OLEH :
• Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4
stadium, lalu diikuti oleh fase REM.
•Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM)
• Stadium 1 → EEG menggambarkan kumparan tidur khas, voltase rendah,
frekuensi 3-7 siklus perdetik → gelombang teta.
• Stadium 2 → EEG menggambarkan gelombang berbentuk pilin (spindle
shaped), frekuensi 12-4 siklus perdetik, lambat, dan trifasik → kompleks K.
Orang dapat dibangunkan dengan mudah.
• Stadium 3 → EEG menggambarkan gelombang voltase tinggi, frekuensi
0,5-2,5 siklus perdetik → gelombang delta. Orang tidur sangat nyenyak,
sukar dibangunkan.
• Stadium 4 → EEG hampir sama dengan stadium 3 dengan perbedaan
kuantitatif pada jumlah gelombang delta. Stadium 3 dan 4 dikenal dengan
nama tidur dalam atau delta sleep atau Slow Wave Sleep (SWS).
EPIDEMIOLOGI
• Ganguan tidur sering ditemukan dalam praktek
• Satu per tiga penduduk Amerika mengalami gangguan tidur
• 20-40% orang dewasa di Amerika dilaporkan mengalami
kesulitan tidur
• Angka kejadian gangguan tidur meningkat seiring
bertambahnya usia.
• Sekitar 5% insiden terjadi pada usia 30-50 tahun, dan 30%
terjadi pada usia > 50 tahun
ETIOLOGI
• Secara garis besar akibat kondisi medis, kondisi psikologi, dan
lingkungan
• Penyebab gangguan tidur:
• Stres
• Kecemasan dan depresi
• Obat-obatan
• Kafein, nikotin, dan alkohol
• Kondisi medis
• Perubahan lingkungan atau jadwal kerja
KLASIFIKASI GANGGUAN TIDUR
Berdasarkan PPDGJ III
• Dissomnia
• Parasomnia
Dissomnia
Kriteria diagnostik:
a. Sulit masuk tidur, mempertahankan tidur, atau kualitas tdur
yang buruk
b. Gangguan tidur terjadi minimal 3 kali dalam seminggu
selama minimal sebulan
c. Adanya preokupasiakan tidak bisa tidur dan peduli
berlebihan terhadap akibatnya pada malam hari dan
sepanjang hari
d. Keridakpuasan terhadap kuantitas dan ata kualitas todur
menyebabkan penderitaan yang cukup beratdan
mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan
F 51.0 Imsomnia Non – Organik
• Adanya gejala gangguan jiwa lain seperri depresi dan anxietas
atau obsesi tidak menyababkan diagnosis insomnia diabaikan .
Semua komorbid harus dicantumkan karena membutuhkan
terapi tersendiri.
• Kriteria lama tidur (kuantitas) tidak digunakan untuk
menentukan adanya gangguan,oleh karena luasnya variasi
individual. Lama gangguan yang tidak memenuhi kriteria
diatas (seperti transient insomnia) tidak didiagnosis disini,
dapat dimasukkan dalam reaksi stress akut (F43.0) atau
gangguan penyesuaian (F43.2)
F 51.1 Hipersomnia Non-Organilk
Kriteria diagnostik:
a) Pola jadwal tidur yang berbeda dengan jadwal tidur yang dianggap
normal di masyarakat dan keadaan budaya sekitarnya
b) Adanya insomnia pada waktu orang tidur dan hipersomnia pada waktu
kebanyakan orang bangun, berlangsung sekurangnya 1 bulan atau secara
berulang dengan periode yang lebih singkat
c) Tidur kurang memuaskan dalam kuantitas, kualitas maupun waktunya,
sehingga menyebabkan terganggunya fungsi sosial dan pekerjaan.
F 51.2 Gangguan Jadwal Tidur Non-organik
• Kriteria diagnostik:
Kriteri a Diagnosis
A. Cukup melaporkan kantuk yang berlebihan (hypersomnolence)
meskipun periode tidur utama berlangsung setidaknya 7 jam,
dengan setidaknya satu dari gejala berikut:
•Periode tidur berulang atau tertidur pada hari yang
sama.
•Episode tidur utama yang berkepanjangan lebih dari 9
jam per hari yang tidak restoratif (yaitu tidak
menyegarkan).
•Kesulitan sepenuhnya bangun setelah bangun tiba-tiba.
DSM V – Gangguan Hypersomnolence