Anda di halaman 1dari 53

REFERAT

'SLEEP DISORDER-SLEEP
DISTURBANCE-SLEEP
DISRUPTION'
Ismylatifa Devi (20200420089)
Ivan Mardinata P (20200420090)
Janette Alvina (20200420091)
Jihan Delima Harvina (20200420092)
Jocelyn Christabella (20200420093)
Joel Timothy (20200420094)
Kadek Aris Saputra Mulya (20200420095)
PENDAHULUAN
• Tidur memiliki peranan yang penting dalam kehidupan termasuk dalam fungsi otak dan fisiologis
sistemik, seperti metabolisme, pengaturan nafsu makan, fungsi sIstem imun, hormon dan
kardiovaskular
• Tidur yang sehat dapat ditandai dengan waktu tidur yang cukup, kualitas tidur yang cukup, tepat
waktu dan teratur, dan tidak adanya gangguan tidur
• Jika manusia mengalami gangguan tidur maka akan terganggu fungsi dari tubuh manusia
• Gangguan tidur-bangun sering terjadi bersamaan dengan kondisi medis atau kondisi kesehatan
mental lainnya, seperti depresi, kecemasan, atau gangguan kognitif.
• Ada beberapa jenis gangguan tidur-bangun, di mana insomnia adalah yang paling umum.
Gangguan tidur-bangun lainnya termasuk parasomnia, narkolepsi, dan sindrom kaki gelisah
TIDUR NORMAL
• Tidur terdiri dari dua keadaan fisiologis: tidur non-rapid
eye movement (NREM) dan tidur rapid eye movement
(REM)
• NREM terdiri dari tahap 1 hingga 4, sebagian besar
fungsi fisiologis jauh lebih rendah daripada saat terjaga
• Tidur REM adalah jenis tidur yang berbeda secara
kualitatif, ditandai dengan tingkat aktivitas otak yang
tinggi dan tingkat aktivitas fisiologis yang serupa
dengan saat terjaga
SLEEP DISORDER-SLEEP
DISTURBANCE-SLEEP
DISRUPTION
Banyak perdebatan yang terjadi pada kalangan medis
mengenai pengunaan sleep disorder, sleep disturbance
dan sleep disruption akan tetapi dari hasil yang kami
temukan penggunaan kata sleep disorder, sleep
disturbance, sleep diruption sebenarnya memiliki arti
yang sama. Pengunaannya sebatas memasukan kata
yang tepat dalam suatu kalimat.
Dilansir dari jurnal:
1. ‘Sleep disorder’ sering terjadi dan dapat menyebabkan morbiditas yang signifikan.
Contoh ‘sleep disturbances’ utama dalam praktik perawatan primer termasuk insomnia;
gangguan pernapasan saat tidur, seperti apnea tidur obstruktif; hipersomnia sistem saraf
pusat, termasuk narkolepsi; gangguan tidur ritme sirkadian; parasomnia, seperti
gangguan perilaku tidur REM; dan gangguan gerakan terkait tidur, termasuk sindrom
kaki gelisah (Panossian & Advian, 2009)

2. Mempunyai "sleep disturbance" atau "sleep disorder" mengkhawatirkan dengan


sendirinya karena kelelahan yang menyertainya telah dikaitkan dengan masalah
keselamatan publik yang berbahaya seperti mengemudi dalam keadaan mengantuk
Pada jurnal yang lain kamu temukan bahwa
Pengunaan kata disorder dipakai untuk suatu sindroma spesifik yang sudah
di idetifikasi, diteliti dinyatakan sebagai suatu gangguan atau diagnosis
spesifik dan memiliki tatalaksana. Pengunaan kata sleep disturbance lebih
luas apapun yang menyebabkan tidur terganggu dinaytakan sebagai sleep
disturbance atau disruption

Dilansir dari jurnal :


1. Prinsip penanganan "sleep disorder" adalah untuk mencari penyebab
"sleep disturbance" dan mengobati kondisi komorbiditas yang
menyebabkan "sleep disturbance" (Chokroverty, 2010)
Gangguan Tidur
(Sleep Disorder)

Here is where your presentation begins


SLEEP DISORDER
• Gangguan tidur melibatkan masalah dengan kualitas,
waktu, dan jumlah tidur, yang mengakibatkan stres dan
gangguan fungsi.
• Gangguan Tidur Primer (Disomnia dan Parasomnia)
• Sleep Disorder Related to Another Mental Disorder
• Sleep Disorder Due to a General Medical Condition
• Substance-Induced Sleep Disorder
• Penilaian sistematis pada individu yang datang dengan
keluhan utama gangguan tidur
• Pada orang normal, fase NREM denyut nadi biasanya melambat lima sampai sepuluh
denyut per menit di bawah tingkat saat bangun tidur dan sangat teratur
• Gerakan tubuh yang tidak disengaja dan episodik muncul dalam tidur NREM
• Aliran darah melalui sebagian besar jaringan, termasuk aliran darah otak, sedikit
berkurang.
• Pada saat REM denyut nadi, pernapasan, dan tekanan darah pada manusia jauh lebih
tinggi daripada selama tidur NREM dan seringkali lebih tinggi daripada saat bangun
• Penggunaan oksigen otak meningkat selama tidur REM
• Poikilothermia mengakibatkan kegagalan untuk merespon perubahan suhu lingkungan
dengan menggigil atau berkeringat, mana yang sesuai untuk mempertahankan suhu
tubuh
• Pada tidur REM terjadi penghambatan motorik.
KLASIFIKASI
PPDGJ-III DSM V

• Dyssomnia • Insomnia disorder


• Hypersomnolence disorder
Kondisi psikogenik primer dimana gangguan utamanya
yaitu jumlah, kualtitas atau waktu tidur yang disebabkan • Narcolepsy
oleh hal-hal ernosional, misalnya: insomnia hipersomnia,
• Breathing-related sleep disorders
gangguan jadwal tidur-jaga
• Circadian rhythm sleep-wake disorders
• Parasomnia
• Non-rapid eye movement (NREM) sleep arousal
Peristiwa episodik abnormal yang terjadi selama tidur disorders
(pada kanak-kanak hal ini terkait terutama dengan
• Nightmare disorder
perkembangan anak, sedangkan pada dewasa terutama
pengaruh psikogenik), misalnya: somnambulisme • Rapid eye movement (REM) sleep behavior disorder
(sleepwalking), teror tidur (night terrors), mimpi buruk
• Restless legs syndrome
(nightmares)
• Substance/medication-induced sleep disorder.
01.
DYSNOMNIA
—Insomnia

• Ketidakpuasan dengan kuantitas atau kualitas tidur


dengan keluhan kesulitan memulai atau
mempertahankan tidur.
• Keluhan tidur disertai dengan gejala klinis yang
signifikan penderitaan atau gangguan dalam fungsi
sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya
• Manifestasi insomnia yang berbeda dapat terjadi pada
waktu yang berbeda dari periode tidur.
• Insomnia onset tidur (atau insomnia awal) melibatkan
kesulitan memulai tidur pada waktu tidur.
• Insomnia pemeliharaan tidur (atau insomnia tengah)
melibatkan sering terbangun atau terbangun dan susah
tertidur kembali.
• Late Insomnia bangun pagi dengan ketidakmampuan
untuk kembali tidur
Kriteria Diagnostik Insomnia Non-Organik berdasarkan PPDGJ

• a. Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur, atau kualitas tidur yang
buruk
• b. Gangguan minimal terjadi 3 kali dalam seminggu selama minimal 1bulan
• c. Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur dan peduli yang berlebihan terhadap akibatnya
pada malam hari dan sepanjang siang hari
• d. Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan penderitaan yang
cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan
• Adanya gangguan jiwa lain seperti depresi dan anxietas tidak menyebabkan diagnosis insomnia
diabaikan.
• Kriteria “lama tidur” (kuantitas) tidak diguankan untuk menentukan adanya gangguan, oleh
karena luasnya variasi individual. Lama gangguan yang tidak memenuhi kriteria di atas (seperti
pada “transient insomnia”) tidak didiagnosis di sini, dapat dimasukkan dalam reaksi stres akut
(F43.0) atau gangguan penyesuaian (F43.2)
TATALAKSANA NON-FARMAKOLOGI
Terapi perilaku kognitif: psikoedukasi/higiene tidur, pelatihan relaksasi, terapi kontrol stimulus, terapi pembatasan tidur, dan
terapi kognitif.
• Psikoedukasi: 'aturan higiene tidur' tentang kebiasaan (misalnya memperhatikan jam, latihan fisik, penggunaan zat) dan
faktor lingkungan (misalnya cahaya, kebisingan, suhu) yang dapat meningkatkan atau mengganggu tidur.
• Terapi relaksasi. Prosedur klinis yang ditujukan untuk mengurangi ketegangan somatik (misalnya relaksasi otot progresif)
atau pikiran yang mengganggu sebelum tidur (misalnya meditasi).
• Terapi kontrol stimulus adalah seperangkat instruksi perilaku yang dirancang untuk menghubungkan kembali tempat
tidur/kamar tidur dengan tidur dan untuk membangun kembali jadwal tidur-bangun yang konsisten: (1) pergi ke tempat
tidur hanya saat mengantuk; (2) bangun dari tempat tidur ketika tidak bisa tidur; (3) menggunakan tempat tidur/kamar
tidur hanya untuk tidur dan berhubungan seks (misalnya tidak membaca, tidak menonton TV); (4) bangun pada waktu
yang sama setiap pagi; (5) jangan tidur siang di siang hari.
• Terapi kognitif. Strategi kognitif adalah metode psikologis yang dirancang untuk mengidentifikasi, menantang dan
mengubah kesalahpahaman tentang tidur dan keyakinan yang salah tentang insomnia dan konsekuensi siang hari yang
dirasakan. Strategi ini termasuk metode yang ditujukan untuk mengurangi atau mencegah pemantauan berlebihan, dan
mengkhawatirkan, insomnia dan korelasi atau konsekuensinya.
TATALAKSANA FARMAKOLOGI

• Benzodiazepine (Benzodiazepine receptor agonist : B2RA):


Nitrazepam, Flurazepm, estazolam
• Non-benzodiazepine (melatonin receptor agonist:
MT1/MT2): Zolpidem Ramelton
—Hipersomnia

• Gangguan sentral dari hipersomnolen yang


menyebabkan kantuk berlebihan setiap hari, tanpa
adanya penyebab lain yang teridentifikasi.
Meskipun kantuk terkadang menjadi satu-satunya
manifestasi, sering disertai dengan durasi tidur
yang lama di malam hari, tidur siang yang lama,
rasa tidur yang tidak menyegarkan, dan kesulitan
besar untuk bangun, yang dikenal sebagai inersia
tidur. Kelelahan, gejala kognitif, dan gejala otonom
sering terjadi dan berkontribusi pada beban
penyakit
—Gangguan tidur ritme sirkadian
(CRSDs)
• Gangguan ritme tidur-bangun pola kronis (setidaknya
selama 1 bulan) karena perubahan sistem waktu
sirkadian atau ketidakselarasan antara waktu ritme
sirkadian endogen dan waktu tidur-bangun yang
diperlukan.
• Gangguan ritme tidur-bangun ini dibedakan menjadi : (1)
Gangguan fase tidur tertunda (DPSD) , (2) Gangguan Fase
Tidur Lanjut (ASPD), (3) Gangguan Ritme Tidur-Bangun
Tidak Teratur, (4) Gangguan Tidur-Bangun Non-24 Jam,
(5) Gangguan Jet-Lag, dan (6) Gangguan Kerja Shift.
Kriteria Diagnostik

- Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti menurut PPDGJ-III :

(a) pola tidur-jaga dari individu tidak seirama (out of synchrony) dengan pola tidur-jaga
yang normal bagi masyarakat setempat;

(b) insomnia pada waktu orang-orang tidur dan hipersomnia pada waktu kebanyakan
orang jaga, yang dialami hampir setiap hari untuk sedikitnya 1 bulan atau berulang
dengan kurun waktu yang lebih pendek.

(c) ketidak-puasan dalam kuantitas, kualitas, dan waktu tidur menyebabkan penderitaan
yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan.

- Adanya gejala gangguan jiwa lain, seperti anxietas, depresi, hipomania, tidak menutup
kemungkinan diagnosis gangguan jadwal tidur-jaga non-organik, yang penting adanya
dominasi gambaran klinis gangguan ini pada penderita. Apabila gejala gangguan jiwa lain
cukup jelas dan menetap harus dibuat diagnosis gangguan jiwa yang spesifik secara
terpisah.
TATALAKSANA
- Karena ritme sirkadian diketahui dipengaruhi oleh paparan cahaya, intervensi yang mengubah pola
paparan cahaya untuk mengurangi gangguan tidur memiliki dukungan teoretis yang kuat.

- Cahaya dan kegelapan juga mempengaruhi proses tidur dan bangun secara lebih akut, melalui jalur
'langsung', non-sirkadian, yang dapat berkontribusi terhadap efek terapeutik.

- Pada gangguan tidur ritme sirkadian (CRSD) seperti gangguan fase tidur tertunda (DSPD) atau
gangguan fase tidur lanjutan (ASPD), intervensi mungkin bertujuan untuk menormalkan waktu tidur.

- Intervensi mungkin sama-sama bertujuan untuk meningkatkan kualitas atau durasi tidur dengan
meningkatkan sinkronisasi antara fase sirkadian dan waktu tidur-bangun di mana ini berada di luar
fase.

-Intervensi dapat bertujuan untuk meningkatkan amplitudo ritme SCN, yang dapat berkurang pada usia
yang lebih tua dan pada gangguan neurodegeneratif
02.
PARASOMNI
A
~SLEEP WALKING
• Sleepwalking adalah perilaku yang ditandai dengan gairah
parsial selama tidur gelombang lambat (N4).
• Potensi hasil kesehatan yang merugikan dari tidur sambil
berjalan adalah cedera pada pejalan tidur itu sendiri atau
orang lain sebagai akibat dari gangguan persepsi,
karakteristik berjalan dalam tidur.
• Somnambulisme ditandai sebagai parasomnia yang
terjadi selama tahap tidur gelombang lambat.
• Ini juga merupakan kelainan autosomal dominan, dan
lokus genetiknya telah diidentifikasi pada kromosom 20
q12-q13.
Kriteria Diagnostik

- Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti:

(a) gejala yang utama adalah satu atau lebih episode bangun dari tempat tidur,
biasanya pada sepertiga awal tidur malam, dan terus berjalan-jalan; (kesadaran
berubah)
(b) selama satu episode, individu menunjukkan wajah bengong (blank, staring
face), relatif tak memberi respons terhadap upaya orang lain untuk mempengaruhi
keadaan atau untuk berkomunikasi dengan penderita, dan hanya dapat
disadarkan/dibangunkan dari tidurnya dengan susah payah.
(c) pada waktu sadar/bangun (setelah satu episode atau besok paginya), individu
tidak ingat apa yang terjadi;
(d) dalam kurun waktu beberapa menit setelah bangun dari episode tersebut, tidak
ada gangguan aktiuitas mental,walaupun dapat dimulai dengan sedikit bingung
dan disorientasi dalam waktu singkat.
(e) tidak ada bukti adanya gangguan mental organik.
- Somnambulisme harus dibedakan dari serangan Epilepsi Psikomotor dan Fugue
Disosiatif
TATALAKSANA FARMAKOLOGI

- Untuk kenyamanan, obat-obatan ini telah dikategorikan ke


dalam lima kelas sebagai berikut :
(1) agonis reseptor benzodiazepin dan modulator asam gamma-
aminobutirat (GABA)
(2) antidepresan dan agen serotonergik lainnya
(3) antipsikotik
(4) beta blocker
(5) "lain-lain," termasuk antibiotik ciprofloxacin.
TATALAKSANA NON-FARMAKOLOGI

- Hipnosis
- Psikoterapi
- Terapi perilaku aversif
- Penggunaan alarm
tempat tidur yang
disesuaikan
~ NIGHT
Teror tidur (juga dikenal sebagai teror malam atau pavor nocturnus) dicirikan

TERROR
oleh episode teror dan kepanikan yang ekstrim terkait dengan vokalisasi dan
motilitas yang intens, dan pelepasan otonom tingkat tinggi yang terjadi tiba-
tiba saat bangun tidur.
Kriteria Diagnosis Menurut PPDGJ-3 :
• Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti :
• Gejala utama adalah satu atau lebih episode bangun dari tidur, mulai dengan berteriak karena panik,
disertai anxietas yang hebat, seluruh tubuh bergetar, dan huperaktivitas otonomik seperti jantung
berdebar-debar, nafas cepat, pupil melebar, dan berkeringat
• Episode ini dapat berulang, setiap episode lamanya berkirsar 1-10 menit, dan biasanya terjadi pada
sepertiga awal tidur malam
• Secara relatif tidak bereaksi terhadap berbagai upaya orang lain untuk mempengaruhi keadaan teror
tidurnya, dan kemudian dalam beberapa menit setelah bangun biasanya terjadi disorientasi dan
gerakan-gerakan berulang
• Ingatan terhadap kejadian, kalaupun ada, sangat minimal (biasanya terbatas pada satu atau dua
bayangan-bayangan yang terpilah-pilah)
• Tidak ada bukti adanya gangguan mental organik
• Teror tidur harus dibedakan dari Mimpi Buruk, yang biasanya terjadi setiap saat dalam tidur, mudah
dibangunkan, dan teringat dengan jelas kejadiannya
• Teror tidur dan somnabulisme sangat berhubungan erat, keduanya mempunyai karakteristik klinis dan
patofisiologis yang sama
TATALAKSANA NON-FARMAKOLOGI
• Kondisi yang mendasari harus ditangani jika memungkinkan dan faktor
pencetus harus dihindari.
• Penting untuk memiliki kebersihan tidur yang baik dan lingkungan tidur
yang sesuai.
• Minuman yang mengandung kafein harus dihindari
• Pertimbangan faktor-faktor yang dapat mengganggu tidur seperti belum
buang air kecil, hewan peliharaan melompat ke tempat tidur, dan suara
lingkungan. Benda-benda di sekitar area yang berpotensi membahayakan
pasien harus disingkirkan.
TATALAKSANA FARMAKOLOGI
• Clonazepam, benzodiazepin yang dapat secara nyata mendukung, dapat
dicoba dalam jangka pendek pada waktu tidur jika teror tidur sering dan
parah atau berhubungan dengan gangguan fungsional, seperti kelelahan,
kantuk di siang hari, dan kesusahan. Obat harus diberikan setidaknya 90
menit sebelum tidur
• Melatonin (N-acetyl-5-methoxytryptamine)
• Antidepresan trisiklik (seperti imipramine, amitriptyline), inhibitor
reuptake serotonin selektif (seperti paroxetine, fluoxetine)
~
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual for Mental Disorder Fifth
Edition (DSM-5), nightmare disorder didefinisikan sebagai gangguan tidur yang
ditandai oleh mimpi buruk berulang yang panjang, sangat disforik, dan bisa
diingat dengan jelas. Isi mimpi biasanya berhubungan dengan ancaman

NIGHTMAR
terhadap keselamatan, keamanan; integritas fisik; serta terjadi pada paruh akhir
waktu tidur

E
Kriteria Diagnosis Menurut PPDGJ-3 :
• Gambaran klinis dibawah ini adalah esensual untuk diagnosis pasti :
• Terbangun dari tidur malam atau tidur siang berkaitan dengan mimpi yang
menakutkan yang dapat diingat kembali dengan rinci dan jelas (vivid), biasanya
perihal ancaman kelangsungan hidup, keamanan, atau harga diri; terbangunnya
dapat terjadi kapan saja selama periode tidur, tetapi yang khas adalah pada paruh
kedua masa tdiur
• Setelah terbangun dari mimpi yang menakutkan, individu segera sadar penuh dan
mampu mengenali lingkungannya
• Pengalaman mimpi itu, dan akibat dari tidur yang terganggu, menyebabkan
penderitaan yang cukup berat bagi individu
• Sangat penting untuk membedakan Mimpi Buruk dari Teror Tidur, dengan
memperhatikan gambaran klinis yang khas dari masing-masing gangguan
TATALAKSANA NON-FARMAKOLOGI
• Hindari Stress
• IRT : yaitu desensitization and exposure therapy atau imagery
rehearsal therapy (IRT). IRT terdiri dari mendorong pasien untuk
menuliskan mimpi buruk dan kemudian menulis ulang cerita
dan membuat akhir cerita dari mimpi menjadi cerita yang
positif dan bahagia.
• CBT : meyakinkan bahwa itu hanya sebuah mimpi dan tidak
nyata
TATALAKSANA FARMAKOLOGI

• Untuk mimpi buruk yang terkait dengan gangguan stres pasca trauma,
prazosin 1-3 mg sebelum tidur telah terbukti bermanfaat
• Selain itu untuk dewasa direkomendasikan : nitrazepam; prazosin; dan
triazolam.
03. NARKOLEPSI
• Narkolepsi adalah penyakit neurologis kronis yang
bermanifestasi sebagai kesulitan dalam
mempertahankan bangun dan tertidur.
• Edisi ketiga dari International Classification of Sleep
Disorders mengklasifikasikan sindrom narkolepsi
menjadi narkolepsi tipe 1 (narkolepsi dengan
cataplexy, Na-1) dan narkolepsi tipe 2 (narkolepsi
tanpa cataplexy, Na-2). Tetradik klasik simptom
narkolepsi berisi excessive daytime sleepiness (EDS)
yang disertai beragam level cataplexy, sleep
paralysis, dan hypnagogic hallucination
• Skema diagnosa
Kriteria
DIAGNOSIS
TATALAKSANA

• Tujuan dari semua


pendekatan terapi adalah
mengoptimalkan kontrol
gejala narkolepsi dan
membantu pasien agar punya
kehidupan personal dan
profesional yang baik.
BREATH-RELATED
04.
SLEEP DISORDER
Obstructive Sleep Apnea
• Obstructive Sleep Apnea (OSA) adalah keadaan terjadinya obstruksi jalan nafas atas
secara periodik selama tidur yang menyebabkan nafas berhenti secara intermiten, baik
komplit (apnea) ataupun parsial (hipoapnea)
• Diagnosis OSA dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesis pola tidur, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang.
• Kuesioner Epworth Sleepiness Scale dapat digunakan untuk mengetahui gejala OSA yang
berkaitan dengan kebiasaan tidur dan rasa mengantuk saat melakukan dalam kegiatan
sehari-hari. iksaan radiologi dan pemeriksaan penunjang khusus
• Gold standard untuk mendiagnosa OSA adalah melalui pemeriksaan tidur dengan alat
Polysomnography (PSG).
• Index yang digunakan untuk mengetahui derajat OSA yaitu Apnea-Hipoapnea Index (AHI)
Kriteria Diagnosis

Apnea-Hipoapnea Index (AHI)

Kuisioner Epworth Sleepiness Scale


TATALAKSANA
• Terapi : bedah dan non-bedah
• Non bedah :
- Positive Airway Pressure (PAP)  CPAP
- Terapi posisi
• Bedah :
- Bertujuan untuk memperbaiki volume dan bentuk saluran napas
atas.
05. Restless Leg Syndrome
RLS (Restless Legs Syndrome) adalah Sleep-Wake Disorder, yang
melibatkan sensasi tidak nyaman misalnya- "creepy crawling", kesemutan,
atau terbakar, dan dorongan terus menerus untuk menggerakkan kaki.
Kriteria Diagnosis

Menurut DSM-5, ada lima kriteria diagnostik untuk RLS

1. Dorongan untuk menggerakkan kaki yang biasanya disertai atau terjadi sebagai
respons terhadap sensasi tidak nyaman dan tidak menyenangkan pada kaki, ditandai
dengan semua hal berikut: (1) dorongan untuk menggerakkan kaki dimulai atau
memburuk selama periode istirahat atau tidak aktif; (2) dorongan itu sebagian atau
seluruhnya hilang dengan gerakan; dan (3) dorongan untuk menggerakkan kaki lebih
buruk di malam hari atau di malam hari daripada di siang hari atau hanya terjadi di
malam hari atau di malam hari

2. Gejala terjadi setidaknya 3 kali per minggu dan telah bertahan selama minimal 3 bulan
Kriteria Diagnosis
3. Gejala menyebabkan penderitaan yang signifikan atau gangguan dalam fungsi
sosial, pekerjaan, pendidikan, akademik, perilaku, atau fungsi lainnya
4. Gejala tidak dapat dikaitkan dengan gangguan mental atau kondisi medis lain
(misalnya, edema kaki, radang sendi, kram kaki) atau kondisi perilaku (misalnya
ketidaknyamanan posisi, kebiasaan mengetuk kaki)
5. Gangguan tidak dapat dijelaskan oleh efek penyalahgunaan obat atau
pengobatan
TATALAKSANA

• Psikoedukasi dapat membantu orang untuk mengatasi lebih efektif, dan beberapa
orang merasa membaik dengan berjalan, pijat kaki, peregangan, atau kompres
panas atau dingin pada kaki.

• Terapi farmakologis yang digunakan untuk menghilangkan RLS, termasuk agonis


dopamin dan benzodiazepin atau opiat untuk menginduksi tidur. Relaksan otot
antagonis asetilkolin seperti flexaril juga digunakan, penggunaan suplemen vitamin
E, atau suplemen folat, zat besi dan magnesium.
06. Substance/drug induced sleep disorder

Substance/drug induced sleep disorder adalah gangguan tidur yang


ditandai dengan perubahan parah pada pola tidur yang cukup untuk
menjadi perhatian klinis utama dan dinilai disebabkan oleh efek
farmakologis suatu zat.
Berbagai macam zat psikoaktif dapat menyebabkan Obat-obatan yang diketahui menyebabkan gangguan

gangguan tidur akibat zat, termasuk: tidur akibat zat/obat meliputi:

• • Agonis atau antagonis adrenergik


Alkohol
• • Agonis atau antagonis dopamin
Kafein
• • Agonis atau antagonis kolinergik
ganja
• • Agonis atau antagonis serotonergik
Opioid
• • Antihistamin
Obat penenang
• • Kortikosteroid
Hipnotik
• Ansiolitik
• amfetamin
• Kokain
• Tembakau
• Zat atau stimulan lain
Kriteria Diagnosis
Kriteria A
Gangguan yang menonjol dan parah dalam tidur.
Kriteria B
Ada bukti dari riwayat waktu, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium dari (1) dan (2):
(1) Gejala dalam Kriteria A berkembang selama atau segera setelah keracunan zat atau setelah withdrawal
dari atau terpapar obat.
(2) Zat/obat yang terlibat mampu menimbulkan gejala pada Kriteria A.
Kriteria C
Gangguan tersebut tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan tidur yang tidak disebabkan oleh zat/obat.
Bukti gangguan tidur independen semacam itu dapat mencakup hal-hal berikut:
• Gejala mendahului timbulnya penggunaan zat/obat
• Gejalanya menetap untuk jangka waktu yang cukup lama (misalnya - sekitar 1 bulan) setelah
penghentian penarikan akut atau keracunan parah, atau
• Ada bukti lain yang menunjukkan adanya gangguan tidur independen non-zat/obat yang diinduksi
(misalnya - riwayat episode berulang non-zat/terkait obat)
Kriteria Diagnosis
Kriteria D
Gangguan tidak terjadi secara eksklusif selama delirium.
Kriteria E
Gangguan tersebut menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau he
fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
TATALAKSANA

• Perawatan nonfarmakologis lebih disukai karena banyak perawatan farmakologis


untuk insomnia memiliki potensi penyalahgunaan dan dapat mengganggu
pemulihan SUD. Penelitian tentang terapi kognitif-perilaku (CBT) untuk
mengobati insomnia telah menunjukkan hasil positif

• Farmakologis ramelteon, doxepin, trazodone, amitriptyline, mirtazapine,


nefazodone, nortriptyline, dan gabapentin.
KESIMPULAN

Tidur merupakan proses penting untuk menjalankan fungsi otak yang tepat. Tidur
merupakan salah satu kebiasaan manusia yang paling signifikan, menempati sekitar
sepertiga dari kehidupan manusia. Seperti yang sudah kita pelajari, tidur yang
terganggu dapat menjadi diagnosis utama itu sendiri atau komponen dari
gangguan medis atau psikiatri lainnya. Diagnosis yang cermat dan pemilihan
pengobatan khusus penting untuk dilakukan, sehingga manusia dapat kembali
menjalankan perannya dalam melangsungkan kehidupan.

Kata sleep disorder,sleep disturbances,sleep disruption memiliki arti yang sama


akan tetapi tergantung konteksnya. Bahkan diartikan sebagai sesuatu yang
sudah diidentifikasi, didiagnosa (sleep disorder) dan sesuatu hal yang luas
sebagai keluhan (disturbance,disruption)
Thank You

Anda mungkin juga menyukai