1. Hipotalamus
2. Formasio
retikularis :
-Midbrain
-Pons
- Medulla
oblongata
Dyssomnia
Hipersomnia
Somnabulisme
Mimpi buruk
Kuliah Gangguan Tidur 49
Klasifikasi gangguan tidur Menurut ICD - 10
• parasomnia
• 307.47 – Gangguan Mimpi Buruk
• 307.46 – Gangguan teror tidur
• 307.46 – Gangguan berjalan saat tidur
• 307.46 – parasomnia YTT
• Gangguan tidur akibat gangguan mental lain
• 307.42 – Gangguan insomnia terkait (menunjukan gangguan
aksis I atau Aksis II)
• 307.44 – Gangguan hipersomnia terkait (menunjukan
gangguan aksis I atau Aksis II)
Level Kompetensi 4
Sayekti, N.W. & Hendrati, L.Y. (2015). Risk Analysis of Depression, Sleep Hygiene Level and Chronic
Disease with Insomnia in Elderly. Surabaya:
Kuliah Departemen
Gangguan TidurEpidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat
67
Universitas Airlangga.
Epidemiologi
o DALY (Disability Adjusted Life Year) rates from Insomnia by country (per
100.000 inhabitants )
Ghaddafi, M. (2013). Tatalaksana Insomnia dengan Farmakologi atau Non-Farmakologi. Denpasar: Bagian SMF
Ilmu Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Kuliah Gangguan/ Tidur
Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. 75
Diagnosis
• Untuk mendiagnosis insomnia, dilakukan penilaian
terhadap:
• Pola tidur penderita.
• Pemakaian obat-obatan, alkohol, atau obat
terlarang.
• Tingkatan stres psikis.
• Riwayat medis.
• Aktivitas fisik
• Diagnosis berdasarkan kebutuhan tidur secara
individual.
Ghaddafi, M. (2013). Tatalaksana Insomnia dengan Farmakologi atau Non-Farmakologi. Denpasar: Bagian SMF
Ilmu Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Kuliah Gangguan/ Tidur
Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. 76
Diagnosis
Kriteria Diagnostik Insomnia Non-Organik berdasarkan PPDGJ-III :
• Kesulitan masuk tidur /mempertahankan tidur, / kualitas tidur yang buruk
• Minimal terjadi 3 kali /seminggu, selama minimal 1 bulan
• Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur dan peduli yang berlebihan
terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari
• Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan
penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan
pekerjaan
• Adanya gangguan jiwa lain seperti depresi dan anxietas tidak
menyebabkan diagnosis insomnia diabaikan.
• Kriteria “lama tidur” (kuantitas) tidak diguankan untuk menentukan
adanya gangguan, oleh karena luasnya variasi individual. Lama gangguan
yang tidak memenuhi kriteria di atas (seperti pada “transient insomnia”)
tidak didiagnosis di sini, dapat dimasukkan dalam reaksi stres akut (F43.0)
atau gangguan penyesuaian (F43.2).
Maslim, R. (2013). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu
Kuliah Gangguan Tidur 77
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.
Diagnosis Banding
• Depresi
• Obstructive sleep apnea
• Restless legs syndrome
• Gangguan tidur dan ritme sirkadian
• Japardi, I. (2002). Gangguan Tidur. Medan: Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
• Maslim, R. (2013). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.
• Antariksa, B. (2013). Patogenesis, Diagnostik dan Skrining OSA. Jakarta: Dept Pulmonologi dan Ilmu
Kedokteran Respirasi RS PersahabatanKuliah
– Fakultas Kedokteran
Gangguan Tidur Universitas Indonesia 78
Pengobatan Insomnia
Non-Farmokologi
1) Stimulus Control
2) Sleep Restriction
3) Sleep Hygiene
4) Cognitive Therapy
Ghaddafi, M. (2013). Tatalaksana Insomnia dengan Farmakologi atau Non-Farmakologi. Denpasar: Bagian SMF
Ilmu Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Kuliah Gangguan/ Tidur
Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. 81
Stimulus Control Therapy
(Stimulus Terapi Kontrol)
• Belajar untuk mengasosiasikan kamar tidur dengan
tidur saja
– Jangan pergi di kamar tidur kecuali akan tidur
– Jangan pergi ke tempat tidur kecuali lelah
– Tinggalkan kamar tidur jika belum tertidur dalam 15
menit
– Harus benar-benar santai saat di ranjang
• Metode ini telah dilihat menjadi sangat efektif jika
digunakan selama lebih dari jangka waktu lama
• Peningkatan khasiat kesehatan tidur juga berhasil
Quazepam
Temezepam
Sadock, B.J. & Sadock, V.A. (2007). Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical
Psychiatry, 10th Edition. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.
Kuliah Gangguan Tidur 108
Referensi
• Adeleyna, N. (2008). Analisis Insomnia pada Mahasiswa Melalui Model
Pengaruh Kecemasan Tes. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
• Antariksa, B. (2013). Patogenesis, Diagnostik dan Skrining OSA. Jakarta: Dept
Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi RS Persahabatan – Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
• Ghaddafi, M. (2013). Tatalaksana Insomnia dengan Farmakologi atau Non-
Farmakologi. Denpasar: Bagian SMF Ilmu Psikiatri Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana / Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.
• Maslim, R. (2014). Panduan Prakis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik
(Psychotropic Medication), Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika
Atmajaya
• Maslim, R. (2013). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya
• Japardi, I. (2002). Gangguan Tidur. Medan: Bagian Bedah Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara .
• Sadock, B.J. & Sadock, V.A. (2007). Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry:
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. Philadelphia : Lippincott
Williams & Wilkins.
• Schenck, C.H., Mahowald, M., Sack, R. (2003). Assesment and Management of
Insomnia. JAMA. 289(19): 2475-
Kuliah Gangguan Tidur 109
References
• Sullivan, Shannon S.; Guilleminault, Christian. Emerging drugs for
insomnia : new frontiers for old and novel targets. Expert Opinion
on Emerging Drugs (2009), 14(3), 411-422
• Passarella, Stacy; Duong, Minh-Tri. Diagnosis and treatment of
insomnia. American Journal of Health-System Pharmacy (2008),
65(10), 927-934
• Hair, Philip I.; McCormack, Paul L.; Curran, Monique P. Eszopiclone : a
review of its use in the treatment of insomnia. Drugs (2008), 68(10),
1415-1434
• Silvestri, R.; Ferrillo, F.; Murri, L.; Massetani, R.; Perri, R. Di; Rosadini, G.;
Montesano, A.; Borghi, C.; Giclais, B. De La. Rebound insomnia after
abrupt discontinuation of hypnotic treatment: Double-blind randomized
comparison of zolpidem versus triazolam. Human
Psychopharmacology (1996), 11(3), 225-233
• Nguyen, Nancy N.; Yu, Susan S.; Song, Jessica C. Ramelteon : a novel
melatonin receptor agonist for the treatment of insomnia. Formulary
(2005), 40(5), 146-150, 152-155
• Long sleeper
• Circadian rhythm sleep-wake disorders
• Obstructive Sleep Apneu (OSA)
Kuliah Gangguan Tidur 118
PENATALAKSANAAN
• Farmakologi :
Modafinil, dextroamfetamin,
methylphenidate, dan sodium oxybate
• Terapi suportif : konseling, sleep hygiene
Level kompetensi 2
Level kompetensi 2
Level kompetensi 2
Waktu malam Pertengahan dan akhir tidur Kebanyakan 1-2 jam setelah
tidur
Asosiasi Penghentian komsumsi Stres
hipnotik. Kurang tidur
Penghentian konsumsi
alkohol
Penyekat B
Reserpin
Depresi
Gambaran lain Juga terjadi pada siang hari Biasanya pada tidur malam
Dapat menyertai
somnaulisme
Pria > perempuan
Kadang-kadang disertai
somnabulisme
Kuliah Gangguan Tidur 152
Pengobatan
• Pada kebanyakan anak, teror malam akhirnya mereda dan
tidak perlu diobati. Ini mungkin membantu untuk
meyakinkan anak dan keluarga mereka bahwa mereka akan
mengatasi gangguan ini.
• Psikoterapi atau konseling dapat membantu dalam banyak
kasus.
• Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa teror malam
dapat hasil dari kurang tidur atau kebiasaan tidur yang
buruk. Dalam kasus ini, dapat membantu untuk
meningkatkan jumlah dan kualitas tidur yang anak semakin
• Jika ini tidak cukup, benzodiazepin (seperti diazepam) atau
antidepresan trisiklik dapat digunakan.;
• Namun, obat hanya direkomendasikan dalam kasus yang
ekstrim