Anda di halaman 1dari 155

Gangguan Tidur

Dr. dr. H. M. Faisal Idrus SpKJ

Kuliah Gangguan Tidur 1


Tujuan
Tujuan Instruksional Umum (TIU) :
• Mampu melakukan diagnosis dan melakukan
penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas
pada gangguan tidur pasien anak dan dewasa.
Tujuan Instruksional Khusus (TIK) :
• Mampu menyebutkan hasil pemeriksaan
status mental pada gangguan tidur pada
pasien anak dan dewasa.

Kuliah Gangguan Tidur 2


PENDAHULUAN
• Setiap hari manusia melewati dua alam yaitu :
alam tidur dan alam jaga.
• Di alam jaga, kita berhubunrgan dengan bumi.
Sedang di alam tidur kita berhubungan dengan
langit.
• Pada saat tidur, individu tidak merasakan waktu
yang berjalan pada dirinya dan sekitarnya.
• Waktu yang berjalan pada dirinya ini disebut
waktu biologis, sedang yang berjalan disekitarnya
disebut waktu geografis
Kuliah Gangguan Tidur 3
DEFINISI TIDUR
• Merupakan keadaan tidak sadar yang dialami
seseorang, dapat dibangunkan kembali dengan
rangsangan yang cukup ( Guyton 1981; 679 )
• Tidur merupakan keadaan hilangnya kesadaran
secara normal dan periodik (Lanywati, 2001)
• Serangkaian fase yang ditandai dengan perubahan
variabel fisiologis, khususnya EEG. (Puri, 2002)
• Tidur adalah proses perpindah dari kehidupan
dunia yang konkret menuju ke alam ruh yang
abstrak.(Ahmad Syawqi Ibrahim, 2004)

Kuliah Gangguan Tidur 4


Tidur Fisiologis

Kuliah Gangguan Tidur 5


Definisi Tidur
o Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan
bawah sadar saat orang tersebut dapat
dibangunkan dengan pemberian rangsang
sensorik atau dengan rangsang lainnya.
o Gangguan tidur dapat dialami oleh semua
lapisan masyarakat paling sering ditemukan
pada usia lanjut.

Kuliah Gangguan Tidur 6


Tidur
• Tidur terdiri dari dua keadaan fisiologi : tidur
NREM (non-rapid eye movement) dan tidur
REM (rapid eye movement).
• Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang
terdiri dari 4 stadium, lalu diikuti oleh fase
REM.
• Keadaan tidur normal antara fase NREM dan
REM terjadi secara bergantian antara 4-7 kali
siklus semalam : NREM (75%) yaitu stadium 1:
5%; stadium 2 : 45%; stadium 3 : 12%; stadium
4 : 13%; dan REM; 25%.2
Japardi, I. (2002). Gangguan Tidur. Medan: Bagian Bedah Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara Kuliah Gangguan Tidur 7
Kuliah Gangguan Tidur 8
Anatomi dalam Proses Tidur

1. Hipotalamus
2. Formasio
retikularis :
-Midbrain
-Pons
- Medulla
oblongata

Kuliah Gangguan Tidur 9


RAS
(Reticular
Activating
Syndrome)

Kuliah Gangguan Tidur 10


Kuliah Gangguan Tidur 11
Tahapan Tidur

Kuliah Gangguan Tidur 12


Kuliah Gangguan Tidur 13
Kuliah Gangguan Tidur 14
Kuliah Gangguan Tidur 15
Kuliah Gangguan Tidur 16
Kuliah Gangguan Tidur 17
Mekanisme Tidur
• Tidur merupakan salah satu cara untuk melepaskan
kelelahan jasmani dan kelelahan mental. akan
kembali mendapatkan tenaga serta semangat untuk
menyelesaikan persoalan yang dihadapi.
• Semua makhluk hidup mempunyai irama kehidupan
yang sesuai dengan beredarnya waktu dalam siklus
24 jam. Irama yang seiring dengan rotasi bola dunia
disebut sebagai irama sirkadian
• Pusat kontrol irama sirkadian terletak pada bagian
ventral anterior hypothalamus.
Kuliah Gangguan Tidur 18
Mekanisme Tidur
• Bagian susunan saraf pusat yang mengadakan
kegiatan sinkronisasi terletak pada substansia
ventrikulo retikularis medulo oblogata yang disebut
sebagai pusat tidur.
• Bagian susunan saraf pusat yang menghilangkan
sinkronisasi/desinkronisasi terdapat pada bagian
rostral medulo oblogata disebut sebagai pusat
penggugah atau aurosal state.
• Aktivitas tidur diatur & dikontrol di batang otak oleh:
Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar
Synchronizing Region (BSR).
Kuliah Gangguan Tidur 19
Mekanisme Tidur
• RAS di bag. atas batang otak diyakini memiliki sel-sel khusus
yang dapat mempertahankan kewaspadaan & kesadaran;
memberi stimulus visual,pendengaran,nyeri,dan sensori
raba;serta emosi dan proses berfikir.
• Pada saat sadar  RAS melepaskan katekolamin
• Pada saat tidur  BSR melepaskan serotonin
• Diduga penyebab tidur adalah proses penghambatan aktif.
• Ada teori lama yang menyatakan bahwa area eksitatori pada
batang otak bagian atas, yang disebut “sistem aktivasi
retikular”, mengalami kelelahan setelah seharian terjaga dan
karena itu, menjadi inaktif. Keadaan ini disebut teori pasif
dari tidur
Kuliah Gangguan Tidur 20
Mekanisme Tidur
• Studi yang dilakukan pada orang-orang yang
kehilangan tidur mengakibatkan orang tersebut
menjadi kurang dapat berintegrasi dengan baik
dan kurang efekfif.
• Mereka menunjukkan tanda-tanda kebingungan,
curiga dan gampang menyerah.
• Mereka terlihat khawatir, tak merasa aman dan
mudah marah, dan mereka memiliki geiala-gejala
Kekurangan tidur pada tahap ke IV, juga
menyebabkan orang mengalami banyak kerugian.
Kuliah Gangguan Tidur 21
Mekanisme Tidur
• Secara fisik mereka merasa tidak nyaman,
cenderung menarik diri dari lingkungan sosial dan
teman-temannya, tidak agresif dan tidak ramah,
dan menunjukkan adanya keluhan-keluhan fisik
dan perasaan peningkatan selera makan dan
peningkatan berat badan secara pasti
• Tidur pada siang hari tidak memiliki ritme/irama
yang sama dengan tidur di malam hari. REM lebih
menonjol selama tidur pagi dan tidur tahap IV
lebih menonjol di malam hari.
Kuliah Gangguan Tidur 22
PERANAN NEUROTRANSMITER
• Keadaan jaga atau bangun sangat dipengaruhi
oleh sistim ARAS (Ascending Reticulary Activity
System).
• Bila aktifitas ARAS ini meningkat orang tersebut
dalam keadaan tidur.
• Aktifitas ARAS menurun, orang tersebut akan
dalam keadaan tidur.
• Aktifitas ARAS ini sangat dipengaruhi oleh
aktifitas neurotransmiter seperti sistem
serotoninergik, noradrenergik, kholonergik,
histaminergik.
Kuliah Gangguan Tidur 23
Patofisiologi
• Sistem Serotonergik
• Sistem Adrenergik
• Sistem kholinergik
• Gangguan hormon

Kuliah Gangguan Tidur 24


Sistem Serotonergik
• Hasil serotonergik sangat dipengaruhi oleh hasil
metabolisma asam amino trypthopan.
• Dengan bertambahnya jumlah tryptopan, maka
jumlah serotonin yang terbentuk juga meningkat
akan menyebabkan keadaan mengantuk/tidur.
• Bila serotonin dari tryptopan terhambat
pembentukannya, maka terjadi keadaan tidak
bisa tidur/jaga.
• Menurut beberapa peneliti lokasi yang terbanyak
sistem serotogenik ini terletak pada nukleus
raphe dorsalis di batang otak, yang mana
terdapat hubungan aktifitas serotonis dinukleus
raphe dorsalis dengan tidur REM.
Kuliah Gangguan Tidur 25
Sistem Adrenergik
• Neuron-neuron yang terbanyak mengandung
norepineprin terletak di badan sel nukleus
cereleus di batang otak.
• Kerusakan sel neuron pada lokus cereleus
sangat mempengaruhi penurunan atau
hilangnya REM tidur.
• Obat-obatan yang mempengaruhi peningkatan
aktifitas neuron noradrenergic akan
menyebabkan penurunan yang jelas pada tidur
REM dan peningkatan keadaan jaga.
Kuliah Gangguan Tidur 26
Sistem kholinergik
• Sitaram et al (1976) membuktikan dengan pemberian
prostigimin intra vena dapat mempengaruhi episode
tidur REM.
• Stimulasi jalur kholihergik ini, mengakibatkan aktifitas
gambaran EEG seperti dalam keadaan jaga.
• Gangguan aktifitas kholinergik sentral yang berhubungan
dengan perubahan tidur ini terlihat pada orang depresi,
sehingga terjadi pemendekan latensi tidur REM.
• Pada obat antikolinergik (scopolamine) yang
menghambat pengeluaran kholinergik dari lokus sereleus
maka tampak gangguan pada fase awal danpenurunan
REM.
Kuliah Gangguan Tidur 27
Sistem hormon
• Pengaruh hormon terhadap siklus tidur
dipengaruhi oleh beberapa hormon seperti ACTH,
GH, TSH, dan LH.
• Hormon hormon ini masing-masing disekresi
secara teratur oleh kelenjar pituitary anterior
melalui hipotalamus patway.
• Sistem ini secara teratur mempengaruhi
pengeluaran neurotransmitter norepinefrin,
dopamin, serotonin yang bertugas menagtur
mekanisme tidur dan bangun.
Kuliah Gangguan Tidur 28
Fisiologi Tidur
Fase Tidur

Tidur Gelombang Lambat Tidur Paradoksal


(NREM) (REM)

Terdiri atas 4 fase dimana


fase 1-2 (tidur dangkal), dan
fase 3-4 (tidur dalam)

Kuliah Gangguan Tidur 29


TAHAPAN TIDUR

Kuliah Gangguan Tidur 30


Siklus Tidur

Kuliah Gangguan Tidur 31


Fase tidur
1. Slow-wave sleep (NREM) : Fase 1-4
2. Paradoxal/desynchronized sleep (REM- Rapid
Eye Movements)

Kuliah Gangguan Tidur 32


Kuliah Gangguan Tidur 33
Tidur Gelombang Lambat- (nonREM)
• Masuk tidur
• lamanya kira-kira. 90 menit dengan interval 5-20
menit
• Irama pembuluh perifer dan tubuh vegetatif
fungsi menurun
• Nada otot menurun
• 10-30% penurunan tekanan darah, tingkat
respirasi dan metabolisme basal
• Refleks spinal dapat menimbulkan tapi strech
(dalam tendon) refleks yang absen.

Kuliah Gangguan Tidur 34


Tidur Gelombang Lambat (NREM)
• Merupakan fasa tidur pertama
• 10-30% penurunan tekanan darah, kadar
penafasan dan metabolisma basal. Mempunyai 4
fasa.
– P1: Perubahan periode diantara kesedaran dan tidur;
mengambil masa kurang lebih 1 – 15 menit.
– P2: Tahap pertama tidur sebenar; mengambil sekitar 20
menit.
: Pergerakan mata perlahan.
– P3: Separuh dari tidur lena & suhu tubuh dan tekanan
darah menurun.
– P4: Tidur lena; mengambil sekitar 30-40 menit.
Kuliah Gangguan Tidur 35
Stadium-1 nonREM
Tidur dan gelombang EEG
 Periode transisi antara terjaga dan tidur;
 berlangsung sekitar 1-15 menit. • Mata
ditutup dan santai tidur ringan, visi halusinasi
seperti ...
 α (alpha) gelombang melemah, θ lambat
(delta) gelombang muncul.

Kuliah Gangguan Tidur 36


Stadium-2 nonREM
• Tahap pertama dari tidur yang sebenarnya;
Dibutuhkan sekitar 20 menit...
• spindle Tidur: 12-14 Hz gelombang tajam
muncul selama 1-2 detik ...
• gerakan mata Lambat ...
• Sulit untuk dibangunkan ...
• Fragmen dari mimpi?

Kuliah Gangguan Tidur 37


Stadium-3 non-REM
• Cara separuh- tidur nyenyak
• Suhu tubuh dan tekanan darah menurun
• Sulit untuk dibangunkan
• Gelombang rendah δ frekuensi (theta)
• spindle Sleep menurun
• Tidak ada gerakan mata lambat

Kuliah Gangguan Tidur 38


Stadium-4 nonREM
• Tidur sangat dalam ; memakan waktu sekitar
30-40 menit.
• δ (theta) gelombang mendominasi
• Kebanyakan refleks utuh; otot sedikit
menurun
• Tidur-berjalan; mengigau; mendengkur dan
mengompol umumnya terjadi pada tahap ini.

Kuliah Gangguan Tidur 39


EEG Tahapan Tidur

Kuliah Gangguan Tidur 40


Tahapan Tidur

Kuliah Gangguan Tidur 41


Tahapan Tidur REM
 5-30 menit dengan interval 90 menit- bermimpi
Active (mimpi ingat) gerakan tubuh aktif
 Lebih sulit untuk bangun dengan stimulasi
sensorik
 Bangun di pagi hari umumnya bertepatan dengan
periode REM terakhir.
 Penurunan tonus otot (kecuali pernapasan dan
mata otot)
 Ketidakteraturan denyut jantung dan pernapasan.
peningkatan 20% dalam metabolisme otak

Kuliah Gangguan Tidur 42


Tidur REM
 Atonia di otot leher • gerakan mata cepat
 gelombang Beta di EEG
 Nama lain : Paradoksal tidur, = desynchronized
tidur

Kuliah Gangguan Tidur 43


Kuliah Gangguan Tidur 44
TUJUAN TIDUR
• Tidur diperlukan untuk menjaga
keseimbangan mental emosional dan
kesehatan.
• Mengistirahatkan fisik setelah seharian
beraktivitas,
• Mengurangi stress dan kecemasan,
• Meningkatkan kemampuan konsenterasi

Kuliah Gangguan Tidur 45


PERUBAHAN FISIOLOGIS
• Perubahan fungsi organ tubuh saat tidur, sebagai berikut :
• Suhu tubuh menurun,.
• Tekanan darah menurun,
• Gerakan usus melambat saat tidur, tetapi terus bergerak dan tiada
berhenti. Berkurangnya pengeluaran hormon cortisol dari kelenjar
lemak
• Bertambahnya sekresi hormon pertumbuhan dan kelenjar
hypophyse,
• Aktiviras saraf simpatetik berkurang. Akibatnya, pengeluaran
adrenalin berkurang,
• Aktivitas parasimpatis, yaitu saraf non-intensional bertambah. Akan
melambatkan denyutan jantung
• Pada fase kelima tidur terjadi gerakan bola mata cepat, dan
aktivitas otak bertambah, sementara aktivitas organ gerak berhenti
Kuliah Gangguan Tidur 46
Gangguan Tidur

Kuliah Gangguan Tidur 47


Definisi
Gangguan Tidur adalah masalah yang
berhubungan dengan tidur yang berulang kali
dan terus menerus ada yang menyebabkan
hendaya untuk berbagai fungsi yang baik.

Kuliah Gangguan Tidur 48


Klasifikasi
Insomnia

Dyssomnia

Hipersomnia

Non Organik Gangguan


jadwal tidur jaga
Gangguan Tidur

Somnabulisme

Organik Parasomnia Teror tidur

Mimpi buruk
Kuliah Gangguan Tidur 49
Klasifikasi gangguan tidur Menurut ICD - 10

• F 51.0 - Insomnia non-orgaik


• F 51.1 - Hipersomnia no-organik
• F 51.2 - Gangguan non-organik jadwal tidur
bangun
• F 51.3 - Berjalan saat tidur
• F 51.4 - Teror tidur
• F 51.5 - Mimpi buruk

Kuliah Gangguan Tidur 50


Klasifikasi Gangguan Tidur Menurut DSM – IV TR

• Gangguan tidur primer


• Dissomnia
• 307.42 – Insomnia primer.
• 307.42 – Hipersomnia primer
• 347 - Narkolepsia
• 780.59 – Gangguan tidur terkait pernafasan
• 307.45 – Gangguan tidur irama sirkadian (tentukan tipe : tipe
fase tidur lambat/tipe jet-lag/ tipe pergantian jam kerja/tipe
yang tidak ditentukan)
• 307.47 – Dissomnia YTT.

Kuliah Gangguan Tidur 51


Klasifikasi Gangguan Tidur Menurut DSM – IV TR

• parasomnia
• 307.47 – Gangguan Mimpi Buruk
• 307.46 – Gangguan teror tidur
• 307.46 – Gangguan berjalan saat tidur
• 307.46 – parasomnia YTT
• Gangguan tidur akibat gangguan mental lain
• 307.42 – Gangguan insomnia terkait (menunjukan gangguan
aksis I atau Aksis II)
• 307.44 – Gangguan hipersomnia terkait (menunjukan
gangguan aksis I atau Aksis II)

Kuliah Gangguan Tidur 52


Klasifikasi Gangguan Tidur
Menurut DSM – IV TR
• Gangguan Tidur Lain
• 780.Xx – Gangguan Tidur Akibat ….. (Menunjukkan
Kondisi Medis Umum)
• 307.46 – Tipe Insomnia
• 307.46 – Tipe Hipersomnia
• 307.46 – Tipe Parasomnia
• 307.46 – Tipe Campuran
• -.- – Gangguan Tidur Yang Diinduksi Zat
• YTT = Yang Tidak Tergolongkan

Kuliah Gangguan Tidur 53


Internasional Classification of
Sleep Disorders (ICSD)
1. Dissomnia
a. Gangguan tidur intrisik
b. Gangguan tidur ekstrinsik
c. Gangguan tidur irama sirkadian
2. Parasomnia
a. Gangguan aurosal
b. Gangguan antara bangun-tidur
c. Berhubungan dengan fase REM
d. Parasomnia lain-lainnya
3. Gangguan tidur berhubungan dengan gangguan kesehatan/psikiatri
4. Gangguan tidur yang tidak terklassifikasi

Kuliah Gangguan Tidur 54


PERANAN NEUROTRANSMITER
• Keadaan jaga atau bangun sangat dipengaruhi
oleh sistim ARAS (Ascending Reticulary Activity
System).
• Bila aktifitas ARAS ini meningkat orang tersebut
dalam keadaan tidur.
• Aktifitas ARAS menurun, orang tersebut akan
dalam keadaan tidur.
• Aktifitas ARAS ini sangat dipengaruhi oleh
aktifitas neurotransmiter seperti sistem
serotoninergik, noradrenergik, kholonergik,
histaminergik.
Kuliah Gangguan Tidur 55
Patofisiologi
• Sistem Serotonergik
• Sistem Adrenergik
• Sistem kholinergik
• Gangguan hormon

Kuliah Gangguan Tidur 56


Sistem Serotonergik
• Hasil serotonergik sangat dipengaruhi oleh hasil
metabolisma asam amino trypthopan.
• Dengan bertambahnya jumlah tryptopan, maka
jumlah serotonin yang terbentuk juga meningkat
akan menyebabkan keadaan mengantuk/tidur.
• Bila serotonin dari tryptopan terhambat
pembentukannya, maka terjadi keadaan tidak
bisa tidur/jaga.
• Menurut beberapa peneliti lokasi yang terbanyak
sistem serotogenik ini terletak pada nukleus
raphe dorsalis di batang otak, yang mana
terdapat hubungan aktifitas serotonis dinukleus
raphe dorsalis dengan tidur REM.
Kuliah Gangguan Tidur 57
Sistem Adrenergik
• Neuron-neuron yang terbanyak mengandung
norepineprin terletak di badan sel nukleus
cereleus di batang otak.
• Kerusakan sel neuron pada lokus cereleus
sangat mempengaruhi penurunan atau
hilangnya REM tidur.
• Obat-obatan yang mempengaruhi peningkatan
aktifitas neuron noradrenergic akan
menyebabkan penurunan yang jelas pada tidur
REM dan peningkatan keadaan jaga.
Kuliah Gangguan Tidur 58
Sistem kholinergik
• Sitaram et al (1976) membuktikan dengan pemberian
prostigimin intra vena dapat mempengaruhi episode
tidur REM.
• Stimulasi jalur kholihergik ini, mengakibatkan aktifitas
gambaran EEG seperti dalam keadaan jaga.
• Gangguan aktifitas kholinergik sentral yang berhubungan
dengan perubahan tidur ini terlihat pada orang depresi,
sehingga terjadi pemendekan latensi tidur REM.
• Pada obat antikolinergik (scopolamine) yang
menghambat pengeluaran kholinergik dari lokus sereleus
maka tampak gangguan pada fase awal danpenurunan
REM.
Kuliah Gangguan Tidur 59
Sistem hormon
• Pengaruh hormon terhadap siklus tidur
dipengaruhi oleh beberapa hormon seperti ACTH,
GH, TSH, dan LH.
• Hormon hormon ini masing-masing disekresi
secara teratur oleh kelenjar pituitary anterior
melalui hipotalamus patway.
• Sistem ini secara teratur mempengaruhi
pengeluaran neurotransmitter norepinefrin,
dopamin, serotonin yang bertugas menagtur
mekanisme tidur dan bangun.
Kuliah Gangguan Tidur 60
INSIDENSI
• Hampir semua orang pernah mengalami gangguan
tidur selama masa kehidupannya.
• Diperkirakan tiap tahun 20%-40% orang dewasa
mengalami kesukaran tidur dan 17% diantaranya
mengalami masalah serius.
• Prevalensi gangguan tidur setiap tahun cendrung
meningkat, hal ini juga sesuai dengan peningkatan usia
dan berbagai penyebabnya.
• Kaplan dan Sadock melaporkan kurang lebih 40-50%
dari populasi usia lanjut menderita gangguan tidur.
• Gangguan tidur kronik (10-15%) disebabkan oleh
gangguan psikiatri, ketergantungan obat dan alkohol.
Kuliah Gangguan Tidur 61
INSIDENSI
• Menurut data internasional of sleep disorder, prevalensi penyebab-
penyebab gangguan tidur adalah sebagai berikut:
• Penyakit asma (61-74%),
• gangguan pusat pernafasan (40-50%), kram kaki malam hari (16%),
• psychophysiological (15%),
• sindroma kaki gelisah (5-15%),
• ketergantungan alkohol (10%),
• sindroma terlambat tidur (5-10%),
• depresi (65).
• Demensia (5%),
• gangguan perubahan jadwal kerja (2-5%),
• gangguan obstruksi sesak saluran nafas (1-2%),
• penyakit ulkus peptikum (<1%),
• narcolepsy (mendadak tidur) (0,03%-0,16%)
Kuliah Gangguan Tidur 62
INSOMNIA (F51.0)

Level Kompetensi 4

Kuliah Gangguan Tidur 63


Pendahuluan
o Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah
sadar saat orang tersebut dapat dibangunkan
dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan
rangsang lainnya.
o Gangguan tidur dapat dialami oleh semua lapisan
masyarakat paling sering ditemukan pada usia
lanjut.
o Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling
sering dialami oleh seluruh orang di dunia 
berdampak pada kehidupan sosial penderita,
psikologis dan fisik.
Kuliah Gangguan Tidur 64
Tidur
• Tidur terdiri dari dua keadaan fisiologi : tidur
NREM (non-rapid eye movement) dan tidur
REM (rapid eye movement).
• Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang
terdiri dari 4 stadium, lalu diikuti oleh fase
REM.
• Keadaan tidur normal antara fase NREM dan
REM terjadi secara bergantian antara 4-7 kali
siklus semalam : NREM (75%) yaitu stadium 1:
5%; stadium 2 : 45%; stadium 3 : 12%; stadium
4 : 13%; dan REM; 25%.2
Japardi, I. (2002). Gangguan Tidur. Medan: Bagian Bedah Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara Kuliah Gangguan Tidur 65
Kuliah Gangguan Tidur 66
Definisi
Insomnia dapat didefinisikan sebagai gangguan / gejala
di mana seseorang mengalami kesulitan memulai tidur,
atau mempertahankan tidur maupun kualitas tidur
buruk dan disertai keadaan penyulit.

Sayekti, N.W. & Hendrati, L.Y. (2015). Risk Analysis of Depression, Sleep Hygiene Level and Chronic
Disease with Insomnia in Elderly. Surabaya:
Kuliah Departemen
Gangguan TidurEpidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat
67
Universitas Airlangga.
Epidemiologi
o DALY (Disability Adjusted Life Year) rates from Insomnia by country (per
100.000 inhabitants )

World Health Organization. 2002. Mortality


Kuliah and Burden
Gangguan of Disease Estimates for WHO Member States
Tidur 68
in 2002.
Epidemiologi
o 1/3 orang dewasa mengalami kesulitan memulai tidur
dan/atau mempertahankan tidur dalam setahun  17%
mengakibatkan gangguan kualitas hidup.
o Insomnia kronik mengenai sekitar 9-12% populasi di dunia
 lebih sering terjadi pada umur > 65 tahun. 40-50% usia
geriatri mengalami insomnia dan prevalensinya ♀>> ♂
(40%>> ♀)
o US Census Bureau, International Data Base tahun 2004 
dari 238,452 juta jiwa penduduk Indonesia, sebanyak
28,035 juta jiwa (11,7%) terjangkit insomnia.
Sadock, B.J. & Sadock, V.A. (2007). Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th
Edition. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.
Larayanthi, C.I. (2014). Penatalaksanaan Insomnia pada Pasien Geriatri. Denpasar: Bagian SMF Ilmu Psikiatri Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana / Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.
Permana, M.G. (2014). Insomnia dan Hubungannya Terhadap Faktor Psikososial pada Pelayanan Kesehatan Primer. Denpasar:
Bagian SMF Ilmu Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.
Kuliah Gangguan Tidur 69
Etiologi

Chawla J.M. (2016). Insomnia. Didapat dari website : http://emedicine.medscape.-com/article/1187829-


overview Diakses pada tanggal 24 Juli 2016
Kuliah Gangguan Tidur 70
Nabili, S.N., Stöppler, M.C. (2016). Insomnia. Didapat dari website : http://www.emedicine-
Patofisiologi
• Keadaan jaga/bangun sangat dipengaruhi
oleh sistim ARAS (Ascending Reticulary
Activity System)  aktifitas neurotransmiter
seperti sistem serotoninergik,
noradrenergik, kolinergik, histaminergik.
• Kontrol dari nukleus raphe (mensekresi
serotonin) dan locus coeruleus (mensekresi
epinephrine)
• Jika nukleus raphe dirusak atau sekresinya
dihambat  menimbulkan kondisi tidak
tidur/berkurangnya jam tidur.
• Sedangkan bila locus coeruleus yang
dirusak, akan terjadi penurunan atau
hilangnya tidur REM, sedangkan tidur non
REM tak berubah.
Schenck, C.H., Mahowald, M., Sack, R. (2003). Assesment and Management of Insomnia. JAMA. 289(19
2475-9. Kuliah Gangguan Tidur 71
Japardi, I. (2002). Gangguan Tidur. Medan: Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Uta
Klasifikasi
Menurut penyebabnya, insomnia dibagi menjadi 2 jenis
yaitu :
• Insomnia primer merupakan gangguan kekurangan
tidur yang tidak ada hubungannya dengan medis,
psikis, dan lingkungan.
• Insomnia sekunder (komorbid) merupakan gangguan
tidur yang disebabkan oleh beberapa penyakit dan
gangguan medis yang lain misalnya kondisi medis
seperti nyeri, kecemasan, penggunaan obat-obatan
terlarang, penyalahgunaan alkohol, efek samping
obat, depresi, atau stress yang hebat.
Adeleyna, N. (2008). Analisis Insomnia pada Mahasiswa Melalui Model Pengaruh Kecemasan Tes. Depok:
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Kuliah Gangguan Tidur 72
Klasifikasi
Menurut durasi dan perjalanan penyakitnya, insomnia dapat
dibagi 3 jenis yaitu :
■ Transient insomnia,  terjadi dalam beberapa hari saja
(biasanya 2-3 hari), Etiologi : seperti kecemasan terhadap
ujian yang akan dihadapi, wawancara kerja, dan berangkat
liburan.
■ Short term insomnia  terjadi selama 2-3 minggu, Etiologi :
pekerjaan penting yang menimbulkan stress, kehilangan
pekerjaan, masalah perkawinan atau keluarga, kehilangan
seseorang.
■ Chronic insomnia,  terjadi selama 3 minggu sampai
bertahun-tahun. Etiologi : depresi, penyakit lain berupa
artritis, gangguan ginjal, gagal jantung, sleep apnea,
Parkinson, dan hipertiroidisme.
Adeleyna, N. (2008). Analisis Insomnia pada Mahasiswa
Kuliah Gangguan Melalui
Tidur Model Pengaruh Kecemasan Tes. Depok:
73
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Klasifikasi
Menurut gangguan pola bangun-tidur, terdapat 3 jenis
insomnia, yaitu :
• Insomnia awal (Initial insomnia /Difficulty Initiating
Sleep (DIS) yaitu latensi tidur yang panjang atau insomnia
yang sulit masuk tidur.
• Insomnia pemeliharaan (Sleep maintenance
insomnia/Difficulty Maintaining Sleep (DMS) yaitu
insomnia dimana subjek selalu terbangun sehingga
mempunyai kualitas tidur yang sangat buruk
• Insomnia akhir (Terminal insomnia / Early Morning
Awakening (EMA), yaitu insomnia dimana subjek
terbangun dini hari dan sulit tidur kembali.
Adeleyna, N. (2008). Analisis Insomnia pada Mahasiswa
Kuliah Gangguan Melalui
Tidur Model Pengaruh Kecemasan Tes. Depok:
74
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Gambaran Klinis
• sulit masuk tidur,
• sering terbangun di malam hari atau
mempertahankan tidur yang optimal,
atau kualitas tidur yang buruk.
• bangun tidur terlalu awal,
• kelelahan atau mengantuk pada
siang hari,
• iritabilitas,
• depresi atau kecemasan,
• konsentrasi dan perhatian berkurang,
• ketegangan dan sakit kepala,
• gejala gastrointestinal.

Ghaddafi, M. (2013). Tatalaksana Insomnia dengan Farmakologi atau Non-Farmakologi. Denpasar: Bagian SMF
Ilmu Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Kuliah Gangguan/ Tidur
Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. 75
Diagnosis
• Untuk mendiagnosis insomnia, dilakukan penilaian
terhadap:
• Pola tidur penderita.
• Pemakaian obat-obatan, alkohol, atau obat
terlarang.
• Tingkatan stres psikis.
• Riwayat medis.
• Aktivitas fisik
• Diagnosis berdasarkan kebutuhan tidur secara
individual.

Ghaddafi, M. (2013). Tatalaksana Insomnia dengan Farmakologi atau Non-Farmakologi. Denpasar: Bagian SMF
Ilmu Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Kuliah Gangguan/ Tidur
Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. 76
Diagnosis
Kriteria Diagnostik Insomnia Non-Organik berdasarkan PPDGJ-III :
• Kesulitan masuk tidur /mempertahankan tidur, / kualitas tidur yang buruk
• Minimal terjadi 3 kali /seminggu, selama minimal 1 bulan
• Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur dan peduli yang berlebihan
terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari
• Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan
penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan
pekerjaan
• Adanya gangguan jiwa lain seperti depresi dan anxietas tidak
menyebabkan diagnosis insomnia diabaikan.
• Kriteria “lama tidur” (kuantitas) tidak diguankan untuk menentukan
adanya gangguan, oleh karena luasnya variasi individual. Lama gangguan
yang tidak memenuhi kriteria di atas (seperti pada “transient insomnia”)
tidak didiagnosis di sini, dapat dimasukkan dalam reaksi stres akut (F43.0)
atau gangguan penyesuaian (F43.2).
Maslim, R. (2013). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu
Kuliah Gangguan Tidur 77
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.
Diagnosis Banding
• Depresi
• Obstructive sleep apnea
• Restless legs syndrome
• Gangguan tidur dan ritme sirkadian

• Japardi, I. (2002). Gangguan Tidur. Medan: Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
• Maslim, R. (2013). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.
• Antariksa, B. (2013). Patogenesis, Diagnostik dan Skrining OSA. Jakarta: Dept Pulmonologi dan Ilmu
Kedokteran Respirasi RS PersahabatanKuliah
– Fakultas Kedokteran
Gangguan Tidur Universitas Indonesia 78
Pengobatan Insomnia

• Insomnia bukan merupakan gangguan


yang tentu dapat "disembuhkan"
• Gejala diperlakukan untuk meringankan
pasien gawat
• Diobati dengan dua metode yang berbeda
– Non-Farmakologi Pengobatan
– Pengobatan farmakologis

Kuliah Gangguan Tidur 79


Pengobatan Non-Farmakologi
• Ini usaha sebelum penggunaan pengobatan
farmakologis, biasanya untuk setidaknya 2-3
minggu
• Ini terutama untuk memperbaiki kebiasaan tidur
• metode yang berbeda yang digunakan adalah :
– Improving Sleep Hygiene (Meningkatkan Sleep
Hygiene)
– Stimulus Control Therapy (Stimulus Terapi Kontrol)
– Restrictive Sleep Therapy (Dibatasi Terapi Tidur)

Kuliah Gangguan Tidur 80


Penatalaksanaan

Non-Farmokologi
1) Stimulus Control
2) Sleep Restriction
3) Sleep Hygiene
4) Cognitive Therapy

Ghaddafi, M. (2013). Tatalaksana Insomnia dengan Farmakologi atau Non-Farmakologi. Denpasar: Bagian SMF
Ilmu Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Kuliah Gangguan/ Tidur
Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. 81
Stimulus Control Therapy
(Stimulus Terapi Kontrol)
• Belajar untuk mengasosiasikan kamar tidur dengan
tidur saja
– Jangan pergi di kamar tidur kecuali akan tidur
– Jangan pergi ke tempat tidur kecuali lelah
– Tinggalkan kamar tidur jika belum tertidur dalam 15
menit
– Harus benar-benar santai saat di ranjang
• Metode ini telah dilihat menjadi sangat efektif jika
digunakan selama lebih dari jangka waktu lama
• Peningkatan khasiat kesehatan tidur juga berhasil

Kuliah Gangguan Tidur 82


Stimulus Control
• Menghitung berapa banyak waktu tidur yang Anda
dapatkan pada rata-rata setiap malam, katakanlah Anda
tidur rata-rata 6 jam per malam dalam minggu pertama.
• Setelah satu minggu dari pembatasan tidur, terapis Anda
akan menyarankan Anda untuk menambahkan 30 menit
untuk waktu tidur Anda.
• Setelah satu minggu kemudian tambahkan lagi 30 menit
untuk waktu tidur Anda.
• Terus menambahkan kenaikan 30 menit untuk waktu
tidur Anda setiap minggu sampai Anda mendapatkan
sekitar delapan jam tidur nyenyak per malam.
Kuliah Gangguan Tidur 83
Improving Sleep Hygiene
(Meningkatkan Hygiene Tidur)
• Pada dasarnya meningkatkan
kenyamanan saat tidur
–Menurunkan kebisingan lingkungan
–Pergi ke tempat tidur dan bangun pada
waktu yang tetap
–Mengurangi pencahayaan
–Berpikir positif
Kuliah Gangguan Tidur 84
Sleep Hygiene
• Hindari berolahraga dalam waktu empat jam
sebelum tidur.
• Hindari paparan cahaya terang (terutama TV atau
layar komputer) dalam waktu satu jam dari waktu
tidur.
• Menciptakan lingkungan yang nyaman,
menyenangkan, tenang tidur di kamar tidur Anda.
• Hindari menonton acara, yang dapat menyebabkan
kecemasan.

Kuliah Gangguan Tidur 85


Sleep Hygiene
• Beralih kognitif dari "berusaha keras untuk tidur"
untuk "memungkinkan tidur terjadi."
• Hindari makanan yang mengandung kafein dan
minuman setelah tengah hari.
• Hindari minum obat yang mengandung kafein ketika
itu dekat waktu tidur.
• Jangan makan makanan dekat dengan waktu tidur,
dan tidak camilan di tengah malam.
• Mengurangi pada alkohol. paruh kedua malam.
• Tidak merokok menjelang tidur.
Kuliah Gangguan Tidur 86
Restrictive Sleep Therapy
(Terapi pembatasan Tidur)
• Membatasi tidur siang hari
• Mengurangi tidur singkat pada malam-malam
tertentu
• Tujuannya untuk menjadi lelah ketika waktu
tidur di malam hari
• Menunjukkan hasil yang paling menjanjikan
dari semua terapi non-farmakologis dan
bahkan lebih efektif bila kebersihan tidur
ditingkatkan.
Kuliah Gangguan Tidur 87
Cognitive Therapy
• Terapi perilaku kognitif untuk insomnia bertujuan untuk
meningkatkan kebiasaan tidur dan perilaku.
• Bagian kognitif dari CBT mengajarkan Anda untuk mengenali
dan mengubah keyakinan yang mempengaruhi kemampuan
Anda untuk tidur. Misalnya, ini mungkin termasuk belajar
bagaimana mengontrol atau menghilangkan pikiran negatif
dan kekhawatiran yang membuat Anda terjaga.
• Bagian perilaku CBT membantu Anda mengembangkan
kebiasaan tidur yang baik
• Tergantung pada kebutuhan Anda, terapis tidur Anda mungkin
merekomendasikan beberapa teknik CBTini:

Kuliah Gangguan Tidur 88


Pengobatan farmakologis
• Ini adalah pengobatan insomnia dengan
menggunakan agen farmakologis
– Paling sering agen resep
– Beberapa suplemen digunakan
• 4 Kelas Agen Resep
– benzodiazepin
– Benzodiazepine Reseptor Agonis
– Melatonin Reseptor Agonis
– Antidepresan / Antipsikotik
• Beberapa suplemen dianggap membantu
juga
Kuliah Gangguan Tidur 89
Benzodiazepin
• berusia lebih dari 45 tahun dan hipnotik ampuh dan
anxolytics
• Meningkatkan waktu tidur, tetapi tidak biasanya tidur
latency (sering salah satu efek yang lebih diinginkan)
• Mengganggu siklus tidur normal
• Cenderung menyebabkan buruk "mabuk" efek
– Sangat mengantuk keesokan harinya
– Sesekali gangguan kognisi
• potensi yang sangat tinggi karena melanggar dengan
penggunaan jangka panjang serta toleransi
• Obat dalam kelas ini adalah
– Estazolam, Flurazepam, Quazepam, Temazepam,
and Triazolam
Kuliah Gangguan Tidur 90
Mekanisme Triazolam
• Berinteraksi dengan reseptor GABA untuk
mengikat pada membran pasca sinaptik dan
menginduksi permeabilitas klorida untuk
menghambat eksitasi
• Dengan demikian, efek hipnotis diinduksi, dan
mendorong tidur karena dicapai
• Meningkatkan onset tidur, tetapi tidak harus tidur
perawatan
• buruk dilaporkan Insomnia Rebound dengan
penggunaan dihentikan
Kuliah Gangguan Tidur 91
Pharmacokinetics
• Ini memiliki waktu paruh yang sangat singkat,
karena banyak dari benzodiazepin lainnya,
tinggal di sistem sekitar 2-5 jam
• Jumlah dalam sistem (AUC) adalah
proporsional dosis
• Clearance dan waktu untuk penghapusan
tidak tergantung dosis

Kuliah Gangguan Tidur 92


Other Benzodiazpeines
Flurazepam

Quazepam

Temezepam

Kuliah Gangguan Tidur 93


Reseptor Benzodiazepine Agonis
• Lebih sedikit gejala hangover dari benzodiazepin
• Klaim amore tidur nyenyak malam
• Lebih sedikit masalah dengan ketergantungan,
meskipun masih menjadi masalah
• Jangan menunjukkan efek merusak siklus tidur
• Lagi paruh dari benzodiazepine sangat membantu
dengan pemeliharaan tidur
• Beberapa obat tergantung dosis (eszopiclone)
• Sedikit yang disetujui untuk penggunaan jangka
panjang: eszopiclone
• Obat di kelas termasuk :
– Zolpidem, Zaleplon, and Eszopiclone
Kuliah Gangguan Tidur 94
Mekanisme kerja Eszopiclone (Lunesta)
• Mengikat pada subunit omega reseptor GABA untuk
meningkatkan klorida permeabilitas dan menurunkan
eksitasi neuron
• subunit ini ditemukan lebih banyak di otak yang
bertentangan dengan tulang belakang di mana kelas
lain dari reseptor GABA ditemukan
• Dianggap lebih aman daripada benzodiazepin, tetapi
masih memiliki potensi yang serius karena melanggar,
dan dilaporkan susah tidur Rebound dengan
penggunaan dihentikan
• Efektivitas obat ini tergantung dosis

Kuliah Gangguan Tidur 95


Farmakokinetik
• obat ini memang memiliki relatif cepat paruh
dan eliminasi waktu tetapi dapat ditunda
setelah makan tinggi lemak
• Kedua AUC dan Cmax terlihat menjadi dosis
tergantung pada pasien yang diperiksa
• CYP 3A4 dan 2E1 terlibat dalam metabolisme
obat
• waktu pembersihan rata-rata adalah 5,8 jam

Kuliah Gangguan Tidur 96


Reseptor Melatonin Agonis
• Baru obat
• Jauh lebih sedikit potensi penyalahgunaan dan
ketergantungan dan merupakan satu-satunya
hipnotis yang tidak diklasifikasikan sebagai zat yang
dikendalikan
• Disetujui untuk penggunaan jangka panjang lebih
mudah daripada obat lain
• Ada mengeluh mengantuk, pusing, dan kelelahan di
hari-hari berikutnya setelah digunakan
• Hanya obat dalam kelas ini sejauh ini Ramelteon
Kuliah Gangguan Tidur 97
Mekanisme Kerja Ramelteon
• kelas baru obat
• Jauh lebih sedikit potensi penyalahgunaan dan
ketergantungan dan merupakan satu-satunya
hipnotis yang tidak diklasifikasikan sebagai zat
yang dikendalikan
• Disetujui untuk penggunaan jangka panjang lebih
mudah daripada obat lain
• Ada mengeluh mengantuk, pusing, dan kelelahan
di hari-hari berikutnya setelah digunakan
• Hanya obat dalam kelas ini sejauh ini Ramelteon

Kuliah Gangguan Tidur 98


Farmakokinetik
• Mengalami ekstensif pertama metabolisme
lulus
• Paruh berkisar dari 1-3 jam
• Semua sifat farmakokinetik telah terlihat
proporsional dosis

Kuliah Gangguan Tidur 99


Antidepresan / Antipsikotik
• Beberapa dokter lebih memilih mode ini
pengobatan lebih benzodiazepin karena potensi
jauh lebih sedikit untuk ketergantungan
• Dapat menghasilkan efek antikolinergik jika
digunakan terlalu lama :
– Sembelit
– berat badan
• Hal ini sebagian besar digunakan pada pasien
yang menderita insomnia komorbiditas sebagai
akibat dari depresi
Kuliah Gangguan Tidur 100
Suplemen non-resep
• Ada suplemen non-resep tertentu yang
berbeda yang juga menggunakan pikiran
untuk menjadi efektif
• Ini termasuk :
– antihistamin
– melatonin
– valerian

Kuliah Gangguan Tidur 101


Antihistamin
• Digunakan karena banyak orang akan
mengalami tidur menginduksi efek samping
dari jenis obat
• Biasanya pada pasien dengan insomnia akut
yang membutuhkan "perbaikan cepat" untuk
malam gelisah di sana-sini
• Toleransi bisa dan paling sering akan diperoleh
jika digunakan terlalu banyak

Kuliah Gangguan Tidur 102


Melatonin
• Hormon Alami diproduksi oleh kelenjar pineal
• Hormon ini membuat ritme sirkadian
• Belum ada dosis minimum yang ditetapkan
• Tidak terbukti tentu efektif

Kuliah Gangguan Tidur 103


Valerian
• Ini adalah ramuan yang diduga berinteraksi
pada reseptor GABA karena itu sifat sedatif
mirip dengan obat lain yang bekerja pada
reseptor yang
• Dapat menyebabkan beberapa mual, sakit
perut, pusing, dan tahan lama kelelahan
• Disertakan pada umumnya Diakui Daftar
sebagai Aman FDA

Kuliah Gangguan Tidur 104


Penatalaksanaan
Tabel. 1 Sediaan Obat Anti-Insomnia dan Dosis Anjuran
(yang beredar di Indonesia menurut MIMS Edisi 2013/2014)
No Golongan Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran
1 Benzodiazepin Nitrazepam DUMOLID (Actavis) Tab 5 mg 5-10
mg/malam
2 Non- Zolpidem STILNOX (Sanofi- Tab. 10 mg 10-20
Benzodiazepin Aventis) mg/malam
ZOLMIA Tab. 10 mg
(Fahrenheit)
ZOLTA (Novel Tab. 10 mg
Pharma)
3 Benzodiazepin Estazolam ESILGAN (Takeda) Tab. 1 mg 1-2
ESTALIN (Novell Tab. 2 mg mg/malam
Pharma) Tab. 1 mg
Tab. 2 mg
4 Non Ramelteon ROZEREM (Takeda) Tab. 8 mg 8-16
Benzodiazepin mg/malam
Maslim, R. (2014). Panduan Prakis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Psychotropic Medication), Jakarta:
Kuliah Gangguan Tidur 105
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.
Cara Untuk Mencegah Insomnia
1. Mengatur jadwal bangun dan tidur, tidur dan
bangun pada waktu yang sama setiap hari
2. Makan dengan baik untuk tidur yang baik, Makan
makanan seimbang sepanjang hari.
3. Hindari minuman yang mengandung kafein.
4. Melakukan yoga
5. Mencoba beberapa suplemen alami
6. Makan buah ceri.
7. Berhenti merokok
Kuliah Gangguan Tidur 106
Komplikasi
■ Gangguan dalam pekerjaan atau
di sekolah.
■ Meningkatkan risiko kecelakaan.
■ Masalah kejiwaan, seperti
kecemasan atau depresi
■ Kelebihan berat badan atau
kegemukan
■ Daya tahan tubuh yang rendah
■ Meningkatkan resiko dan
keparahan penyakit jangka
panjang, contohnya tekanan
darah yang tinggi, sakit jantung,
dan diabetes.
Sadock, B.J. & Sadock, V.A. (2007). Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical
Psychiatry, 10th Edition. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.
Kuliah Gangguan Tidur 107
Prognosis
• Umumnya baik dengan terapi yang adekuat
dan juga terapi pada gangguan lain seperti
depresi dan lain-lain.
• Lebih buruk jika gangguan ini disertai
skizofrenia

Sadock, B.J. & Sadock, V.A. (2007). Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical
Psychiatry, 10th Edition. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.
Kuliah Gangguan Tidur 108
Referensi
• Adeleyna, N. (2008). Analisis Insomnia pada Mahasiswa Melalui Model
Pengaruh Kecemasan Tes. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
• Antariksa, B. (2013). Patogenesis, Diagnostik dan Skrining OSA. Jakarta: Dept
Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi RS Persahabatan – Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
• Ghaddafi, M. (2013). Tatalaksana Insomnia dengan Farmakologi atau Non-
Farmakologi. Denpasar: Bagian SMF Ilmu Psikiatri Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana / Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.
• Maslim, R. (2014). Panduan Prakis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik
(Psychotropic Medication), Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika
Atmajaya
• Maslim, R. (2013). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya
• Japardi, I. (2002). Gangguan Tidur. Medan: Bagian Bedah Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara .
• Sadock, B.J. & Sadock, V.A. (2007). Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry:
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. Philadelphia : Lippincott
Williams & Wilkins.
• Schenck, C.H., Mahowald, M., Sack, R. (2003). Assesment and Management of
Insomnia. JAMA. 289(19): 2475-
Kuliah Gangguan Tidur 109
References
• Sullivan, Shannon S.; Guilleminault, Christian. Emerging drugs for
insomnia : new frontiers for old and novel targets. Expert Opinion
on Emerging Drugs (2009), 14(3), 411-422
• Passarella, Stacy; Duong, Minh-Tri. Diagnosis and treatment of
insomnia. American Journal of Health-System Pharmacy (2008),
65(10), 927-934
• Hair, Philip I.; McCormack, Paul L.; Curran, Monique P. Eszopiclone : a
review of its use in the treatment of insomnia. Drugs (2008), 68(10),
1415-1434
• Silvestri, R.; Ferrillo, F.; Murri, L.; Massetani, R.; Perri, R. Di; Rosadini, G.;
Montesano, A.; Borghi, C.; Giclais, B. De La. Rebound insomnia after
abrupt discontinuation of hypnotic treatment: Double-blind randomized
comparison of zolpidem versus triazolam. Human
Psychopharmacology (1996), 11(3), 225-233
• Nguyen, Nancy N.; Yu, Susan S.; Song, Jessica C. Ramelteon : a novel
melatonin receptor agonist for the treatment of insomnia. Formulary
(2005), 40(5), 146-150, 152-155

Kuliah Gangguan Tidur 110


HIPERSOMNIA NON-
ORGANIK (F51.1)
Level Kompetensi 3A

Kuliah Gangguan Tidur 111


DEFINISI
Hipersomnia adalah suatu keadaan tidur dengan
serangan tidur di siang hari yang berlebih, yang
terjadi secara teratur/rekuren untuk waktu singkat
dan menyebabkan gangguan fungsi sosial atau
pekerjaan.

Kuliah Gangguan Tidur 112


EPIDEMIOLOGI
Pada kuisioner dan studi laboratorium, tidur pusing
di siang hari menyerang antara 0,3-4% populasi
(narkolepsi terjadi antara 0,01 dan 0,09% populasi
dewasa).
Suatu studi pada tahun 1981 memperkirakan
prevalensi di Inggris sebesar 4000 penderita
hipersomnolensi idiopatik.
EDS (Excessive Daytime Sleepiness) juga
bertanggung jawab pada kecelakaan pada
lingkungan kerja yakni sekitar 52,55%
Kuliah Gangguan Tidur 113
ETIOLOGI
• Kurang tidur
• Faktor lingkungan
• Kerja shift
• Kondisi mental
• Obat-obatan
• Penyakit
• Perubahan zona waktu
• Gangguan tidur

Kuliah Gangguan Tidur 114


GAMBARAN KLINIS DAN DIAGNOSIS
Menurut PPDGJ III, Hipersomnia Non-organic :
• Gambaran klinis di bawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti :
– Rasa kantuk pada siang hari yang berlebihan atau adanya serangan tidur/sleep
attacks (tidak disebabkan oleh jumlah tidur yang kurang), dan atau transisi yang
memanjang dari saat mulai bangun tidur sampai sadar sepenuhnya (sleep
drunkenness)
– Gangguan tidur terjadi setiap hari selama lebih dari 1 bulan atau berulang dengan
kurun waktu yang lebih pendek, menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan
mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan
– Tidak ada gejala tambahan “narcolepsy” (catapelxy, sleep paralysis, hypnagonic
hallucination) atau bukti klinis untuk “sleep apnoe” (nocturnal breath cessatin,
typical intermittent snoring sounds,etc)
– Tidak ada kondisi neurologis atau medis yang menunjukkan gejala rasa kantuk pada
sang hari.
• Bila hipersomnia hanya merupakan salah satu gejala dari gangguan jiwa lain,
misalnya gangguan afektif, maka diagnosis harus sesuai dengan gangguan yang
mendasarinya. Diagnosis hiersomnia psikogenik harus ditambahkan bila hipersomnia
merupakan keluhan yang dominan dari penderitaan dengan gangguan jiwa lainnya.

Kuliah Gangguan Tidur 115


Kriteria Diagnosis Hipersomnia Menurut DSM-V,(1)

 Dilaporkan sendiri kantuk berlebihan (hipersomnolen)


meskipun periode tidur utama berlangsung setidaknya 7
jam, dengan setidaknya satu dari gejala berikut:
• Periode berulang dari tidur atau penyimpangan dalam
tidur dalam hari yang sama.
• Berkepanjangan episode tidur utama lebih dari 9 jam per
hari yang-menyegarkan (yaitu, unrefreshing).
• Kesulitan sepenuhnya terjaga setelah kebangkitan tiba-
tiba.
 Hipersomnolen terjadi setidaknya tiga kali per minggu,
selama minimal 3 bulan.
Kuliah Gangguan Tidur 116
Kriteria Diagnosis Hipersomnia Menurut DSM-V, (2)
Hipersomnia ini disertai dengan tekanan yang
signifikan atau penurunan kognitif, sosial, pekerjaan,
atau fungsi bidang-bidang penting lainnya.
Hipersomnia ini sebaiknya tidak termasuk dan tidak
terjadi secara eksklusif selama kursus gangguan tidur
lain (misalnya, narkolepsi, gangguan tidur-bernapas
terkait, ritme sirkadian gangguan tidur-bangun, atau
parasomnia).
Hipersomnia ini tidak disebabkan oleh efek fisiologis
dari suatu zat (misalnya penyalahgunaan obat atau
obat).
Kuliah Gangguan Tidur 117
DIAGNOSIS BANDING
Kriteria Hipersomnia Narkolepsi
Durasi serangan > 1-2 jam <1 jam
Onset Gradual Mendadak
Kontrol Dapat ditahan Tidak dapat ditahan
Variasi diurnal Memburuk pada pagi hari Memburuk pada malam
hari
Tempat Jarang di tempat asing Sering pada keadaan yang
tidak biasa
Tidur di malam hari Lama, dalam Terputus
EEG Awitan non REM (REM onset tidur Awitan tidur REM yang
bila depresi atau berhenti khas
meminum obat
Gejala lain Tidak ada (kecuali bila menjadi Katapleksi, halusinasi
bagian gangguan lain) hignagogik, paralisis tidur

• Long sleeper
• Circadian rhythm sleep-wake disorders
• Obstructive Sleep Apneu (OSA)
Kuliah Gangguan Tidur 118
PENATALAKSANAAN
• Farmakologi :
Modafinil, dextroamfetamin,
methylphenidate, dan sodium oxybate
• Terapi suportif : konseling, sleep hygiene

Kuliah Gangguan Tidur 119


PROGNOSIS
Bila hipersomnia disebabkan oleh suatu
gangguan mood, perjalanan klinisnya
ditentukan oleh gangguan primer. Hipersomnia
idiopatik dapat berubah selama perkembangan
dan dapat membaik seiring pertambahan usia
pada beberapa pasien

Kuliah Gangguan Tidur 120


Gangguan Siklus Tidur - Bangun

Level kompetensi 2

Kuliah Gangguan Tidur 121


Definisi
• Gangguan siklus tidur–bangun merupakan tidur yang
terjadi secara tidak sinkron dengan “penanda waktu”
lingkungan dan sosial.
• Gangguan ini disebut juga “gangguan irama Sirkadian
yang meliputi kegagakan entrainment, hilangnya
pengaturan ritme sentral, sindrom fase tidut
tertunda dan irregularitas tidur.
• Hanya didiagnosa apabila tidak terdapat psikiatrik
atau gangguan fisik.

Kuliah Gangguan Tidur 122


Epidemiologi
• Kegagalan entrainment dan sindrom fase
tertunda primer jarang terjadi.
• Ketidakteraturan pola tidur sering terjadi
karena banyak kemungkinan keterkaitan.

Kuliah Gangguan Tidur 123


Diagnosis
• Kriteria diagnostik Gangguan Jadwal Tidur -Jaga
menurut PPDGJ III, sebagai berikut :
a. Tidur –jaga dari individu tidak seirama dengan pola tidur
yang normal bagi masyarakat setempat.
b. Insomnia pada waktu orang lain tidur dan hipersomnia
pada waktu kebanyakan orang lain jaga, yang dialami
hampir setiap hari untuk sedikitnya 1 bulan atau berualng
dengan kurun waktu yang lebih pendek
c. Ketidak puasan dalam kuantitas , kualitas, dan waktus tidur
menyebablkan penderitaan yang cukup berat dan
mempengaruhi fungsi sosial dan pekerjaan.

Kuliah Gangguan Tidur 124


• Adanya gejala gangguan jiwa lain, seperti
anxietas, depresi, hipomania, tidak menutup
kemungkinan diagnosa diagnosa gangguan
jadwal tidur–Jaga non organik yang penting
adanya dominasi gambaran klinis gangguan
ini pada penderita. Apabila gangguan jiwa lain
cukup jelas dan menetap,harus dapatdibuat
diagnosa gangguan jiwa spesifik secara
terpisah.
Kuliah Gangguan Tidur 125
Penatalaksanaan
• Setiap gangguan primer pertama-tama harus diidentifikasi.
• Kegagalan entrainment akibat ketiadaan penanda tidur bangun
pada satu modalitas (misalnya : terang gelap)
• Dapat dibantu dengan rutinitas dan penanda dengan
modalitass sensorik lain.
• Sindrom fase tidur tertunda dapat dibantu dengan
menganjurkan pasien untuk memajukan waktu tidur sebentar
setiap 24 jam.
• Pertama-tama, hal tersebut benar-benar efektif jika terdapat
motivasi untuk berubah, dan kedua jika fase tidur tertunda
bukan merupakan predileksi seumur hidup. Jika hal yang kedua
terjadi konsultasi mengenai perubahan rutinitas pekerjaan, dll.
Kuliah Gangguan Tidur 126
SLEEPWALKING
(SOMNAMBULISME)
Level kompetensi 2

Kuliah Gangguan Tidur 127


DEFENISI
• Somnambulisme atau biasa disebut sleepwalking
adalah gangguan tidur tipe parasomnia aurosal
dengan serangkaian tingkah laku yang kompleks
yang diawali pada sepertiga awal malam selama
tidur fase Non Rapid Eye Movement (NREM) pada
tahap 3 dan 4, hal ini sering terjadi meskipun
tidak selalu terjadi, biasanya tanpa kesadaran
penuh atau ingatan mengenai episode tersebut
untuk meninggalkan tempat tidur dan berjalan.

Kuliah Gangguan Tidur 128


EPIDEMIOLOGI
• Berdasarkan American Academy of Sleep Medicine,
insidensi somnambulisme pada seluruh populasi adalah
1% sampai 15%. Gangguan tidur ini lebih sering terjadi
pada anak-anak dibandingkan pada remaja dan dewasa.
Lebih dari separuh kasus terjadi antara usia 4 dan 6
tahun, 15% anak berusia 5-12 tahun berjalan ketika
tetidur sedikitnya sekali, sedangkan 0,5% orang dewasa
yang mengalami hal tersebut.
• Beberapa studi terkait dengan riwayat keluarga
melaporkan bahwa insidensi somnambulisme sebesar
45% jika salah satu orang tua mengalami gangguan tidur
ini dan insidensi sebesar 60% jika kedua orang tua
memiliki gangguan tidur tersebut.
Kuliah Gangguan Tidur 129
ETIOLOGI
Beberapa kondisi yang merupakan penyebab
somnambulisme antara lain dari beberapa faktor,
yaitu:
• Faktor Genetik
• Faktor lingkungan : Kurang tidur, Jadwal tidur yang
tidak teratur/kacau, Demam, Stress atau tekanan,
Kekurangan magnesium, Intoksikasi obat atau zat
kimia, misalnya: alkohol, hipnotik/sedatif,
antidepresan, neuroleptik, minor transquilizers,
stimulan, antibiotik, medikasi anti Parkinson,
antikonvulsan, antihistamin
• Faktor komorbiditas : aritmia, migraine, demam,
reflux gastroesofagus, asthma nocturnal, kejang
nocturnal, dan syndrome Tourette.
Kuliah Gangguan Tidur 130
PATOFISIOLOGI
 Menurut hipotesis Juszczak GR dan Swiergiel AH,
somnambulisme diakibatkan oleh gangguan pada regulasi
aktivitas reseptor serotonin 5- HT (5- hydroxytryptamine)
yang meningkatkan eksitasi neuron serotonergik. Hal ini
dapat menyebabkan pergerakan motorik abnormal,
peningkatan tonus otot, dan pola bernafas yang abnormal
pada saat tidur.
 Parasomnia terjadi pada anak yang dalam keadaan
campuran transisi dari satu siklus tidur ke yang berikutnya
(misalnya, dari tidur NREM ke terjaga). Keadaan transisi ini
ditandai dengan ambang rangsangan yang tinggi,
kebingungan mental, dan persepsi yang tidak jelas.
Kuliah Gangguan Tidur 131
DIAGNOSIS & GAMBARAN KLINIS
 F51.3 Somnambulisme (Sleep Walking)
Gambaran Klinis di bawah ini adalah esensial untuk
diagnosis pasti :
 Gejala yang utama adalah satu atau lebih episode bangun dari
tempat tidur, biasanya pada sepertiga awal tidur malam, dan
terus berjalan-jalan; (Kesadaran berubah)
 Selama satu episode, individu menunjukan wajah bengong (Blank,
Staring Face), relatif tak member respon terhadap upaya orang
lain untuk mempengaruhi keadaan atau untuk berkomunikasi
dengan penderita, dan hanya dapat disadarkan atau dibangunkan
dari tidurnya dengan susah payah.
 Pada waktu sadar/bangun (Setelah satu episode atau besok
paginya), individu tidak ingat apa yang terjadi;
 Dalam kurun waktu beberapa menit setelah bangun dari episode
tersebut, tidak ada gangguan aktivitas mental, walaupun dapat
dimulai dengan sedikit bingung dan disorientasi dalam waktu
singkat.
 Tidak ada bukti adanya gangguan
Kuliah Gangguanmental
Tidur organik. 132
DIAGNOSIS BANDING
 Sleep Terrors
Gangguan teror tidur (sleep terror) ditandai dengan pasien
mendadak berteriak, suara tangisan, dan berdiri ditempat
tidur yang tampak seperti ketakutan dan bergerak- gerak.
 Epilepsi
Epilepsi mengacu pada sekelompok dari berbagai gangguan
yang ditandai oleh aktivitas listrik abnormal di otak yang
sebagai gangguan kesadaran dan gerakan abnormal.
 Confusional arousal
Pada gangguan ini, individu mengalami disorientasi tempat
dan waktu, lambat dalam berbicara dan berpikir, lambat
merespon perintah ataupun pertanyaan. Confusional
arousal dapat dipicu oleh terbangun secara paksa, terutama
sepertiga malam.

Kuliah Gangguan Tidur 133


PENATALAKSANAAN
• Psikofarmakoterapi
1. Anti Depresan Trisiklik : Amitriptyline, Nortriptyline
2. Benzodiazepine : Clonazepam
3. Stimulansia Modafinil, natrium oxybate, amphetamine,
methamphetamine, dextroamphetamine,
methylphenidate, dan selegiline pengobatan yang efektif
untuk kantuk yang berlebihan terkait dengan narkolepsi
dan hypersomnias utama. tidur siang dijadwalkan dapat
bermanfaat untuk memerangi kantuk pada pasien ini.
• pendekatan perilaku dan teknik kesehatan tidur yang
dianjurkan, meskipun mereka memiliki sedikit
dampak positif secara keseluruhan pada penyakit ini.
Kuliah Gangguan Tidur 134
PENATALAKSANAAN
– Non Famakologi
 Jika faktor lingkungan atau pun faktor predisposisi
ditemukan, harus dilakukan upaya untuk
menghilangkannya
 Hindari stimulus pendengaran, sentuhan, atau visual pada
awal siklus tidur
 Instruksikan kepada orang tua atau orang di rumah untuk
mengunci jendela dan pintu, menghilangkan hambatan dan
benda- benda tajam dari ruangan
 Teknik relaksasi dan biofeedback sebagai manajemen terapi
jangka panjang.
 Anticipatory awakenings
 Terapi apnea tidur obstruktif

Kuliah Gangguan Tidur 135


PROGNOSIS
Kejadian somnambulisme biasanya akan
menurun seiring dengan bertambahnya usia.
kejadian ini kerap tidak dianggap sebagai
penyakit yang serius, meskipun dapat menjadi
sebuah gejala dari penyakit- penyakit yang lain.
perhatian dan kewaspadaan harus tetap
diperhatikan untuk menghindari terjadinya
kecelakaan seperti terjatuh dari tangga dan
memanjat keluar jendela.

Kuliah Gangguan Tidur 136


Nightmare (Mimpi Buruk)

Level kompetensi 2

Kuliah Gangguan Tidur 137


Definisi
• Gangguan mimpi buruk merupakan proses
terjaga dari tidur secara berulang karena
mimpi yang menakutkan (mimpi buruk).mimpi
buruk biasanya melibat cerita panjang seperti
mimpi dimana terdapat “ancaman” akan
adanya bahaya fisik yang sudah dekat dengan
individu, seperti dikejar, diserang, atau dilukai.
Orang yang mengalami biasanya dapat
mengingat mimpi buruk ini dengan jelas pada
saat bangun tidur.
Kuliah Gangguan Tidur 138
Epidemiologi
• Mimpi buruk seringkali dihubungkan dengan
pengalaman traumatis dan umumnya lebih sering
terjadi ketika individu berada dalm kondisi stres.
• Hubungan antara trauma dan mimpi buruk didukung
oleh peneliti yang melaporkan bahwa peristiwa mimpi
buruk lebih banyak dialami oleh orang-orang yang
selamat dari gempa bumi di San Francisco tahun 1979,
di minggu-minggu pertama setelah gempa itu.
• Peningkatan frekwensi mimpi buruk juga terjadi pada
anak-anak yang mengalami gempa bumi di Los Angeles
tahun 1994

Kuliah Gangguan Tidur 139


Etiologi
• Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa mimpi buruk
dapat memiliki banyak penyebab.
• Dalam sebuah studi yang berfokus pada anak-anak,
peneliti mampu menyimpulkan bahwa mimpi buruk
langsung berkorelasi dengan stres dalam kehidupan
anak-anak.
• Anak-anak yang mengalami kematian anggota
keluarga atau teman dekat atau mengenal seseorang
dengan penyakit kronis memiliki mimpi buruk lebih
sering daripada mereka yang hanya menghadapi stres
dari sekolah atau stres dari aspek sosial dari kehidupan
sehari-hari.

Kuliah Gangguan Tidur 140


Diagnosa
Penegakkan diagnosa gangguan mimpi buruk berdasarkan kriteria
diagnostik PPDGJ III adalah sebagai berikut.
• Gambaran klinis dibawah ini adalah essensial untuk diagnosa pasti :
• Terbangun dari tidur malam atau tidur siang berkaitan dengan mimpi
yang menakutkan yang dapat diingat kembali dengan rinci dan jelas
(vivid), biasanya perihal “ancaman” kelangsungan hidup, keamanan,
atau harga diri, terbangunnya dapat terjadi kapan saja selama periode
tidur. Tetapi yang khas adalah pada paruh kedua masa tidur.
• Setelah terbangun dari mimpi yang menakutkan, individu segera sadar
penuh dan mampu mengenali lingkungannya.
• Pengalaman mimpi itu dan akibat dari tidur yang terganggu,
menyebabkan penderitaan yang cukup berat bagi individu.
• Sangat penting untuk membedakan Mimpi Buruk dari Teror Tidur
dengan memperhatikan gambaran klinis yang khas untuk masing-
masing gangguan.
Kuliah Gangguan Tidur 141
Diagnosa Banding
• Terror Malam (Teror Tidur)
• Epilepsi Psikomotor Tidur
• Gangguan Panik Nocturnal

Kuliah Gangguan Tidur 142


Referensi
1. Harper, Douglas. "nightmare". Online Etymology Dictionary. Retrieved July 11,
2016.
2. American Psychiatric Association (2000), Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders, 4th ed, TR, p. 631
3. Stephen,, Laura (2006). "Nightmares". Psychologytoday.com. Archived from the
original on 31 August 2007.
4. Liberman, Anatoly (2005). Word Origins And How We Know Them. Oxford: Oxford
University Press. p. 87. ISBN 978-0-19-538707-0. Retrieved 29 March 2012.
5. The Science Behind Dreams and Nightmares, Talk of the Nation, national Public
Radio. 30 October 2007.
6. Schredl, Michael, et al. "Nightmares and Stress in Children." Sleep and Hypnosis
10.1 (2008): 19-25. ProQuest. Web. 29 Apr. 2014.
7. Schredl, Michael, et al. "Nightmares and Oxygen Desaturations: Is Sleep Apnea
Related to Heightened Nightmare Frequency?" Sleep and Breathing 10.4 (2006):
203-9. ProQuest. Web. 24 Apr. 2014.

Kuliah Gangguan Tidur 143


TEROR MALAM (ICD-10 F51.4)

Level kompetensi 2

Kuliah Gangguan Tidur 144


Definisi
• Teror malam, juga dikenal sebagai teror tidur, adalah
gangguan tidur, menyebabkan perasaan teror atau
ketakutan, dan biasanya terjadi selama jam pertama
tahap 3-4 gerakan mata non-cepat (NREM) tidur.
• Teror malam cenderung terjadi selama periode
gelombang tidur delta, juga dikenal sebagai gelombang
tidur lambat.
• Selama paruh pertama dari siklus tidur, tidur delta
terjadi paling sering, yang menunjukkan bahwa orang
dengan aktivitas tidur delta lebih lebih rentan terhadap
teror malam.
• Namun, mereka dapat juga terjadi selama tidur siang.

Kuliah Gangguan Tidur 145


Epidemiologi (1)
• Mimpi buruk bersifat universal, meskipun itu tidak mungkin
untuk membedakan dari mimpi buruk sampai gerakan mata
cepat ditemukan.
• Sementara mimpi buruk (mimpi buruk yang menyebabkan
perasaan ngeri atau takut) relatif umum selama masa kanak-
kanak,
• Teror malam jarang terjadi menurut American Academy of
Psikiatri anak dan Remaja. prevalensi episode teror tidur telah
diperkirakan 1-6% di antara anak-anak, dan kurang dari 1%
dari orang dewasa.

Kuliah Gangguan Tidur 146


Epidemiologi (2)
• Teror tidur dimulai pada anak-anak antara
usia 3 dan 12, dan biasanya menghilang
selama masa remaja.
• Mimpi buruk dan teror malam lebih sering
terjadi pada wanita dibandingkan pria
• Pada orang dewasa, mereka paling sering
terjadi antara usia 20 sampai 30.

Kuliah Gangguan Tidur 147


Epidemiologi (2)
• Pada orang dewasa, mereka paling sering
terjadi antara usia 20 sampai 30.
• Meskipun frekuensi dan tingkat keparahan
bervariasi antara individu, episode dapat
terjadi di interval hari atau minggu, tetapi juga
dapat terjadi selama beberapa malam
berturut-turut atau beberapa kali dalam satu
malam.

Kuliah Gangguan Tidur 148


Etiologi
• Teror malam adalah fenomena sebagian besar tidak
diketahui.
• 1) Herediter, Dalam beberapa penelitian, peningkatan
sepuluh kali lipat dalam prevalensi teror malam pada
tingkat pertama keluarga biologis gen autosomal.
• 2) kurang tidur dan demam dapat meningkatkan
kemungkinan terjadi episode malam teror.
• 3) Faktor lain meliputi asma nokturnal, gastroesophageal
reflux, dan obat sistem saraf pusat . narkolepsi,
• 4)Tidak ada temuan yang menunjukkan perbedaan budaya
antara manifestasi dari teror malam, meskipun penyebab
teror malam berbeda dalam budaya.

Kuliah Gangguan Tidur 149


Diagnosis
Menurut pedoman diagnostik PPDGJ – III, Teror Tidur (Night Terrors) sebagai
berikut :
Gambaran klinis dibawah ini adalah essensial untuk diagnosa pasti :
a) Gejala utama adalah satu atau lebih episode bangun dari tidur, mulai dengan
berteriak karena panik, disertai anxietas yang hebat, seluruh tubuh bergetar,
dan hiperaktivitas otonomik seperti jantung berdebar-debar, napas cepat,
pupil melebar, dan berkeringat.
b) Episode ini dapat berulang, setiap episode lamanya berkisar 1 – 10 menit dan
biasanya terjadi pada sepertiga awal tidur malam.
c) Secara relatif tidak bereaksi terhadap berbagai upaya orang lain untuk
mempengaruhi keadaan teror tidurnya, dan kemudian dalam beberapa menit
setelah bangun biasanya terjadi disorientasi dan gerakan-gerakan berulang.
d) Ingatan terhadap kejadian, kalaupun ada, sangat minimal (biasanya terbatas
pada satu atau dua bayangan-bayangan yang terpilah-pilah.
e) Tidak ada bukti adanya gangguan mental organik.
Teror tidur harus dibedakan dari mimpi buruk (F51.5) yang biasanya terjadi setiap
saat dalam tidur, mudah dibangunkan, dan teringat dengan jelas kejadiannya.
Teror tidur dan somnambulisme sangat berhubungan erat, keduanya mempunyai
karakteristik klinis dan patofisiologis yang sama
Kuliah Gangguan Tidur 150
Diagnosa Banding.
1) Mimpi buruk, antara mimpi buruk harus
dibedakan dengan teror malam atau teror tidur
satu dengan lainnya.
2) Epilepsi psikomotor tidur (meskipun teror tidur
sering terjadi pada masa kanak-kanak dengan
pemeriksaan EEG yang mungkin tidak
diindikasikan pada kebanyakan kasus dengan
riwayat klinis yang jelas)
3) Gangguan panik nocturnal dapat dibedakan
karena berasal dari tidur ringan dan dalam
memori yang jelas.

Kuliah Gangguan Tidur 151


Diagnosa Banding.
Perbedaan Mimpi Buruk Teror Malam
Stadium tidur REM (terjadi 1-2 Stadium 3 -4

Waktu malam Pertengahan dan akhir tidur Kebanyakan 1-2 jam setelah
tidur
Asosiasi Penghentian komsumsi Stres
hipnotik. Kurang tidur
Penghentian konsumsi
alkohol
Penyekat B
Reserpin
Depresi
Gambaran lain Juga terjadi pada siang hari Biasanya pada tidur malam
Dapat menyertai
somnaulisme
Pria > perempuan
Kadang-kadang disertai
somnabulisme
Kuliah Gangguan Tidur 152
Pengobatan
• Pada kebanyakan anak, teror malam akhirnya mereda dan
tidak perlu diobati. Ini mungkin membantu untuk
meyakinkan anak dan keluarga mereka bahwa mereka akan
mengatasi gangguan ini.
• Psikoterapi atau konseling dapat membantu dalam banyak
kasus.
• Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa teror malam
dapat hasil dari kurang tidur atau kebiasaan tidur yang
buruk. Dalam kasus ini, dapat membantu untuk
meningkatkan jumlah dan kualitas tidur yang anak semakin
• Jika ini tidak cukup, benzodiazepin (seperti diazepam) atau
antidepresan trisiklik dapat digunakan.;
• Namun, obat hanya direkomendasikan dalam kasus yang
ekstrim

Kuliah Gangguan Tidur 153


Referensi
• Hockenbury, Don H. Hockenbury, Sandra E. (2010). Discovering psychology
(5th ed.). New York, NY: Worth Publishers. p. 157.
• Guzman,, C.; Wang, Y (2008). "Sleep terror disorder: A case report".
Revista Brasileira De Psiquiatria. 115 (11): 169..
• Szelenberger, W.; Niemcewicz, S.; Dąbrowska, A. (2005). "Sleepwalking
and night terrors: Psychopathological and psychophysiological correlates".
International Review of Psychiatry. 32 (12): 263–270..
• Association, published by the American Psychiatric (2000). DSM-IV-TR :
diagnostic and statistical manual of mental disorders. (4TH ed.). United
States: AMERICAN PSYCHIATRIC PRESS INC (DC).
• American Academy of Child and Adolescent Psychiatry. "Facts for Families
No. 34: Children's Sleep Problems". AACAP. Retrieved Dec 20, 2011.
• American Psychiatric Association (2000). Diagnostic and Statistical Manual
of Mental Disorders (4th ed., text revision ed.). Washington, DC.
• Oudiette, D.; Leu, S.; Pottier, M.; Buzare, M.; Brion, A.; Arnulf, I (2009).
"Dreamlike mentations during sleepwalking and sleep terrors in adults".
Sleep: Journal of Sleep and Sleep Disorders. 32 (12): 1621–1627.
• "Night Terrors Follow-up - Prognosis". Medscape reference. Retrieved
2013-05-26.
Kuliah Gangguan Tidur 154
Terima kasih
Atas perhatiannya

Kuliah Gangguan Tidur 155

Anda mungkin juga menyukai