Anda di halaman 1dari 47

SINDROM PERILAKU YANG

BERHUBUNGAN DENGAN
GANGGUAN FISIOLOGIS DAN
FAKTOR FISIK

Rista Triana Kusumaningtyas


Faruq
EPIDEMIOLOGI
Setiap tahun diperkirakan sekitar 20% - 50% orang dewasa
melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17 % mengalami gangguan
tidur yang serius. Di amerika serikat biaya kecelakaan yang berhubungan
dengan gangguan tidur per tahun Sekitar seratus juta dolar. Insomnia
merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan.
DEFINISI TIDUR
Tidur adalah proses yang dibutuhkan oleh otak agar dapat
berfungsi dengan baik. Banyak peneliti menyimpulkan bahwa tidur
memiliki fungsi restoratif dan homeostatik tubuh, dan juga penting
untuk termoregulasi dan cadangan energi normal.
SIKLUS TIDUR
Tidur terdiri dari 2 fase yaitu:
1. Non Rapid Eye Movement (NREM)
2. Rapid Eye Movement (REM)

Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 3 stadium,
lalu diikuti oleh fase REM. Tidur NREM yang meliputi 75% dari keseluruhan
waktu tidur Sedangkan tidur REM meliputi 25% dari keseluruhan waktu tidur.
SIKLUS TIDUR

NREM-2

NREM-1 NREM-3

REM NREM-4
NREM-1
• Dimulai saat kita mulai ikut tidur dan berlangsung dalam waktu
yang sangat singkat sekitar lima menit.
• Mata bergerak sangat lambat di bawah kelopak, aktivitas otot
menurun, dan pada tahap ini kita sangat mudah terbangun.
• Banyak orang yang merasakan sensasi seperti terjatuh pada tahap
ini.
NREM-2
• Pada tahap ini bisa dikatakan sebagai tahap awal saat kita benar –
benar tidur
• berlangsung antara 10 – 30 menit.
• Pada tahap ini otot tubuh menjadi sangat relax, aktivitas otak lebih
lambat
• gerakan mata berhenti
• detak jantung melambat
• temperatur tubuh menurun seseorang agak susah terbangun di
tahap ini.
NREM-3 DAN NREM 4
• Kedua tahap ini merupakan tahap pahap paling dalam dari tidur
NREM.
• Sangat sulit untuk terbangun pada tahap ini
• jika terbangun kita akan mengalami disorientasi serta
membutuhkan penyesuaian selama beberapa menit pada bagian
terdalam dari tahap ini
• aktivitas otak sangat lambat
• aliran darah lebih banyak dialirkan ke otot
REM
• Fase tidur ini lebih dalam dari NREM.
• Selama fase REM ini, biasanya mata bergerak – gerak atau
berkedut (itulah mengapa fase ini disebut rapid eye movement)
• nafas menjadi lebih tidak teratur
• aktivitas otak dan ritme detak jantung juga meningkat.
• Umumnya mimpi terjadi saat fase tidur REM.
• Namun otak melumpuhkan otot – otot tubuh, khususnya tangan
dan kaki, sehingga kita tidak ikut bergerak saat bermimpi.
GANGGUAN
A.DISSOMNIA
TIDUR
Kondisi psikogenik primer dimana gangguan utamanya adalah
jumlah, kualitas, atau waktu tidur yang disebabkan oleh hal-hal emosional,
1. Insomnia
2. Hipersomnia
3. Sleep-wake cycle disturbance

B. PARASOMNIA
Peristiwa episodic abnormal yang terjadi selama tidur.
1. Somnambulisme
2. Nightmares
3. Night terrors
Kriteria Diagnostik (DSM V)
• Kesulitan dalam memulai atau • Hal dibawah ini diperlukan untuk
mempertahankan tidur membuat diagnosis pasti:
INSOMNIA • Dapat bersifat sementara atau
menetap.
a) keluhan adanya kesulitan masuk
tidur, atau mempertahankan tidur, atauu
kualitas tidur yang buruk
FARMAKOLOGI
b) gangguan terjadi minimal 3 kali
dalam seminggu, selama minimal satu
 Zolpidem bulan
 Triazolam
 Flurazepam c) adanya preokupasi dengan tidak bias
 Quazepam tidur dan peduli berlebihan terhadap
akibatnya pada malam hari dan
sepanjang siang hari

d) Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan


Cognitive Behaviour Therapy atau kualitas tidur menyebabkan
NON (CBT) penderitaan yang cukup berat dan
FARMAKOLOGI mempengaruhi fungsi dalam sosial dan
pekerjaan.
Contoh kasus
Ny. w, usia 41 tahun, seorang janda datang dengan keluhan kurang tidur selama 2,5
tahun. Ny. W memiliki kesulitan untuk memulai tidur yaitu 30 – 45 menit untuk tidur dan
bangun setiap 1 atau 2 jam sekali dan setiap bangunnya dapat bertahan Selma 15 menit. Ny. W
memperkirakan waktu tidur malamnya sekitar 4,5 jam tiap malam. Ny. W juga mengeluh
bahwa ia seperti tidak pernah tidur yang dalam dan mudah terbangun dengan sedikit bunyi, Ny.
W juga merasa terkadang ia mengalami kesulitan untuk mematikan pikirannya.
Kriteria Diagnostik (DSM V)
• Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk
• Tidur yang berlebihan, rasa
membuat diagnosis pasti:
mengantuk (somnolen) di
HIPERSOMNIA siang hari yang berlebihan,
atau kadang-kadang a) rasa kantuk pada siang hari yang berlebihan atau
keduanya. adanya serangan tidur/sleep attack (tidak disebabkan
oleh jumlah tidur yang kurang) dan atau transisi yang
memanjang dari saat mulai bangun tidur sampai sadar
sepenuhnya (sleep drunkness)

FARMAKOLOGI b) Gangguan tidur terjadi setiap hari selama lebih dari


1 bulan atau berulang dengan kurun waktu yang lebih
pendek, menyebabkan penderitaan yang cukup berat
dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan
 Stimulan
 Anti-depresan non sedasi c)Tidak ada gejala tambahan “ narcolepsy” (catalexy,
sleep paralysis, hypnagogic hallucination) atau bukti
klinis untuk “sleep apnoe” (nocturnal breath
cessation, typical intermittent snoring sound, etc.)

d)Tidak ada kondisi neurologis atau medis yang


menunjukan gejala rasa kantuk pada siang hari
Gangguan
jadwal tidur-jaga
• Melibatkan pergeseran tidur dari
(sleep-wake periode sirkadian yang diinginkan
cycle
disturbance)

Kriteria Diagnosis
• Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk
diagnosis pasti:
a) Pola tidur jaga dari individu tidak seirama (out of
synchrony) dengan pola tidur jaga yang normal bagi
masyaraka setempat
b) Insomnia pada waktu orang-orang tidur dan
hypersomnia pada waktu kebanyakan orang jaga, yang
dialami hampir setiap hari untuk sedikitnya 1 bulan
atau berulang dengan kurun waktu yang lebih pendek.
c) Ketidakpuasan dalam kuantitas, kualitas, dan waktu
tidur menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan
mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan
• Terdiri atas rangkaian perilaku kompleks yang
diawali pada sepertiga pertama malam selama tidur
NREM tahap 3 dan 4
• Pasien dapat duduk dan kadang-kadang melakukan
somnambulisme tindakan motoric pervasive
• Perilaku ini terkadang berakhir dengan terbangun
disertai beberapa menit kebingungan.

Terapi terdiri atas upaya


TERAPI mencegah cedera dan obat yang
menekan tidur tahap 3 dan 4
Kriteria Diagnostik (DSM V)
• Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk
membuat diagnosis pasti:

a) gejala yang utama adalah satu atau lebih episode


bangun dari tempat tidur, biasanya pada sepertiga awal
tidur malam, dan terus berjalan-jalan; (kesadaran berubah)

b)Selama satu episode, individu menunjukan wajah


bengong (blank, staring face), relative tak memberi
respons terhadap upaya orang lain untuk mempengaruhi
keadaan atau untuk berkomunikasi dengan penderita, dan
hanya dapat disadarkan/dibangunkan dari tidurnya dengan
susah payah

c)Pada waktu sadar/bangun (setelah satu episode atau


besok paginya), individu tidak ingat apa yang terjadi

d)Dalam kurun waktu beberapa menit setelah bangun dari


episode tersebut, tidak ada gangguan aktivitas mental,
walaupun dapat dimulai dengan sedikit bingung dan
disorientasi dalam waktu singkat.

a)Tidak ada bukti adanya gangguan mental organik


• Mimpi yang lama dan menakutkan
yang membuat orang terbangun Kriteria Diagnostik (DSM V)
Mimpi dengan rasa ketakutan.
• Terjadi saat fase REM
• Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial
untuk membuat diagnosis pasti:
buruk • Beberapa orang mengalami selama
mimpi buruk dan yang lainnya a) terbangun dari tidur malam atau tidur siang
saat stress dan sakit berkaitan dengan mimpi yang menakutkan
yang dapat diingat kembali dengan rinci dan
jelas, biasanya perihal ancaman kelangsungan
hidup, keamanan, atau harga diri;
terbangunnya dapat terjadi kapan saja selama
periode tidur, tetapi yang khaas adalah pada
FARMAKOLOGI paruh kedua masa tidur

b)Setelah terbangun dari mimpi yang


menakutkan, individu segera sadar penuh dan
Agen yang menekan tidur REM mampu mengenali lingkungannya
seperti obat trisiklik dapat
mengurangi frekuensi mimpi buruk, c)Pengalaman mimpi itu, dan akibat dari tidur
dan benzodiazepine juga dapat yang terganggu, menyebabkan penderitaan
digunakan cukup berat bagi individu
• Terbangun pada sepertiga awal malam selama tidur
NREM tahap 3 dan 4
• Gangguan ini hampir selalu diawali dengan jeritan
Night atau tangisan pilu dan disertai manifestasi perilaku
ansietas hebat yang hampir mendekati panic

terrors • Episode terror malam setelah teriakan asli sering


berkembang menjadi episode berjalan sambal tidur
• Rekaman poligrafik mirip dengan pada gangguan
berjalan sambal tidur

Pemeriksaan situasi keluarga yang


menimbulkan stress mungkin penting, dan
TERAPI terapi individual serta keluarga. Pada kasus
yang jarang, jika diperlukan obat , diazepam
dengan dosis kecil pada waktu tidur dapat
memperbaiki keadaan.
Kriteria Diagnostik (DSM V)
• Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk
membuat diagnosis pasti:

a) rasa kantuk pada siang hari yang berlebihan atau


adanya serangan tidur/sleep attack (tidak disebabkan oleh
jumlah tidur yang kurang) dan atau transisi yang
memanjang dari saat mulai bangun tidur sampai sadar
sepenuhnya (sleep drunkness)

b) Gangguan tidur terjadi setiap hari selama lebih dari 1


bulan atau berulang dengan kurun waktu yang lebih
pendek, menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan
mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan

c)Tidak ada gejala tambahan “ narcolepsy” (catalexy,


sleep paralysis, hypnagogic hallucination) atau bukti
klinis untuk “sleep apnoe” (nocturnal breath cessation,
typical intermittent snoring sound, etc.)

d)Tidak ada kondisi neurologis atau medis yang


menunjukan gejala rasa kantuk pada siang hari
1. Pendekatan Non-Farmakologi

• Pendekatan hubungan antara pasien dan dokter


• Konseling dan Psikoterapi
• Tindakan Higiene tidur
• Terapi pegontrolan stimulus
• Sleep Restriction Therapy
• Terapi relaksasi dan biofeedback
2. Pendekatan Farmakologis

• Dalam mengobati gejala gangguan tidur, selain


dilakukan pengbatan ecara kausal juga dapat
diberikan obat golongan sedatif hipnotik
• ES. Dapat menimbulkan supresi SSP pada saat
tidur.
• Pemilihan obat menurut sifat Gg. tidur
• Initial Insomnia
• Delayed Insomnia
• Broken Insomnia
KESEHATAN JIWA
MASYARAKAT
DEFINISI KESEHATAN JIWA
KESEHATAN JIWA ADALAH SUATU KONDISI YANG
MEMUNGKINKAN PERKEMBANGAN FISIK, INTELEK,
EMOSIONAL, SOSIAL DAN OKUPASIONAL YANG
OPTIMAL DARI SESEORANG DAN PERKEMBANGAN ITU
BERJALAN SELARAS DENGAN KEADAAN ORANG–
ORANG LAIN
ORANG YANG SEHAT
JIWA :
• 1 - dapat menerima kekurangan diri sendiri

• 2 - dapat menerima kekurangan orang lain

• 3 - dapat menerima segala tantangan perubahan dan


kondisi yang terjadi
ORGANO
BIOLOGIK

PSIKO SOSIO
EDUKATIF KULTURAL

SEHAT JIWA “ILL-HEALTH” SAKIT JIWA


20-30% 40-60% 20-30%
“ILL - HEALTH”
• Kurang percaya diri
• Tidak mandiri
• Mau menang sendiri
• Curang, korup
• Sombong
• Sukar diatur, antisosial
• Serakah
• Sukar melihat orang lain senang, dll
PARAMETER KESEHATAN
JIWA
MASYARAKAT
• Angka bunuh diri
• Angka kekerasan dalam masyarakat
• Angka kenakalan remaja - kriminalitas
• Penggunaan obat tidur/penenang
• Penggunaan rokok/alkohol/napza
• Angka perceraian
• Kenaikan insidensi kasus gangguan jiwa
INDUSTRIALISASI &
KEMAJUAN EKONOMI
• Menurun : • Meningkat :

Penyakit infeksi Kanker


Kurang gizi Degeneratif
Gangguan jiwa
“Man-made
diseases”
TRI UPAYA BINA JIWA
• Prevensi/Promosi

• Kurasi

• Rehabilitasi
PREVENSI
(ORGANOBIOLOGIK)
• Mencegah perkawinan incest (genetik)
• Mencegah trauma kepala
• Mencegah radang otak / radang selaput otak
• Mencegah kekurangan gizi
• Mencegah keracunan
• Mencegah tumor otak
DENGAN PENYULUHAN KESWA
PREVENSI (PSIKO-
EDUKATIF)
• Anak tidak dimanja
• Hindarkan “over protected child”
• Disiapkan untuk trampil dan mandiri
• Stabilitas keluarga
• Mengalami proses yang wajar dalam tumbuh
kembang psiko-sosial sbb:
PERKEMBANGAN PSIKO-
SOSIAL YANG NORMAL
(ERIKSON)
• Basic trust ---- hope
• Autonomy ---- will
• Initiative ---- purpose
• Industry ---- competitive
• Identity ---- Fidelity
• Intimacy ---- love
• Generativity ---- care
• Integrity ---- wisdom
PREVENSI (SOSIO
KULTURAL)
• Lingkungan pergaulan yang baik
• Suasana tempat tinggal dan sekolah yang baik
• Mass media, buku dan majalah yang mendukung
• Pola permainan yang mendukung
• Kegiatan anak-remaja yang positif : kepanduan
• Suasana sosial politik yang demokratis
PROMOSI KESWA
• Tidak mengikuti pola hidup yang merugikan : rokok,
alkohol, judi, pelacuran
• Belajar menerima realitas
• Aktif dalam kegiatan sosial & keagamaan
• Siap menghadapi kematian
PROMOSI KESWA
• Meningkatkan kualitas hidup
• Membuat hidup lebih berarti
• Jaminan hari tua
• Meningkatkan daya adaptasi lingkungan
• Belajar merasa bahagia karena memberi
• Belajar lepas dari kemelekatan
KURASI
• Segera bertemu dengan profesi yang tepat untuk
terapi
• Segera mendapatkan terapi yang akurat
• Segera mengalami kesembuhan
MODEL TERAPI
• Psikofarmaka : tablet, tetes, infus, supp & suntik
• Psikoterapi
• Individu
• Kelompok
• keluarga
• Kejang listrik
• Hipnoterapi – Past-life therapy
• Okupasional – gerak – musik dll
REHABILITASI
• “Therapeutic community”
• “Sheltered workshop”
• Keluarga dan masyarakat siap menerima kembali
• Ada jaringan kerja sama antara pihak keluarga –
kesehatan – dinas sosial –(dunia usaha) / tenaga kerja
PREVALENSI GANGGUAN JIWA
(GOLDBERG & HUXLEY, EROPA)
1. Lapis I : 260-315 ‰ (dlm masyarakat)
2. Lapis II : 230 ‰ (ke dokter umum)
3. Lapis III : 101,5 ‰ (terdiagnosis)
4. Lapis IV : 23,5 ‰ (dirujuk ke psikiater/ rumah sakit
jiwa)
5. Lapis V : 5,7 ‰ (perlu dirawat di rumah sakit jiwa)
INSIDENSI KASUS PSIKIATRI
• Psikosis 7-8 ‰
• Schizophrenia 1-3 ‰
• Psikoneurosis 6-8 %
• Psikosomatik 8-12 %
• Gangguan kepribadian 1-3 %
• Napza/narkoba 1-3 %
• Deviasi seksual 1-3 %
• Retardasi mental 3%
MENTAL PROBLEMS

1. MENTAL ADDICTION 44 %
2. MENTAL DEFICIT 34 %
3. MENTAL DYSFUNCTION 16,2 %
4. MENTAL DISORDER 5,8 %

(Penelitian Ditkeswa, Depkes R.I., , di 14 kota besar di


Indonesia)
“MENTAL DEFICIT” :
• IQ - Intelligent Quotient
• EQ - Emotional Quotient
• SQ - Spiritual Quotient
• SQ - Social Quotient
• AQ - Adversity Quotient
PSIKO NEUROSIS
• Gejala umum kejiwaan : cemas
• Gejala fisik : jantung berdebar, keringat dingin, tremor,
pusing dll
• Mencari pertolongan dan perhatian
• Bersumber pada masa kecil atau sebelumnya
• Resiko tergantung pada obat penenang
• Contoh : Panik, Cemas, OCD, PTSD, Histeria, Reaksi
Disosiasi dll
PSIKO SOMATIK
• Gangguan fisiologik & anatomis
• Dicetuskan oleh stres psikososial
• Mengakibatkan penderitaan dan kematian
• Contoh : Headache, Asthma, gastritis, neuro dermatitis,
rheumatoid arthritis, colitis ulcerosa, jantung coroner,
psoriasis, hipertensi, endometriosis, impotensi, diabetes
mellitus dll.

Anda mungkin juga menyukai