapat kapan saja pada saat tidur, tetapi biasanya
pada fase akhir tidur;
b.Saat terbangun dari mimpi menakutkan, pasien siaga penuh
dan baik orientasinya
c. Pengalaman mimpi itu dan akibat gangguan tidur yang terjadi
menyebabkan pasien merasa tidak enak.
F 51.8 Gangguan tidur non-organik lainnya
F51.9 Gangguan tidur nonorganik YTT
KLASIFIKASI GANGGUAN TIDUR
Berdasarkan DSM V
1. Gangguan Insomnia
2. Gangguan Hioersomnolence
3. Nerkolepsi
4. Ganggguan Tidur yang berhubungan dengan pernafasan
5. Parasomnia
6. Sindrom kaki gelisah
7. Gangguan tiduryang diinduksi zat
8. Other Specified Insomnia Disorder
9. Unspesified Insomnia Disorder
10. Other Specified Hypersomnolence Disorder
11. Unspecified Hypersomnolence Disorder
12. Other Specified Sleep-Wake Disorder
13. Unspecified Sleep-Wake Disorder
DSM V - Insomnia
Kriteria diagnosis :
A. Keluhan utama ketidakpuasan dengan kuantitas atau kualitas
tidur, terkait dengan satu (atau lebih) gejala berikut:
•Kesulitan memulai tidur (pada anak-anak ini dapat
bermanifestasi sebagai kriteria diagnostic: kesulitan memulai
tidur tanpa tanpa intervensi pengasuh)
•Kesulitan mempertahankan tidur, ditandai dengan sering
terbangun atau masalah kembali tidur setelah terbangun
(pada anak-anak, ini dapat bermanifestasi sebagai kesulitan
untuk kembali tidur tanpa intervensi pengasuh)
•Terbangun dini hari dengan ketidakmampuan untuk kembali
tidur.
DSM V - Insomnia
B. Gangguan tidur menyebabkan tekanan klinis yang signifikan
atau gangguan dalam social, pekerjaan, pendidikan,
akademik, perilaku atau bidang fungsi lainnya
C. Kesulitan tidur setidaknya 3 malam per minggu
D. Kesulitan tidur terjadi setidaknya selama 3 bulan
E. Kesulitan tidur terjadi meskipun ada peluang yang cukup
untuk tidur
F. Insomnia tidak dijelaskan dengan lebih baik dan tidak secara
ekslusif selama gangguan sleep-wake lain (misalnya
Narkolepsi, gangguan tidur terkait pernafasan, gangguan
tidur-bangun ritme sikardian, suatu parasomnia)
G. Insomnia tidak dipengaruhi oleh pengaruh fisiologis suatu zat
(misalnya obat terlarang, atau obat lainnya
H. Gangguan jiwa dan kondisi medis yang ada tidak cukup
menjelaskan keluhan uitama insomnia
DSM V – Gangguan Hypersomnolence

Kriteri a Diagnosis
A. Cukup melaporkan kantuk yang berlebihan (hypersomnolence)
meskipun periode tidur utama berlangsung setidaknya 7 jam,
dengan setidaknya satu dari gejala berikut:
•Periode tidur berulang atau tertidur pada hari yang
sama.
•Episode tidur utama yang berkepanjangan lebih dari 9
jam per hari yang tidak restoratif (yaitu tidak
menyegarkan).
•Kesulitan sepenuhnya bangun setelah bangun tiba-tiba.
DSM V – Gangguan Hypersomnolence

B. Hipersomnolensi terjadi setidaknya tiga kali per minggu selama


setidaknya 3 bulan.
C. Hipersomnensi disertai dengan tekanan signifikan atau gangguan
kognitif, pekerjaan sosial, atau bidang fungsi penting lainnya
D. Hipersomnolensi tidak dijelaskan dengan lebih baik dan tidak terjadi
secara eksklusif selama kelainan tidur lainnya (mis. Narkolepsi,
gangguan tidur terkait pernapasan, kelainan tidur-bangun ritme
sirkadian, atau parasomnia)
E. Hipersomnolensi tidak disebabkan oleh efek fisiologis zat
(misalnyaobat pelecehan, obat-obatan).
F. Gangguan mental dan medis yang ada tidak cukup menjelaskan
keluhan hipersomnensi yang dominan.
DSM V – Narkolepsi
• Kriteria Diagnostik Narkolepsi:
A.Periode berulang dari kebutuhan yang tidak tertahankan untuk tidur,
tidur, atau tidur siang pada hari yang sama. Ini harus terjadi
setidaknya tiga kali per minggu selama 3 bulan terakhir.
B. Adanya setidaknya satu dari yang berikut:
1. Episode katapleks, didefinisikan sebagai (a) atau (b), terjadi
setidaknya beberapa kali per bulan:
•Pada individu dengan penyakit jangka panjang, episode singkat
(detik hingga menit) kehilangan kekuatan otot bilateral secara
tiba-tiba dengan kesadaran yang terjaga yang dipicu oleh tawa
atau lelucon.
•Pada anak-anak atau pada individu dalam waktu 6 bulan sejak
onset, seringai spontan atau episode pembukaan rahang dengan
lidah dorong atau hipotonia global tanpa ada pemicu emosional
yang jelas
DSM V – Narkolepsi

2. Kekurangan hipokretin, diukur dengan menggunakan cairan


serebrospinal fluid (CSF) hypocretin-1 nilai imunoreaktivitas
(kurang dari atau sama dengan sepertiga dari nilai yang
diperoleh pada subyek sehat yang diuji menggunakan uji yang
sama, atau kurang dari atau sama dengan 110 pg / mL).
Tingkat CSF rendah hypocretin-1 tidak boleh diamati dalam
konteks cedera otak akut, peradangan, atau infeksi.
3. Polysomnografi tidur malam hari yang menunjukkan latensi
tidur pergerakan mata cepat (REM) kurang dari atau setara
dengan 15 menit, atau tes latensi tidur multipel yang
menunjukkan latensi tidur rata-rata kurang dari atau sama
dengan 8 menit dan dua atau lebih periode REM saat tidur .
DSM V – Gangguan Tidur yang berkaitan
dengan pernapafasan
1. Obstruktif Sleep Apnea Hypopnea
2. Central Sleep Apnea
3. Hipoventilasi Terkalit Tidur
4. Gangguan Tidur Bangun Ritme Sikardian
DSM V – Parasomnia
1. Non RapidEye Movement Sleep Arousal Disorder
2. Gangguan Mimpi Buruk
3. Rapid Eye Movement Sleep Disorder
Penatalaksanaan
• Pendekatan hubungan pasien-dokter
• Konseling dan psikoterapi
• Sleep hygine
• Pendekatan farmakologi
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
Sleep hygiene terdiri dari:
• Tidur dan bangunlah secara reguler/kebiasaan
• Hindari tidur pada siang hari/sambilan
• Jangan mengkonsumsi kafein pada malam hari
• Jangan menggunakan obat-obat stimulan seperti decongestan
• Lakukan latihan/olahraga yang ringan sebelum tidur
• Hindari makan pada saat mau tidur, tapi jangan tidur dengan perut
kosong
• Segera bangun dari tempat bila tidak dapat tidur (15-30 menit)
• Hindari rasa cemas atau frustasi
• Buat suasana ruang tidur yang sejuk, sepi, aman dan nyaman

PROGNOSIS
• Berbeda pada setiap individu, tergantung penyebab.
• Studi di Amerika tahun 2002 menyatakan orang yang tidur >
8.5 jam atau < 3.5 jam setiap malam memiliki angka mortalitas
15% lebih besar dibanding mereka yang tidur rata-rata 7 jam
setiap malam
KESIMPULAN
• Tidur adalah suatu keadaan berulang, teratur, mudah
reversible yang ditandai dengan keadaan relatif tidak bergerak
dan tingginya peningkatan ambang respon terhadap stimulus
eksternal dibandingkan dengan keadaan terjaga
• Pendekatan secara sistematik terhadap gangguan tidur lebih
ditekankan pada pendekatan komprehensif terhadap seluruh
kondisi kesehatan fisik dan mentalnya dan lebih bersifat
konservatif
• Upaya meningkatkan higiene tidur perlu dilaksanakan di
rumah maupun di panti. Terapi dengan obat-obatan
psikotropika perlu diberikan dengan dimulai dosis efektif
paling kecil sehingga tidak menimbulkan efek kumulatif.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai